Abstrak
Kekristenan dimulai dari tindakan penebusan Kristus kepada manusia. Manusia yang
sebelumnya berdosa, kini telah ditebus dan telah layak untuk menerima keselamatan. Hal ini
berkat Yesus yang telah mengorbankan diri-Nya di kayu salib, dan kemudian bangkit
menaklukkan kematian itu. Tujuannya adalah supaya orang yang percaya kepada-Nya dapat
menerima keselamatan (Yoh. 3:16). Sehingga, adalah hal yang penting untuk mengimani
kebangkitan dari Kristus sebagai orang Kristen. Sebab dari keselamatan inilah manusia dapat
menerima kebangkitan. Untuk mengimani hal ini, manusia perlu terlebih dahulu memahami
mengenai apa itu kebangkitan Kristus. Hal ini penting supaya pada akhirnya manusia dapat
mengetahui apa yang mereka imani, dan mengimani apa yang mereka ketahui.
A. Pendahuluan
1
melalui dogmatika yang dihubungkan dengan Kristologi Yesus, penulis akan menjelaskan
secara sederhana mengenai makna kebangkitan ini dan hubungannya bagi iman Kristen.
B. Pembahasan
Dalam pembahasan ini, penulis akan membaginya menjadi tiga bagian yang berkaitan
langsung dengan kebangkitan Kristus. Bagian pertama akan mencari tahu landasan
Alkitabiah dari kebangkitan Kristus dan pada saat yang sama melakukan eksposisi terhadap
teks-teks yang ada pada keempat Injil, yaitu Injil Matius, Markus, Lukas, dan Yohanes.
Bagian kedua kemudian akan menjelaskan bagaimana kebangkitan Yesus dapat dipahami
sebagai ajaran Dogmatis, terutama berkaitan langsung dengan doktrin keselamatan manusia.
Bagian ketiga kemudian akan membahas mengenai pengertian teologis terhadap kebangkitan
Kristus. Yakni, penulis akan melihat bagaimana kebangkitan Yesus dapat dimaknai
berdasarkan Iman dengan menggunakan penjelasan teologis.
Dalam tulisan ini, penulis akan memakai keempat Injil (Matius, Markus, Lukas, dan
Yohanes) sebagai sumber Primer di dalam memahami kebangkitan Kristus. Akan dilihat juga
mengenai perspektif dari masing-masing Injil ini mengenai kebangkitan Yesus.
Matius
Dalam Injil Matius, terdapat suatu pengingat mengenai bagaimana Yesus yang telah
dibangkitkan (The Risen Jesus) dapat membuka suatu pemahaman eskatologis yang baru
mengenai tidak hanya bagaimana manusia dapat diselamatkan, namun juga mengenai
bagaimana Ia akan datang kembali. Yesus yang telah bangkit di dalam Injil Matius
digambarkan hadir untuk menginstruksikan kepada murid-murid-Nya unutk mengabarkan
kebangkitan-Nya tersebut kepada segala bangsa di dalam sebuah Amanat Agung (Mat.
28:19). Secara doktrinal, pernyataan ini diinterpretasikan sebagai perintah untuk memaknai
kebangkitan Kristus sebagai sebuah tindakan Allah yang Tritunggal (baptislah mereka dalam
nama Bapa, Putera, dan Roh Kudus). Selain itu Yesus juga mengatakan bahwa sekarang Ia
telah diberikan otoritas di bumi dan di surga, dan Ia akan selalu menyertai manusia pasca
kebangkitan-Nya tersebut. Pada saat yang sama Yesus juga menjanjikan kepada murid-
murid-Nya bahwa mereka akan menerima kuasa dari Roh Kudus yang akan datang untuk
menghampiri mereka semua (Kis. 1:8). Berdasarkan ayat-ayat ini, dapat dilihat bahwa Matius
hendak menghadirkan kebangkitan Yesus sebagai sebuah kesaksian. Yesus yang telah
2
bangkit telah selesai menaklukkan kematian, dan sekarang Ia sudah menerima kemuliaan dari
kebangkitan tersebut. Matius dalam Injilnya lebih banyak terpusat kepada masa depan. Yaitu
bagaimana pasca kebangkitan-Nya, orang-orang percaya dapat dibantu dan juga dituntun
untuk dapat memaknai kebangkitan dari Yesus. Selain itu, Injil Matius juga menggambarkan
kebangkitan Yesus sebagai peristiwa yang tidak dapat terulang lagi, dan hanya dapat terjadi
sekali untuk selamanya bagi keselamatan manusia. Keselamatan manusia ini dinyatakan
sudah selesai setelah Yesus dibangkitkan dari kematian.1
Markus
Injil Markus berfokus kepada kehidupan baru yang dapat diterima oleh orang percaya
setelah ia menerima Yesus yang telah bangkit. Markus juga tidak segan-segan
memberitahukan mengenai tantangan yang mungkin akan dihadapi oleh orang percaya dalam
mengikut Kristus (Mark. 8:35). Akan tetapi kepada orang yang berhasil melalui segala uji
coba dan kemudian tetap memelihara imannya kepada Yesus, Injil Markus menyampaikan
kabar baik bahwa akan ada kehidupan baru yang akan diberikan kepada mereka yang percaya
tersebut. Injil Markus juga menuliskan mengenai kebangkitan Kristus sebagai suatu hal yang
memang harus Ia jalani, termasuk juga kepada penderitaan yang harus Ia alami (Mark.
10:33). Dalam Markus, Yesus digambarkan sudah mengetahui penderitaan yang harus Ia
hadapi sebelum Ia akan dapat dibangkitkan dan dimuliakan dari penderitaan tersebut (Mark.
8:31). Untuk itu Yesus harus menderita sebelum Ia bangkit.2
Sebelumnya sama seperti Matius, penulis dari Injil Markus juga menuliskan Injil ini
sebagai suatu kesaksian yang diperoleh dari saksi mata. Akan tetapi, Injil Markus adalah Injil
yang tertua dari keempat Injil ini, dan tulisannyalah yang paling mendekati apabila
dibandingkan dengan ketiga Injil lainnya, terutama Injil Yohanes yang paling terakhir
dituliskan. Di dalam kesaksian ini, Markus hadir untuk menjalankan suatu Injil yang
mengungkapkan makna dari kebangkitan Kristus. Dengan kata lain, penulis Injil Markus
berusaha untuk menjelaskan di dalam tulisannya mengenai mengapa Yesus harus mati dan
dibangkitkan, dan apa maknanya itu bagi para pembacanya. Markus kemudian menjelaskan
ini semua melalui suatu narasi sederhana yang berpuncak kepada kematian dan kebangkitan
1
Matthew Levering, Did Jesus Rise from the Dead? : Historical and Theological Reflections, (Oxford: Oxford
University Press, 2019), 62-63.
2
N. T. Wright, The Resurrection of the Son of God, (London: Society for Promoting Christian Knowledge,
2003), 388.
3
Yesus. Dalam Markus 16:1-8, terdapat juga narasi yang membentuk pemikiran Markus ini
mengenai bagaimana Yesus dapat bangkit.3
Lukas
Menurut N. T. Wright, kebangkitan Kristus adalah inti ataupun tema utama yang
membentuk Injil Lukas. Hal ini dikarenakan Wright melihat bahwa Lukas memiliki
penekanan khusus terhadap kebangkitan Kristus, dan lebih banyak berfokus kepada
kebangkitan-Nya itu apabila dibandingkan dengan tulisan Lukas mengenai kelahiran Yesus.
Bahkan di dalam kisah kelahiran Yesus, Ia yang baru saja lahir itu segera disebut sebagai
penyelamat dan memberikan harapan (Lukas 1-2). Sehingga dalam narasinya, Injil Lukas
telah mengantisipasi keselamatan yang akan dibawakan dari kebangkitan Kristus. Lukas juga
memandang kebangkitan Kristus bukan sebagai sebuah metafora, melainkan sebuah
kebangkitan yang sungguh-sungguh terjadi di dalam diri Yesus. Lukas dalam narasinya juga
mempersiapkan pembacanya untuk memahami bahwa kebangkitan Yesus memang adalah
3
Matthew Levering, Did Jesus Rise from the Dead? : Historical and Theological Reflections, 67.
4
James H. Charlesworth, Resurrection : The Origin and Future of a Biblical Doctrine, (London: T & T Clark
Publishing, 2006), 160.
4
tujuan utama dari kehidupan-Nya di dunia. Bagi Lukas, keselamatan adalah tujuan utama
yang harus ditempuh oleh manusia melalui diri Yesus.5
Yohanes
Dalam tulisannya ini, penulis Injil Yohanes berupaya untuk menegaskan bahwa
kebangkitan Yesus adalah kebangkitan jasmani. Artinya, Yesus telah bangkit dari kematian
dan telah menaklukkan kematian itu, dan Ia menampakkan diri-Nya kepada murid-murid-
Nya ini sebagai manusia. Yohanes dalam Injilnya ini banyak menggunakan kata kehidupan
dan kematian secara konsisten. Sebagai contoh dalam Yoh. 10:17-18 Yesus berbicara
mengenai kehidupan itu. Sebagai inkarnasi dari Allah, Yohanes menggambarkan Yesus
sebagai bagian dari diri Allah, namun pada saat yang sama Ia adalah Allah itu sendiri sebagai
Logos (firman) dari-Nya. Injil Yohanes juga menuliskan tujuan dari inkarnasi Allah di dalam
diri Yesus dalam Yoh. 10:10, yaitu supaya manusia dapat memperoleh kehidupan oleh karena
keselamatan yang telah mereka terima dari kebangkitan Yesus. Di sisi yang berbeda
mengenai kematian Injil Yohanes juga menuliskan bahwa kematian yang dialami oleh Yesus
adalah kematian manusiawi yang nyata dan benar-benar terjadi (Yoh. 12:23). Sehingga, tidak
dapat diragukan lagi bahwa kematian ini bukanlah rekayasa belaka. Dalam pemahaman
antropologisnya ini, penulis Injil Yohanes menyampaikan kepada pembacanya bahwa
kematian Kristus adalah kematian yang memang diperlukan untuk menyelamatkan manusia.
Ini semua ia gambarkan sebagai suatu pengorbanan, yang dilakukan dengan berbasis kasih
Allah kepada manusia ciptaan-Nya yang percaya pada-Nya (Yoh. 3:16).6
Meskipun ketika dibandingkan, Injil Yohanes tidak memiliki nilai sejarah yang
sekaya dengan yang dimiliki oleh ketiga Injil (terutama Markus), Injil Yohanes memiliki
keunggulan di dalam pemahaman teologisnya. Hal ini karena ia sangatlah unik apabila
dibandingkan dengan Injil Sinoptik (Matius, Markus, dan Lukas). Melalui kebangkitan dari
Lazarus, penulis Injil Yohanes telah menunjukkan kepada pembacanya bahwa Yesus
memiliki kekuasaan yang berada di atas kematian (Yoh 11). Menurut Wright, penekanan
yang diberikan oleh penulis Injil Yohanes di dalam narasi ini adalah mengenai bagaimana
Yesus meskipun ia adalah Anak Manusia, Ia tetap memiliki kekuasaan Ilahi. Yesus sebagai
manusia hanya dapat berada di satu tempat saja. Namun di dalam kekuasaan Ilahi-Nya, Yesus
dapat hadir di berbagai tempat yang berbeda pada saat yang sama. Akan tetapi kebangkitan
5
N. T. Wright, The Resurrection of the Son of God, 389.
6
Sandra M. Schneiders, Jesus Risen in Our Midst : Essays on the Resurrection of Jesus in the Fourth Gospel,
(Minnesota, Liturgical Press, 2014), 65-68.
5
yang akan dihadirkan oleh Yesus ini sangatlah berbeda dengan Lazarus. Setelah
kebangkitannya ini, Lazarus suatu saat akan kembali lagi menghadapi kematian tersebut.
Akan tetapi, Yesus yang adalah inkarnasi dari Allah tidak akan pernah mengalami kematian
itu kembali. Melainkan, Ia dalam kebangkitan-Nya akan hadir untuk memberikan
keselamatan kepada manusia.7
Signifikansi dari penebusan yang dihasilkan dari kebangkitan Kristus ini juga
dituliskan oleh Richard Swinburne. Menurut Swinburne, kebangkitan Kristus adalah
demonstrasi dari kekuasaan Allah yanng nyata. Ia menganggap bahwa secara sekilas dapat
dilihat manusia yang telah mati dan hidup kembali adalah pelanggaran dari hukum alam yang
telah Allah ciptakan. Namun dalam konteks Yesus, kebangkitan seperti inilah yang sangat
dibutuhkan oleh manusia. Bagi Swinburne, Perjanjian Baru tidak pernah sedikitpun
membahas kebangkitan Yesus sebagai sebuah peristiwa mistis ataupun spiritual. Melainkan,
teks Perjanjian Baru ini melihat kebangkitan Kristus sebagai informasi yang faktual dan
benar-benar terjadi. Secara doktrinal, Swinburne menjelaskan bahwa Kristus melalui
kebangkitan-Nya adalah jalan bagi manusia untuk dapat menyelamatkan diri mereka melalui
7
N. T. Wright, The Resurrection of the Son of God, 392.
8
Louis Berkhof, Teologi Sistematika : Doktrin Allah, Terj. Yudha Thianto, (Surabaya: Penerbit Momentum,
2008), 167.
6
Yesus dengan cara menerima Dia dan percaya pada-Nya.9 Berdasarkan penjelasan dari
Berkhof dan Swinburne ini, kita dapat melihat bahwa kebangkitan Kristus memiliki
signifikansi yang penting bagi manusia. Adapun lebih lanjut mengenai pentingnya
kebangkitan Kristus bagi manusia dalam perspektif Dogmatika ini akan dilihat lebih rinci dan
lebih jelas yaitu sebagai berikut.
9
Richard Swinburne, The Resurrection of God Incarnate, (Oxford: Oxford University Press, 2003), 187.
10
Louis Berkhof, Teologi Sistematika : Doktrin Allah, 154-155.
7
3. Kebangkitan Yesus dan Hubungannya dengan Iman Kristen
11
Fleming Rutledge, The Crucifixion : Understanding the Death of Jesus Christ, (Michigan: Eerdmans
Publishing, 2015), 50-52.
12
Peter F. Carnley, The Resurrection : The State of the Questions, dalam Stephen T. Davis dkk, Peny. The
Resurrection : An Interdisciplinary Symposium on the Resurrection of Jesus, (Oxford, Oxford University Press,
1997) , 15-16.
8
C. Kesimpulan
Pada akhirnya, dapat disimpulkan mengenai kebangkitan Kristus dalam beberapa poin
yakni sebagai berikut.
1. Manusia telah berdosa tanpa terkecuali. Oleh karena dosa yang dimilikinya, manusia
tidak dapat dekat dengan Allah. Hal ini karena Allah adalah suci dan Ia tidak dapat
mendekati diri-Nya dengan dosa.
2. Untuk itu, Allah menghadirkan diri-Nya dalam Yesus yang juga adalah Allah.
Tujuannya adalah supaya Yesus dapat menebus dosa manusia tersebut, dan pada
akhirnya memungkinkan manusia untuk menjadi dekat dengan Allah.
4. Kebangkitan Kristus jugalah yang menghidupkan iman Kristen, dan Iman Kristen ini
tidak akan pernah ada tanpa Yesus.