Anda di halaman 1dari 9

Kebangkitan Kristus dan Iman Kebangkitan

Abstrak

Kekristenan dimulai dari tindakan penebusan Kristus kepada manusia. Manusia yang
sebelumnya berdosa, kini telah ditebus dan telah layak untuk menerima keselamatan. Hal ini
berkat Yesus yang telah mengorbankan diri-Nya di kayu salib, dan kemudian bangkit
menaklukkan kematian itu. Tujuannya adalah supaya orang yang percaya kepada-Nya dapat
menerima keselamatan (Yoh. 3:16). Sehingga, adalah hal yang penting untuk mengimani
kebangkitan dari Kristus sebagai orang Kristen. Sebab dari keselamatan inilah manusia dapat
menerima kebangkitan. Untuk mengimani hal ini, manusia perlu terlebih dahulu memahami
mengenai apa itu kebangkitan Kristus. Hal ini penting supaya pada akhirnya manusia dapat
mengetahui apa yang mereka imani, dan mengimani apa yang mereka ketahui.

Kata Kunci : Yesus Kristus, Kebangkitan, Iman

A. Pendahuluan

Dalam pencarian mengenai keselamatan, tentunya Teologi Kristen memusatkannya


kepada Yesus Kristus. Dalam pemahaman Kristologis ini, teologi maupun dogmatika Kristen
mengakui Yesus sebagai tokoh sentral dalam pemahaman Kekristenan. Allah Bapa juga hadir
di dalam diri Yesus, dimana Yesus juga adalah Firman dari-Nya (Yoh. 1:1). Sehingga dapat
dipahami bahwa kebangkitan dari Kristus juga adalah bagian penting dari diri-Nya ini. Sebab,
kebangkitan inilah tujuan dari kedatangan Yesus ke dunia. Kematian dan kebangkitan yang
dijalankan oleh Yesus adalah karya keselamatan kepada manusia yang diberikan oleh Allah.
Keselamatan ini kemudian diimani melalui bantuan hikmat dari Roh Kudus yang membantu
manusia untuk memelihara iman tersebut. Dengan beranjak kepada pemahaman ini, maka
kita dapat mengetahui bahwa penjelasan mengenai kebangkitan Kristus adalah hal yang
dibutuhkan oleh orang Kristen. Sebab dengan mengetahui kebangkitan ini secara teologis
dan dogmatis, dapat dikenal lebih dalam mengenai bagaimana cara Allah dapat bekerja untuk
memberikan keselamatan kepada manusia sebagai suatu berkat. Hal ini akan dijelaskan oleh
penulis secara singkat dan sederhana, namun tetap tidak mengabaikan poin-poin penting
mengenai kebangkitan Kristus ini. Penulis juga akan menjelaskannya secara Alkitabiah, yaitu
dengan berdasarkan teks-teks Alkitab yang menjelaskan peristiwa kebangkitan ini. Kemudian

1
melalui dogmatika yang dihubungkan dengan Kristologi Yesus, penulis akan menjelaskan
secara sederhana mengenai makna kebangkitan ini dan hubungannya bagi iman Kristen.

B. Pembahasan

Dalam pembahasan ini, penulis akan membaginya menjadi tiga bagian yang berkaitan
langsung dengan kebangkitan Kristus. Bagian pertama akan mencari tahu landasan
Alkitabiah dari kebangkitan Kristus dan pada saat yang sama melakukan eksposisi terhadap
teks-teks yang ada pada keempat Injil, yaitu Injil Matius, Markus, Lukas, dan Yohanes.
Bagian kedua kemudian akan menjelaskan bagaimana kebangkitan Yesus dapat dipahami
sebagai ajaran Dogmatis, terutama berkaitan langsung dengan doktrin keselamatan manusia.
Bagian ketiga kemudian akan membahas mengenai pengertian teologis terhadap kebangkitan
Kristus. Yakni, penulis akan melihat bagaimana kebangkitan Yesus dapat dimaknai
berdasarkan Iman dengan menggunakan penjelasan teologis.

1. Kebangkitan Kristus Menurut Injil

Dalam tulisan ini, penulis akan memakai keempat Injil (Matius, Markus, Lukas, dan
Yohanes) sebagai sumber Primer di dalam memahami kebangkitan Kristus. Akan dilihat juga
mengenai perspektif dari masing-masing Injil ini mengenai kebangkitan Yesus.

 Matius

Dalam Injil Matius, terdapat suatu pengingat mengenai bagaimana Yesus yang telah
dibangkitkan (The Risen Jesus) dapat membuka suatu pemahaman eskatologis yang baru
mengenai tidak hanya bagaimana manusia dapat diselamatkan, namun juga mengenai
bagaimana Ia akan datang kembali. Yesus yang telah bangkit di dalam Injil Matius
digambarkan hadir untuk menginstruksikan kepada murid-murid-Nya unutk mengabarkan
kebangkitan-Nya tersebut kepada segala bangsa di dalam sebuah Amanat Agung (Mat.
28:19). Secara doktrinal, pernyataan ini diinterpretasikan sebagai perintah untuk memaknai
kebangkitan Kristus sebagai sebuah tindakan Allah yang Tritunggal (baptislah mereka dalam
nama Bapa, Putera, dan Roh Kudus). Selain itu Yesus juga mengatakan bahwa sekarang Ia
telah diberikan otoritas di bumi dan di surga, dan Ia akan selalu menyertai manusia pasca
kebangkitan-Nya tersebut. Pada saat yang sama Yesus juga menjanjikan kepada murid-
murid-Nya bahwa mereka akan menerima kuasa dari Roh Kudus yang akan datang untuk
menghampiri mereka semua (Kis. 1:8). Berdasarkan ayat-ayat ini, dapat dilihat bahwa Matius
hendak menghadirkan kebangkitan Yesus sebagai sebuah kesaksian. Yesus yang telah

2
bangkit telah selesai menaklukkan kematian, dan sekarang Ia sudah menerima kemuliaan dari
kebangkitan tersebut. Matius dalam Injilnya lebih banyak terpusat kepada masa depan. Yaitu
bagaimana pasca kebangkitan-Nya, orang-orang percaya dapat dibantu dan juga dituntun
untuk dapat memaknai kebangkitan dari Yesus. Selain itu, Injil Matius juga menggambarkan
kebangkitan Yesus sebagai peristiwa yang tidak dapat terulang lagi, dan hanya dapat terjadi
sekali untuk selamanya bagi keselamatan manusia. Keselamatan manusia ini dinyatakan
sudah selesai setelah Yesus dibangkitkan dari kematian.1

 Markus

Injil Markus berfokus kepada kehidupan baru yang dapat diterima oleh orang percaya
setelah ia menerima Yesus yang telah bangkit. Markus juga tidak segan-segan
memberitahukan mengenai tantangan yang mungkin akan dihadapi oleh orang percaya dalam
mengikut Kristus (Mark. 8:35). Akan tetapi kepada orang yang berhasil melalui segala uji
coba dan kemudian tetap memelihara imannya kepada Yesus, Injil Markus menyampaikan
kabar baik bahwa akan ada kehidupan baru yang akan diberikan kepada mereka yang percaya
tersebut. Injil Markus juga menuliskan mengenai kebangkitan Kristus sebagai suatu hal yang
memang harus Ia jalani, termasuk juga kepada penderitaan yang harus Ia alami (Mark.
10:33). Dalam Markus, Yesus digambarkan sudah mengetahui penderitaan yang harus Ia
hadapi sebelum Ia akan dapat dibangkitkan dan dimuliakan dari penderitaan tersebut (Mark.
8:31). Untuk itu Yesus harus menderita sebelum Ia bangkit.2

Sebelumnya sama seperti Matius, penulis dari Injil Markus juga menuliskan Injil ini
sebagai suatu kesaksian yang diperoleh dari saksi mata. Akan tetapi, Injil Markus adalah Injil
yang tertua dari keempat Injil ini, dan tulisannyalah yang paling mendekati apabila
dibandingkan dengan ketiga Injil lainnya, terutama Injil Yohanes yang paling terakhir
dituliskan. Di dalam kesaksian ini, Markus hadir untuk menjalankan suatu Injil yang
mengungkapkan makna dari kebangkitan Kristus. Dengan kata lain, penulis Injil Markus
berusaha untuk menjelaskan di dalam tulisannya mengenai mengapa Yesus harus mati dan
dibangkitkan, dan apa maknanya itu bagi para pembacanya. Markus kemudian menjelaskan
ini semua melalui suatu narasi sederhana yang berpuncak kepada kematian dan kebangkitan

1
Matthew Levering, Did Jesus Rise from the Dead? : Historical and Theological Reflections, (Oxford: Oxford
University Press, 2019), 62-63.
2
N. T. Wright, The Resurrection of the Son of God, (London: Society for Promoting Christian Knowledge,
2003), 388.

3
Yesus. Dalam Markus 16:1-8, terdapat juga narasi yang membentuk pemikiran Markus ini
mengenai bagaimana Yesus dapat bangkit.3

 Lukas

Injil Lukas menuliskan bahwa ketika Yesus sedang disalibkan, ia menjanjikan


kehidupan surgawi (Firdaus, Paradise) bersama dengan-Nya setelah ia dibangkitkan (Luk.
23:43). Perkataan ini hanya dapat ditemukan di dalam Injil Lukas, dan merupakan salah satu
keunikan dari Injil tersebut. Penulis Injil Lukas juga memaknai bahwa Yesus akan bangkit
dengan tujuan untuk menebus manusia, termasuk juga kepada bangsa Israel (Luk. 24:21).
Dalam tulisannya, Lukas lebih berfokus untuk memberikan pengharapan kepada pembacanya
untuk percaya kepada Yesus yang telah bangkit itu. Hal ini disampaikan oleh Lukas
seringkali kepada kaum-kaum Marjinal yang telah banyak terpinggirkan di masyarakat.
Sehingga, Lukas menghadirkan keselamatan dari kebangkitan Yesus yang bersifat universal.
Hal ini dalam artian bahwa setiap orang tanpa terkecuali dan tanpa memandang statusnya
dapat memiliki hak untuk menerima keselamatan di dalam kebangkitan Yesus. Pengharapan
ini dibawakan oleh Injil Lukas dengan mengingat kematian Yesus, yang harus dilakukan
demi keselamatan manusia. Pengorbanan Yesus ini berdasarkan Injil Lukas dinilai perlu
untuk dapat membawakan manusia kepada Allah dan juga merupakan cara Allah untuk
merekonsiliasi hubungan-Nya dengan manusia melalui Yesus.4

Menurut N. T. Wright, kebangkitan Kristus adalah inti ataupun tema utama yang
membentuk Injil Lukas. Hal ini dikarenakan Wright melihat bahwa Lukas memiliki
penekanan khusus terhadap kebangkitan Kristus, dan lebih banyak berfokus kepada
kebangkitan-Nya itu apabila dibandingkan dengan tulisan Lukas mengenai kelahiran Yesus.
Bahkan di dalam kisah kelahiran Yesus, Ia yang baru saja lahir itu segera disebut sebagai
penyelamat dan memberikan harapan (Lukas 1-2). Sehingga dalam narasinya, Injil Lukas
telah mengantisipasi keselamatan yang akan dibawakan dari kebangkitan Kristus. Lukas juga
memandang kebangkitan Kristus bukan sebagai sebuah metafora, melainkan sebuah
kebangkitan yang sungguh-sungguh terjadi di dalam diri Yesus. Lukas dalam narasinya juga
mempersiapkan pembacanya untuk memahami bahwa kebangkitan Yesus memang adalah

3
Matthew Levering, Did Jesus Rise from the Dead? : Historical and Theological Reflections, 67.
4
James H. Charlesworth, Resurrection : The Origin and Future of a Biblical Doctrine, (London: T & T Clark
Publishing, 2006), 160.

4
tujuan utama dari kehidupan-Nya di dunia. Bagi Lukas, keselamatan adalah tujuan utama
yang harus ditempuh oleh manusia melalui diri Yesus.5

 Yohanes

Dalam tulisannya ini, penulis Injil Yohanes berupaya untuk menegaskan bahwa
kebangkitan Yesus adalah kebangkitan jasmani. Artinya, Yesus telah bangkit dari kematian
dan telah menaklukkan kematian itu, dan Ia menampakkan diri-Nya kepada murid-murid-
Nya ini sebagai manusia. Yohanes dalam Injilnya ini banyak menggunakan kata kehidupan
dan kematian secara konsisten. Sebagai contoh dalam Yoh. 10:17-18 Yesus berbicara
mengenai kehidupan itu. Sebagai inkarnasi dari Allah, Yohanes menggambarkan Yesus
sebagai bagian dari diri Allah, namun pada saat yang sama Ia adalah Allah itu sendiri sebagai
Logos (firman) dari-Nya. Injil Yohanes juga menuliskan tujuan dari inkarnasi Allah di dalam
diri Yesus dalam Yoh. 10:10, yaitu supaya manusia dapat memperoleh kehidupan oleh karena
keselamatan yang telah mereka terima dari kebangkitan Yesus. Di sisi yang berbeda
mengenai kematian Injil Yohanes juga menuliskan bahwa kematian yang dialami oleh Yesus
adalah kematian manusiawi yang nyata dan benar-benar terjadi (Yoh. 12:23). Sehingga, tidak
dapat diragukan lagi bahwa kematian ini bukanlah rekayasa belaka. Dalam pemahaman
antropologisnya ini, penulis Injil Yohanes menyampaikan kepada pembacanya bahwa
kematian Kristus adalah kematian yang memang diperlukan untuk menyelamatkan manusia.
Ini semua ia gambarkan sebagai suatu pengorbanan, yang dilakukan dengan berbasis kasih
Allah kepada manusia ciptaan-Nya yang percaya pada-Nya (Yoh. 3:16).6

Meskipun ketika dibandingkan, Injil Yohanes tidak memiliki nilai sejarah yang
sekaya dengan yang dimiliki oleh ketiga Injil (terutama Markus), Injil Yohanes memiliki
keunggulan di dalam pemahaman teologisnya. Hal ini karena ia sangatlah unik apabila
dibandingkan dengan Injil Sinoptik (Matius, Markus, dan Lukas). Melalui kebangkitan dari
Lazarus, penulis Injil Yohanes telah menunjukkan kepada pembacanya bahwa Yesus
memiliki kekuasaan yang berada di atas kematian (Yoh 11). Menurut Wright, penekanan
yang diberikan oleh penulis Injil Yohanes di dalam narasi ini adalah mengenai bagaimana
Yesus meskipun ia adalah Anak Manusia, Ia tetap memiliki kekuasaan Ilahi. Yesus sebagai
manusia hanya dapat berada di satu tempat saja. Namun di dalam kekuasaan Ilahi-Nya, Yesus
dapat hadir di berbagai tempat yang berbeda pada saat yang sama. Akan tetapi kebangkitan

5
N. T. Wright, The Resurrection of the Son of God, 389.
6
Sandra M. Schneiders, Jesus Risen in Our Midst : Essays on the Resurrection of Jesus in the Fourth Gospel,
(Minnesota, Liturgical Press, 2014), 65-68.

5
yang akan dihadirkan oleh Yesus ini sangatlah berbeda dengan Lazarus. Setelah
kebangkitannya ini, Lazarus suatu saat akan kembali lagi menghadapi kematian tersebut.
Akan tetapi, Yesus yang adalah inkarnasi dari Allah tidak akan pernah mengalami kematian
itu kembali. Melainkan, Ia dalam kebangkitan-Nya akan hadir untuk memberikan
keselamatan kepada manusia.7

2. Kebangkitan Yesus dalam Pemahaman Dogmatis

Dalam penjelasannya mengenai doktrin Kristus, Louis Berkhof menuliskan bahwa


kebangkitan Yesus yang membawakan keselamatan adalah bentuk nyata dari penebusan yang
bersifat menggantikan. Artinya, Yesus mengorbankan diri-Nya di kayu salib untuk
menggantikan penghukuman yang seharusnya ditimpakan kepada manusia. Yesus menebus
dosa manusia dengan cara menawarkan diri-Nya untuk dihukum. Hal ini menurut Berkhof
tidaklah berlawanan dengan keadilan dan kasih yang dimiliki oleh Allah. Sebelumnya
Berkhof juga menjelaskan mengenai alasan dari perlunya penebusan ini. Ia mengatakan
bahwa penebusan adalah mutlak dibutuhkan oleh manusia. Kejatuhan manusia ke dalam dosa
menjadikan manusia jauh dengan Allah. Hal ini karena Allah adalah suci dan Ia tidak
mungkin bisa dekat atau bahkan bersatu dengan dosa. Sehingga, Allah kemudian
mengorbankan Yesus sebagai tebusan yang menggantikan ini. Dalam pandangan Berkhof, ini
adalah cara yang dipakai oleh Allah untuk dapat memperdamaikan diri-Nya dengan manusia.
Allah harus mengorbankan Yesus yang tidak bersalah untuk menebus manusia yang bersalah.
Sebab, hanya Yesus yang tidak bersalah sajalah yang dapat menebus manusia.8

Signifikansi dari penebusan yang dihasilkan dari kebangkitan Kristus ini juga
dituliskan oleh Richard Swinburne. Menurut Swinburne, kebangkitan Kristus adalah
demonstrasi dari kekuasaan Allah yanng nyata. Ia menganggap bahwa secara sekilas dapat
dilihat manusia yang telah mati dan hidup kembali adalah pelanggaran dari hukum alam yang
telah Allah ciptakan. Namun dalam konteks Yesus, kebangkitan seperti inilah yang sangat
dibutuhkan oleh manusia. Bagi Swinburne, Perjanjian Baru tidak pernah sedikitpun
membahas kebangkitan Yesus sebagai sebuah peristiwa mistis ataupun spiritual. Melainkan,
teks Perjanjian Baru ini melihat kebangkitan Kristus sebagai informasi yang faktual dan
benar-benar terjadi. Secara doktrinal, Swinburne menjelaskan bahwa Kristus melalui
kebangkitan-Nya adalah jalan bagi manusia untuk dapat menyelamatkan diri mereka melalui

7
N. T. Wright, The Resurrection of the Son of God, 392.
8
Louis Berkhof, Teologi Sistematika : Doktrin Allah, Terj. Yudha Thianto, (Surabaya: Penerbit Momentum,
2008), 167.

6
Yesus dengan cara menerima Dia dan percaya pada-Nya.9 Berdasarkan penjelasan dari
Berkhof dan Swinburne ini, kita dapat melihat bahwa kebangkitan Kristus memiliki
signifikansi yang penting bagi manusia. Adapun lebih lanjut mengenai pentingnya
kebangkitan Kristus bagi manusia dalam perspektif Dogmatika ini akan dilihat lebih rinci dan
lebih jelas yaitu sebagai berikut.

Menurut Berkhof, penebusan Kristus dalam kebangkitan-Nya memiliki kaitan


langsung dengan kebenaran Allah. Arti penting dari penebusan ini menurut Berkhof adalah
supaya Allah dapat menunjukkan kebenaran-Nya kepada manusia. Sebelumnya dalam Roma
6:23 Allah telah menyatakan bahwa upah dari ketidaktaatan atau dosa adalah maut. Allah
tentunya tidak berbohong mengenai hal ini, dan memang maut sungguh-sungguh adalah hal
yang harus diterima oleh manusia yang berdosa. Apabila Allah mengatakan sesuatu di dalam
Firman-Nya, apa yang terucap itu adalah kebenaran. Alkitab menurut Berkhof juga telah
banyak menjelaskan dosa bukan sebagai suatu kesalahan moral. Melainkan, dosa adalah
kesalahan yang secara definitif memiliki konsekuensi dan pengaruh yang fatal apabila
dilakukan oleh manusia. Sehingga menurut Berkhof, pengorbanan Yesus di kayu salib ini
akan memiliki makna yang lebih mengagumkan dengan mengingat bahwa Ia menanggung
konsekuensi yang sudah disebutkan oleh Allah. Sebagai korban untuk keselamatan, Yesus
telah menanggung konsekuensi yang seharusnya diterima oleh manusia. Sehingga dapat
dinyatakan dengan mutlak bahwa penebusan memiliki suatu penyebab dan juga diperlukan
oleh manusia. Sedikit lebih jauh lagi, Berkhof memaparkan bahwa Kristus juga hadir untuk
meredamkan murka Allah terhadap dosa yang diperbuat oleh manusia. Ketika Allah
menuntut penghukuman (dan tentunya tidak berkehendak untuk membatalkan penghukuman
itu), Yesus menghadirkan diri-Nya untuk dihukum. Berkof juga menyampaikan ini semua
dengan mengingat bahwa Allah menebus manusia secara Tritunggal. Artinya baik Allah
Bapa, Putera, dan Roh Kudus sama-sama berperan dalam keselamatan manusia. Secara
khusus di dalam kebangkitan Yesus, terdapat suatu pemaknaan khusus mengenai keselamatan
manusia. Setelah kebangkitan Yesus, karya penebusan ini menjadi dinyatakan sudah selesai,
atau dalam bahasa Yunaninya Tetelestai. Setelah Ia dibangkitkan, dosa-dosa manusia secara
definitif sudah dapat dikatakan selesai ditebus. Penghukuman yang seharusnya diberikan
kepada manusia itu juga sudah tidak diperlukan lagi, sebab Yesus sudah menjalankannya.10

9
Richard Swinburne, The Resurrection of God Incarnate, (Oxford: Oxford University Press, 2003), 187.
10
Louis Berkhof, Teologi Sistematika : Doktrin Allah, 154-155.

7
3. Kebangkitan Yesus dan Hubungannya dengan Iman Kristen

Menurut F. Rutledge, kematian dan kebangkitan Yesus adalah jantung yang


menghidupkan iman Kristen. Hal ini karena iman Kristen hanya dapat dilahirkan melalui
pengetahuan dan kepercayaan terhadap peristiwa dari kebangkitan Yesus ini. Ketika manusia
mengimani bahwa Yesus telah bangkit, maka Yesus dapat dikatakan telah diterima oleh
manusia tersebut. Rutledge juga menuliskan bahwa iman bukanlah suatu hal yang dapat
diciptakan oleh manusia. Melainkan, iman adalah pemberian dari Allah yang juga dituntun
oleh Roh Kudus-Nya. Sebagai contoh dapat dilihat dalam Roma 1:17 dimana Paulus
menuliskan bahwa Injil itu diungkapkan melalui iman untuk menumbuhkan iman itu sendiri.
Injil juga bukan hanya sekedar memelihara Iman yang diberikan oleh Allah saja, melainkan
ia dapat mendorong manusia kepada perbuatan yang sesuai dengan iman tersebut. Iman
Kristen ini menurut Rutledge akan selalu didasari oleh pengetahuan dan juga kepercayaan
mengenai Kristus, terutama kekuasaan-Nya yang hadir di masa kini melalui keselamatan
yang telah Ia berikan melalui kebangkitan-Nya. Supaya Ia bisa bangkit, terlebih dahulu Yesus
haruslah menjalani pengorbanan dan mati di kayu salib. Sehingga, kematian dan kebangkitan
dari Yesus ini adalah dua hal yang tidak terpisahkan.11

Dalam tulisannya, Peter F. Carnley juga menyebutkan iman Kristen mengenai


kebangkitan Kristus sebagai Iman Paskah (Easter Faith). Carnley menjelaskan bahwa inti
dari iman ini tidak banyak berfokus kepada bukti-bukti sejarah (meskipun bukti tersebut tidak
sepenuhnya diabaikan), melainkan kepada kepercayaan religius yang sehubungan langsung
dengan iman Kristen. Iman paskah ini menurutnya adalah ekspresi yang dapat mewakili
bagaimana orang Kristen pada masa kini dapat memaknai keselamatan sesuai dengan konteks
yang telah mereka hadapi. Dalam memaknai kebangkitan ini, Easter Faith muncul untuk
menghadirkan kebangkitan Yesus supaya manusia dapat mengetahui dan memahaminya. Jika
dibandingkan sebelumnya oleh Rutledge, Carnley juga melihat peristiwa kebangkitan Kristus
sebagai jantung dari Iman Paskahnya ini. Sebab, kebangkitan Kristus inilah yang menjadi
penggerak sekaligus pelaksana utama dari Iman Kristen. 12 Sehingga, hubungan antara iman
dan juga kebangkitan Kristus dapat diketahui dengan jelas berdasarkan penjelasan
sebelumnya ini, yakni iman adalah pemaknaan terhadap kebangkitak Kristus.

11
Fleming Rutledge, The Crucifixion : Understanding the Death of Jesus Christ, (Michigan: Eerdmans
Publishing, 2015), 50-52.
12
Peter F. Carnley, The Resurrection : The State of the Questions, dalam Stephen T. Davis dkk, Peny. The
Resurrection : An Interdisciplinary Symposium on the Resurrection of Jesus, (Oxford, Oxford University Press,
1997) , 15-16.

8
C. Kesimpulan

Pada akhirnya, dapat disimpulkan mengenai kebangkitan Kristus dalam beberapa poin
yakni sebagai berikut.

1. Manusia telah berdosa tanpa terkecuali. Oleh karena dosa yang dimilikinya, manusia
tidak dapat dekat dengan Allah. Hal ini karena Allah adalah suci dan Ia tidak dapat
mendekati diri-Nya dengan dosa.

2. Untuk itu, Allah menghadirkan diri-Nya dalam Yesus yang juga adalah Allah.
Tujuannya adalah supaya Yesus dapat menebus dosa manusia tersebut, dan pada
akhirnya memungkinkan manusia untuk menjadi dekat dengan Allah.

3. Untuk menebus dosa manusia, Yesus harus mengorbankan diri-Nya dengan


mengalami kematian di Kayu salib dan kemudian mengalami kebangkitan.
Kebangkitan inilah yang secara konkrit memulai keselamatan kepada manusia yang
percaya kepada-Nya.

4. Kebangkitan Kristus jugalah yang menghidupkan iman Kristen, dan Iman Kristen ini
tidak akan pernah ada tanpa Yesus.

Anda mungkin juga menyukai