Universitas Semarang
t1.l.o*n
Titik Nurhayati. S.T. M.Eng
Nrs.196907091997021001 NIS. 06557 003102025
NIS.06557003102025
il
-
YAYASAN ALUMNI UNIVERSII'AS DIPO\EGORO
UNIVERSITAS SENIARANG
Sekretariat: Jl, Soekarno Hatta Tlogosari Semarang 50196'l'clp.(024\6102757 tt ar.(024)6102272
SURAT KETERANGAN
HASIL UJIAN TA
PROGRAM STUDI 51 ST TEKNIK ELEKTRO
JURUSAN TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK
Yang bertanda tangan dibawah ini Ketua Prograrr Smdi S I Teknik L,lektro I.akultas Teknik Uniyersitas
Serrarang. menerangkan bahu,a mahasiswii :
I KARNOTo.ST. MT 6-.'n'riciak
,/, Rcrisi
,a'\ .y'
-"c(,
q,
Titik Nurhayati, ST, M.Eng r'Tidak Revrsi
2.
firW,r--uh
3. Hannini, ST, M.Eng Revisi ' Tidak Revisi
Demikian surat keterangan ini dibr"rat agar dapat digunakan sebagaiLnana rnesrinvr.
An.Del<an
Ka. P:ogcli SI Tcknik F.lekno
fl',, hr,.---l
Titik Nurhayati. S. L. M.Eng.
NIS. 06557003 r02025
*) Coret yang tidak perlu
6
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS
NIM c.411.14.0044
Tanda Tangan
t0 Frbrua'r 70\t
Tanggal
^*J1-
I
ABSTRAK
Transformator dalam proses kerjanya tidak lepas dari gangguan atau masalah,
salah satunya yaitu ketidakseimbangan beban. Kejadian ini sering terjadi dalam
dunia Industri karena adanya ketidakseimbangan dalam pembagian energi listrik
pada masing-masing fasanya (fasa R, fasa S dan fasa T). Akibat adanya
ketidakseimbangan beban tersebut akan menimbulkan arus yang mengalir pada
penghantar netral transformator. Transformator 2500 KVA departemen spinning 4
setelah dilakukan pengukuran pada 14 November 2018 dalam kondisi Lagging
dimana arus Tertinggal tegangan. Nilai arus antar fasa yang didapat adalah
iv
ABSTRACT
The transformer in the working process can not be separated from interference or
problems, one of which is load imbalance. This event often occurs in the
industrial world because of an imbalance in the distribution of electrical energy
in each phase (phase R, phase S and phase T). As a result of the load imbalance
will cause a current flowing in the transformer neutral conductor. 2500 KVA
transformer in spinning 4 department after measurement on November 14, 2018
in Lagging condition where the current left behind voltage. The value of the inter-
phase current obtained is Iab = 2565,37∠0,87 ° A, Ibc = 2622,64∠-122,55 ° A,
Ica = 2458,85∠117,98 ° A while the voltage value between the phases is Vab =
397,76∠30, 16 ° V, Vbc = 399.74∠-90.20 ° V, and Vca = 396.55∠149.73 ° V. The
calculation results show that there is a neutral current (In) that appears which is
57,17∠107,33 ° A. The percentage of voltage imbalance shows a 0.5% result
where the percentage value is still in tolerance, the NEMA standards Publication
MG 1-1998 (Revision 3,2002) with a maximum limit of 1%
v
KATA PENGANTAR
laporan ini dimaksudkan sebagai salah satu syarat yang harus dipenuhi oleh setiap
Selesainya laporan Tugas akhir ini tidak lepas dari dukungan dari berbagai
pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima
kasih kepada :
Semarang.
3. Ibu Titik Nurhayati, ST, M.Eng Selaku Ketua Jurusan Teknik Elektro
vi
6. Orang tua dan keluarga yang telah memberikan bantuan dukungan
akhir ini.
yang diharapkan, Untuk itu saran dan kritik sangat diharapkan, untuk itu saran dan
kritik sangat diharapkan demi penyempurnaan skripsi ini. Semoga hasil penelitian
ini dapat bermanfaat untuk para akademisi, praktisi ataupun untuk penelitian-
penelitian selanjutnya. Akhir kata penulis mohon maaf atas kekurangan dan
kesalahan yang ada pada penyusunan ini. Semoga laporan ini dapat bermanfaat
Penulis
vii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL........................................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN............................................................................. ii
ABSTRAK ........................................................................................................ iv
ABSTRACT ....................................................................................................... v
viii
2.2.3 Tipe Close Loop ....................................................................... 12
ix
2.13 Segitiga Daya .................................................................................... 40
4.3 Perhitungan Daya Aktif, Daya Reaktif, dan Daya Semu pada
Transformator 2500 KVA departemen spinning 4 ................................... 53
4.3.1 Perhitungan Daya Aktif, Daya Reaktif, dan Daya Semu ......... 54
x
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.18 Tiga Fasor Seimbang Yang Merupakan Komponen Simetris dari
tiga fasor tak seimbang........................................................................................ 30
xi
Gambar 2.22 Gelombang Sinus Pada Faktor Daya Leading .............................. 39
Gambar 3.1 Sudut Hasil Pengukuran dan Tegangan R,S dan T ......................... 42
Gambar 3.3 Daya Aktif, Daya Reaktif Daya Semu dan Faktof Daya................. 43
Gambar 4.3 Gambar Komponen urutan positif tegangan dan arus ..................... 65
Gambar 4.4 Gambar Komponen urutan negaitif tegangan dan arus ................... 66
Gambar 4.5 Diagram Fasor Hasil Pengukuran Arus Sebelum Ada IN ............... 70
Gambar 4.6 Diagram Fasor Hasil Pengukuran Arus Setelah Ada IN ................. 71
Gambar 4.7 Diagram Fasor Hasil Pengukuran Arus sebelum dan setelah bergeser
akibat adanya IN ............................................................................................... 71
Gambar 4.8 Diagram Fasor Hasil Perhitungan Arus antar fasa Sebelum Adanya
In ......................................................................................................................... 72
Gambar 4.9 Diagram fasor Hasil Perhitungan Arus antar fasa Setelah bergeser
Adanya In ........................................................................................................... 73
Gambar 4.10 Diagram Fasor hasil pengukuran tegangan sebelum bergeser Adanya
Vn ....................................................................................................................... 74
Gambar 4.11 Diagram Fasor hasil pengukuran tegangan setelah bergeser Adanya
Vn ....................................................................................................................... 75
xii
Gambar 4.12 Diagram fasor hasil pengukuran tegangan sebelum dan setelah
bergeser akibat adanya Vn ................................................................................. 75
Gambar 4.13 Diagram Fasor Hasil Perhitungan Tegangan antar fasa Sebelum
bergeser akibat Adanya Vn ................................................................................. 76
Gambar 4.14 Diagram Fasor Hasil Perhitungan Tegangan antar fasa Setelah
bergeser akibat Adanya Vn ................................................................................. 76
Gambar 4.15 Diagram fasor arus hasil pengukuran dan tegangan setelah bergeser
akibat adanya in................................................................................................... 77
Gambar 4.16 Diagram Fasor Arus Beban Seimbang dan Beban Tidak Seimbang
............................................................................................................................. 81
Gambar 4.17 Diagram Fasor Tegangan Beban Seimbang dan Beban Tidak
Seimbang
............................................................................................................................. 82
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel 4.7 Hasil Pengukuran dan Perhitungan Total Daya Aktif, Daya Reaktif dan
Daya Semu .......................................................................................................... 57
Tabel 4.8 Hasil Perhitungan Komponen Urutan positif Tegangan dan Arus ..... 64
Tabel 4.9 Hasil Perhitungan Komponen Urutan Negatif Tegangan dan Arus.... 64
xiv
BAB 1
PENDAHULUAN
utama. Energi listrik adalah energi yang mudah dikonversi menjadi besaran energi
lain, seperti besaran mekanis, besaran thermis. Beban – beban listrik di industri
sangat bervariasi seperti misalnya beban penerangan, peralatan listrik, atau motor-
motor listrik. Pada proses pendistribusian listrik biasanya sering kali terjadi beban
tidak seimbang tiap – tiap fasa transformator distribusinya (fasa R, fasa S, dan
fasa T) akibat ketidakseimbangan beban tersebut maka muncul arus netral (In)
munculnya arus netral (In). Akibat munculnya dampak tersebut penulis bermaksud
dan T serta menghitung arus netral (In) pada penghantar netral trafo tersebut dan
1
2
atau kecilnya nilai arus netral (In), hal ini dijelaskan dengan lebih
1.3 Tujuan
1. Tujuan
bebanya dan menghitung nilai Vab, Vbc, Vca dan Iab, Ibc, Ica
lagging.
3
komponen simetri Vab, Vbc, Vca dan Iab, Iac, dan Ica serta urutan
sudah diterbitkan.
2. Manfaat
Manfaat yang dapat di ambil dari pembuatan tugas akhir ini yaitu:
sudut fasa Iab,Ibc,Ica dan Vab, Vbc, dan Vca serta In hasil
simetris.
4
1. Metode Observasi :
perhitungan pergeseran sudut antar fasa IR,IS dan IT serta Va, Vb, Vc
2. Metode Interview :
fasa IR, IS dan IT serta arus netral yang terdapat pada transformator
distribusi.
5
BAB I PENDAHULUAN
penulisan.
pergeseran sudut atar fasa IR, IS dan IT serta Va, Vb, Vc dan arus netral
BAB IV PEMBAHASAN
ICA dan Menggambarkan pergeseran sudur antar fasa IR, IS dan IT serta
BAB V PENUTUP
ketidakseimbangan beban antar fasa IR, IS, IT dan Va, Vb Vc dan arus
netral.
BAB II
DASAR TEORI
Saluran atau sistem distribusi tenaga listrik merupakan salah satu komponen
yang mendistribusikan energi listrik dari gardu induk ke pusat beban. Secara garis
besar, suatu sistem tenaga listrik yang lengkap mengandung empat unsur. Pertama,
adanya suatu unsur pembangkit tenaga listrik. Tegangan yang di hasilkan oleh pusat
transmisi lengkap dengan gardu induk. Karena jaraknya yang biasanya jauh, maka
diperlukan penggunaan Tegangan tinggi (TT) dan atau Tegangan Ekstra Tinggi (TET).
Ketiga, adanya saluran distribusi, yang biasanya terdiri atas saluran distribusi primer
dengan Tegangan Menegah (TM) dan saluran distribusi sekunder dengan Tegangan
Rendah (TR). Keempat, adanya unsur pemakaian atau utilisasi, yang terdiri atas
instalasi pemakaian tenaga listrik. Instalasi rumah tangga biasanya memakai tegangan
atau tegangan tinggi. Gambar 2.1 memperlihatkan skema suatu sistem tenaga listrik
Gambar 2.1 memperlihatkan skema suatu sistem tenaga listrik. Perlu dikemukakan
bahwa suatu sistem dapat terdiri atas beberapa sub sistem yang saling berhubungan,
atau yang biasa disebut sebagai sistem terinterkoneksi. Sebagaimana diketahui, pada
sistem distribusi terdapat dua bagian, yaitu distribusi primer, yang menggunakan
7
8
Fenomena arus netral sekunder pada trafo distribusi terjadi di semua gardu. Pada beban
tak seimbang timbul arus netral yang tinggi. Namun pada beban yang seimbang
terdapat juga arus netral. Sehingga bila ada arus netral pada beban seimbang maka
Timbulnya arus netral yang tinggi pada pembebanan tak seimbang ini akibat
perbedaan sudut arus dan tegangan yang cukup besar. Yaitu melebihi 300.
Beban non linier banyak digunakan dalam industri maupun rumah tangga.
penyumbang beban non linier sedangkan untuk rumah tangga adalah penggunaan
tegangan tinggi ini terletak antara gardu induk dengan gardu pembagi, yang memiliki
tegangan sistem lebih tinggi dari tegangan terpakai untuk beban. Standar tegangan
untuk jaringan distribusi primer ini adalah 12 dan 20 KV (sesuai standar PLN).
tegangan rendah (JDTR), merupakan jaringan yang berfungsi sebagai penyalur tenaga
listrik dari gardu-gardu pembagi (gardu distribusi) ke pusat – pusat beban (konsumen
tenaga listrik). Besarnya standar tegangan untuk jaringan distribusi sekunder ini adalah
127/220 V untuk sistem lama, dan 220/380 V untuk sistem baru, serta 440/ 550 V untuk
lebih besar dari tegangan nominalnya. Penetapan ini sebanding dengan besarnya nilai
tegangan jatuh (voltage drop) yang telah ditetapkan berdasarkan PUIL 661 F.1, Bahwa
rugi - rugi daya pada suatu jaringan adalah 15%.pembatasan tersebut stabilitas
untuk menghubungkan gardu induk sebagai suplay tenaga listrik dengan gardu – gardu
Pola ini merupakan pola yang paling sederhana dan umumnya banyak
tingkat keandalan yang rendah. Jaringan Tipe Radial dapat dilihat pada gambar 2.2
berikut :
kehandalan yang lebih tinggi dan umumnya sistem ini dapat dipasok dalam satu gardu
induk. Dimungkinkan juga dari gardu induk lain tetapi harus dalam satu sistem di sisi
tegangan tinggi, karena hal ini diperlukan untuk manuver beban pada saat terjadi
gangguan.
Jaringan Tipe Open Loop dapat dilihat pada gambar 2.3 dibawah ini :
Sistem close loop ini layak digunakan untuk jaringan yang di pasok dari satu
gardu induk,memerlukan sistem proteksi yang lebih rumit biasanya menggunakan rele
arah (bidirectional). Sistem ini mempunyai kehandalan yang lebih tinggi disbanding
sistem yang lain. Jaringan Tipe Close Loop dapat dilihat pada gambar 2.4 berikut :
Sistem ini pada umumnya banyak digunakan di Distribusi Jakarta Raya dan
Tangerang. Memiliki kehandalan yang relative tinggi karena disediakan satu expres
feeder / penyulang tanpa beban dari gardu induk sampai gardu hubung. Biasanya pada
tiap penyulang terdapat gardu tengah (middle point) yang berfungsi untuk titik manufer
apabila terjadi gangguan pada jaringan tersebut. Jaringan Tipe Spindel dapat dilihat
Sistem Cluster sangat mirip dengan sistem spindel, Juga disediakan satu feeder
khusus tanpa beban (feeder expres). Jaringan Tipe Cluster dapat dilihat pada gambar
2.6 berikut :
Transformator adalah suatu peralatan statis yang terdiri dari dua koil atau
tegangan yang berbeda (secara umum) dalam suatu sistem elektrik yang
medan magnetik. Pada dasarnya transformator terdiri dari dua kumparan yang
dibangkitkan dalam inti bahan magnetik, gambar 2.7. Kumparan yang dihubungkan
dengan sumber arus bolak-balik diberi nama kumparan primer, dan kumparan yang
lebih besar dari pada tegangan primer, maka trafo tersebut dinamakan trafo step up.
Namun bila tegangan sekunder lebih kecil dari pada tegangan primer, maka dinamakan
trafo step down. Jika tegangan primer sama dengan tegangan sekunder, maka dikatakan
memisahkan dua buah rangkaian yang berbeda. Suatu trafo dapat digunakan sebagai
trafo step up atau step down tergantung cara menghubungkannya, yakni dengan
membalik sisi-sisinya.
menjadi:
1. Transformator daya
beban transmisi.
2. Transformator distribusi
yang terbuat dari bahan ferromagnet akan terbentuk sejumlah garis-garis gaya
balik,maka fluks yang terbentuk pada inti akan mempunyai arah dan jumlah
yang terjadi akan berbentuk sinusoidal pula,fluks tersebut mengalir melalui inti
yang mana pada inti tersebut terdapat belitan primer dan sekunder, maka pada
belitan primer dan sekunder tersebut akan timbul ggl (gaya gerak listrik)
induksi,tetapi arah ggl induksi primer berlawanan dengan arah ggl induksi
frekuensi sumbernya.
transformator tegangan)
18
listrik pada sistem tiga fasa (arus bolak-balik). Pada sisi primer dan sekunder
masing-masing mempunyai lilitan identic dengan 3 buah transformator satu fasa, yang
ujung kumparan primer dan sekunder dapat disambung (dihubungkan) secara bintang
(Y) atau segitiga (∆). Identik dengan 3 buah transformator satu fasa, yang ujung
kumparan primer dan sekunder dapat disambung (dihubungkan) secara bintang(I) atau
segitiga.
Arus yang mengalir di IA,IB dan IC disebut degan arus saluran (IL). Arus yang
melewati IAN,IBN dan ICN disebut arus fasa (IP) dimana N adalah titik netral yang
merupakan titik temu salah satu ujung ketiga kumparan. Tegangan fasa adalah VAB,VBN
Pada hubung bintang terdapat titik netral dan saluran netral yang akan mengaliri arus
IN = IA + IB + IC……………………………………………………………………..(2.1)
tegangannya adalah :
19
Dari vector diatas berlaku hubungan IL = Ip dan VAB = √3 VAN atau VL = √3 VP.
Ketiga belitan trafo diatas identik, maka besarnya daya pada hubung bintang adalah:
S = 3 (VL/√3) IL atau S = √3 VL IL
IA = IB = IC = IL
IL = IPH
VL-L = VPH
Dimana :
tiga fasa, dimana cara penyambungannya ialah ujung akhir lilitan fasa pertama
di sambung dengan ujung mula lilitan fasa kedua, akhir fasa kedua dengan
ujung mula fasa ketiga dan akhir fasa ketiga dengan ujung mula fasa pertama.
Dari diagram vector diketahui arus IA (arus jala-jala) adalah √3 x IAB (arus fasa)
Untuk beban tidak seimbang IA= IAB – ICA, IB = IBC – IAB,IC = ICA – IBC, Dimana
IA = IB = IC = IL
IL = IPH
21
VL-L = VPH
Dimana :
menyediakan titik netral untuk sistem listrik yang tidak memiliki titik netral.
Pada transformator Zig-zag masing-masing lilitan tiga fasa dibagi menjadi dua
Tiga buah lilitan phasa pada sisi primer dan pada sisi sekunder dapat
primer dan sekunder adalah sama dengan rasio setiap trafo. Sehingga, terjadi
pergeseran fasa sebesar 30° antara tegangan fasa-netral (L-N) dan tegangan
Hubungan bintang-bintang ini akan sangat baik hanya jika pada kondisi beban
seimbang. Karena, pada kondisi beban seimbang menyebabkan arus netral (In)
akan sama dengan nol. Arus netral akan timbul apabila terjadi
Y-Y pada transformator tiga fasa dapat dilihat pada gambar 2.15. Pada
Tegangan fasa primer sebanding dengan tegangan phasa sekunder dan perbandingan
VIp √3vphp
= ………………………………………………………………………....(2.7)
VIs √3Vphs
23
tegangan. Rasio antara sekunder dan primer tegangan fasa-fasa adalah 1/√3 kali rasio
setiap trafo. Terjadi sudut 30° antara tegangan fasa-fasa antara primer dan sekunder
yang berarti bahwa trafo Y-∆ tidak bisa diparalelkan dengan trafo Y-Y atau trafo ∆-∆.
Hubungan transformator Y-∆ dapat dilihat pada gambar 2.16. Pada hubungan ini
tegangan kawat ke kawat primer sebanding dengan tegangan phasa primer (VLP = Vphp),
Dan tegangan kawat ke kawat sekunder sama dengan tegangan phasa (VLS = VPHS),
VIp √3Vphp
= =√3a………………………………………………………….………(2.8)
VIs √3Vphs
24
dilihat pada gambar 2.17. Pada hubungan ∆-Y, tegangan kawat ke kawat primer sama
dengan tegangan phasa primer (VLP = Vphp) dan tegangan sisi sekundernya (VLS = √3
VIp √3Vphp a
= = ……………………………………………………………………(2.9)
VIs √3𝑉𝑝ℎ𝑠 √3
25
phasa sama untuk sisi primer dan sekunder transformator (VRS = VST = VTR =
VIp √3Vphp
= √3Vphs = a…………………………………………………………...(2.10)
VIs
IL = √3 Ip…………………………………………………………………(2.11)
Dimana :
Ip = arus phasa
26
Transformator 3 phasa hubungan delta- delta dapat pula dilihat pada gambar
Yang dimaksud dengan keadaan seimbang adalah suatu keadaan yang dimana:
dimana salah satu atau kedua syarat keadaan seimbang tersebut tidak terpenuhi.
1. Ketiga vektor tidak sama besar tetapi membentuk sudut 120° satu sama lain.
2. Ketiga vektor sama besar tetapi tidak membentuk sudut 120° satu sama lain.
27
3. Ketiga vektor tidak sama besar dan tidak membentuk sudut 120° satu sama
lain.
Untuk lebih jelasnya dapat digambarkan dengan vektor diagram arus pada
gambar 2.19
Gambar 2.16 (a) Vektor Diagram Arus dalam keadaan seimbang dan
Gambar 2.16 (a) menunjukkan vektor diagram arus dalam keadaan seimbang.
Disini terlihat bahwa penjumlahan ketiga vektor arusnya (IR, IS dan IT) adalah
sama dengan nol sehingga tidak muncul arus netral (In). Sedangkan pada gambar
2.17 (b) menunjukkan vektor diagram arus yang tidak seimbang. Disini terlihat
bahwa penjumlahan ketiga vektor arusnya (IR, IS dan IT) tidak sama dengan nol,
sehingga muncul sebuah besaran yaitu arus netral (In) yang besarnya tergantung
ketidakseimbangan ini disebabkan oleh pada salah satu fasa dibandingkan fasa-
……………………………………………………………………………(2.12)
Pada kondisi sistem distribusi tegangan rendah akibat dari kondisi beban yang
tidak seimbang akan mengalir arus pada kawat netral pada transformator arus yang
mengalir pada kawat netral yang merupakan arus bolak-balik untuk sistem distribusi
tiga fasa empat kawat adalah penjumlahan vector dari ketiga arus fasa dalam komponen
simetris. Menurut fortescue menyatakan tiga fasor tegangan tak seimbang dari sistem
tiga fasa dapat diuraikan menjadi tiga fasa yang seimbang dengan menggunakan
positif, negative dan urutan nol. Himpunan komponen seimbang tersebut antara lain :
Sebuah sistem tiga phasa tidak seimbang dalam menganalisanya dapat dibentuk
Komponen urutan positif adalah yang terdiri dari tiga fasor yang sama
besarnya, terpisah satu dengan yang lainnya dalam beda fasa sebesar 120°, dan
Komponen urutan negatif adalah tiga fasor yang sama besarnya,terpisah satu
dengan yang lainnya dalam beda phasa sebesar 120°, dan mempunyai urutan
Komponen urutan nol adalah tiga fasor yang sama besarnya dan dengan
pergeseran fasa nol antara fasor yang satu dengan yang lain.
30
fasa sistem dinyatakan sebagai a, b, dan c dengan cara demikian sehingga urutan fasa
tegangan dan arus dalam sistem adalah abc. Jadi,urutan fasa komponen urutan-positif
dari fasor tak seimbang itu adalah abc, sedangkan urutan fasa dari komponen-negatif
adalah acb,jika fasor aslinya adalah tegangan,maka tegangan tersebut dapat dinyatakan
dengan Va, Vb dan Vc. Ketiga himpunan komponen simetris dinyatakan dengan
negatif, dan 0 untuk komponen urutan nol. Komponen urutan-positif dari Va, Vb, dan
Vc adalah Va1, Vb1, dan Vc1, demikian pula komponen urutan-negatif adalah Va2, Vb2,
dan Vc2 , sedangkan komponen urutan-nol adalah Va0, Vb0, dan Vc0.
31
Komponen – komponen urutan ini dijumlahkan secara grafis maka diperoleh tiga fasor
Komponen-komponen urutan positif pada Va,Vb dan Vc adalah Va1,Vb1 dan Vc1.
Komponen- komponen urutan negatifnya adalah Va2, Vb2 dan Vc2. Sedangkan
komponen-komponen urutan nolnya yaitu Va0 , Vb0 dan Vc0. Semua factor-faktor
Pada komponen simetris ini symbol huruf a dipergunakan untuk menunjukkan operator
yang menimbulkan suatu perputaran sebesar 120° dengan arah yang berlawanan
dengan perputaran arah jarum jam. Operator semacam ini adalah merupakan bilangan
kompleks yang besarnya satu dan sudutnya 120° dan didefinisikan sebagai :
operator a dikenakan pada fasor dua kali berturut-turut, maka fasor tersebut akan
Persamaan yang terdahulu sebenarnya dapat pula ditulis untuk setiap himpunan fasor
yang berhubungan, dan kita dapat pula menuliskannya untuk arus sebagai pengganti
tegangan. Persamaan tersebut dapat diselesaikan baik secara analitis maupun secara
untuk arus-arus :
Ia = I1 + I2 + I0…………………………………………………………………….(2.17)
Dalam sistem tiga fasa jumlah arus saluran sama dengan arus In dalam jalur kembali
IN = Ia + Ib + Ic……………………………………………………………………(2.23)
IN = 3 I0…………………………………………………………………………...(2.24)
Jika tidak ada jalur yang melalui netral dari sistem tiga fasa, In adalah nol, dan arus
saluran tidak mengandung komponen urutan nol. Suatu beban dengan hubungan -∆
tidak menyediakan jalur ke netral, dan karena itu arus saluran yang mengalir ke beban
Arus netral dalam sistem distribusi tenaga listrik dikenal sebagai arus yang
mengalir pada kawat netral di sistem distribusi tegangan rendah tiga fasa empat
• Karena adanya arus harmonisa akibat dari beban non linear yang
Arus yang mengalir pada kawat netral yang merupakan arus balik untuk sistem
distribusi tiga fasa empat kawat adalah penjumlahan vektor dari ketiga arus fasa
Arus netral ini sangat berpengaruh pada sistem jika arus netralnya
Dalam sistem distribusi tiga fasa empat kawat keadaan tegangan dan arus yang
simetris,tidak akan ada arus yang mengalir pada kawat netral.Oleh karena itu
ketiga fasanya simetris. Artinya kedua fasanya bergeser -120° dan 120° terhadap
fasa. Referensi, maka analisanya cukup dilakukan berdasarkan satu fasa. Namun
jika tegangan dan arus fasa tidak seimbang maka aka nada arus balik yang
35
Keadaan tidak seimbang adalah keadaan dimana salah satu atau kedua syarat
1. Ketiga vektor sama besar tetapi tidak membentuk sudut 120° satu sama lain.
2. Ketiga vektor tidak sama besar tetapi membentuk sudut 120° satu sama lain.
3. Ketiga Vektor tidak sama besar dan tidak membentuk sudut 120° satu sama
lain.
Adapun upaya untuk mengatasi arus netral yang tinggi dapat melakukan
langkah-langkah yaitu :
1. Pemerataan Beban
distribusi. Arus netral yang tinggi dapat muncul akibat dari pembebanan yang tak
tegangan dan arus yang akhirnya menimbulkan arus netral Beban non linear juga
memberikan andil terhadap tingginya arus netral. Hal ini terjadi pada beban non linear
akan masuk arus urutan nol yang memicu keluarnya arus netral.
36
impedansinya adalah tegangan antar saluran, dan arus yang mengalir lewat masing-
IL
Vp = VL dan Ip=√3………………………………………………………………..(2.25)
P = √3 Vp Ip Cos 𝜑 p……………………………………………………………..(2.27)
A. Daya Semu
transmisi atau distribusi. Daya ini merupakan hasil perkalian antara tegangan
S = Daya semu
B. Daya Aktif
Daya aktif (daya nyata) merupakan daya listrik yang digunakan untuk
C. Daya Reaktif
Daya reaktif merupakan selisih antara daya semu yang masuk pada
penghantar dengan daya aktif pada penghantar itu sendiri, dimana daya ini
terpakai untuk daya mekanik dan panas. Daya reaktif ini adalah hasil kali antara
Untuk 3 fasa :
Dimana :
Faktor daya adalah perbandingan antara daya aktif (watt) dengan daya
semu/daya total (Va), atau cosinus sudut antara daya aktif dan daya semu atau
daya total. Daya reaktif yang tinggi akan meningkatkan sudut ini dan sebagai
hasilnya factor daya akan menjadi lebih rendah. Faktor daya selalu lebih kecil atau
sama dengan satu. Secara Teoritis, jika seluruh beban daya yang dipasok oleh
perusahaan listrik memiliki factor daya satu, maka daya maksimum yang
dan jika factor daya berkisar dari 0,2 hingga 0,5 maka kapasitas jaringan distribusi
listrik menjadi tertekan. Jadi daya reaktif (VAR) harus serendah mungkin untuk
keluaran kW yang sama dalam rangka meminimalkan kebutuhan daya total (VA).
Faktor daya menggambarkan sudut fasa antara daya aktif dan daya semu.
listrik dikenal 2 jenis factor daya yaitu factor daya terbelakang (lagging) dan factor
daya mendahului (leading) yang ditentukan oleh jenis beban yang ada pada
sistem.
Faktor daya dibagi menjadi dua yaitu factor daya tertinggal (lagging) dan fakor
Faktor daya lagging menunjukan kondisi disaat beban bersifat induktif dan
memerlukan daya reaktif dari jaringan. Nilai cos 𝜑 pada kondisi lagging akan
dengan tegangan (V) atau tegangan (V) akan mendahului arus (I) dengan sudut
Faktor Daya leading menunjukkan kondisi di saat beban bersifat kapasitif dan
memberikan daya reaktif ke jaringan. Nilai cos 𝜑 pada kondisi leading akan
bernilai negative. Kemudian pada gelombang sinus, Arus (I) akan mendahului
tegangan (V) atau tegangan (V) akan tertinggal terhadap arus (I) sebesar sudut
factor daya (cos 𝜑) adalah perbandingan antara daya aktif (P) dan daya semu
(S) dari pengertian tersebut,factor daya tersebut dapat dirumuskan sebagai berikut:
= (P / S)
= Cos φ
METODOLOGI PENELITIAN
berdasarkan pengukuran yang dilakukan dalam penelitian ini hasil dari pengukuran
itu akan penulis selesaikan ke dalam bentuk matematis dan penulis melakukan
analisis penelitian ini berdasarkan hasil pengukuran yang penulis peroleh dengan
pada tanggal 14 November 2018 dengan proses meminta data dan mengukurnya
41
42
Gambar 3.3 daya aktif, daya rektif, daya semu, dan power factor
FIBER,TBK
mulai
Pengumpulan Data :
1. Daya trafo
2. Arus R,S,T
3. Sudut hasil
pengukuran per
fasa
4. Arus netral Trafo
5. Tegangan R,S,T
Hasil analisa :
Putaran sudut per fasa R,S dan T tegangan dan arus.
selesai
3.5 Pembahasan
Dampak dari beban tidak seimbang dapat dilihat dari gambar (3.2)
Titik I, bahwa ketika terjadi ketidak seimbangan beban pada trafo maka akan timbul
Total daya yang diberikan oleh sebuah generator tiga fasa atau yang diserap
suatu beban tiga fasa dapat diperoleh dengan menjumlahkan daya ketiga fasanya.
Suatu rangkaian yang seimbang ini sama saja dengan 3 kali daya fasa, karena
sama dengan sudut dari impedansi di masing-masing fasa. Jika VL dan IL berturut -
VL
VP=√3 dan IP = IL
P = √3.VL.ILCos 𝜑 p
Daya Reaktif :
Q = √3.V.I.Sin 𝜑
Daya Semu :
Persamaan yang terdahulu sebenarnya dapat pula ditulis untuk setiap himpunan
fasor yang berhubungan, dan kita dapat pula menuliskannya untuk arus sebagai
Dalam sistem tiga fasa, jumlah arus saluran sama dengan arus In dalam jalur
Ia + Ib + Ic = In
48
IN =3.Ia0
Jika tidak ada jalur fasa dalam hubungan segitiga atau bintang yang melalui netral
dari sistem tiga fasa,In adalah nol dan arus saluran tidak mengandung komponen
urutan nol (merujuk pada perhitungan komponen urutan positif Ia1 dan ia2). Suatu
beban dengan hubungan – segitiga tidak menyediakan jalur ke netral, karena ituarus
Beban keadaan seimbang adalah suatu keadaan yang dimana ketiga vector
arus dan tegangan sama besar atau ketika ketiga vector tersebut saling membentuk
beban pada sistem distribusi tenaga listrik saat keadaan kerja normal dapat
hal ini terjadi karena perbedaan arus dan tegangan pada fasa R, S dan.T. Data
distribusi 2500 kVA dengan belitan bintang menggunakan alat Power Quality
Analizer, adapun data yang diperoleh pada saat melakukan pengukuran yaitu
Tegangan dan Arus line to netral serta sudut hasil pengukuran per fasa R,S dan T,
cos 𝜑 per fasa R,S, dan T, daya aktif, daya reaktif dan daya semu. Perhitungan
total daya yang disalurkan pada transformator distribusi 2500 kva menggunakan
a. Ketidakseimbangan tegangan
Ketidakseimbangan ini disebabkan oleh pada salah satu fasa dibandingkan fasa-
49
50
Keterangan :
Tegangan
VR = 228,5 V
VS = 230,8 V
VT = 230,1 V
Average Voltage =
(VR + VS + VT)
3
(228,5+230,8+230,1)
= 229,8 V
3
% Unbalance Voltage
1,3
100 % . = 0,5 %
229,8
persentase ini kurang dari 1% dan masih dalam toleransi dari batas maksimum
4.3 Perhitungan Daya Aktif, Daya Reaktif, dan Daya Semu pada
IR = 1438A
IS = 1550A
IT = 1486A
VR-N = 229,36V
VS-N = 231,69V
VT-N = 230,87V
Cos 𝜑
L1-N = 0,91
L2-N = 0,89
L3-N = 0,87
PR = V.I. Cos 𝜑
= 300,13 kW
PS = V.I. Cos 𝜑
= 319,61 kW
PT = V.I. Cos 𝜑
= 298,47 Kw
SR = V.I
= 229,36 . 1438
= 329,81 kVA
SS = V.I
= 231,69 . 1550
= 359,11 kVA
ST = V.I
= 230,87 . 1486
= 343,07 kVA
sin 𝜑𝑅 = 0,414
sin 𝜑𝑆 = 0,456
sin 𝜑𝑇 = 0,493
𝑄𝑅 = V . I . sin𝜑
= 136,54 kVAR
𝑄𝑆 = V . I . sin𝜑
= 163,75 kVAR
𝑄𝑇 = V . I . sin𝜑
= 169,13 kVAR
P = PR + PS + PT
= 918,21 kW
Q = QR + QS + QT
= 469,42 kVAR
S = √(P2 + Q2)
= √(918,212 + 469,422)
= 1031 kVA
Tabel 4.7 Hasil pengukuran dan perhitungan Total Daya Aktif, Daya Reaktif dan
Daya Semu
Total Daya Aktif Hasil Pengukuran Hasil Perhitungan
P = PR + PS + PT 915,7 kW 918,21 kW
Total Daya Reaktif Hasil Pengukuran Hasil Perhitungan
Q = QR + QS + QT 474,7 kVAR 469,42 kVAR
Total Daya Semu Hasil Pengukuran Hasil Perhitungan
S = √(P2 + Q2) 1032 kVA 1031 kVA
58
Berikut adalah data Sudut hasil pengukuran per fasa, Tegangan line to
IR = 1415 ∠-29,3°A
IS = 1519 ∠-151,2°A
IT = 1481 ∠-273,1°A
Dengan demikian nilai Tegangan dan arus beserta sudut dari hasil
tidak seimbang karena mempunyai selisih nilai antara fasa R,S dan T
1
Va1 = ((228,5∠0°)+(1∠120°.230,8∠-120°)+(1∠240°.230,1∠-240,3°))
3
1
Va1 = ((228,5 + j0)+(230,8∠0°)+(230,1∠-0,3°))
3
1
= ((228,5+0)+(230,8+j0)+(230,1-j1,2))
3
1
= (228,5 + 230,8 + 230,1)+ j0+j0-j1,2
3
59
1
= (689,4-j1,2)
3
1
= (689,4 ∠-0,1)
3
= 229,79∠-0,1°V
Vb1 = 𝛼 2 .Va1
= 229,79 ∠-120,1°V
Vc1 = 𝛼 . Va1
= 229,79 ∠119,9°V
1
Va2 = ((228,5∠0°)+(1∠240°.230,8∠-120°)+(1∠120°.230,1∠-240,3°))
3
1
Va2 = ((288,5+j0)+(230,8∠120°)+(230,1∠-120,3°))
3
1
= ((228,5 +j0)+(-115,4 + j199,87)+(-116,09 – j198,66))
3
1
= (228,5-115,4-116,09)+j0+j199,87-j198,66
3
1
= (-2,99 + j1,21)
3
1
= (3,22∠157,96°)
3
= 1,06 ∠157,96°V
60
Vb2 = 𝛼 . Va2
= 1,06 ∠277,96°V
Vc2 = 𝛼 2 . Va2
= 1,06 ∠37,96°V
1
Ia1 = ((1415∠-29,3°)+(1∠120°.1519∠-151,2°)+(1∠240°.1481∠-273,1°))
3
1
Ia1 = ((1233,97-j692,47)+(1519∠-31,2°)+(1481∠-33,1°))
3
1
= ((1233,97-j692,47)+(1299,29-j786,88)+(1240,66-j808,77))
3
1
= ((1233,97+1299,29+1240,66)-j692,47-j786,88-j808,77)
3
1
= (3773,92)-j2288,12
3
1
= (4413,38) ∠-31,22°
3
= 1471,12∠-31,22°A
61
Ib1 = 𝛼 2 . Ia1
= 1∠-120° . 1471,12∠-31,22°
= 1471,12 ∠-151,22°A
Ic1 = 𝛼 .Ia1
= 1∠120° . 1471,12∠-31,22°
= 1471,12∠88,78°A
1
Ia2 = ((1415∠-29,3°)+(1∠240.1519∠-151,2°)+(1∠120.1481∠-273,1))
3
1
= ((1233,97-j692,47)+(1519∠88,8°)+(1481∠-153,1°))
3
1
= ((1233,97-j692,47)+(31,81+j1518,66)+(-1320,75-j670,05)
3
1
= ((1233,97+31,811-1320,75)-j692,47+j1518,66-j670,05))
3
1
= (-54,969)+j156,14
3
1
= (165,53∠109,39°)
3
= 55,17∠109,39°A
62
Ib2 = 𝛼 . Ia2
= 1∠120° . 55,17∠109,39°A
= 55,17∠229,39°A
Ic2 = 𝛼 2 . Ia2
= 1∠-120° . 55,17∠109,39°A
= 55,17 ∠-10,61°A
1
Ia0 = ((Ia + Ib + Ic))
3
1
= ((1415∠-29,3°)+(1519∠-151,2°)+(1481∠-273°))
3
1
= ((1233,97-j692,47)+(-1331,10-j731,78)+(80,09+j1478,83))
3
1
= ((1233,97-1331,10+80,09)-j692,47-j731,78+j1478,83)
3
1
= (-17,04+j54,58)
3
1
= (57,17∠107,33)
3
= 19,05∠107,33°A
63
Dalam sistem tiga fasa,jumlah arus saluran sama dengan arus In dalam
Ia + Ib + Ic = In
IN= -17,04+j54,58
IN=57,17∠107,33°A
IN = 3.Ia0
IN = 3.Ia0
= 3 . (19,05 ∠107,33)
= 57,15∠107,33°A
Adanya arus netral muncul dikarenakan pemerataan beban yang kurang seimbang
atau tidak merata. Apabila arus netral dibiarkan sampai berlebihan, maka akan
Hasil Perhitungan Komponen Urutan Positif Tegangan (V) dan Arus (I) :
Tabel 4.8 hasil perhitungan komponen urutan positif Tegangan (V) dan Arus (I).
Tegangan Hasil Perhitungan
Va1 229,79∠-0,1°V
Vb1 229,79 ∠-120,1°V
Vc1 229,79∠119,9°V
Arus Hasil Perhitungan
Ia1 1471,12∠-31,22°A
Ib1 1471,12∠-151,22°A
Ic1 1471,12∠88,78°A
Arus Netral Hasil Perhitungan
In 57,17∠107,33
Hasil Perhitungan Komponen Urutan Negatif Tegangan (V) dan Arus (I) :
Tabel 4.9 hasil perhitungan komponen urutan negatif Tegangan (V) dan Arus (I).
Tegangan Hasil Perhitungan
Va2 1,06∠157,96°V
Vb2 1,06∠277,96°V
Vc2 1,06∠37,96°V
Arus Hasil Perhitungan
Ia2 55,17∠109,39°A
Ib2 55,17∠229,39°A
Ic2 55,17∠-10,61°A
Arus Netral Hasil Perhitungan
In 57,17∠107,33
65
Gambar 4.3 komponen urutan positif tegangan disimbolkan garis lurus Va1 =
merah, Vb1 = Hijau, Vc1 = hitam dan arus disimbolkan garis putus-putus Ia1 =
Gambar 4.3 adalah gambar komponen urutan positif tiga fasor searah dengan arah
mewakili arus fasa Ia1 = 1471,12 ∠ -31,22°A, arus fasa Ia1 Tertinggal (Lagging)
terhadap tegangan Va1 = 229,79 ∠-0,1°V (yang mewakili garis lurus berwarna
merah) sebesar 31,12°. Garis putus-putus berwarna Hijau mewakili arus fasa Ib1 =
1471,12 ∠ -151,2°A, arus fasa Ib1 Tertinggal (Lagging) terhadap tegangan Vb1 =
Garis putus-putus berwarna hitam mewakili arus fasa Ic1 = 1471,12 ∠ 88,78°A,
arus fasa Ic1 Tertinggal (Lagging) terhadap tegangan Vc1 = 229,79∠ 119,9°V
Gambar 4.4 adalah gambar komponen urutan negatif tiga fasor berlawanan
dengan arah jarum jam yang menunjukkan pergeseran fasor yang menggambarkan
mewakili arus fasa Ia2 = 55,17 ∠ 109,39° A, arus fasa Ia2 Tertinggal (Lagging)
terhadap tegangan Va2 = 1,06 ∠157,96°V (yang mewakili garis lurus berwarna
merah) sebesar 48,92°. Garis putus-putus berwarna Hijau mewakili arus fasa Ib2 =
55,17 ∠ 229,39° A, arus fasa Ib2 Tertinggal (Lagging) terhadap tegangan Vb2 =
1,06 ∠277,96°V (yang mewakili garis lurus berwarna hijau) sebesar 48,28°. Garis
putus-putus berwarna hitam mewakili arus fasa Ic2 = 55,17 ∠ -10,61° A, arus
fasa Ic2 Tertinggal (Lagging) terhadap tegangan Vc2 = 1,06 ∠37,96°V (yang
IR = Ia0 = 1415∠-29,3°A
IS = Ib0 = 1519∠-151,2°A
IT = Ic0 = 1481∠-273,1°A
= (1415∠-29,3°) - (1519∠-151,2)
= 2565,07 + j39,30
= 2565,37∠0,87°A
= (1519∠-151,2°) - (1481∠-273,1°)
= -1411,19 - j2210,61
= 2622,64∠-122,55°A
= (1481∠-273,1°) - (1415∠-29,3°)
= 2458,85∠117,98°A
68
IA = IA + In
= (1415∠-29,3°) + (57,17∠107,33°)
= 1216,95-j637,9
= 1373,99∠-27,66°A
IB = IB + In
= (1519∠-151,2°) + (57,17∠107,33°)
= (-1331,10-j731,78) + (-17,02+j54,57)
= -1348,12-j677,21
= 1508,65∠-153,32°A
IC = IC + In
= (1481∠-273,1°) + (57,17∠107,33°)
= (80,09-j1478,83) + (-17,02+j54,57)
= 63,07-j1533,4
= 1534,69∠87,64°A
IAB = IAB + In
= (2565,37∠0,87°) + (57,17∠107,33°)
= (2565,07+j38,95) + (-17,02+j54,57)
= 2548,05+j93,52
= 2549,75∠2,10°A
69
IBC = IBC + In
= (2622,64∠-122,55°) + (57,17∠107,33°)
= (-1411,07-j2210,68) + (-17,02+j54,57)
= -1428,09-j2156,11
= 2586,16∠-123,51°A
ICA = ICA + In
= (2458,85∠117,98°) + (57,17∠107,33°)
= (-1153,60+j2171,43) + (-17,02+j54,57)
= -1170,62+2226,0
= 2515,05∠117,73°A
Gambar 4.5 Diagram fasor hasil pengukuran arus IA(merah), IB(hijau) dan
Gambar 4.5 menggambarkan bahwa sudut antar fasa tidak sama besar yang
adalah sama besar, ketiga vektor membentuk sudut 120° satu sama lain.
71
Gambar 4.6 Diagram fasor hasil pengukuran arus IA(merah), IB(hijau) dan
Terlihat pada gambar 4.6 Arus Netral yang muncul sangat besar sekali yaitu
sekali.
Gambar 4.7 Diagram fasor arus hasil pengukuran sebelum adanya In (yang
Gambar 4.7 merupakan fasor arus sebelum bergesar akibat arus netral (In/garis
biru) dan setelah bergesar akibat arus netral (In/garis biru). Terlihat pada gambar
pemerataan beban yang kurang seimbang atau tidak merata. Apabila arus netral
mengakibatkan :
Gambar 4.8 Diagram fasor hasil perhitungan arus IAB(merah), IBC(hijau) dan
Terlihat pada gambar 4.8 bahwa arus antar fasa atau antar saluran sebelum
bergeser karena adanya In tidak membenuk sudut 120°. Jadi bisa dibilang bahwa
arus hasil perhitungan antar saluran atau antar fasa tidak seimbang.
73
Gambar 4.9 Diagram fasor hasil perhitungan arus IAB(merah), IBC(hijau) dan
Terlihat pada gambar 4.9 Arus Netral yang muncul yaitu 57,17∠107,33° dan
VS = Vb0 = 230,8∠-120°V
VT = Vc0 = 230,1∠-240,3°V
= (228,5∠0°) - (230,8∠-120°)
= 343,90 + j199,87
= 397,76∠30,16°V
= (230,8∠-120°) - (230,1∠-240,3°)
= -1,40- j339,74
= 399,74∠-90,20°V
74
= (230,1∠-240,3°) - (228,5∠0°)
= -342,50-+j199,87
= 396,55∠149,73°V
Gambar 4.10 Diagram fasor hasil pengukuran tegangan Va, Vb, dan Vc sebelum
bergeser karena Vn
Terlihat pada gambar 4.10 bahwa hasil pengukuran tegangan tidak membentuk
Gambar 4.11 diagram fasor hasil pengukuran tegangan Va, Vb, dan Vc setelah
bergeser karena Vn
Terlihat pada gambar 4.11 bahwa pergeseran fasa tegangan hasil pengukuran
sebesar 1V.
Gambar 4.12 diagram fasor hasil pengukuran tegangan sebelum bergeser karena
adanya Vn disimbolkan dengan garis lurus Va = merah, Vb = Hijau dan Vc =
hitam sedangakan setelah bergeser adanya Vn disimbolkan garis putus-putus Va =
merah, Vb = Hijau dan Vc = hitam
76
Gambar 4.13 Diagram fasor hasil perhitungan tegangan Vab, Vbc, dan Vca
Terlihat pada gambar 4.14 bahwa pergeseran fasa tegangan hasil Vab,Vbc dan
Gambar 4.15 Diagram fasor arus hasil pengukuran (yang mewakili garis putus-
putus IA= Merah, IB= hijau IC= Hitam) dan tegangan (yang mewakili garis lurus
Gambar 4.15 adalah gambar tiga fasor berlawanan dengan arah jarum jam yang
antara fasa R,S, dan T sehingga menimbulkan arus netral. Garis putus-putus
merah mewakili arus fasa R atau IA = 1415 ∠ -29,3° A, arus fasa R atau Ia
mewakili arus fasa S atau IB = 1519 ∠ -151,2° A, arus fasa S atau IB Tertinggal
berwarna hijau) sebesar 37,96°. Garis putus-putus berwarna hitam mewakili arus
Hitam) sebesar 37,62°A. Sedangkan garis lurus berwana biru adalah arus netral
sebesar 57,17 ∠107,33°A. Apabila ketiga arus fasa R, S, dan T mempunyai besar
sudut yang sama yaitu 120° maka arus yang mengalir pada penghantar netral
adalah 0 (nol).Apabila factor daya tertinggal (lagging) berarti beban atau peralatan
listrik memerlukan daya reaktif dari sistem atau beban bersifat induktif dan
Seimbang.
IA = 1415∠-29,3°A
IB = 1415∠-151,2°A
IC = 1415∠-273,1°A
IA = 1415∠-29,3°A
IB = 1519∠-151,2°A
IC = 1481∠-273,1°A
IAB = Ia – Ib
= (1415∠-29,3°) - (1519∠-151,2)
= 2565,07 + j39,30
= 2565,37∠0,87°A
IBC = Ib – Ic
= (1519∠-151,2°) - (1481∠-273,1°)
= -1411,19 - j2210,61
80
= 2622,64∠-122,55°A
ICA = Ic – Ia
= (1481∠-273,1°) - (1415∠-29,3°)
= 2458,85∠117,98°A
Va = 228,5∠0°V
Vb = 228,5∠-120°V
Vc = 228,5∠-240°V
Va = 228,5∠0°V
Vb = 230,8∠-120°V
Vc = 230,1∠-240°V
Vab = Va – Vb
= (228,5∠0°) - (230,8∠-120°)
= 343,90 + j199,87
= 397,76∠30,16°V
81
Vbc = Vb – Vc
= (230,8∠-120°) - (230,1∠-240,3°)
= -1,40- j339,74
= 399,74∠-90,20°V
Vca = Vc – Va
= (230,1∠-240,3°) - (228,5∠0°)
= -342,50-+j199,87
= 396,55∠149,73°V
Seimbang
Gambar 4.16 Diagram Fasor Arus Beban Seimbang dan Beban Tidak Seimbang.
82
Seimbang
Gambar 4.16 Diagram Fasor Tegangan Beban Seimbang dan Beban Tidak
Seimbang.
BAB V
PENUTUP
5.1 KESIMPULAN
Dari hasil studi dan perhitungan yang telah dilakukan dapat diambil
yang tegangan adalah 0,5% hal ini masih dibawah standar maksimum
sebesar 37,62 . Terdapat In (Arus Netral) yang lumayan besar yakni 57,17
107,33 A, Hal ini dikatakan tidak seimbang karena sudut antar fasa R, S,
79
80
5.2 SARAN
agar PT. ASIA PACIFIC FIBER,TBK tidak mengalami kerugian yang besar.
distribusi.
DAFTAR PUSTAKA
2000
Semarang : 1985
Bandung : Erlangga,1938
9. Das J.C. “Power System Analysis Short Circuit Load flow And Harmonic”
NIM :C.411.14.0044
- %$-asr^ r-Aagtb,\
- \<{.si n\l,lar.''
Semarang,
M enyetujui/mengesahkan
.J\
-i \l'rrnVi;4r.
t litit Nu rtrayati,ST.,ll{. Eng.l
7
t. LdZ \ I ,/-€--
2.
3.
4.
,,-
Direvisi
V;;;": Vg*T{.0.'
:
T,atr nw )t[a r
Tav^Ytlavw^ Sli,r A'^2 3,,sT'7$"1ry1
', WW:Z q $oTNmant 7 {L,sr, ,
. wn
' 'h';;;;
1,,dnuk sqr nnr
\tv+sa'r^ '
'fu
4.
t1u.[r'.--^
(Titik Nurhayati,ST.,M.Eng)
a
4
LEMBAR REVISI UJIAN SARJANA
S.1 TEKNIK ELEKTRO
LINIVERSITAS SEMARANG
MenyetujuTmen gesahkan
(,.-.,-\
- )-.1
l
lt
-tnr?
(Hamini.St ,M.Ens )