www.ifi.or.id
KETETAPAN
KONGRES NASIONAL FISIOTERAPI INDONESIA XII
NOMOR : O2 / TAP / KONAS XII / V / 2016
tentang
Memperhatikan : Sidang Pleno Kongres Nasional Fisioterapi Indonesia XII tahun 2016
pemilihan Presidium
Memutuskan
4. Hal-hal yang belum diatur dalam ketetapan ini akan diatur kemudian
dengan peraturan khusus yang dikeluarkan oleh Pengurus Pusat
Ikatan Fisioterapi Indonesia sepanjang tidak bertentangan dengan
Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga yang berlaku.
Ditetapkan di : Denpasar
Pada tanggal : 25 Mei 2016
lampiran : Ketetapan Kongres Nasional Fisioterapi Indonesia XII
Nomor : O2 / Tap / Konas XII/ V / 2016
ANGGARAN DASAR
IKATAN FISIOTERAPI INDONESIA
MUKADIMAH
Dengan Rahmat Tuhan Yang Maha Esa, kami Fisioterapis Indonesia bertekad untuk
mengisi kemerdekaan Indonesia demi tercapainya kehidupan masyarakat yang sehat dan
sejahtera.
Bahwa untuk mencapai kehidupan masyarakat yang sehat dan sejahtera yang berasaskan
Pancasila dan berdasarkan Undang-Undang Dasar 1945 di dalam wadah Negara Kesatuan
Republik Indonesia, perlu meningkatkan pelayanan profesi fisioterapi terhadap masyarakat
dengan berpegang teguh kepada Sumpah Profesi Fisioterapis dan Kode Etik Fisioterapi
Indonesia.
Bahwa peningkatan pelayanan profesi fisioterapi terhadap masyarakat, hanya dapat
dilakukan jika semangat persatuan dan kesatuan Fisioterapis Indonesia yang telah terwujud sejak
tahun 1968, dapat ditumbuhkembangkan dengan jalan mempersatukan semua potensi fisioterapi
Indonesia dalam satu wadah organisasi.
Untuk mencapai cita-cita, maksud dan tujuan organisasi tersebut disusun kebijakan-
kebijakan, upaya-upaya serta langkah-langkah yang konkrit dan terarah dan berpedoman pada
Anggaran Dasar sebagai berikut :
BAB I
NAMA, WAKTU, DAN KEDUDUKAN
Pasal 1
Organisasi ini bernama “ Ikatan Fisioterapi Indonesia” disingkat IFI dan dalam bahasa inggris
disebut Indonesian Physiotherapy Association disingkat IPA
Pasal 2
Organisasi fisioterapi didirikan di Surakarta pada tanggal 10 Juni 1968 untuk jangka waktu tidak
di tentukan dan telah disahkan pemerintah.
Pasal 3
Induk organisasi IFI berkedudukan di Ibu Kota Negara Kesatuan Republik Indonesia.
BAB II
ATRIBUT
Pasal 4
Atribut organisasi terdiri dari Lambang ,Panji Organisasi,dan Mars di tetapkan oleh Kongres
Nasional Fisioterapi Indonesia
BAB III
ASAS DAN DASAR
Pasal 5
Azas dan Dasar Ikatan Fisioterapi Indonesia Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945
BAB IV
STATUS
Pasal 6
a. Ikatan Fisioterapi Indonesia adalah satu-satunya organisasi profesi fisioterapi di Indonesia
yang bersifat bebas tidak berafiliasi kepada organisasi politik tertentu
b. Ikatan Fisioterapi Indonesia merupakan wadah pengembangan profesi, dan komunikasi
dengan pemerintah dan pihak lain yang terkait, mengenai hal hal yang berhubungan dengan
pengembangan keilmuan, Pendidikan profesi, pelayanan Fisioterapi, peraturan Fisioterapi,
dan pengabdian kepada masyarakat.
BAB V
TUJUAN,PERAN DAN FUNGSI
Pasal 7
1. IFI bertujuan untuk mewujudkan kesehatan nasional dengan pelayanan fisioterapi
profesional, mandiri dan bermartabat.
2. IFI berperan sebagai mitra strategis pemerintah dan swasta, yang secara aktif mengupayakan
usaha-usaha bagi pembangunan Indonesia menuju derajat kesehatan masyarakat yang
bermartabat khususnya di bidang Fisioterapi.
BAB VI
USAHA
Pasal 8
IFI melakukan usaha-usaha dan kegiatan kegiatan sebagai berikut :
1. Menjalin kerjasama secara aktif dengan Pemerintah, organisasi-organisasi profesi kesehatan,
asosiasi-asosiasi dan badan badan lainya serta pihak pihak terkait.
2. Memberikan masukan kepada pemerintah dalam membentuk kebijakan dan bekerjasama
dalam pelaksanaan program-program kesehatan.
3. Menegakkan, memelihara dan mengawasi terlaksananya Kode Etik Profesi Fisioterapi
Indonesia dengan menjunjung tinggi sumpah profesi fisioterapis.
4. Melakukan komunikasi aktif dan kerjasama dengan organisasi- organisasi sejenis baik antar
negara, tingkat regional maupun Internasional di bidang riset, pengetahuan, pendidikan,
tehnologi dan profesi.
5. Menetapkan sikap, menyalurkan aspirasi dan kepentingan anggota, menyampaikan pendapat
dan usulan kepada pemerintah.
6. Meningkatkan mutu pendidikan fisioterapi, penelitian dan pengembangan ilmu fisioterapi,
serta ilmu-ilmu yang berhubungan dengan itu.
7. Melaksanakan upaya upaya untuk kesejahteraan anggota.
8. Melaksanakan usaha-usaha lain yang berguna untuk mencapai tujuan sepanjang tidak
bertentangan dengan asas, dasar, dan status IFI.
9. Ikut aktif menciptakan dan memelihara sistem kesehatan nasional yang bermartabat.
BAB VII
KEANGGOTAAN
Pasal 9
Anggota IFI terdiri dari :
1. Anggota Biasa
2. Anggota Luar Biasa
3. Anggota Kehormatan.
BAB VIII
STRUKTUR ORGANISASI
Pasal 10
Kekuasaan
Kekuasaan tertinggi organisasi secara berjenjang adalah sebagai berikut :
1. Kongres Nasional,
2. Musyawarah Kerja Nasional
3. Musyawarah Daerah,
4. Musyawarah Cabang dan
5. Musyawarah Komisariat.
Pasal 11
Struktur Kepemimpinan
Tingkat Pusat
Terdiri dari Pengurus Pusat IFI, Kolegium Fisioterapi (KF), Majelis Kehormatan Etik dan
Disiplin Fisioterapi (MKDF) yang masing-masing memiliki wewenang dan tanggung jawab
sesuai tugasnya.
Pengurus Pusat IFI adalah pimpinan organisasi IFI di tingkat pusat, yang melaksanakan kegiatan
eksekutif organisasi dan bertanggung jawab untuk dan atas nama organisasi.
Kolegium Fisioterapi (KF) adalah salah satu unsur pimpinan di tingkat pusat yang berperan dan
bertanggung jawab untuk mengkoordinasikan kegiatan internal organisasi dalam bidang
pendidikan dan penelitian.
Majelis Kehormatan dan Disiplin Fisioterapi (MKDF) adalah salah satu unsur pimpinan di
tingkat pusat yang berperan dan bertanggung jawab untuk mengkoordinasikan kegiatan internal
organisasi dalam bidang disiplin dan etika Fisioterapi.
Tingkat Provinsi
Tingkat Kabupaten/Kota
Pasal 12
Organisasi Binaan
Organisasi binaan adalah berupa perhimpunan dan komunitas.
BAB IX
KEKAYAAN
Pasal 13
Kekayaan organisasi :
1. Kekayaan organisasi terdiri dari benda-benda bergerak dan benda-benda tidak bergerak yang
dimiliki organisasi.
2. Kekayaan yang bersifat uang
3. dan lain-lain, misalnya hak cipta.
Pasal 14
Sumber keuangan IFI diperoleh dari :
1. Uang pangkal anggota.
2. Uang iuran anggota.
3. Sumber-sumber lain yang sah dan tidak mengikat.
BAB X
KONGRES
Pasal 15
Kongres Nasional adalah badan legislatif tertinggi IFI dan merupakan musyawarah utusan
daerah dan cabang.
BAB XI
LAMBANG DAN LAGU
Pasal 16
Lambang Ikatan Fisioterapi Indonesia ditetapkan oleh kongres dan diatur tersendiri sepanjang
tidak bertentangan dengan Anggaran Dasar ini.
Pasal 17
Lagu Mars Ikatan Fisioterapi Indonesia ditetapkan oleh kongres.
BAB XII
PERUBAHAN ANGGARAN DASAR
Pasal 18
1. Perubahan anggaran dasar hanya dapat dilakukan dalam kongres.
2. Usulan perubahan diajukan oleh pengurus pusat, pengurus daerah, pengurus cabang.
3. Usulan perubahan harus sudah diterima pengurus pusat selambat-lambatnya 3(tiga) bulan
sebelum kongres
BAB XIII
PEMBUBARAN ORGANISASI IFI
Pasal 19
Pembubaran organisasi hanya dapat dilakukan oleh kongres yang diadakan khusus untuk itu, atas
usul dari sekurang-kurangnya setengah jumlah cabang
BAB XIV
ATURAN TAMBAHAN
Pasal 20
Hal-hal yang belum diatur dalam Anggaran Dasar, dimuat dalam Anggaran Rumah Tangga IFI
sepanjang tidak bertentangan dengan Anggaran Dasar IFI
Pasal 21
Pengesahan anggaran dasar ditetapkan pada Kongres
ANGGARAN RUMAH TANGGA
IKATAN FISIOTERAPI INDONESIA
BAB I
KEANGGOTAAN
Pasal 1
Ketentuan :
1. Anggota biasa IFI adalah Warga Negara Indonesia yang mempunyai ijasah
pendidikanFisioterapiminimal Diploma Tigalulusan dalam atau luar negeri yang sah dan
diakui oleh pemerintah Republik Indonesia.
2. Anggota luar biasa IFI terdiri dari Fisioterapis Warga Negara Asing yang melakukan
pelayanan fisioterapi di Indonesia atas ijin pemerintah Republik Indonesia.
3. Anggota kehormatan IFI adalah mereka yang telah ditetapkan oleh IFI sebagai anggota
kehormatan atas dasar jasa-jasanya terhadap pengembangan fisioterapi.
Pasal 2
Tata cara penerimaan anggota :
1. Anggota biasa dapat diterima oleh Pengurus Cabang setempat setelah mendaftarkan diri
secara tertulis dan membuat pernyataan persetujuan terhadap Anggaran Dasar dan Anggaran
Rumah Tangga IFI dengan cara mengisi formulir pendaftaran dan membayar uang pangkal
serta melampirkan ijazah pendidikan Fisioterapi terakhir yang diakui pemerintah dan bagi
lulusan luar negeri harus melampirkan surat keterangan penyetaraan. Selanjutnya dilaporkan
ke pengurus daerah dan pengurus pusat untuk diketahui dan dicatat diregistrasi.
2. Anggota luar biasa dapat diterima oleh pengurus cabang setempat setelah mendaftarkan diri
secara tertulis dan membuat pernyataan persetujuan terhadap Anggaran Dasar dan Anggaran
Rumah Tangga IFI dengan cara mengisi formulir ke pengurus Pusat serta melampirkan
ijazah pendidikan Fisioterapi terakhir dan surat keterangan penyetaraan yang diakui
pemerintah, serta mendapat ijin dari pemerintah untuk mendapatkan pertimbangan dan
disahkan oleh Pengurus Pusat IFI dengan tembusan ke pengurus daerah.
3. Bilamana ditempat calon tersebut berada belum ada Pengurus cabang IFI, pendaftaran
dilakukan melalui pengurus cabang terdekat.
4. Anggota Kehormatan diusulkan oleh pengurus cabang atau pengurus daerah terdekat ke
pengurus pusat atau langsung oleh Pengurus Pusat untuk disahkan oleh kongres dalam
bentuk Surat Keputusan setelah melalui pertimbangan-pertimbangan terhadap jasa-jasa yang
bersangkutan pada pengembangan fisioterapi Indonesia dalam hal pelayanan, regulasi,
pendidikan dan penemuan teknologi fisioterapi. Kriteria pertimbangan diatur tersendiri
dalam surat keputusan Pengurus Pusat IFI.
Pasal 3
Hak Anggota :
1. Anggota biasa berhak memilih dan dipilih, mengeluarkan pendapat, mengajukan usul atau
pernyataan secara lisan maupun tertulis kepada pengurus dan mengikuti semua kegiatan
organisasi.
2. Anggota luar biasa dan anggota kehormatan tidak berhak memilih dan dipilih, berhak
mengeluarkan pendapat, mengajukan usul atau pernyataan secara lisan maupun tertulis
kepada pengurus dan mengikuti semua kegiatan organisasi.
3. Tiap Anggota berhak mendapatkan perlindungan dan pembelaan dalam melaksanakan tugas
IFI dan atau pekerjaan di bidang Fisioterapi.
4. Anggota biasa berhak atas informasi yang berkaitan dengan profesi
Pasal 4
Kewajiban anggota :
1. Anggota biasa dan anggota luar biasa berkewajiban menjunjung tinggi dan mengamalkan
sumpah Profesi fisioterapi dan kode etik Fisioterapi Indonesia, Anggaran Dasar dan
Anggaran Rumah Tangga serta segala peraturan dan keputusan IFI.
2. Anggota biasa dan anggota luar biasa wajib membayar uang pangkal dan uang iuran.
3. Anggota biasa dan anggota luar biasa wajib mengikuti kegiatan yang diadakan oleh cabang
setempat minimal 1x dalam setahun.
4. Anggota biasa, anggota luar biasa dan anggota kehormatan berkewajiban menjaga dan
mempertahankan kehormatan IFI.
BAB II
Pasal 5
Anggota IFI dapat merangkap menjadi anggota dan/ atau rangkap jabatan pada
organisasi profesi kesehatan lain sepanjang tidak bertentangan dengan kehormatan dan
etika fisioterapi serta tidak mengganggu tugasnya.
Pasal 6
Kehilangan Keanggotaan :
Anggota biasa kehilangan keanggotaannya karena meninggal dunia, atas permintaan sendiri atau
diberhentikan oleh pengurus pusat IFI atas rekomendasi dari pengurus cabang dan atau pengurus
daerah.
Anggota luar biasa kehilangan keanggotaannya karena meninggal dunia, atas permintaan sendiri
atau diberhentikan oleh pengurus pusat IFI dan/atau atas rekomendasi pengurus cabang dan atau
pengurus daerah.
Anggota dapat diberhentikan karena bertindak mencemarkan nama baik IFI atau bertentangan
denganAnggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga, Sumpah Profesi Fisioterapi atau Kode
Etik Fisioterapi Indonesia.
Keanggotaan anggota biasa dapat diberhentikan sementara apabila yang bersangkutan tidak
menjalankan kewajiban selama dua tahun berturut-turut.
Pasal 7
SANKSI
Tata cara pemberian sanksi dan pembelaan akan diatur dalam ketentuan dan peraturan
tersendiri.
BAB II
KEKUASAAN ORGANISASI
Pasal 8
KONGRES
1. Status
a. Kongres merupakan kekuasaan tertinggi organisasi
b. Kongres adalah musyawarah nasional fisioterapi indonesia yang diwakili oleh utusan
daerah, utusan cabang, dan diberi nama Kongres Nasional Fisioterapi Indonesia
c. Kongres diadakan sekali dalam 5(lima) tahun.
d. Peserta Kongres terdiri dari Pengurus Pusat, Utusan Pengurus Daerah, Utusan Pengurus
Cabang, Kolegium Fisioterapi (KF) dan Majelis Kehormatan Dan Disiplin Fisioterapi
(MKDF)
e. Utusan cabang menampung aspirasi anggota dan masyarakat yang berada di daerah
tempat cabang berada, untuk disampaikan pada Kongres Fisioterapi Indonesia
f. Dalam keadaan luar biasa, dapat diadakan sewaktu-waktu atas usul sekurang-kurangnya
satu cabang dan mendapat persetujuan sekurang-kurangnya setengah dari jumlah cabang
yang ada secara tertulis.
g. Pengurus pusat menyelenggarakan kongres luar biasa selambat-lambatnya tiga bulan
setelah surat usulan diterima.
2..Kekuasaan dan wewenang
a. Menilai pertanggungjawaban Pengurus Pusat dan ketua Kolegium Fisioterapi, ketua
Majelis Kehormatan dan Disiplin Fisioterapi (MKDF)
b. Laporan pertanggungjawaban serta tindaklanjutanya diatur dalam keputusan
kongres.
c. Menetapkan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga (AD/ART), Pedoman-
pedoman Pokok serta Garis-garis Besar Haluan dan Program Kerja IFI.
d. Memilih dan Menetapkan Ketua Umum, dan Wakil Ketua Umum IFI
e. Menetapkan Ketua Kolegium Fisioterapi, Ketua Mejelis Kehormatan dan Disiplin
Fisioterapi
f. Menetapkan tuan rumah penyelenggara kongres berikutnya.
g. Menetapkan pengangkatan seseorang sebagai anggota kehormatan IFI.
h. Mengukuhkan, menon-aktifkan atau membubarkan perhimpunan dalam lingkungan
IFI , ketentuan diatur tersendiri oleh Kolegium fisioterapi.
i. Membuat keputusan membatalkan atau memperkuat tindakan pemberhentian
keanggotaan oleh pengurus pusat.
j. Membentuk dan menetapkan panitia ad hock, badan-badan khusus/ badan
kelengkapan IFI.
k. Menyetujui dan menetapkan Persatuan, Perhimpunan dan komunitas sebagai
organisasi binaan Ikatan Fisioterapi Indonesia.
3..Tata Tertib Kongres
a. Kongres diselenggarakan oleh Pengurus Pusat IFI bersama Panitia Pelaksana kongres
yang dibentuk oleh pengurus IFI Pusat.
b. Panitia pelaksana kongres adalah pengurus cabang yang telah ditetapkan sebagai tuan
rumah dalam kongres sebelumnya.
c. Pengurus pusat adalah penanggungjawab penyelenggaraan kongres.
d. Pengurus cabang sebagai Panitia pelaksana kongres bertanggung jawab atas teknis
penyelenggarakan kongres
e. Kongres dihadiri oleh Pengurus Pusat, Ketua/Utusan Pengurus Daerah, Ketua/Utusan
Pengurus Cabang, Ketua Kolegium Fisioterapi), Ketua Majelis Kehormatan dan disiplin
Fisioterapi ,anggota biasa dan peserta lain atas undangan Pengurus IFI Pusat sebagai
peninjau.
f. Kongres dianggap sah apabila dihadiri oleh lebih dari setengah jumlah cabang yang ada
dan lebih dari setengah dari jumlah pengurus daerah.
g. Bila persyaratan pada butir (f) tidak terpenuhi, maka kongres ditunda paling lama satu
kali 24 jam, dan setelah itu Kongres dianggap sah dengan utusan cabang yang hadir.
h. Ketua Pengurus Cabang atau utusan pengurus cabang yang hadir dengan mandat resmi
dari Ketua pengurus Cabang mempunyai hak bicara dan hak suara, sedangkan peninjau
hanya mempunyai hak bicara atas permintaan Presidium.
i. Ketua/Utusan Pengurus Daerah mempunyai hak bicara dan hak suara.
j. Pengurus pusat, Ketua Kolegium Fisioterapi, Ketua Majelis Kehormatan dan disiplin
Fisioterapi,mempunyai hak bicara dan tidak mempunyai hak suara.
k. Sidang pengesahan Kuorum, Pengesahan jumlah suara masing-masing cabang
dandaerah, pengesahan tata tertib Kongres dan Pemilihan Presidium dipimpin oleh
Ketua Panitia Pelaksana Kongres.
l. Selanjutnya Kongres dipimpin oleh Presidium yang dipilih dari dan oleh Peserta
Kongres dalam sidang pleno.
m. Presidium merupakan perwakilan seluruh wilayah Indonesia yaitu (1) ketua panitia
mewakili tuan rumah, (2) perwakilan propinsi DKI Jakarta, (3) Perwakilan Kepulauan
Sumatera, (4) perwakilan daerah Jawa Barat dan Banten, (5) Perwakilan daerah Jawa
tengah dan DIY, (6) Perwakilan Jawa Timur, Bali, NTB, dan NTT. (7) Perwakilan
kepulauan Kalimantan, Sulawesi, Maluku dan Papua.
n. Presidium terdiri dari satu orang ketua merangkap anggota, satu orang sekretaris
merangkap anggota dan lima orang anggota.
o. Ketua dan Sekretaris Presidium dipilih oleh anggota presidium.
p. Mekanisme pengambilan keputusan dalam Kongres dilaksanakan dalam sidang pleno
dan sidang khusus.
q. Apabila laporan Pertanggungjawaban Ketua Umum Pengurus Pusat IFI dan Ketua
Kolegium Fisioterapi), Ketua Majelis Kehormatan dan disiplin Fisioterapi) selesai, maka
Pengurus Pusat IFI dan Ketua Kolegium Fisioterapi Ketua Majelis Kehormatan dan
disiplin Fisioterapi (MKDF) dinyatakan demisioner dan berstatus sebagai peninjau
setelah mendapat penilaian oleh kongres.
r. Laporan Pertanggungjawaban Ketua Umum Pengurus Pusat IFI dan Ketua Kolegium
Fisioterapi), Ketua Majelis Kehormatan Fisioterapi diserahkan kepada Presidium.
s. Apabila laporan pertanggungjawaban Ketua umum Pengurus Pusat IFI dan Ketua
Kolegium Fisioterapi, Ketua Majelis Kehormatan dan Disiplin Fisioterapi (MKDF)
dinyatakan ditolak oleh kongres maka yang bersangkutan tidak bisa dicalonkan kembali.
t. Untuk pembubaran IFI harus Kongres khusus yang dihadiri oleh utusan cabang yang
mewakili sekurang-kurangnya ¾ (tiga per empat) dari jumlah anggota. Dan keputusan
sah apabila disetujui oleh paling kurang 2/3 ( dua per tiga ) dari jumlah peserta yang
hadir/terwakili.
u. Banyaknya suara cabang dalam Kongres adalah
1) 5 sampai dengan 20 anggota : Satu Suara
2) 21 sampai dengan 40 anggota : Dua Suara
3) 41 sampai dengan 60 anggota : Tiga Suara
4) 61 sampai dengan 80 anggota : Empat Suara
5) Selanjutnya setiap penambahan 20 anggota mendapat tambahan satu suara dengan
jumlah
v. Banyaknya suara daerah dalam kongres adalah satu suara per daerah.
Pasal 9
MUSYAWARAH DAERAH
1. Status
a. Musyawarah daerah (MUSDA) merupakan forum pengambilan keputusan tertinggi di
tingkat daerah.
b. Musda adalah musyawarah utusan cabang-cabang dalam satu daerah.
c. Musda diadakan sekali dalam 5 (lima)tahun.
d. Dalam keadaan luar biasa musda dapat diadakan sewaktu-waktu atas usul atau inisiatif
satu cabang dan mendapat persetujuan lebih dari 50% jumlah cabang yang ada dalam
daerah tersebut.
e. Diantara musyawarah daerah, pengurus daerah dapat melaksanakan rapat kerja daerah,
yang dimaksudkan untuk menilai dan kemudian memperbaiki/mengadaptasi
pelaksanaan program kerja pengurus daerah.
Pasal 10
MUSYAWARAH CABANG
1. Status
a. Musyawarah cabang (muscab) merupakan forum pengambilan keputusan tertinggi
di tingkat daerah.
b. Musyawarah cabang adalah musyawarah anggota IFI dalam satu cabang.
c. Musyawarah cabang diadakan sekali dalam 5 (lima) tahun.
d. Dalam keadaan luar biasa Musyawarah cabang dapat diadakan sewaktu-waktu atas
usul atau inisiatif sekurang-kurangnya lima anggota dan mendapat persetujuan
lebih dari 50% jumlah anggota cabang yang ada dalam daerah tersebut.
e. Diantara Musyawarah cabang, pengurus cabang dapat melaksanakan rapat kerja
cabang, yang dimaksudkan untuk menilai dan kemudian memperbaiki/mengadaptasi
pelaksanaan program kerja pengurus cabang.
Pasal 11
MUSYAWARAH KERJA NASIONAL (MUKERNAS)
1. Status
a. Musyawarah Kerja Nasional adalah rapat pengurus IFI yang dihadiri oleh segenap
kelengkapan organisasi tingkat pusat dengan Ketua Pengurus Daerah dan Ketua
Pengurus Cabang atau yang mewakili.
b. Musyawarah Kerja Nasional diadakan sekurang-kurangnya sekali dalam periode
pengurusan IFI Pusat
BAB III
KEPEMIMPINAN ORGANISASI
Pasal 12
PENGURUS PUSAT
1. Status
a. Pengurus pusat adalah Badan Eksekutif tertinggi IFI,
b. Bertanggungjawab untuk dan atas nama organisasi
c. Periode Pengurus Pusat IFI adalah diantara 2(dua) kongres yang berurutan yaitu 5 (lima)
tahun.
d. Apabila ketua umum berhalangan atau tidak dapat melaksanakan tugasnya maka jabatan
ketua umum diambil alih oleh pengurus lain sesuai hierarki organisasi.
Pasal 13
PENGURUS CABANG
1. Status
a. Cabang merupakan kesatuan organisasi yang dibentuk di tempat yang mempunyai
sekurang-kurangnya lima anggota biasa.
b. Keberadaan cabang adalah di tingkat Kabupaten atau Kota.
c. Dalam satu kabupaten/kota hanya boleh ada satu cabang.
d. Bila jumlah anggota Fisioterapi dalam satu kabupaten/kota adalah 5 orang dapat
membentuk cabang sendiri atas usulan Pengurus Daerah atau Pengurus Cabang IFI
terdekat dan disahkan oleh IFI pusat, dengan pertimbangan khusus, seperti letak
geografis, minimal 4 (empat) anggota dapat membentuk cabang tersendiri.
e. Jika satu cabang terdiri dari beberapa kabupaten maka harus ditunjuk koordinator
kabupaten.
f. Bila dianggap perlu pengurus IFI cabang dapat membentuk perangkat organisasi lainnya
untuk kepentingan organisasi dan atas sepengetahuan pengurus IFI pusat.
g. Masa jabatan pengurus cabang 5 (lima) tahun atau diantara dua musyawarah cabang
yang berurutan yang pengesahannya dilakukan oleh pengurus pusat.
h. Ketua pengurus cabang yang telah habis masa jabatannya dapat dipilih kembali untuk
periode berikutnya.
i. Seorang anggota bisa menjadi ketua cabang paling banyak dua kali masa kepengurusan,
Selanjutnya dapat dipilih kembali setelah jeda masa kepengurusan yang lain.
Pasal 14
PENGURUS DAERAH
1. Status
a. Pengurus daerah adalah perangkat organisasi ditingkat propinsi yang berkedudukan di
ibu kota propinsi.
b. Ketua Pengurus Daerah IFI dipilih melalui musyawarah daerah.
c. Pengurus Daerah sekurang-kurangnya terdiri dari 1 orang ketua, 1 orang sekretaris dan 1
orang bendahara.
d. Bila dianggap perlu pengurus Daerah IFI dapat membentuk perangkat organisasi lainnya
untuk kepentingan organisasi dan atas sepengetahuan pengurus pusat IFI.
e. Masa jabatan pengurus daerah 4 (empat) tahun atau diantara dua musyawarah daerah
yang berurutan yang pengesahannya dilakukan oleh pengurus pusat.
f. Ketua pengurus daerah yang telah habis masa jabatannya dapat dipilih kembali untuk
periode berikutnya.
g. Seorang anggota hanya bisa menjadi ketua pengurus daerah paling banyak dua kali masa
jabatan baik secara berurutan maupun tidak berurutan.
h. Struktur kelengkapan pengurus daerah IFI disesuaikan dengan struktur kelengkapan
pengurus pusat IFI.
i. Pengurus daerah tidak boleh merangkap jabatan pengurus cabang
1. Kekuasaan dan wewenang
a. Mewakili kegiatan IFI di tingkat Provinsi.
b. Melakukan koordinasi dengan pengurus cabang di daerah Propinsi dalam rangka
kegiatan di daerah Propinsi.
c. Memberikaan laporan tertulis kepada pangurus Pusat IFI tentang pelaksanaan program
kerja serta hasil kerja yang telah dilaksanakan sekurang-kurangnya satu kali dalam
setahun.
d. Melaksanakan keputusan kongres, keputusan pengurus pusat IFI.
e. Membina hubungan baik dengan semua aparat yang berhubungan dengan upaya
kesehatan pada umumnya dan Fisioterapi pada khususnya di tingkat Propinsi.
f. Melaksanakan musywarah daerah pada akhir masa jabatannya, paling lambat 30 (tiga
puluh) hari kerja sejak masa jabatan berakhir.
g. Bertanggung jawab kepada pengurus Pusat IFI.
Pasal 16
Majelis Kehormatan dan Disiplin Fisioterapi
1. Status
a. Majelis Kehormatan dan Disiplin Fisioterapi adalah badan yudikatif IFI yang
bertanggungjawab memberikan masukan ke badan Eksekutif dalam pengembangan
kebijakan, pembinaan pelaksanaan dan pengawasan penerapan etika Fisioterapi.
b. Majelis Kehormatan dan Disiplin Fisioterapi dibentuk ditingkat Pusat.
2. Kekuasaan dan wewenang
a. Melaksanakan isi anggaran dasar dan rumah tangga IFI serta semua keputusan yang
ditetapkan oleh kongres.
b. Melakukan tugas bimbingan , pengawasan dan penilaian dalam pelaksanaan etik
Fisioterapi, termasuk perbuatan anggota yang melanggar kehormatan etika dan disiplin
fisioterapi berkoordinasi dengan badan eksekutif.
c. Memperjuangan agar kehormatan dan disiplin fisioterapi dapat ditegakkan di Indonesia
d. Membina hubungan baik dengan majelis atau instansi yang berhubungan dengan
kehormatandan disiplin profesi, baik pemerintah maupun organisasi profesi lain.
3. Tata cara pengelolaan
a. Ketua Majelis Kehormatan dan Disiplin Fisioterapi dipilih dan ditetapkan dalam kongres
b. Pengurus Majelis Kehormatan dan Disiplin Fisioterapi adalah anggota biasa.
c. Majelis Kehormatan dan Disiplin Fisioterapi segera menjalankan tugasnya segera setelah
kongres.
d. Majelis Kehormatan dan Disiplin Fisioterapi dapat melakukan kegiatan atas inisiatif
sendiri ataupun atas usul serta permintaan.
Pasal 17
Kolegium Fisioterapi
1. Status
a. Kolegium Fisioterapi adalah badan khusus IFI yang bertanggungjawab memberikan
masukan ke badan eksekutif dalam pengembangan kebijakan, pembinaan pelaksanaan
dan pengawasan penerapan sistem pendidikan Fisioterapi.
b. Kolegium Fisioterapi dibentuk ditingkat Pusat.
2. Kekuasaan dan wewenang
a. Melaksanakan isi anggaran dasar dan rumah tangga IFI serta semua keputusan yang
ditetapkan oleh kongres.
b. Mempunyai kewenangan pengawasan terhadap badan eksekutif dalam pelaksanaan
kegiatan yang berkaitan dengan pengelolaan sistem pendidikan bidang fisioterapi.
c. Mewakili IFI dalam bidang pendidikan fisioterapi setelah berkoordinasi dengan
eksekutif.
d. Menyusun kurikulum pendidikan fisioterapi
Pasal 18
Organisasi Binaan merupakan organisasi pendukung IFI dan dibawah naungan IFI, bisa berupa
Persatuan, Perhimpunan dan Komunitas
1. Syarat Pendirian
a. Jumlah anggota sekurang-kurangnya 20 (duapuluh) orang
b. Mempunyai AD/ART yang sekurang-kurangnya memuat maksud, tujuan, visi dan misi
dibentuknya organisasi yang tidak bertentangan dengan AD-ART IFI.
c. Mempunyai program kerja yang jelas.
d. Disyahkan dengan surat keputusan Pengurus Pusat IFI.
e. Masa jabatan satu periode kepengurusan paling lama 5 (lima) tahun
2. Keanggotaan
a. Keanggotan bersifat sukarela dan terbuka bagi seluruh anggota ikatan fisioterapi
Indonesia.
b. Anggota harus terdaftar sebagai anggota IFI.
3. Status
a. Organisasi binaan merupakan organisasi dibawah IFI, bertanggungjawab kepada anggota
dan Pengurus Pusat IFI
b. Memberikan masukan ke pengurus Pusat IFI tentang kebijakan program pengembangan
pendidikan dan pelayanan.
BAB III
KEPUTUSAN
Pasal 19
1. Semua keputusan yang diambil dalam organisasi dan badan kelengkapan IFI dilakukan
secara musyawarah dan mufakat.
2. Jika musyawarah dan mufakat tidak berhasil maka keputusan diambil atas dasar perhitungan
suara terbanyak.
3. Keputusan yang menyangkut perseorangan dilakukan secara bebas dan rahasia.
BAB IV
KEKAYAAN
Pasal 20
1. Besarnya uang pangkal dan uang iuran anggota ditetapkan oleh kongres dan pemungutannya
dilaksanakan oleh pengurus cabang.
2. Pengurus cabang diwajibkan menyerahkan dari uang pangkal dan iuran anggota yang
besarannya ditetapkan kongres kepada pengurus pusat sebesar 25%, pengurus daerah sebesar
10%, dan penyerahannya sekurang-kurangnya satu tahun sekali.
3. Untuk kepentingan masing-masing cabang, pengurus cabang dapat menetapkan iuran
tambahan atas dasar musyawarah dan mufakat musyawarah cabang.
4. Kekayaan organisasi dikuasai dan dikelola serta dipertanggungjawabkan oleh pengurus yang
bersangkutan.
BAB V
PERUBAHAN ANGGARAN DASAR DAN ANGGARAN RUMAH TANGGA
SERTA PEMBUBARAN ORGANISASI
Pasal 21
Perubahan anggaran dasar dan anggaran rumah tangga
1. Perubahan anggaran dasar dan anggaran rumah tangga hanya dapat dilakukan dalam
kongres.
2. Rencana perubahan tersebut diajukan oleh pengurus pusat atau pengurus cabang kepada
kongres.
3. Rencana perubahan dari pengurus cabang harus sudah diterima pengurus pusat selambat-
lambatnya 3(tiga) bulan sebelum kongres
Pasal 22
Pembubaran Organisasi IFI hanya dapat dilakukan oleh Kongres Khusus yang diusulkan oleh
pengurus cabang yang mewakili sekurang-kurangnya tiga per empat dari jumlah anggota.
BAB VI
PERALIHAN
Pasal 23
1. Sebelum pengurus daerah terbentuk sesuai dengan ketentuan dalam Anggaran Dasar dan
Anggaran Rumah Tangga ini, fungsi dan peran pengurus daerah dilaksanakan oleh
koordinator daerah atau pengurus Cabang IFI yang berada di ibu kota propinsi
2. Pengurus Daerah dibentuk selambat-lambatnya enam bulan sejak Anggaran Dasar dan
Anggaran Rumah Tangga ini ditetapkan.
BAB VII
PENUTUP
Pasal 24
1. Anggaran Dasar Dan Anggaran Rumah Tangga ini bersifat mengikat bagi seluruh anggota
Ikatan Fisioterapi Indonesia
2. Hal-hal yang belum diatur dalam Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga dapat diatur
dengan Keputusan Musyawarah Nasional maupun Keputusan Pengurus Pusat IFI, sepanjang
tidak bertentangan dengan Anggaran Dasar Dan Anggaran Rumah Tangga ini.