Anda di halaman 1dari 12

PEMURIDAN WANITA DI DALAM INJIL MARKUS

Oleh

Yohanes Tarigan
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI i

1. Pendahuluan 1

2. Bagaimana konsep Pemuridan (Discipleship) di dalam Perjanjian Baru? 2

3. Apa yang ditekankan di dalam Injil Markus mengenai Pemuridan 3

4. Bagaimana figur-figur wanita digambarkan dalam kontek Pemuridan di Injil

Markus? 5

5. Penutup 8

DAFTAR BACAAN 10

i
1. Pendahuluan
Pemuridan bukanlah kata yang populer ataupun sebuah topik yang menarik

bagi sebagian gereja sekarang ini yang haus akan hiburan.1 Terlebih lagi jika

membahas pemuridan khusus bagi wanita yang biasanya dianggap inferior. Namun

jika kita menyelidiki Perjanjian Baru khususnya Injil Markus kita akan menemukan

bahwa pemuridan adalah jantung Injilnya2 dan wanita sesungguhnya memiliki

peran yang penting sehingga bisa dijadikan teladan dalam iman dan kesetiaan.

Topik bagaimana seorang percaya mengikut Yesus banyak disinggung oleh

para penulis Perjanjian Baru. Panggilan untuk mengikuti Yesus ini terus bergema di

sepanjang Perjanjian Baru, sebuah panggilan radikal yang tidak hanya memanggil

laki-laki seperti dua belas murid tapi juga memanggil para wanita. Dan penulis Injil

Markus menyajikan kepada para pembacanya bukan saja sebuah gambaran hidup

mengenai para wanita yang menjadi murid Kristus tapi juga memberikan sebuah

fondasi yang kuat untuk sebuah pemuridan yang baik.3

Untuk itu di dalam paper ini sebagaimana yang ditugaskan, berdasarkan

daftar bacaan yang diberikan penulis akan mencoba untuk menguraikan: 1.

Bagaimana konsep Pemuridan (Discipleship) di dalam Perjanjian Baru? 2. Apa yang

ditekankan di dalam Injil Markus mengenai Pemuridan 3. Bagaimana figur-figur

wanita digambarkan dalam kontek Pemuridan di Injil Markus?

1 Leah Marie Ann Klett, “Matt Chandler warns Church is no longer about discipleship but

being entertained,” Christian Post, https://www.christianpost.com/news/matt-chandler-warns-


church-is-no-longer-about-discipleship-but-being-entertained.html (diakses 7 Juni 2021)
2 Holly, J Carey. “Women in Action: Models for Discipleship in Mark’s Gospel.” The Catholic

Biblical Quarterly 81.3 (2019), 429.


3 Peter Morden, The Message of Discipleship (London: IVP, 2018), 25

1
2. Bagaimana konsep Pemuridan (Discipleship) di dalam Perjanjian Baru?

Pemuridan adalah mengikuti Yesus. Konsep pemuridan4 di dalam Perjanjian

Baru dimulai dengan elemen teologis yaitu sebuah pengakuan bahwa Yesus adalah

Kristus.5 Pengakuan ini adalah pengakuan yang memisahkan apakah seseorang

kristen atau bukan, karena ketika seseorang mengakui Yesus adalah Kristus, dia

mengakui dirinya adalah orang berdosa dan membutuhkan Yesus yang datang

sebagai Juruselamat. Tanpa pengakuan ini seseorang tidak bisa memulai untuk

mengikuti Kristus, dan hanya dengan mengakui kebenaran yang menakjubkan ini

pemuridan dapat dimulai.

Menjadi seorang murid tidak hanya berhenti pada pengakuan teologis

semata tapi juga bergerak kepada gaya hidup yang tersalib,6 karena seorang murid

sedang mengikuti Mesias yang tersalib. Pemuridan dan salib adalah hal yang tidak

terpisahkan, jalan pemuridan adalah jalan salib dan hanya mereka yang tersalib

yang bisa menjadi murid. Jalan salib tentu saja identik dengan penderitaan, sejarah

gereja mencatat banyak orang mati karena menjadi murid Kristus.

Untuk mengikuti Kristus seorang murid juga harus mengenal Kristus yang

diikutinya, yang mana pengenalan ini hanya diperoleh ketika seorang murid

mengerti penderitaan, kematian dan kebangkitan-Nya. Dia melihat kemuliaan

4 Banyak buku yang membahas topik pemuridan salah satu yang paling terkenal adalah buku

yang ditulis Dietrich Bonhoeffer, The Cost of Discipleship (New York: Macmillan, 1979). Untuk
pemuridan yang aplikatif buku Bill Hull. Panduan Lengkap Pemuridan (Yogyakarta: Yayasan Gloria,
2014) sangat membantu.
5 Peter Morden, The Message of Discipleship, 25. Satu hal yang tidak boleh kita lupakan

bahwa pengakuan ini adalah pengakuan yang diberikan oleh Bapa (Mat. 16:17), dengan demikian
seseorang dapat menjadi murid karena inisiatif dari Allah sendiri.
6 A.W Tozer secara khusus menulis buku tentang gaya hidup yang tersalib. Lih. A.W Tozer,

Hidup Yang Disalibkan (Jakarta: Omid Publshing House, 2016)

2
Kristus dan keindahan-Nya. Dan Mesias yang tersalib yang dikuti oleh para murid

juga adalah Tuhan yang bermisi oleh karenanya seorang murid juga harus memiliki

hati misi. Namun untuk memiliki hati misi seorang murid harus mendapatkan

gambaran Allah sebagaimana Dia adanya bukan Allah hasil imajinasi kita sendiri,

sebagaimana Yesaya kita harus melihat kemuliaan Allah, keberdosaan kita,

kebutuhan untuk pengampunan dosa, dan keperluan untuk diutus. 7

3. Apa yang ditekankan di dalam Injil Markus mengenai Pemuridan

Injil Markus menekankan realitas salib dalam kehidupan para murid yang

dengannya mempertanyakan teologi sukses atau teologi kemakmuran 8 yang marak

belakangan ini. Ukuran murid yang sejati bagi Markus tidak dilihat dari respon

mereka atas mujizat, pengusiran setan atau kesembuhan yang dilakukan Tuhan

Yesus, tetapi murid sejati adalah mereka yang mengikuti Yesus ke salib. Adalah

sebuah fakta yang menarik bahwa di dalam Injil Markus pengakuan Yesus adalah

Putra Allah bukan karena mujizat yang Dia lakukan tapi pernyataan tersebut

muncul ketika Yesus sedang berada didalam puncak penderitaan-Nya (Mar. 15:39).

Sebagaimana menurut Rowan Williams di dalam penderitaan Allah

mendeklarasikan diri-Nya.9 Pemuridan dalam Injil Markus adalah pemuridan yang

menderita karena seorang murid harus mengikuti Kristus yang menderita.

7 Art Katz menjelaskan topik ini dengan sangat baik. Lih. Art Katz, “Sent from God – Isaiah’s
call,” Art Katz Ministries, http://artkatzministries.org/articles/sent-from-god-isaiahs-call/ (diakses 7
Juni 2021)
8 Marvin W. Meyer, “Taking up the Cross and Following Jesus: Discipleship in the Gospel of

Mark.” Calvin Theological Journal 37.2 (2002), 231


9
Rowan Williams, Jumpa Allah dalam Markus (Jakarta: Waskita Publishing, 2017), 77.

3
Jika kita membaca Injil Markus kita melihat bahwa penulis Injil Markus

mempresentasikan Yesus yang aktif, gambaran tentang Yesus yang tidak banyak

berbicara tapi banyak bertindak. Penulis injil Markus sangat menekankan tindakan,

baginya pemuridan adalah bertindak. Dengan demikian menurut penulis injil

Markus yang membedakan pemuridan yang baik dan pemuridan yang buruk adalah

tindakan. Mengikuti Yesus tidak dapat dilepaskan dari tindakan, seorang murid

harus aktif sebagaimana Yesus adalah aktif.

Bagi seorang murid tindakan yang aktif ini diwujudkan dalam bentuk

pelayanan kepada Yesus. Penekanan penulis Injil Markus mengenai murid yang

melayani ini diperlihatkan seperti di dalam Markus 1:29-31 dengan bagaimana

Markus mengabaikan dialog tetapi langsung berfokus kepada tindakan melayani

yang dilakukan oleh Yesus dan Ibu mertua Simon Petrus. Pola ini dapat kita lihat

sepanjang Injil Markus, yang mana Markus menginginkan agar pembacanya

menyadari bahwa baginya pelayanan adalah sesuatu yang sangat penting di dalam

pemuridan yang mana seseorang tidak bisa menjadi murid tanpa melayani.

Salah satu karakteristik seorang murid yang ditekankan oleh penulis Injil

Markus adalah pengorbanan. Seorang murid adalah mereka yang mau berkorban

untuk meninggalkan segala sesuatu kepunyaan mereka termasuk nyawanya untuk

mengikuti Yesus dan demi injil. Penekanan Markus tentang pengorbanan ini terlihat

dari bagaimana Markus memberikan beberapa contoh pengorbanan yang terkenal

seperti janda miskin yang memberikan seluruh nafkahnya (Mar. 12:44) dan juga

perempuan yang mengurapi Yesus di Betania (Mar. 14:3-9), yang dianggap murid-

murid melakukan sebuah pemborosan. Tetapi bagi Yesus pengorbanan perempuan

4
ini adalah sebuah perbuatan yang baik, hingga Yesus ingin apa yang dilakukannya

akan terus diingat sepanjang injil diberitakan di seluruh dunia. Dengan kata lain

Yesus melalui perempuan ini memberikan sebuah model seorang murid sejati yang

ditandai dengan pengorbanan yang boros, yang tidak berbasis matematika ketika

memberi. Hal ini terlebih dahulu telah dicontohkan oleh Yesus yang karakter

pelayanan-Nya ditandai dengan pengorbanan diri, sebuah model utama yang

memang harus diikuti oleh para pengikut-Nya.

Kesetiaan juga menandai seorang menandai seorang murid yang sejati.

Penulis injil Markus menekankan hal ini ketika dia mengisahkan bagaimana para

murid wanita yang terus setia dengan hadir di dalam peristiwa penyaliban Yesus

(Mar. 15;40), sampai melihat dimana Yesus dibaringkan (Mar. 15:47) hingga

esoknya mereka datang kembali untuk meminyaki Yesus (Mar. 16:1). Markus

dengan sengaja menyoroti tindakan para murid wanita dalam berbagai peristiwa

klimatik ini sebagai bukti kesetiaan mereka yang merupakan bukti dari seorang

murid yang sejati.10

4. Bagaimana figur-figur wanita digambarkan dalam kontek Pemuridan di

Injil Markus?

Status sosial wanita di Palestina abad pertama kurang begitu dihargai.11

Bentuk penghargaan terhadap wanita saat itu hanya sebatas karena mereka

10 Jeffrey W. Arnie. “Cruciform Discipleship: The Narrative Function of the Women in Mark

15-16.” Journal of Biblical Literature 135. 4 (2016), 785


11 Dianne Tidball banyak memberikan contoh tentang keadaan wanita di Palestina saat itu.

Lih. Dianne Tidball, The Message of Women (La Vergne: IVP, 2020), 115, 122, 123, 128.

5
melahirkan anak dan dapat menjadi istri yang cakap untuk mengurus rumah

tangganya dengan baik. Para wanita dibatasi atau dilarang untuk terlibat dalam

ranah publik. Oleh karenanya kesaksian dari seorang wanita di zaman itu dianggap

tidak dapat dipercaya. Mereka umunya juga tidak terpelajar dan dianggap tidak

layak untuk mengajar. Bahkan para rabi menghindari penyebutan wanita dalam

perumpamaan mereka.

Dengan kenyataan yang dipaparkan diatas tentu saja bagi para wanita untuk

menjadi seorang murid adalah suatu hal tidak terlalu diharapkan dan merupakan

sebuah tantangan tersendiri. Namun demikian pandangan Yesus sendiri terhadap

wanita sangat berbeda dengan kultur yang ada saat itu. Bagi Yesus para wanita

memegang peranan yang penting, bukti dari hal ini kita bisa rasakan dari

keterlibatan mereka di dalam peristiwa kelahiran, kematian dan kebangkitan

Kristus. Penulis injil Markus bahkan dengan gamblang menyatakan bahwa para

murid wanita ini adalah sebuah model dari apa artinya mengikut Yesus.

Umumnya figur wanita dalam Injil Markus terkesan negatif terutama jika

dikaitkan dengan Markus 16:1-8 ketika para wanita lari dan ketakutan

meninggalkan kubur Yesus dengan tidak mengatakan apa-apa kepada siapa pun,

sehingga biasanya ada yang menafsirkan bahwa Markus tidak menganggap mereka

sebagai bagian dari murid Yesus.12 Namun pendapat ini tidaklah tepat karena di

pasal sebelumnya Markus mencatat bahwa para wanita ini telah mengikut dan

melayani Yesus (Mar. 15:41). Sebuah pernyataan yang menyiratkan bahwa para

12 Jeffrey W. Arnie, “Cruciform Discipleship: The Narrative Function of the Women in Mark
15-16,”, 783

6
wanita ini adalah sungguh-sungguh murid Yesus. Dan diamnya mereka dengan tidak

mengatakan apa-apa bukan berarti bahwa mereka tidak taat, karena mereka hanya

diperintahkan untuk tidak berbicara kepada siapapun kecuali kepada para murid. 13

Di dalam Injil Markus figur wanita juga terlihat lebih berani14 dibandingkan

dua belas murid yang memiliki akses langsung kepada Yesus, menerima penafsiran

perumpamaan bahkan menyaksikan mujizat yang tidak dilihat selain oleh mereka.

Tetapi hal ini tidak membuat dua belas murid ini lebih berani daripada para murid

wanita. Hal ini bisa kita lihat dari penggunaan frasa απο μακροθεν (dari jauh) yang

digunakan Markus untuk menggambarkan posisi geografi baik bagi dua belas murid

(Mar. 14:54) maupun para wanita (Mar. 15:40) di seputar peristiwa penyaliban.

Petrus mulai mengikuti Yesus dari jauh tapi berakhir dengan semakin menjauh dari

Yesus dan bahkan menyangkal Yesus sebanyak tiga kali. Sementara para wanita

mengikuti atau melihat Yesus dari jauh tapi pada akhirnya mereka tidak semakin

menjauh melainkan semakin mendekat kepada Yesus. Mendekatnya para wanita

kepada Yesus ini dengan jelas menunjukkan keberanian yang mereka miliki.

Para murid wanita di dalam injil Markus mendemontrasikan kehidupan iman

yang bisa dijadikan teladan. Markus menggambarkan para wanita sepertinya lebih

beriman daripada laki-laki.15 Kualitas iman dari wanita ini diperlihatkan Markus

13Peristiwa yang serupa juga dialami orang sakit kusta yang disembuhkan Yesus. Yesus
mengatakan kepada kepadanya jangan memberitahukan kepada siapa pun kecuali kepada imam
(Mar. 1;44)
Aernie memberikan argumen yang cukup baik melalui fungsi naratif didalam Injil
14

Markus untuk membuktikan bahwa para murid wanita lebih mempunyai kesan positif
dibandingkan dua belas murid laki-laki. Lih. Jeffrey W. Arnie, 779-797
15Namun demikian menurut Yesus sendiri di dalam injil yang lain (Mat. 8:10, Luk. 7:9)
perwira dari Kapernaum merupakan orang yang paling beriman yang pernah Dia jumpai.

7
melalui iman wanita yang mengalami pendarahan (Mar. 5:34) dan juga perempuan

Siro-Fenesia yang anaknya kerasukan setan (Mar. 5:24-30), mereka percaya Yesus

dapat melakukan mujizat. Sebaliknya para dua belas murid laki-laki menunjukkan

ketidakpercayaan mereka jika Yesus dapat melakukan mujizat (Mar. 4:38; 6:37, 52;

8:4).

Lebih berimannya wanita dibandingkan laki-laki juga diperlihatkan Markus

dalam konteks pemeliharaan Tuhan, ketika Markus menceritakan kisah janda

miskin yang memberi dari kekurangannya (Mar. 12:44), janda miskin ini memiliki

iman ketika dia memberikan segalanya Tuhan akan memelihara kehidupannya.

Namun anak muda yang kaya gagal memasuki kerajaan Allah karena tidak memiliki

iman untuk melepaskan seluruh hartanya.

5. Penutup

Proses pemuridan di dalam Perjanjian Baru diawali dengan pengakuan

bahwa Yesus adalah Kristus. Yang terus berlanjut dengan gaya hidup seorang murid

yang ditandai dengan pengenalan akan Allah, salib, penderitaan dan misi.

Di dalam Injil Markus seorang murid adalah seseorang yang hidup

sepenuhnya bagi Tuhan yang diwujudkan dalam tindakan yang aktif, melayani

Kristus, kesetiaan dan pengorbanan.

Berkaitan dengan figur wanita, kita juga tidak dapat memungkiri apabila kita

membaca Injil Markus kita melihat bahwa wanita memiliki peranan penting di

8
dalam pelayanan Yesus.16 Bagi Yesus mereka bukan “warga kelas dua” dalam

kerajaan-Nya tapi rekan sekerja Allah. Mereka menjadi signifikan bukan karena

status sosial atau karena masalah gender, tapi karena respon mereka kepada Allah

dan untuk mengikuti-Nya. Mereka telah menjadi contoh murid yang setia yang

dibuktikan dengan kehadiran mereka di dalam peristiwa penyaliban, penguburan

dan kebangkitan Yesus.

16Kita juga harus bijak dalam menekankan pentingnya peran wanita dengan tidak melebihi
apa yang dikatakan alkitab, jangan sampai terjebak seperti beberapa feminist radikal seperti Rachel
Evans dan Sarah Bessy yang menurut penulis berakhir sesat.

9
DAFTAR BACAAN

Aernie, Jeffrey W. “Cruciform Discipleship: The Narrative Function of the Women in

Mark 15-16.” Journal of Biblical Literature 135. 4 (2016), 779-797.

Carey, Holly J. “Women in Action: Models for Discipleship in Mark's Gospel.” The

Catholic Biblical Quarterly 81.3 (2019), 429-448.

Meyer, Marvin W. “Taking up the Cross and Following Jesus: Discipleship in the

Gospel of Mark.” Calvin Theological Journal 37.2 (2002), 230-238.

Morden, Peter. The Message of Discipleship. London: IVP, 2018. (Bab 1-4)

Tidball, Dianne. The Message of Women. La Vergne: IVP, 2020. (Bagian 3: Women in

the Kingdom)

10

Anda mungkin juga menyukai