Anda di halaman 1dari 110

TUGAS AKHIR

ANALISA KETIDAKSEIMBANGAN BEBAN TERHADAP


ARUS NETRAL PADA TRANSFORMATOR 2500 KVA
DEPARTEMEN SPINNING 4 Di PT.ASIA PACIFIC
FIBER,TBK.

Disusun dalam Memenuhi


Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Teknik (S1)
Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik
Universitas Semarang

DANANG ARIQ WIJAYA


C.411.14.0044

JURUSAN TEKNIK ELEKTRO


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SEMARANG
SEMARANG
2019
i
HALAMAN PENGESAHAN
TUGAS AKHIR DENGAN JUDUL

ANALISA KETIDAKSEIMBANGAN BEBAN TERHADAP ARUS


NETRAL PADA TRANSFORMATOR 25OO KVA DEPARTEMEN
SPINNING 4 Di PT.ASIA PACIFIC FIBER,TBK.

NAMA : DANANG ARIQ WIJAYA


NIM: C.411.14.0044

Disusun dalam Memenuhi

Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana Teknik (Sl)


Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik

Universitas Semarang

TELAH DIPERIKSA DAN DISETUJUI

s EMARAN G, J $. r.9.!.-.r..u{i/.t 1... 2; 9.1 I


PEMBIMBING I PEMBIMBING II

t1.l.o*n
Titik Nurhayati. S.T. M.Eng
Nrs.196907091997021001 NIS. 06557 003102025

KETUA JURUSAN TEKNIK ELEKTRO

NIS.06557003102025

il
-
YAYASAN ALUMNI UNIVERSII'AS DIPO\EGORO
UNIVERSITAS SENIARANG
Sekretariat: Jl, Soekarno Hatta Tlogosari Semarang 50196'l'clp.(024\6102757 tt ar.(024)6102272

SURAT KETERANGAN
HASIL UJIAN TA
PROGRAM STUDI 51 ST TEKNIK ELEKTRO
JURUSAN TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK

Yang bertanda tangan dibawah ini Ketua Prograrr Smdi S I Teknik L,lektro I.akultas Teknik Uniyersitas
Serrarang. menerangkan bahu,a mahasiswii :

Nama Mahasiswa : DANANG ARIQ WIJAYA


NIM : C.4l1.14,0044
I cl.rlr rnelaLsanrLal Lryirn TA pacll:
HarilTanggal : Kamis. 07 Februari 2019
Pukul : 10.00 wIB
Ternpat : Fakultas Teknik Universjtas Selnarang

IJan Dinyatakan LULUS / TIDAI( LULUS dengan REVISI / TIDAK REVISI *)

No. Nama Pengu1i I(eterangan '') Me nyetu jui Sudah Di Rcvisj

I KARNOTo.ST. MT 6-.'n'riciak
,/, Rcrisi
,a'\ .y'
-"c(,
q,
Titik Nurhayati, ST, M.Eng r'Tidak Revrsi
2.
firW,r--uh
3. Hannini, ST, M.Eng Revisi ' Tidak Revisi

Demikian surat keterangan ini dibr"rat agar dapat digunakan sebagaiLnana rnesrinvr.

Semarang, 07 Februari 201 9

An.Del<an
Ka. P:ogcli SI Tcknik F.lekno

fl',, hr,.---l
Titik Nurhayati. S. L. M.Eng.
NIS. 06557003 r02025
*) Coret yang tidak perlu
6
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS

Tugas Akhir ini adalah hasil karya sendiri,


Dan semua sumber baik yang dikutip maupun dirujuk
Telah saya nyatakan dengan benar

Nama DANANGARJQ WIJAYA

NIM c.411.14.0044

Tanda Tangan

t0 Frbrua'r 70\t
Tanggal

^*J1-

(DANANG ARIQ WIJAYA)

I
ABSTRAK
Transformator dalam proses kerjanya tidak lepas dari gangguan atau masalah,
salah satunya yaitu ketidakseimbangan beban. Kejadian ini sering terjadi dalam
dunia Industri karena adanya ketidakseimbangan dalam pembagian energi listrik
pada masing-masing fasanya (fasa R, fasa S dan fasa T). Akibat adanya
ketidakseimbangan beban tersebut akan menimbulkan arus yang mengalir pada
penghantar netral transformator. Transformator 2500 KVA departemen spinning 4
setelah dilakukan pengukuran pada 14 November 2018 dalam kondisi Lagging
dimana arus Tertinggal tegangan. Nilai arus antar fasa yang didapat adalah

Iab = 2565,37∠0,87°A, Ibc = 2622,64∠-122,55°A, Ica = 2458,85∠117,98°A


sedangkan nilai tegangan antar fasanya adalah Vab = 397,76∠30,16°V, Vbc =
399,74∠-90,20°V, dan Vca = 396,55∠149,73°V. Hasil perhitungan menunjukkan
adanya arus netral (In) yang muncul yaitu 57,17∠107,33°A. Persentase
ketidakseimbangan tegangan menunjukkan hasil 0,5 % dimana nilai persentase ini
masih dalam toleransi yang NEMA standards Publication MG 1-1998(Revision
3,2002) dengan batas maksimum 1%.

Kata Kunci : Ketidakseimbangan Beban, Komponen Simetri,Arus Netral

iv
ABSTRACT
The transformer in the working process can not be separated from interference or
problems, one of which is load imbalance. This event often occurs in the
industrial world because of an imbalance in the distribution of electrical energy
in each phase (phase R, phase S and phase T). As a result of the load imbalance
will cause a current flowing in the transformer neutral conductor. 2500 KVA
transformer in spinning 4 department after measurement on November 14, 2018
in Lagging condition where the current left behind voltage. The value of the inter-
phase current obtained is Iab = 2565,37∠0,87 ° A, Ibc = 2622,64∠-122,55 ° A,
Ica = 2458,85∠117,98 ° A while the voltage value between the phases is Vab =
397,76∠30, 16 ° V, Vbc = 399.74∠-90.20 ° V, and Vca = 396.55∠149.73 ° V. The
calculation results show that there is a neutral current (In) that appears which is
57,17∠107,33 ° A. The percentage of voltage imbalance shows a 0.5% result
where the percentage value is still in tolerance, the NEMA standards Publication
MG 1-1998 (Revision 3,2002) with a maximum limit of 1%

Keywords: Load Unbalance, Symmetry Components, Neutral Flow

v
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis haturkan kepada Allah SWT, karena dengan

rahmatnya penulis dapat menyelesaikan laporan Tugas Akhir ini. Penyusunan

laporan ini dimaksudkan sebagai salah satu syarat yang harus dipenuhi oleh setiap

mahasiswa dalam menyelesaikan perkuliahan jenjang pendidikan sarjana (S1)

program studi Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Semarang.

Selesainya laporan Tugas akhir ini tidak lepas dari dukungan dari berbagai

pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima

kasih kepada :

1. Bapak Andy Kridasusila, SE, MM, Selaku Rektor Universitas

Semarang.

2. Bapak Purwanto, ST, MT selaku Dekan Fakultas Teknik Elektro

Fakultas Teknik Universitas Semarang.

3. Ibu Titik Nurhayati, ST, M.Eng Selaku Ketua Jurusan Teknik Elektro

Fakultas Teknik Universitas Semarang.

4. Bapak Karnoto, ST, MT selaku Dosen Pembimbing I yang telah

bersedia meluangkan waktunya untuk memberikan pengarahan, saran,

dan bimbingan materi serta berbagai kemudahan yang memungkinkan

dalam terselesaikannya penyusunan Tugas Akhir ini.

5. Ibu Titik Nurhayati, ST, M.Eng Selaku Dosen Pembimbing II yang

telah bersedia meluangkan waktunya untuk memberikan pengarahan,

saran, dan bimbingan materi serta berbagai kemudahan yang

memungkinkan dalam terselesaikannya penyusunan Tugas Akhir ini.

vi
6. Orang tua dan keluarga yang telah memberikan bantuan dukungan

material dan moral.

7. Bapak Anggoro Yudho Nuswantoro selaku Manager E/I departemen

Power PT. ASIA PACIFIC FIBER,TBK yang telah meluangkan

waktunya untuk membantu dalam menyelesaikan tugas akhir ini.

8. Sahabat dan teman-teman Teknik Elektro Universitas Semarang

angkatan 2014 yang telah membantu saya dalam menyelesaikan tugas

akhir ini.

Penulis Menyadari bahwa penelitian ini tidak sesempurna sebagaimana

yang diharapkan, Untuk itu saran dan kritik sangat diharapkan, untuk itu saran dan

kritik sangat diharapkan demi penyempurnaan skripsi ini. Semoga hasil penelitian

ini dapat bermanfaat untuk para akademisi, praktisi ataupun untuk penelitian-

penelitian selanjutnya. Akhir kata penulis mohon maaf atas kekurangan dan

kesalahan yang ada pada penyusunan ini. Semoga laporan ini dapat bermanfaat

bagi kita semua terutama bagi pihak yang berkepentingan.

Semarang, 27 Januari 2019

Penulis

vii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL........................................................................................... i

HALAMAN PENGESAHAN............................................................................. ii

HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS................................................ iii

ABSTRAK ........................................................................................................ iv

ABSTRACT ....................................................................................................... v

KATA PENGANTAR ....................................................................................... vi

DAFTAR ISI ...................................................................................................... viii

DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... xi

DAFTAR TABEL .............................................................................................. xiv

DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xv

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ................................................................................... 1


1.2 Perumusan Masalah ........................................................................... 2
1.3 Tujuan ................................................................................................ 2
1.4 Batasan Masalah ................................................................................ 3
1.5 Metodologi Penelitian ....................................................................... 4
1.6 Sistematika Penulisan ......................................................................... 5

BAB II DASAR TEORI .................................................................................... 7

2.1 Sistem Distribusi listrik ...................................................................... 7

2.1.1 Distribusi Primer ...................................................................... 9

2.1.2 Distribusi Sekunder .................................................................. 9

2.2 Jaringan Tegangan Menengah ............................................................ 10

2.2.1 Tipe Radial ............................................................................... 10

2.2.2 Tipe Open Loop ........................................................................ 11

viii
2.2.3 Tipe Close Loop ....................................................................... 12

2.2.4 Tipe Spindel .............................................................................. 13

2.2.5 Tipe Cluster .............................................................................. 14

2.3 Teori Transformator ............................................................................ 15

2.4 Pemakaian Transformator ................................................................... 16

2.5 Transformator Tiga Fasa...................................................................... 18

2.5.1 Transformator Hubung Bintang (Y) ......................................... 18

2.5.2 Transformator Hubung Delta ( ) ............................................. 20

2.5.3 Transformator zig-zag .............................................................. 21

2.5.4 Jenis-Jenis Hubungan Transformator Tiga Phasa .................... 21

2.5.5 Hubungan Wye-Wye (Y-Y) ..................................................... 22

2.5.6 Hubungan Wye-Delta (Y- ) ..................................................... 23

2.5.7 Hubungan Delta-Wye ( -Y) ..................................................... 24

2.5.8 Hubungan Delta-Delta( - ) ..................................................... 25

2.6 Ketidakseimbangan Beban ................................................................. 26

2.7 Ketidakseimbangan Tegangan ............................................................ 28

2.7.1 Mengurangi Pengaruh Ketidakseimbangan Tegangan ............. 28

2.8 Komponen Simetri .............................................................................. 29

2.9 Komponen Simetris Fasor Tak Simetris ............................................. 32

2.10 Arus Netral ........................................................................................ 34

2.10.1 Penyebab Tingginya Arus Netral ........................................... 35

2.11 Daya Pada rangkaian Tiga Fasa ........................................................ 36

2.12 Faktor Daya ...................................................................................... 38

ix
2.13 Segitiga Daya .................................................................................... 40

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ........................................................... 41

3.1 Rancangan Penelitian .......................................................................... 41

3.2 Lokasi Penelitian ................................................................................. 41

3.3 Langkah Penelitian ............................................................................. 41

3.4 Diagram Alir Analisa Ketidakseimbangan Beban .............................. 44

3.5 Pembahasan ........................................................................................ 45

3.5.1 Dampak Beban Trafo Tidak Seimbang .................................... 45

3.5.2 Persamaan yang Digunakan ..................................................... 45

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................... 49

4.1 Perhitungan Persentase Ketidakseimbangan Tegangan ...................... 49

4.2 Spesifikasi Transformator dan Circuit Breaker .................................. 51

4.3 Perhitungan Daya Aktif, Daya Reaktif, dan Daya Semu pada
Transformator 2500 KVA departemen spinning 4 ................................... 53

4.3.1 Perhitungan Daya Aktif, Daya Reaktif, dan Daya Semu ......... 54

4.3.2 Perhitungan Total Daya Pada Transformator Distribusi 2500 KVA


Departemen Spinning 4 ...................................................................... 57

4.4 Perhitungan Komponen Simetri Tegangan dan Arus ......................... 58

4.4.1 Perhitungan dan Perbandingan Gambar Beban Seimbang dan


Tidak Seimbang ................................................................................. 79

BAB V PENUTUP ............................................................................................. 83

5.1 Kesimpulan ......................................................................................... 83

5.2 Saran ................................................................................................... 84

x
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Skema Sistem Tenaga Listrik ......................................................... 8

Gambar 2.2 Sistem Tipe Jaringan Radial ........................................................... 10

Gambar 2.3 Sistem Tipe Jaringan Open Loop .................................................... 11

Gambar 2.4 Sistem Tipe Jaringan Close Loop ................................................... 12

Gambar 2.5 Sistem Tipe Jaringan Spindel .......................................................... 13

Gambar 2.6 Sistem Tipe Jaringan Cluster .......................................................... 14

Gambar 2.7 Bagan dari Transformator ............................................................... 15

Gambar 2.8 Transformator Daya ........................................................................ 16

Gambar 2.9 Transformator Distribusi ................................................................. 17

Gambar 2.10 Vektor Tegangan ........................................................................... 19

Gambar 2.11 Vektor Arus Hubung Delta ........................................................... 20

Gambar 2.12 Transformator 3 Fasa hubungan Y-Y ........................................... 23

Gambar 2.13 Transformator 3 fasa Hubung Y-△ ....................................................... 24

Gambar 2.14 Transformator 3 Fasa Hubung △-Y .............................................. 25

Gambar 2.15 Transformator 3 Fasa Hubung △-△ ....................................................... 26

Gambar 2.16 Vektor Diagram Arus dalam keadaan Seimbang .......................... 27

Gambar 2.17 Vektor Diagram Arus yang tidak seimbang .................................. 27

Gambar 2.18 Tiga Fasor Seimbang Yang Merupakan Komponen Simetris dari
tiga fasor tak seimbang........................................................................................ 30

Gambar 2.19 Penjumlahan Secara Grafis komponen komponen untuk


mendapatkan hasil tiga fasor tak seimbang ......................................................... 31

Gambar 2.20 Diagram Fasor Berbagai perangkat Dari Operator a ..................... 32

Gambar 2.21 Gelombang Sinus Pada Faktor Daya Lagging .............................. 39

xi
Gambar 2.22 Gelombang Sinus Pada Faktor Daya Leading .............................. 39

Gambar 2.23 Segitiga Daya ................................................................................ 40

Gambar 3.1 Sudut Hasil Pengukuran dan Tegangan R,S dan T ......................... 42

Gambar 3.2 Frekuensi dan Ketidakseimbangan Beban ...................................... 42

Gambar 3.3 Daya Aktif, Daya Reaktif Daya Semu dan Faktof Daya................. 43

Gambar 3.4 Tegangan, Arus dan Frekuensi ........................................................ 43

Gambar 3.5 Diagram blok langkah-langkah kerja .............................................. 44

Gambar 3.6 Skema Aliran Arus Sisi Sekunder Trafo ......................................... 45

Gambar 4.1 Trafo Distribusi 2500 KVA............................................................. 51

Gambar 4.2 Circuit Breaker ................................................................................ 52

Gambar 4.3 Gambar Komponen urutan positif tegangan dan arus ..................... 65

Gambar 4.4 Gambar Komponen urutan negaitif tegangan dan arus ................... 66

Gambar 4.5 Diagram Fasor Hasil Pengukuran Arus Sebelum Ada IN ............... 70

Gambar 4.6 Diagram Fasor Hasil Pengukuran Arus Setelah Ada IN ................. 71

Gambar 4.7 Diagram Fasor Hasil Pengukuran Arus sebelum dan setelah bergeser
akibat adanya IN ............................................................................................... 71

Gambar 4.8 Diagram Fasor Hasil Perhitungan Arus antar fasa Sebelum Adanya
In ......................................................................................................................... 72

Gambar 4.9 Diagram fasor Hasil Perhitungan Arus antar fasa Setelah bergeser
Adanya In ........................................................................................................... 73

Gambar 4.10 Diagram Fasor hasil pengukuran tegangan sebelum bergeser Adanya
Vn ....................................................................................................................... 74

Gambar 4.11 Diagram Fasor hasil pengukuran tegangan setelah bergeser Adanya
Vn ....................................................................................................................... 75

xii
Gambar 4.12 Diagram fasor hasil pengukuran tegangan sebelum dan setelah
bergeser akibat adanya Vn ................................................................................. 75

Gambar 4.13 Diagram Fasor Hasil Perhitungan Tegangan antar fasa Sebelum
bergeser akibat Adanya Vn ................................................................................. 76

Gambar 4.14 Diagram Fasor Hasil Perhitungan Tegangan antar fasa Setelah
bergeser akibat Adanya Vn ................................................................................. 76

Gambar 4.15 Diagram fasor arus hasil pengukuran dan tegangan setelah bergeser
akibat adanya in................................................................................................... 77

Gambar 4.16 Diagram Fasor Arus Beban Seimbang dan Beban Tidak Seimbang

............................................................................................................................. 81

Gambar 4.17 Diagram Fasor Tegangan Beban Seimbang dan Beban Tidak
Seimbang

............................................................................................................................. 82

xiii
DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Spesifikasi Transformator ................................................................... 51

Tabel 4.2 Spesifikasi Cicuit Breaker................................................................... 52

Tabel 4.3 Hasil Pengukuran Arus, Tegangan dan cos ..................................... 53

Tabel 4.4 Hasil Pengukuran Dan Perhitungan Daya Aktif ................................ 54

Tabel 4.5 Hasil Pengukuran dan Perhitungan Daya Semu ................................. 55

Tabel 4.6 Hasil Pengukuran dan Perhitungan Daya Reaktif............................... 56

Tabel 4.7 Hasil Pengukuran dan Perhitungan Total Daya Aktif, Daya Reaktif dan
Daya Semu .......................................................................................................... 57

Tabel 4.8 Hasil Perhitungan Komponen Urutan positif Tegangan dan Arus ..... 64

Tabel 4.9 Hasil Perhitungan Komponen Urutan Negatif Tegangan dan Arus.... 64

Tabel 4.10 Hasil Perhitungan IAB, IBC dan ICA............................................... 69

Tabel 4.11 Hasil perhitungan VAB, VBC dan VCA .......................................... 74

xiv
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Dalam dunia Industri kebutuhan energi listrik merupakan kebutuhan

utama. Energi listrik adalah energi yang mudah dikonversi menjadi besaran energi

lain, seperti besaran mekanis, besaran thermis. Beban – beban listrik di industri

sangat bervariasi seperti misalnya beban penerangan, peralatan listrik, atau motor-

motor listrik. Pada proses pendistribusian listrik biasanya sering kali terjadi beban

tidak seimbang tiap – tiap fasa transformator distribusinya (fasa R, fasa S, dan

fasa T) akibat ketidakseimbangan beban tersebut maka muncul arus netral (In)

pada penghantar netral trafo.

Di PT.ASIA PACIFIC FIBER tepatnya pada departemen spinning 4

terdapat transformator distribusi berkapasitas 2500 KVA. Ketika proses

pendistribusian inilah yang akan memberikan dampak pada ketidakseimbangan

beban yang terjadi pada transformator tersebut,sehingga mengakibatkan

munculnya arus netral (In). Akibat munculnya dampak tersebut penulis bermaksud

melakukan analisa ketidakseimbangan beban pada transformator 2500 KVA untuk

menganalisis ketidakseimbangan beban trafo distribusi terhadap setiap fasa R, S,

dan T serta menghitung arus netral (In) pada penghantar netral trafo tersebut dan

juga memperhitungkan nilai persentase ketidakseimbangan tegangan pada trafo

distribusi tersebut apakah tingkat ketidakseimbangan tegangan transformator

tersebut memenuhi standar National Electrical Manufacturers Association

(NEMA) Standards Publication MG 1-1998 (Revision 3, 2002 )

(ketidakseimbangan maksimum 1%).

1
2

1.2 Perumusan Masalah

Sesuai latar belakang yang dipaparkan sebelumnya, maka rumusan

masalah yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah :

a. Ketidakseimbangan beban pada fasa R,S, dan T mempengaruhi besar

atau kecilnya nilai arus netral (In), hal ini dijelaskan dengan lebih

spesifik dengan menggunakan metode komponen simetris yang

digambarkan melalui diagram fasor sehingga terlihat pergeseran sudut

arus maupun tegangan tersebut dalam kondisi lagging atau leading

terhadap tegangan dan yang menjadi factor adalah beban

kapasitif,induktif serta resistif.

1.3 Tujuan

1. Tujuan

Tujuan dari tugas akhir ini yaitu :

a. Penulis dapat menganalisis secara langsung data hasil pengukuran

pada transformator distribusi PT.ASIA PACIFIC FIBER,TBK

dengan cara membuktikan berapa persen ketidakseimbangan

bebanya dan menghitung nilai Vab, Vbc, Vca dan Iab, Ibc, Ica

serta nilai In, komponen urutan positif dan komponen urutan

negative menggunakan metode komponen simetri kemudian

menggambarkannya dalam bentuk diagram fasor tegangan,arus

beban dan arus netral sehingga diketahui arus leading atau

lagging.
3

b. Dapat menunjukkan hasil analisa perhitungannya berdasarkan

komponen simetri Vab, Vbc, Vca dan Iab, Iac, dan Ica serta urutan

positif dan negative sehingga punya nilai validasi dengan catatan

memang mengambil referensi dari buku ISBN atau standar yang

sudah diterbitkan.

2. Manfaat

Manfaat yang dapat di ambil dari pembuatan tugas akhir ini yaitu:

a. Memberikan hasil analisis dari perhitungan ketidakseimbangan

beban pada transformator distribusi yang timbul sebagai bahan

pertimbangan untuk membangun sistem yang akan datang.

b. Memberikan hasil analisis Membuktikan hasil analisis tentang

ketidakseimbangan beban pada transformator distribusi tersebut.

1.4 Batasan Masalah

Dalam pembahasan masalah tidak terlalu melebar maka dilakukan

pembatasan masalah sebagai berikut:

a) Membuktikan besar nilai ketidakseimbangan beban dan pergeseran

sudut fasa Iab,Ibc,Ica dan Vab, Vbc, dan Vca serta In hasil

pengukuran pada transformator distribusi departemen spinning 4 di

PT.ASIA PACIFIC FIBER,TBK

b) Dalam hal menghadapi kasus ketidakseimbangan beban difokuskan

terhadap metode yang dipakai penulis yaitu metode komponen

simetris.
4

1.5 Metodologi Penelitian

Dalam pembuatan tugas akhir ini peneliti menggunakan beberapa

metode penelitian yaitu :

1. Metode Observasi :

Yaitu cara pengumpulan data-data yang diperlukan untuk melakukan

perhitungan pergeseran sudut antar fasa IR,IS dan IT serta Va, Vb, Vc

dan arus netral dengan melakukan pengukuran secara langsung pada

transformator distribusi 2500 KVA departemen spinning 4 di PT.

ASIA PACIFIC FIBER,TBK.

2. Metode Interview :

Yaitu cara pengumpulan informasi yang diperoleh penulis untuk

menambah masukan serta menambah pengetahuan dari dosen

pembimbing dan pihak karyawan untuk melakukan perhitungan pada

tugas akhir ini

3. Metode Studi Literatur :

Yaitu dengan menggunakan semua refrensi yang berkaitan dengan

tugas akhir untuk memperoleh data-data yang dibutuhkan sehingga

dapat dijadikan acuan dalam penulisan laporan tugas akhir ini.

4. Metode Analisa Data :

Yaitu mengetahui data yang akan dianalisa guna mengetahui berapa

besar persentase ketidakseimbangan beban dan pergeseran sudut antar

fasa IR, IS dan IT serta arus netral yang terdapat pada transformator

distribusi.
5

1.6 Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan laporan tugas akhir ini adalah sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN

Berisi tentang latar belakang masalah, perumusan masalah, batasan

masalah, tujuan dan manfaat, metodologi penelitian dan sistematika

penulisan.

BAB II DASAR TEORI

Berisi teori–teori terkait tugas akhir yaitu : sistem distribusi listrik,

Transformator 3 fasa, Transformator pada beban seimbang, beban tidak

seimbang pada transformator, dan lain-lain yang berkaitan dengan judul

tugas akhir yang akan di bahas.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Berisi tentang metode penelitian dan data hasil pengukuran yang

telah dikumpulkan untuk menghitung ketidakseimbangan beban dan

pergeseran sudut atar fasa IR, IS dan IT serta Va, Vb, Vc dan arus netral

pada transformator distribusi di PT. ASIA PACIFIC FIBER,TBK.

BAB IV PEMBAHASAN

Berisi tentang analisa perhitungan arus netral (In), daya aktif.daya

reaktif,daya semu persentase ketidakseimbangan tegangan, komponen

urutan positif, komponen urutan negative Vab,Vbc,Vca dan IAB,IBC serta

ICA dan Menggambarkan pergeseran sudur antar fasa IR, IS dan IT serta

Va, Vb dan Vc, Vab,Vbc,Vca dan IAB,IBC,ICA.


6

BAB V PENUTUP

Berisi tentang kesimpulan dan saran dari penelitian perhitungan

ketidakseimbangan beban antar fasa IR, IS, IT dan Va, Vb Vc dan arus

netral.
BAB II

DASAR TEORI

2.1 Sistem Distribusi Tenaga Listrik [1]

Saluran atau sistem distribusi tenaga listrik merupakan salah satu komponen

yang mendistribusikan energi listrik dari gardu induk ke pusat beban. Secara garis

besar, suatu sistem tenaga listrik yang lengkap mengandung empat unsur. Pertama,

adanya suatu unsur pembangkit tenaga listrik. Tegangan yang di hasilkan oleh pusat

tenaga listrik ini biasanya merupakan tegangan menengah. Kedua,suatu sistem

transmisi lengkap dengan gardu induk. Karena jaraknya yang biasanya jauh, maka

diperlukan penggunaan Tegangan tinggi (TT) dan atau Tegangan Ekstra Tinggi (TET).

Ketiga, adanya saluran distribusi, yang biasanya terdiri atas saluran distribusi primer

dengan Tegangan Menegah (TM) dan saluran distribusi sekunder dengan Tegangan

Rendah (TR). Keempat, adanya unsur pemakaian atau utilisasi, yang terdiri atas

instalasi pemakaian tenaga listrik. Instalasi rumah tangga biasanya memakai tegangan

rendah, sedangkan pemakaian besar seperti industri menggunakan tegangan menengah

atau tegangan tinggi. Gambar 2.1 memperlihatkan skema suatu sistem tenaga listrik

Gambar 2.1 memperlihatkan skema suatu sistem tenaga listrik. Perlu dikemukakan

bahwa suatu sistem dapat terdiri atas beberapa sub sistem yang saling berhubungan,

atau yang biasa disebut sebagai sistem terinterkoneksi. Sebagaimana diketahui, pada

sistem distribusi terdapat dua bagian, yaitu distribusi primer, yang menggunakan

tegangan menengah, dan distribusi sekunder, yang menggunakan tegangan rendah.

7
8

Fenomena arus netral sekunder pada trafo distribusi terjadi di semua gardu. Pada beban

tak seimbang timbul arus netral yang tinggi. Namun pada beban yang seimbang

terdapat juga arus netral. Sehingga bila ada arus netral pada beban seimbang maka

beban yang digunakan terdapat beban non linier.

Timbulnya arus netral yang tinggi pada pembebanan tak seimbang ini akibat

perbedaan sudut arus dan tegangan yang cukup besar. Yaitu melebihi 300.

Beban non linier banyak digunakan dalam industri maupun rumah tangga.

Beban seperti motor induksi, pengatur kecepatan motor listrik, merupakan

penyumbang beban non linier sedangkan untuk rumah tangga adalah penggunaan

computer, Air Conditioner (AC), lampu fluorescent, dan sebagainya.

Gambar 2.1 Skema Sistem Tenaga Listrik[1]


9

2.1.1 Distribusi Primer[2]

Sistem jaringan distribusi primer atau sering disebut jaringan distribusi

tegangan tinggi ini terletak antara gardu induk dengan gardu pembagi, yang memiliki

tegangan sistem lebih tinggi dari tegangan terpakai untuk beban. Standar tegangan

untuk jaringan distribusi primer ini adalah 12 dan 20 KV (sesuai standar PLN).

2.1.2 Distribusi Sekunder[2]

Sistem jaringan distribusi sekunder atau sering disebut jaringan distribusi

tegangan rendah (JDTR), merupakan jaringan yang berfungsi sebagai penyalur tenaga

listrik dari gardu-gardu pembagi (gardu distribusi) ke pusat – pusat beban (konsumen

tenaga listrik). Besarnya standar tegangan untuk jaringan distribusi sekunder ini adalah

127/220 V untuk sistem lama, dan 220/380 V untuk sistem baru, serta 440/ 550 V untuk

keperluan industri. Besarnya tegangan maksimum yang diizinkan adalah 3 sampai 45

lebih besar dari tegangan nominalnya. Penetapan ini sebanding dengan besarnya nilai

tegangan jatuh (voltage drop) yang telah ditetapkan berdasarkan PUIL 661 F.1, Bahwa

rugi - rugi daya pada suatu jaringan adalah 15%.pembatasan tersebut stabilitas

penyaluran daya ke pusat-pusat beban tidak terganggu.


10

2.2 Jaringan Tegangan Menengah[3]

Jaringan Tegangan menengah adalah jaringan tenaga listrik yang berfungsi

untuk menghubungkan gardu induk sebagai suplay tenaga listrik dengan gardu – gardu

distribusi. Jaringan ini mempunyai struktur/pola sedemikian rupa, sehingga dalam

pengoperasiannya mudah dan handal.

2.2.1 Tipe Radial

Pola ini merupakan pola yang paling sederhana dan umumnya banyak

digunakan di daerah pedesaan/ sistem yang kecil. Umumnya menggunakan SUTM

(Saluran Udara Tegangan Menengah),Sistem radial tidak terlalu rumit,tetapi memiliki

tingkat keandalan yang rendah. Jaringan Tipe Radial dapat dilihat pada gambar 2.2

berikut :

Gambar 2.2 Sistem Tipe Jaringan Radial[3]


11

2.2.2 Tipe Open Loop

Merupakan pengembangan dari sistem radial, sebagai akibat dari diperlukannya

kehandalan yang lebih tinggi dan umumnya sistem ini dapat dipasok dalam satu gardu

induk. Dimungkinkan juga dari gardu induk lain tetapi harus dalam satu sistem di sisi

tegangan tinggi, karena hal ini diperlukan untuk manuver beban pada saat terjadi

gangguan.

Jaringan Tipe Open Loop dapat dilihat pada gambar 2.3 dibawah ini :

Gambar 2.3 Sistem Jaringan Tipe Open Loop[3]


12

2.2.3 Tipe Close Loop

Sistem close loop ini layak digunakan untuk jaringan yang di pasok dari satu

gardu induk,memerlukan sistem proteksi yang lebih rumit biasanya menggunakan rele

arah (bidirectional). Sistem ini mempunyai kehandalan yang lebih tinggi disbanding

sistem yang lain. Jaringan Tipe Close Loop dapat dilihat pada gambar 2.4 berikut :

Gambar 2.4 Sistem Jaringan Tipe Close Loop[3]


13

2.2.4 Tipe Spindel

Sistem ini pada umumnya banyak digunakan di Distribusi Jakarta Raya dan

Tangerang. Memiliki kehandalan yang relative tinggi karena disediakan satu expres

feeder / penyulang tanpa beban dari gardu induk sampai gardu hubung. Biasanya pada

tiap penyulang terdapat gardu tengah (middle point) yang berfungsi untuk titik manufer

apabila terjadi gangguan pada jaringan tersebut. Jaringan Tipe Spindel dapat dilihat

pada gambar 2.5 berikut :

Gambar 2.5 Sistem Jaringan Tipe Spindel[3]


14

2.2.5 Tipe Cluster

Sistem Cluster sangat mirip dengan sistem spindel, Juga disediakan satu feeder

khusus tanpa beban (feeder expres). Jaringan Tipe Cluster dapat dilihat pada gambar

2.6 berikut :

Gambar 2.6 Sistem Jaringan Tipe Cluster[3]


15

2.3 Teori Transformator[4]

Transformator adalah suatu peralatan statis yang terdiri dari dua koil atau

lebih,yang di kopel melalui rangkaian magnetic,yang menghubungkan dua level

tegangan yang berbeda (secara umum) dalam suatu sistem elektrik yang

memungkinkan pertukaran energy diantara terminal-terminal dalam suatu arah melalui

medan magnetik. Pada dasarnya transformator terdiri dari dua kumparan yang

diisolasikan tergandeng dengan medan magnet bersama atau mutual kemudian

dibangkitkan dalam inti bahan magnetik, gambar 2.7. Kumparan yang dihubungkan

dengan sumber arus bolak-balik diberi nama kumparan primer, dan kumparan yang

dihubungkan dengan beban diberi nama kumparan sekunder.Bila tegangan sekunder

lebih besar dari pada tegangan primer, maka trafo tersebut dinamakan trafo step up.

Namun bila tegangan sekunder lebih kecil dari pada tegangan primer, maka dinamakan

trafo step down. Jika tegangan primer sama dengan tegangan sekunder, maka dikatakan

bahwa trafo mempunyai rasio satu-ke-satu. Trafo satu-ke-satu digunakan untuk

memisahkan dua buah rangkaian yang berbeda. Suatu trafo dapat digunakan sebagai

trafo step up atau step down tergantung cara menghubungkannya, yakni dengan

membalik sisi-sisinya.

Gambar 2.7 Bagan dari trafo[4]


16

2.4 Pemakaian Transformator[5]

Dalam bidang teknik listrik pemakaian transformator dikelompokkan

menjadi:

1. Transformator daya

Transformator daya adalah terminologi umum yang digunakan untuk

menunjuk pada transformator yang melengkapi sistem transmisi pada gardu

induk baik pada stasiun pembangkitan atau pada gardu-gardu pembagi

beban transmisi.

Gambar 2.8 Transformator daya[5]

2. Transformator distribusi

Transformator distribusi merupakan alat yang memegang peran penting

dalam sistem distribusi. Transformator distribusi yang umum digunakan adalah

transformator step-down 20KV/400V. Tegangan fasa ke fasa sistem jaringan

tegangan rendah adalah 380 V.


17

Pada kumparan primer akan mengalir arus jika kumparan primer

dihubungkan ke sumber tegangan bolak-balik,sehingga pada inti transformator

yang terbuat dari bahan ferromagnet akan terbentuk sejumlah garis-garis gaya

magnet(fluks = ⏀),karena arus yang mengalir merupakan arus bolak-

balik,maka fluks yang terbentuk pada inti akan mempunyai arah dan jumlah

yang berubah-ubah.Jika arus yang mengalir berbentuk sinusoidal,maka fluks

yang terjadi akan berbentuk sinusoidal pula,fluks tersebut mengalir melalui inti

yang mana pada inti tersebut terdapat belitan primer dan sekunder, maka pada

belitan primer dan sekunder tersebut akan timbul ggl (gaya gerak listrik)

induksi,tetapi arah ggl induksi primer berlawanan dengan arah ggl induksi

sekunder. Sedangkan frekuensi masing-masing tegangan sama dengan

frekuensi sumbernya.

Gambar 2.9 Transformator Distribusi[5]

3. Transformator pengukuran (yang terdiri dari transformator arus dan

transformator tegangan)
18

2.5 Transformator 3 fasa[5]

Transformator tiga fasa pada umumnya digunakan untuk menyalurkan tenaga

listrik pada sistem tiga fasa (arus bolak-balik). Pada sisi primer dan sekunder

masing-masing mempunyai lilitan identic dengan 3 buah transformator satu fasa, yang

ujung kumparan primer dan sekunder dapat disambung (dihubungkan) secara bintang

(Y) atau segitiga (∆). Identik dengan 3 buah transformator satu fasa, yang ujung

kumparan primer dan sekunder dapat disambung (dihubungkan) secara bintang(I) atau

segitiga.

Berdasarkan cara penghubungnya, transformator 3 fasa dapat di bedakan menjadi :

1. Transformator Hubung Bintang

2. Transformator Hubung Delta

3. Transformator hubung Zig-Zag.

2.5.1 Transformator Hubung Bintang (Y) [6]

Arus yang mengalir di IA,IB dan IC disebut degan arus saluran (IL). Arus yang

melewati IAN,IBN dan ICN disebut arus fasa (IP) dimana N adalah titik netral yang

merupakan titik temu salah satu ujung ketiga kumparan. Tegangan fasa adalah VAB,VBN

dan VCN yang masing-masing fasa berbeda fasa 120°.

Pada hubung bintang terdapat titik netral dan saluran netral yang akan mengaliri arus

IN yang besarnya adalah :

IN = IA + IB + IC……………………………………………………………………..(2.1)

Dalam sistem yang seimbang IN = 0, Salurannya dapat diabaikan sedangkan

tegangannya adalah :
19

VAB = VAN + VNB = VAN – VBN..................................................................................(2.2)

VBC = VBN - VCN……………………………...………………………………........(2.3)

VCA = VCN – VAN………………………………..………………………........….....(2.4)

Gambar 2.10 Vektor Tegangan[6]

Dari vector diatas berlaku hubungan IL = Ip dan VAB = √3 VAN atau VL = √3 VP.

Ketiga belitan trafo diatas identik, maka besarnya daya pada hubung bintang adalah:

S = 3 VP IP, karena VP = VL / √3 dan IP=IL………………………………………..(2.5)

S = 3 (VL/√3) IL atau S = √3 VL IL

IA = IB = IC = IL

IL = IPH

VAB = VBC = VCA = VL-L

VL-L = VPH

Dimana :

VL-L = Tegangan line to line (volt)

VPH = Tegangan fasa (volt)

IL = Arus line (ampere)

Iph = Arus fasa (ampere)


20

2.5.2 Transformator Hubung Delta (Δ) [6]

Transformator hubung segitiga adalah suatu hubungan transformator

tiga fasa, dimana cara penyambungannya ialah ujung akhir lilitan fasa pertama

di sambung dengan ujung mula lilitan fasa kedua, akhir fasa kedua dengan

ujung mula fasa ketiga dan akhir fasa ketiga dengan ujung mula fasa pertama.

Tegangan transformator tiga fasa dengan kumparan yang dihubungkan segitiga

yaitu : VA, VB, VC masing-masing berbeda 120°.

Gambar 2.11 Vektor arus hubung delta[6]

Dari diagram vector diketahui arus IA (arus jala-jala) adalah √3 x IAB (arus fasa)

Atau IL = √3 IP. Tegangan jala-jala dalam hubungan delta sama dengan

tegangan fasanya dimana VL = VP.Besarnya daya pada hubung delta adalah

S= 3 VP IP = 3 VL IL/√3 atau S= √3 VL IL.

Untuk beban tidak seimbang IA= IAB – ICA, IB = IBC – IAB,IC = ICA – IBC, Dimana

VAB + VBC + VCA = 0

IA = IB = IC = IL

IL = IPH
21

VAB = VBC = VCA = VL-L

VL-L = VPH

Dimana :

VL-L = tegangan line to line (volt)

Vph = tegangan fasa (volt)

IL = arus line (Ampere)

Iph = Arus fasa (Ampere)

2.5.3 Transformator Zig-Zag[6]

Untuk sekilas pembahasan, Transformator Zig-Zag merupakan

transformator dengan tujuan khusus. Salah satu aplikasinya adalah

menyediakan titik netral untuk sistem listrik yang tidak memiliki titik netral.

Pada transformator Zig-zag masing-masing lilitan tiga fasa dibagi menjadi dua

bagian dan masing-masing dihubungkan pada kaki yang berlainan.

2.5.4 Jenis – Jenis Hubungan Transformator Tiga Phasa[5]

Tiga buah lilitan phasa pada sisi primer dan pada sisi sekunder dapat

dihbungkan dalam bermacam – macam hubungan, seperti bintang dan segitiga,

dengan kombinasi Y-Y,Y-∆,-Y,- ∆, bahkan untuk kasus tertentu pada lilitan

sekunder dapat dihubungkan secara berliku-liku atau sering disebut (zig-zag),

sehingga diperoleh kombinasi ∆ − 𝑍 dan Y-Z. Hubungan zig-zag merupakan

sambungan bintang istimewa, hubungan ini digunakan untuk mengantisipasi

kejadian yang mungkin terjadi apabila dihubungkan secara bintang dengan


22

beban phasanya tidak seimbang. Di bawah ini pembahasan hubungan

transformator tiga phasa secara umum :

2.5.5 Hubungan Wye-wye (Y-Y)

Pada hubungan bintang-bintang,rasio tegangan fasa-fasa (L-L) pada

primer dan sekunder adalah sama dengan rasio setiap trafo. Sehingga, terjadi

pergeseran fasa sebesar 30° antara tegangan fasa-netral (L-N) dan tegangan

fasa-fasa (L-L) pada sisi primer dan sekundernya.

Hubungan bintang-bintang ini akan sangat baik hanya jika pada kondisi beban

seimbang. Karena, pada kondisi beban seimbang menyebabkan arus netral (In)

akan sama dengan nol. Arus netral akan timbul apabila terjadi

ketidakseimbangan beban,hal tersebut menimbulkan rugi-rugi daya. Hubungan

Y-Y pada transformator tiga fasa dapat dilihat pada gambar 2.15. Pada

hubungan Y-Y, tegangan masing-masing primer fasa adalah :


VIp
Vphp = …………………………………………………………………………(2.6)
√3

Tegangan fasa primer sebanding dengan tegangan phasa sekunder dan perbandingan

belitan transformator maka, perbandingan antara tegangan primer dengan tegangan

sekunder pada transformator hubungan Y-Y adalah :

VIp √3vphp
= ………………………………………………………………………....(2.7)
VIs √3Vphs
23

Gambar 2.12 Transformator 3 fasa hubungan Y-Y[5]

2.5.6 Hubungan wye-delta (Y-∆)

Transformator hubungan Y-∆, digunakan pada saluran transmisi sebagai penaik

tegangan. Rasio antara sekunder dan primer tegangan fasa-fasa adalah 1/√3 kali rasio

setiap trafo. Terjadi sudut 30° antara tegangan fasa-fasa antara primer dan sekunder

yang berarti bahwa trafo Y-∆ tidak bisa diparalelkan dengan trafo Y-Y atau trafo ∆-∆.

Hubungan transformator Y-∆ dapat dilihat pada gambar 2.16. Pada hubungan ini

tegangan kawat ke kawat primer sebanding dengan tegangan phasa primer (VLP = Vphp),

Dan tegangan kawat ke kawat sekunder sama dengan tegangan phasa (VLS = VPHS),

Sehingga diperoleh perbandingan tegangan pada hubungan Y-∆ adalah :

VIp √3Vphp
= =√3a………………………………………………………….………(2.8)
VIs √3Vphs
24

Gambar 2.13 Transformator 3 fasa hubungan Y-∆[5]

2.5.7 Hubungan delta- wye (∆ − 𝐘)

Transformator hubungan ∆-Y , digunakan untuk menurunkan tegangan dari

tegangan transmisi ke tegangan rendah. Transformator hubungan ∆-Y dapat pula

dilihat pada gambar 2.17. Pada hubungan ∆-Y, tegangan kawat ke kawat primer sama

dengan tegangan phasa primer (VLP = Vphp) dan tegangan sisi sekundernya (VLS = √3

Vphs), maka perbandingan hubungan ∆-Y adalah :

VIp √3Vphp a
= = ……………………………………………………………………(2.9)
VIs √3𝑉𝑝ℎ𝑠 √3
25

Gambar 2.14 Transformator 3 fasa hubungan ∆ -Y[5]

2.5.8 Hubungan delta- wye (∆ − 𝐘)

Pada transformator hubungan ∆-∆, Tegangan kawat ke kawat dan tegangan

phasa sama untuk sisi primer dan sekunder transformator (VRS = VST = VTR =

VLN), maka perbandingan tegangannya adalah :

VIp √3Vphp
= √3Vphs = a…………………………………………………………...(2.10)
VIs

Sedangkan arus pada transformator hubungan ∆-∆ adalah :

IL = √3 Ip…………………………………………………………………(2.11)

Dimana :

IL = arus line to line

Ip = arus phasa
26

Transformator 3 phasa hubungan delta- delta dapat pula dilihat pada gambar

2.18 dibawah ini :

Gambar 2.15 Transformator 3 fasa hubungan ∆ - ∆[5]

2.6 KETIDAKSEIMBANGAN BEBAN[7]

Yang dimaksud dengan keadaan seimbang adalah suatu keadaan yang dimana:

• Ketiga vektor saling membentuk sudut 120° satu sama lainnya.

• Ketiga vektor ataupun tegangan sama besar

Sedangkan yang dimaksud dengan keadaan tidak seimbang adalah keadaan

dimana salah satu atau kedua syarat keadaan seimbang tersebut tidak terpenuhi.

Kemungkinan keadaan tidak seimbang ada 3 macam, yaitu :

1. Ketiga vektor tidak sama besar tetapi membentuk sudut 120° satu sama lain.

2. Ketiga vektor sama besar tetapi tidak membentuk sudut 120° satu sama lain.
27

3. Ketiga vektor tidak sama besar dan tidak membentuk sudut 120° satu sama

lain.

Untuk lebih jelasnya dapat digambarkan dengan vektor diagram arus pada

gambar 2.19

Gambar 2.16 (a) Vektor Diagram Arus dalam keadaan seimbang dan

Gambar 2.17 (b) Vektor diagram arus yang tidak seimbang[7]

Gambar 2.16 (a) menunjukkan vektor diagram arus dalam keadaan seimbang.

Disini terlihat bahwa penjumlahan ketiga vektor arusnya (IR, IS dan IT) adalah

sama dengan nol sehingga tidak muncul arus netral (In). Sedangkan pada gambar

2.17 (b) menunjukkan vektor diagram arus yang tidak seimbang. Disini terlihat

bahwa penjumlahan ketiga vektor arusnya (IR, IS dan IT) tidak sama dengan nol,

sehingga muncul sebuah besaran yaitu arus netral (In) yang besarnya tergantung

dari berapa besar factor ketidakseimbangannya.


28

2.7 Ketidakseimbangan Tegangan[10]

Ketidakseimbangan tegangan menurut National Electrical Manufacturers

Association (NEMA) Standards Publificatio MG 1-1998 (Revision 3, 2002)

ketidakseimbangan ini disebabkan oleh pada salah satu fasa dibandingkan fasa-

fasa. Persamaan untuk menghitung persentase ketidakseimbangan tegangan

dapat dilihat pada persamaan 2.18.

𝑀𝑎𝑥𝑖𝑚𝑢𝑚 𝑣𝑜𝑙𝑡𝑎𝑔𝑒 𝐷𝑒𝑣𝑖𝑎𝑡𝑖𝑜𝑛 𝐴𝑣𝑒𝑟𝑎𝑔𝑒 𝑉𝑜𝑙𝑡𝑎𝑔𝑒


% Unbalance Voltage = 100% 𝐴𝑣𝑒𝑟𝑎𝑔𝑒 𝑉𝑜𝑙𝑡𝑎𝑔𝑒

……………………………………………………………………………(2.12)

2.7.1 Mengurangi Pengaruh Ketidakseimbangan Tegangan

Tahap-tahap yang mungkin dapat dilakukan untuk mengurangi

ketidakseimbangan tegangan diantaranya adalah :

1. Penyeimbangan beban pada instalasi pelanggan

2. Pemindahan sambungan instalasi pelanggan ke instalasi dengan level

hubung singkat yang lebih tinggi.

3. Pemasangan peralatan kompesator (voltage compensator).


29

2.8 komponen Simetris[8]

Pada kondisi sistem distribusi tegangan rendah akibat dari kondisi beban yang

tidak seimbang akan mengalir arus pada kawat netral pada transformator arus yang

mengalir pada kawat netral yang merupakan arus bolak-balik untuk sistem distribusi

tiga fasa empat kawat adalah penjumlahan vector dari ketiga arus fasa dalam komponen

simetris. Menurut fortescue menyatakan tiga fasor tegangan tak seimbang dari sistem

tiga fasa dapat diuraikan menjadi tiga fasa yang seimbang dengan menggunakan

komponen simetris (Stevenson, 1993). Komponen simetris tersebut yaitu urutan

positif, negative dan urutan nol. Himpunan komponen seimbang tersebut antara lain :

Sebuah sistem tiga phasa tidak seimbang dalam menganalisanya dapat dibentuk

menjadi fasor tiga phasa seimbang, yaitu :

a. Komponen urutan positif

Komponen urutan positif adalah yang terdiri dari tiga fasor yang sama

besarnya, terpisah satu dengan yang lainnya dalam beda fasa sebesar 120°, dan

mempunyai urutan phasa yang sama seperti fasor aslinya.

b. Komponen urutan negatif

Komponen urutan negatif adalah tiga fasor yang sama besarnya,terpisah satu

dengan yang lainnya dalam beda phasa sebesar 120°, dan mempunyai urutan

fasa yang berlawanan arah dengan fasor aslinya.

c. Komponen urutan nol

Komponen urutan nol adalah tiga fasor yang sama besarnya dan dengan

pergeseran fasa nol antara fasor yang satu dengan yang lain.
30

Gambar 2.18 Tiga himpunan fasor seimbang yang merupakan komponen

simetris dari tiga fasor tak seimbang. [8]

Pemecahan masalah dengan menggunakan komponen simetris bahwa ketiga

fasa sistem dinyatakan sebagai a, b, dan c dengan cara demikian sehingga urutan fasa

tegangan dan arus dalam sistem adalah abc. Jadi,urutan fasa komponen urutan-positif

dari fasor tak seimbang itu adalah abc, sedangkan urutan fasa dari komponen-negatif

adalah acb,jika fasor aslinya adalah tegangan,maka tegangan tersebut dapat dinyatakan

dengan Va, Vb dan Vc. Ketiga himpunan komponen simetris dinyatakan dengan

subskrip tambahan 1 untuk komponen urutan-positif, 2 untuk komponen urutan-

negatif, dan 0 untuk komponen urutan nol. Komponen urutan-positif dari Va, Vb, dan

Vc adalah Va1, Vb1, dan Vc1, demikian pula komponen urutan-negatif adalah Va2, Vb2,

dan Vc2 , sedangkan komponen urutan-nol adalah Va0, Vb0, dan Vc0.
31

Komponen – komponen urutan ini dijumlahkan secara grafis maka diperoleh tiga fasor

tak seimbang, lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar 2.19

Gambar 2.19 Penjumlahan secara grafis komponen-komponen pada gambar 2.18

untuk mendapatkan hasil tiga fasor tak seimbang. [8]

Komponen-komponen urutan positif pada Va,Vb dan Vc adalah Va1,Vb1 dan Vc1.

Komponen- komponen urutan negatifnya adalah Va2, Vb2 dan Vc2. Sedangkan

komponen-komponen urutan nolnya yaitu Va0 , Vb0 dan Vc0. Semua factor-faktor

yang tak seimbang adalah jumlah komponen-komponen aslinya dapat dinyatakan

sebagai berikut ini :

Tegangan fasa a,Va = Va1 + Va2 + Va0…………………………………..(2.13)

Tegangan fasa b,Vb = Vb1 + Vb2 + Vb0…………………………………..(2.14)

Tegangan fasa c,Vc = Vc1 + Vc2 + Vc0…………………………………..(2.15)


32

Pada komponen simetris ini symbol huruf a dipergunakan untuk menunjukkan operator

yang menimbulkan suatu perputaran sebesar 120° dengan arah yang berlawanan

dengan perputaran arah jarum jam. Operator semacam ini adalah merupakan bilangan

kompleks yang besarnya satu dan sudutnya 120° dan didefinisikan sebagai :

a = 1<120° atau a = -0,5 + j0,866

operator a dikenakan pada fasor dua kali berturut-turut, maka fasor tersebut akan

diputar dengan 360°, maka pergeserannya adalah :

a2 = 1<240° atau a = -0,5 – j0,866 dan a3 = 1<360° = 1<0° = 1

berikut gambar 2.23 fasor yang melukiskan berbagai pangkat dari a :

Gambar 2.20 Diagram fasor berbagai perangkat dari operator a[8]

2.9 Komponen Simetris Fasor Tak Simetris[8]

Hubungan – hubungan berikut dapat kita periksa kebenarannya dengan

berpedoman pada gambar 2.22 :

Vb1 = a2Va1 Vc1 = aVa1………….……………………………………..(2.16)

Vb2 = aVa2 Vc2 = a2Va2

Vb0 = Va0 Vc0 = Va0


33

Persamaan yang terdahulu sebenarnya dapat pula ditulis untuk setiap himpunan fasor

yang berhubungan, dan kita dapat pula menuliskannya untuk arus sebagai pengganti

tegangan. Persamaan tersebut dapat diselesaikan baik secara analitis maupun secara

grafis. Beberapa persamaan yang terdahulu sangat mendasar, berikut ringkasannya

untuk arus-arus :

Ia = I1 + I2 + I0…………………………………………………………………….(2.17)

Ib = a2I1 + aI2 + I0………………………………………………………………….(2.18)

Ic = aI1 + a2I2 + I0…………………………………………………………………..(2.19)

Ia1 = 1/3(Ia + aIb + a2Ic)…………………………………………………………..(2.20)

Ia2 = 1/3(Ia + a2Ib + aIc)……………………………………………………….....(2.21)

Ia0 = 1/3(Ia + Ib + Ic)……………………………………………………………...(2.22)

Dalam sistem tiga fasa jumlah arus saluran sama dengan arus In dalam jalur kembali

lewat netral. Dengan demikian,

IN = Ia + Ib + Ic……………………………………………………………………(2.23)

Dengan membandingkan persamaan (2.13) dan (2.21) diperoleh :

IN = 3 I0…………………………………………………………………………...(2.24)

Jika tidak ada jalur yang melalui netral dari sistem tiga fasa, In adalah nol, dan arus

saluran tidak mengandung komponen urutan nol. Suatu beban dengan hubungan -∆

tidak menyediakan jalur ke netral, dan karena itu arus saluran yang mengalir ke beban

yang dihubungkan -∆ tidak dapat mengandung urutan nol.


34

2.10 Arus Netral[3]

Arus netral dalam sistem distribusi tenaga listrik dikenal sebagai arus yang

mengalir pada kawat netral di sistem distribusi tegangan rendah tiga fasa empat

kawat. Arus netral ini akan muncul jika :

• Kondisi beban keadaan tidak seimbang

• Karena adanya arus harmonisa akibat dari beban non linear yang

semakin berkembang digunakan saat ini.

Arus yang mengalir pada kawat netral yang merupakan arus balik untuk sistem

distribusi tiga fasa empat kawat adalah penjumlahan vektor dari ketiga arus fasa

dalam komponen simetris. Perhitungan arus netral dilakukan dengan

perbandingan arus netral maksimal dengan arus netral pengukuran di gardu.

Arus netral ini sangat berpengaruh pada sistem jika arus netralnya

berlebihan,dalam hal ini dapat mengakibatkan antara lain :

• Terjadinya kegagalan pengawatan pada kawat netral

• Timbulnya panas yang berlebihan pada transformator

• Menurunya kualitas daya transformator

Dalam sistem distribusi tiga fasa empat kawat keadaan tegangan dan arus yang

simetris,tidak akan ada arus yang mengalir pada kawat netral.Oleh karena itu

ketiga fasanya simetris. Artinya kedua fasanya bergeser -120° dan 120° terhadap

fasa. Referensi, maka analisanya cukup dilakukan berdasarkan satu fasa. Namun

jika tegangan dan arus fasa tidak seimbang maka aka nada arus balik yang
35

melewati kawat netral karena ketiga fasanya tidak simeteris. Untuk

menganalisanya dapat digunakan metode komponen simetris.[5]

2.10.1 PENYEBAB TINGGINYA ARUS NETRAL[7]

a. Pengaruh Beban Tak Seimbang

Keadaan tidak seimbang adalah keadaan dimana salah satu atau kedua syarat

keadaan seimbang tidak terpenuhi. Keadaan tidak seimbang ada 3 yaitu :

1. Ketiga vektor sama besar tetapi tidak membentuk sudut 120° satu sama lain.

2. Ketiga vektor tidak sama besar tetapi membentuk sudut 120° satu sama lain.

3. Ketiga Vektor tidak sama besar dan tidak membentuk sudut 120° satu sama

lain.

b. Upaya Mengatasi Arus Netral Tinggi

Adapun upaya untuk mengatasi arus netral yang tinggi dapat melakukan

langkah-langkah yaitu :

1. Pemerataan Beban

2. Memperbaiki sambungan netral

3. Menurunkan Kapasitas trafo

Sebagaimana diketahui timbulnya arus netral pada pembebanan sekunder trafo

distribusi. Arus netral yang tinggi dapat muncul akibat dari pembebanan yang tak

seimbang. Perbedaan pembebanan antar fasa akan menimbulkan perbedaan sudut

tegangan dan arus yang akhirnya menimbulkan arus netral Beban non linear juga

memberikan andil terhadap tingginya arus netral. Hal ini terjadi pada beban non linear

akan masuk arus urutan nol yang memicu keluarnya arus netral.
36

2.11 Daya Pada Rangkaian Tiga Fasa[3]

Beban yang dihubungkan secara ∆,tegangan pada masing-masing

impedansinya adalah tegangan antar saluran, dan arus yang mengalir lewat masing-

masing impedansi sama dengan besarnya arus saluran dibagi√3, atau :

IL
Vp = VL dan Ip=√3………………………………………………………………..(2.25)

Daya tiga fasa total adalah

P=3 Vp IP Cos𝜑 P…………………………………………………………………(2.26)

Dan dengan mensubstitusikan nilai Vp dan Ip dari persamaan (2.30) ke dalam

persamaan (2.31), diperoleh

P = √3 Vp Ip Cos 𝜑 p……………………………………………………………..(2.27)

A. Daya Semu

Daya semu merupakan daya listrik yang melalui suatu penghantar

transmisi atau distribusi. Daya ini merupakan hasil perkalian antara tegangan

dan arus yang melalui penghantar.

S = Daya semu

V = Tegangan antar saluran (Volt)

I = Arus saluran (ampere)


37

B. Daya Aktif

Daya aktif (daya nyata) merupakan daya listrik yang digunakan untuk

keperluan menggerakkan mesin-mesin listrik atau peralatan lainnya. Daya aktif

ini merupakan pembentukkan dari besar tegangan yang kemudian dikalikan

dengan besaran arus dan factor dayanya.

P = Daya nyata (watt)

V = Tegangan antar saluran (Volt)

I = Arus Saluran (ampere)

Cos𝜑 = Faktor daya

C. Daya Reaktif

Daya reaktif merupakan selisih antara daya semu yang masuk pada

penghantar dengan daya aktif pada penghantar itu sendiri, dimana daya ini

terpakai untuk daya mekanik dan panas. Daya reaktif ini adalah hasil kali antara

besarnya arus dan tegangan yang dipengaruhi oleh factor daya.

Untuk 3 fasa :

Dimana :

Q = Daya reaktif (VAR)

V = Tegangan antar saluran (Volt)

I = Arus Saluran (ampere)

Sin 𝜑 = Faktor Daya (tergantung nilai 𝜑)


38

2.12 Faktor Daya[9]

Faktor daya adalah perbandingan antara daya aktif (watt) dengan daya

semu/daya total (Va), atau cosinus sudut antara daya aktif dan daya semu atau

daya total. Daya reaktif yang tinggi akan meningkatkan sudut ini dan sebagai

hasilnya factor daya akan menjadi lebih rendah. Faktor daya selalu lebih kecil atau

sama dengan satu. Secara Teoritis, jika seluruh beban daya yang dipasok oleh

perusahaan listrik memiliki factor daya satu, maka daya maksimum yang

ditransfer setara dengan kapasitas sistem pendistribusian. Beban yang terinduksi

dan jika factor daya berkisar dari 0,2 hingga 0,5 maka kapasitas jaringan distribusi

listrik menjadi tertekan. Jadi daya reaktif (VAR) harus serendah mungkin untuk

keluaran kW yang sama dalam rangka meminimalkan kebutuhan daya total (VA).

Faktor daya menggambarkan sudut fasa antara daya aktif dan daya semu.

Faktor daya yang rendah merugikan karena mengakibatkan arus beban

tinggi.perbaikan factor daya ini menggunakan kapasitor. Dalam sistem tenaga

listrik dikenal 2 jenis factor daya yaitu factor daya terbelakang (lagging) dan factor

daya mendahului (leading) yang ditentukan oleh jenis beban yang ada pada

sistem.

Faktor daya dibagi menjadi dua yaitu factor daya tertinggal (lagging) dan fakor

daya mendahului (leading) :

Dihalaman selanjutnya adalah penjelasan mengenai kedua factor daya tersebut :


39

a) Faktor daya tertinggal (lagging)

Faktor daya lagging menunjukan kondisi disaat beban bersifat induktif dan

memerlukan daya reaktif dari jaringan. Nilai cos 𝜑 pada kondisi lagging akan

bernilai positif. Kemudian pada gelombang sinus,arus (I) akan tertinggal

dengan tegangan (V) atau tegangan (V) akan mendahului arus (I) dengan sudut

𝜑. Berikut adalah gelombang sinus pada factor daya lagging :

Gambar 2.21 Gelombang sinus pada factor daya lagging[9]

b) Faktor Daya mendahului (Leading)

Faktor Daya leading menunjukkan kondisi di saat beban bersifat kapasitif dan

memberikan daya reaktif ke jaringan. Nilai cos 𝜑 pada kondisi leading akan

bernilai negative. Kemudian pada gelombang sinus, Arus (I) akan mendahului

tegangan (V) atau tegangan (V) akan tertinggal terhadap arus (I) sebesar sudut

Gambar 2.22 Gelombang sinus pada factor daya leading[9]


40

2.13 Segitiga Daya[9]

factor daya (cos 𝜑) adalah perbandingan antara daya aktif (P) dan daya semu

(S) dari pengertian tersebut,factor daya tersebut dapat dirumuskan sebagai berikut:

Faktor daya = (Daya Aktif / Daya semu)

= (P / S)

= (V.I. Cos φ / V.I)

= Cos φ

Gambar 2.23 Segitiga daya[9]

Daya Semu = V.I (VA) …………………………………………………………..(2.28)

Daya Aktif = V.I Cos φ (Watt)…………………….……...………………………(2.29)

Daya Reaktif = V.I Sin φ (VAr)…………………………………………………..(2.30)


BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Rancangan penelitian

Pada tugas akhir ini penulis menggunakan metode pengumpulan data

berdasarkan pengukuran yang dilakukan dalam penelitian ini hasil dari pengukuran

itu akan penulis selesaikan ke dalam bentuk matematis dan penulis melakukan

analisis penelitian ini berdasarkan hasil pengukuran yang penulis peroleh dengan

cara observasi lapangan.

3.2 Lokasi penelitian

Lokasi penelitian ini dilakukan di PT. ASIA PACIFIC FIBER,TBK, JL.

Raya kaliwungu, km.19, Kendal,Gendangan Sumberejo,kaliwungu, kota Kendal,

jawa tengah 51372.

3.3 Langkah Penelitian

Dalam penelitian ini penulis melakukan pengukuran dan pengambilan data

Di PT. ASIA PACIFIC FIBER,TBK. Pengambilan Data dan pengukuran dilakukan

pada tanggal 14 November 2018 dengan proses meminta data dan mengukurnya

secara langsung menggunakan alat Power Quality Analyzer pada transformator

distribusi serta didampingi oleh karyawan PT.ASIA PACIFIC FIBER,TBK.

Adapun data yang diperoleh adalah sebagai berikut :

41
42

Gambar 3.1 sudut hasil pengukuran dan tegangan R,S, dan T

Gambar 3.2 frekuensi dan ketidakseimbangan beban


43

Gambar 3.3 daya aktif, daya rektif, daya semu, dan power factor

Gambar 3.4 Tegangan, arus dan frekuensi


44

3.4 Diagram alir analisa ketidakseimbangan beban di PT.ASIA PACIFIC

FIBER,TBK
mulai

Pengumpulan Data :

1. Daya trafo
2. Arus R,S,T
3. Sudut hasil
pengukuran per
fasa
4. Arus netral Trafo
5. Tegangan R,S,T

a. Perhitungan daya aktif,reaktif, dan semu:


1. P = V.I. cos 𝜑
2. S = V.I
3. Q = V.I. sin 𝜑
b. Perhitungan komp.simetris:
1. Va1 = 1/3 (Va+aVb+a2Vc)
2. Va2 = 1/3 (Va+a2Vb+aVc)
3. Ia1 = 1/3 (Ia+aIb+a2Ic)
4. Ia2 = 1/3 (Ia+a2Ib+aIc)
5. Ia0 = 1/3 (Ia+Ib+Ic)
6. In = 3.Iao
7. In = IR + IS + IT
c. Diagram fasor tegangan dan arus

Hasil analisa :
Putaran sudut per fasa R,S dan T tegangan dan arus.

selesai

Gambar 3.5 Diagram blok langkah-langkah kerja


45

3.5 Pembahasan

3.5.1 Dampak beban trafo tidak seimbang

Dampak dari beban tidak seimbang dapat dilihat dari gambar (3.2)

Titik I, bahwa ketika terjadi ketidak seimbangan beban pada trafo maka akan timbul

arus netral yang mengalir pada penghantar netral.

Gambar 3.6 Skema aliran arus sisi sekunder trafo

3.5.2 Persamaan yang digunakan

Persamaan-persamaan yang digunakan untuk menganalisis

Pengaruh ketidakseimbangan beban terhadap arus netral hasil pengukuran pada

transformator distribusi di departemen SPINNING 4 PT. ASIA PACIFIC

FIBER,TBK adalah sebagai berikut :


46

a. Daya pada rangkaian tiga fasa

Total daya yang diberikan oleh sebuah generator tiga fasa atau yang diserap

suatu beban tiga fasa dapat diperoleh dengan menjumlahkan daya ketiga fasanya.

Suatu rangkaian yang seimbang ini sama saja dengan 3 kali daya fasa, karena

rangkaian seimbang daya pada semua fasanya adalah sama.

Dimana θp adalah sudut arus fasa tertinggal terhadap tegangan fasa,jadi

sama dengan sudut dari impedansi di masing-masing fasa. Jika VL dan IL berturut -

turut adalah besarnya tegangan antar-saluran dan arus saluran, maka :

VL
VP=√3 dan IP = IL

P = √3.VL.ILCos 𝜑 p

Daya Reaktif :

Q = √3.V.I.Sin 𝜑

Daya Semu :

|S| = √P2+Q2 = √3.VL.IL


47

b. Komponen Simetris Fasor Tak simetris

Hubungan hubungan berikut dapat kita periksa kebenarannya dengan

berpedoman pada gambar 2.18 :

Vb1 = a2Va1 Vc1 = aVa1

Vb2 = aVa2 Vc2 = a2Va2

Vb0 = Va0 Vc0 = Va0

Persamaan yang terdahulu sebenarnya dapat pula ditulis untuk setiap himpunan

fasor yang berhubungan, dan kita dapat pula menuliskannya untuk arus sebagai

pengganti tegangan. Persamaan tersebut dapat diselesaikan baik secara analisis

maupun grafis. Beberapa persamaan yang terdahulu sangat mendasar, berikut

ringkasannya untuk arus :

Ia = Ia1 + Ia2 + Ia0

Ib = a2Ia1 + aIa2 + Ia0

Ic = a1a1 + a2Ia2 + Ia0

Ia0 = 1/3(Ia + Ib + Ic)

Ia1 = 1/3(Ia + aIb + a2 Ic)

Ia2 = 1/3(Ia1 + a2 Ia2 + a Ic)

Dalam sistem tiga fasa, jumlah arus saluran sama dengan arus In dalam jalur

kembali lewat netral. Jadi,

Ia + Ib + Ic = In
48

Dengan membandingkan persamaan (2.13) dan (2.41) diperoleh :

IN =3.Ia0

Jika tidak ada jalur fasa dalam hubungan segitiga atau bintang yang melalui netral

dari sistem tiga fasa,In adalah nol dan arus saluran tidak mengandung komponen

urutan nol (merujuk pada perhitungan komponen urutan positif Ia1 dan ia2). Suatu

beban dengan hubungan – segitiga tidak menyediakan jalur ke netral, karena ituarus

saluran yang mengalir ke beban yang dihubungkan segitiga tidak dapat

mengandung urutan nol/In.


BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Beban keadaan seimbang adalah suatu keadaan yang dimana ketiga vector

arus dan tegangan sama besar atau ketika ketiga vector tersebut saling membentuk

sudut 120°. Sedangkan Ketidakseimbangan adalah keadaan yang dimana salah

satu atau kedua syarat keadaan seimbang tidak terpenuhi, Ketidakseimbangan

beban pada sistem distribusi tenaga listrik saat keadaan kerja normal dapat

mengakibatkan arus yang mengalir pada penghantar netral transformator distribusi

hal ini terjadi karena perbedaan arus dan tegangan pada fasa R, S dan.T. Data

yang diperoleh penulis dengan cara melakukan pengukuran pada transformator

distribusi 2500 kVA dengan belitan bintang menggunakan alat Power Quality

Analizer, adapun data yang diperoleh pada saat melakukan pengukuran yaitu

Tegangan dan Arus line to netral serta sudut hasil pengukuran per fasa R,S dan T,

cos 𝜑 per fasa R,S, dan T, daya aktif, daya reaktif dan daya semu. Perhitungan

total daya yang disalurkan pada transformator distribusi 2500 kva menggunakan

metode komponen simetris.

4.1 Perhitungan Persentase Ketidakseimbangan Tegangan

a. Ketidakseimbangan tegangan

Ketidakseimbangan Tegangan menurut National Electrical Manufacturers

Association (NEMA) Standards Publication MG 1-1998 (Revision 3, 2002)

Ketidakseimbangan ini disebabkan oleh pada salah satu fasa dibandingkan fasa-

fasa. Persamaan untuk menghitung persentase ketidakseimbangan tegangan dapat

dilihat pada persamaan 2.18.

49
50

𝑀𝑎𝑥𝑖𝑚𝑢𝑚 𝑣𝑜𝑙𝑡𝑎𝑔𝑒 𝑑𝑒𝑣𝑖𝑎𝑡𝑖𝑜𝑛 𝑎𝑣𝑒𝑟𝑎𝑔𝑒 𝑣𝑜𝑙𝑡𝑎𝑔𝑒


%Unbalance Voltage = 100%
𝐴𝑣𝑒𝑟𝑎𝑔𝑒 𝑣𝑜𝑙𝑡𝑎𝑔𝑒

Keterangan :

Tegangan

VR = 228,5 V

VS = 230,8 V

VT = 230,1 V

Average Voltage =

(VR + VS + VT)
3

(228,5+230,8+230,1)
= 229,8 V
3

Maximum Deviation from Average =

229,8 V – 228,5 V = 1,3 V

% Unbalance Voltage

1,3
100 % . = 0,5 %
229,8

Persentase ketidakseimbangan tegangan menunjukkan hasil 0,5% dimana nilai

persentase ini kurang dari 1% dan masih dalam toleransi dari batas maksimum

nilai ketidakseimbangan tegangan yang NEMA Standards Publication MG 1-

1998(Revision 3,2002) rekomendasikan yaitu maksimal 1%


51

4.2 Spesifikasi Tranformator distribusi dan Circuit Breaker

Gambar 4.1 Trafo distribusi 2500 kVA

Tabel 4.1 Spesifikasi Trafo

Nama Pabrikan ABB


Daya 2500 kVA
Tegangan sisi primer (Vp) 20000 V
Tegangan sisi sekunder (Vs) 400 V
Arus sisi primer (Ip) 7041A
Arus sisi sekunder (Is) 3068,44A
Impedansi (UZ%) 70
Vektor grup YNYN-6
Jumlah fasa 3 fasa
52

Gambar 4.2 Circuit Breaker ABB Sace Emax E3

Tabel 4.2 Spesifikasi Circuit Breaker

Nama pabrikan ABB


Tipe Sace Emax E3
Kapasitas 2000-2500 A
Rated Short Time current 50 kA
Trip times
Make Time (Max) 80 ms
Break Time (1<ST current) (max) 70 ms
Break Time (1<ST current) (max) 30 ms
53

4.3 Perhitungan Daya Aktif, Daya Reaktif, dan Daya Semu pada

Transformator 2500 kVA departemen spinning 4

Arus saluran (I)

IR = 1438A

IS = 1550A

IT = 1486A

Tegangan Line to netral (V)

VR-N = 229,36V

VS-N = 231,69V

VT-N = 230,87V

Cos 𝜑

L1-N = 0,91

L2-N = 0,89

L3-N = 0,87

Tabel 4.3 Hasil pengukuran arus, tegangan dan Cos 𝜑


ARUS IR IS IT
Hasil pengukuran 1438A 1550A 1486A
TEGANGAN VR-N VS-N VT-N
Hasil pengukuran 229,36V 231,69V 230,87V

Cos 𝜑 L1-N L2-N L3-N


Hasil pengukuran 0,91 0,89 0,87
54

4.3.1 Perhitungan Daya Aktif, Daya Reaktif dan Daya Semu

➢ Daya nyata R,S, dan T :

PR = V.I. Cos 𝜑

= 229,36 . 1438 . 0,91

= 300,13 kW

PS = V.I. Cos 𝜑

= 231,69 . 1550 . 0,89

= 319,61 kW

PT = V.I. Cos 𝜑

= 230,87 . 1486 . 0,87

= 298,47 Kw

Tabel 4.4 Hasil pengukuran dan perhitungan Daya aktif


Daya Aktif Hasil pengukuran Daya Aktif Hasil perhitungan
PR 298,5 kW PR 300,13 kW
PS 318,3 kW PS 319,61 kW
PT 299,0 kW PT 298,47 Kw
55

➢ Daya Semu R,S, dan T :

SR = V.I

= 229,36 . 1438

= 329,81 kVA

SS = V.I

= 231,69 . 1550

= 359,11 kVA

ST = V.I

= 230,87 . 1486

= 343,07 kVA

Tabel 4.5 Hasil pengukuran dan perhitungan Daya Semu


Daya Semu Hasil pengukuran Daya Semu Hasil perhitungan
SR 329,7 kVA SR 329,81 kVA
SS 359,1 kVA SS 359,11 kVA
ST 343,1 kVA ST 343,07 kVA
56

sin 𝜑𝑅 = 0,414

sin 𝜑𝑆 = 0,456

sin 𝜑𝑇 = 0,493

➢ Daya Reaktif R,S, dan T :

𝑄𝑅 = V . I . sin𝜑

= 229,36 . 1438 . 0,414

= 136,54 kVAR

𝑄𝑆 = V . I . sin𝜑

= 231,69 . 1550 . 0,456

= 163,75 kVAR

𝑄𝑇 = V . I . sin𝜑

= 230,87 . 1486 . 0,493

= 169,13 kVAR

Tabel 4.6 Hasil pengukuran dan perhitungan Daya Reaktif


Daya Reaktif Hasil Pengukuran Daya Reaktif Hasil Perhitungan
QR 140,2 kVAR QR 136,54 kVAR
QS 166,3 kVAR QS 163,75 kVAR
QT 168,2 kVAR QT 169,13 kVAR
57

4.3.2 Perhitungan Total Daya pada transformator distribusi 2500

kVA Departemen Spinning 4

➢ Daya Total transformator 2500 kVA departemen spinning 4

P = PR + PS + PT

= 300,13 kW + 319,61 kW + 298,47 kW

= 918,21 kW

Q = QR + QS + QT

= 136,54 kVAR + 163,75 kVAR + 169,13 kVAR

= 469,42 kVAR

S = √(P2 + Q2)

= √(918,212 + 469,422)

= 1031 kVA

Tabel 4.7 Hasil pengukuran dan perhitungan Total Daya Aktif, Daya Reaktif dan
Daya Semu
Total Daya Aktif Hasil Pengukuran Hasil Perhitungan
P = PR + PS + PT 915,7 kW 918,21 kW
Total Daya Reaktif Hasil Pengukuran Hasil Perhitungan
Q = QR + QS + QT 474,7 kVAR 469,42 kVAR
Total Daya Semu Hasil Pengukuran Hasil Perhitungan
S = √(P2 + Q2) 1032 kVA 1031 kVA
58

4.4 Komponen simetri Tegangan (V) dan Arus (I)

Berikut adalah data Sudut hasil pengukuran per fasa, Tegangan line to

netral dan arus beban per phase :

VR-N = 228,5 ∠ 0°V

VS-N = 230,8 ∠ -120°V

VT-N = 230,1 ∠ -240,3°V

Sudut hasil pengukuran :

IR = 1415 ∠-29,3°A

IS = 1519 ∠-151,2°A

IT = 1481 ∠-273,1°A

Dengan demikian nilai Tegangan dan arus beserta sudut dari hasil

Pengukuran per phase tersebut sebenarnya sudah bisa dikatakan beban

tidak seimbang karena mempunyai selisih nilai antara fasa R,S dan T

untuk lebih jelasnya dibawah ini adalah perhitungan komponen simetris

Tegangan dan Arusnya:

a. Komponen Urutan Positif Tegangan

Va1 = 1/3 (Va + 𝛼 Vb + 𝛼 2Vc)

1
Va1 = ((228,5∠0°)+(1∠120°.230,8∠-120°)+(1∠240°.230,1∠-240,3°))
3

1
Va1 = ((228,5 + j0)+(230,8∠0°)+(230,1∠-0,3°))
3

1
= ((228,5+0)+(230,8+j0)+(230,1-j1,2))
3

1
= (228,5 + 230,8 + 230,1)+ j0+j0-j1,2
3
59

1
= (689,4-j1,2)
3

1
= (689,4 ∠-0,1)
3

= 229,79∠-0,1°V

Vb1 = 𝛼 2 .Va1

= 1∠-120° . 229,79∠ -0,1°

= 229,79 ∠-120,1°V

Vc1 = 𝛼 . Va1

= 1∠120° . 229,79 ∠-0,1°

= 229,79 ∠119,9°V

b. Komponen Urutan Negatif Tegangan

Va2 = 1/3(Va + 𝛼 2Vb + 𝛼 Vc)

1
Va2 = ((228,5∠0°)+(1∠240°.230,8∠-120°)+(1∠120°.230,1∠-240,3°))
3

1
Va2 = ((288,5+j0)+(230,8∠120°)+(230,1∠-120,3°))
3

1
= ((228,5 +j0)+(-115,4 + j199,87)+(-116,09 – j198,66))
3

1
= (228,5-115,4-116,09)+j0+j199,87-j198,66
3

1
= (-2,99 + j1,21)
3

1
= (3,22∠157,96°)
3

= 1,06 ∠157,96°V
60

Vb2 = 𝛼 . Va2

= 1∠120° . 1,08∠ 158,39°V

= 1,06 ∠277,96°V

Vc2 = 𝛼 2 . Va2

= 1∠-120° . 1,08 ∠ 158,39°V

= 1,06 ∠37,96°V

c. Komponen Urutan Positif Arus

Ia1 = 1/3(Ia + 𝛼 Ib + 𝛼 2Ic)

1
Ia1 = ((1415∠-29,3°)+(1∠120°.1519∠-151,2°)+(1∠240°.1481∠-273,1°))
3

1
Ia1 = ((1233,97-j692,47)+(1519∠-31,2°)+(1481∠-33,1°))
3

1
= ((1233,97-j692,47)+(1299,29-j786,88)+(1240,66-j808,77))
3

1
= ((1233,97+1299,29+1240,66)-j692,47-j786,88-j808,77)
3

1
= (3773,92)-j2288,12
3

1
= (4413,38) ∠-31,22°
3

= 1471,12∠-31,22°A
61

Ib1 = 𝛼 2 . Ia1

= 1∠-120° . 1471,12∠-31,22°

= 1471,12 ∠-151,22°A

Ic1 = 𝛼 .Ia1

= 1∠120° . 1471,12∠-31,22°

= 1471,12∠88,78°A

d. Komponen Urutan Negatif Arus

Ia2 = 1/3(Ia + 𝛼 2Ib + 𝛼 Ic)

1
Ia2 = ((1415∠-29,3°)+(1∠240.1519∠-151,2°)+(1∠120.1481∠-273,1))
3

1
= ((1233,97-j692,47)+(1519∠88,8°)+(1481∠-153,1°))
3

1
= ((1233,97-j692,47)+(31,81+j1518,66)+(-1320,75-j670,05)
3

1
= ((1233,97+31,811-1320,75)-j692,47+j1518,66-j670,05))
3

1
= (-54,969)+j156,14
3

1
= (165,53∠109,39°)
3

= 55,17∠109,39°A
62

Ib2 = 𝛼 . Ia2

= 1∠120° . 55,17∠109,39°A

= 55,17∠229,39°A

Ic2 = 𝛼 2 . Ia2

= 1∠-120° . 55,17∠109,39°A

= 55,17 ∠-10,61°A

e. Komponen Urutan Nol

1
Ia0 = ((Ia + Ib + Ic))
3

1
= ((1415∠-29,3°)+(1519∠-151,2°)+(1481∠-273°))
3

1
= ((1233,97-j692,47)+(-1331,10-j731,78)+(80,09+j1478,83))
3

1
= ((1233,97-1331,10+80,09)-j692,47-j731,78+j1478,83)
3

1
= (-17,04+j54,58)
3

1
= (57,17∠107,33)
3

= 19,05∠107,33°A
63

f. Arus Netral (IN)

Dalam sistem tiga fasa,jumlah arus saluran sama dengan arus In dalam

jalur kembali lewat netral. Jadi :

Ia + Ib + Ic = In

In=IR∠-29,3°A + IS∠-151,2°A + IT∠-273,1°A

IN=(1415∠-29,3°) + (1519∠-151,2°) + (1481∠-273,1°)

IN=(1233,97 - j692,47) + (– 1331,10 - j731,78) + (80,09 +j1478,83)

IN= -17,04+j54,58

IN=57,17∠107,33°A

IN = 3.Ia0

IN = 3.Ia0

= 3 . (19,05 ∠107,33)

= 57,15∠107,33°A

Adanya arus netral muncul dikarenakan pemerataan beban yang kurang seimbang

atau tidak merata. Apabila arus netral dibiarkan sampai berlebihan, maka akan

berpengaruh terhadap sistem yang mengakibatkan :

a. Transformator akan mengalami panas berlebihan

b. Menurunkan kualitas transformator

c. Terjadinya kegagalan pengawatan pada penghantar netral.


64

Hasil Perhitungan Komponen Urutan Positif Tegangan (V) dan Arus (I) :

Tabel 4.8 hasil perhitungan komponen urutan positif Tegangan (V) dan Arus (I).
Tegangan Hasil Perhitungan
Va1 229,79∠-0,1°V
Vb1 229,79 ∠-120,1°V
Vc1 229,79∠119,9°V
Arus Hasil Perhitungan
Ia1 1471,12∠-31,22°A
Ib1 1471,12∠-151,22°A
Ic1 1471,12∠88,78°A
Arus Netral Hasil Perhitungan
In 57,17∠107,33

Hasil Perhitungan Komponen Urutan Negatif Tegangan (V) dan Arus (I) :

Tabel 4.9 hasil perhitungan komponen urutan negatif Tegangan (V) dan Arus (I).
Tegangan Hasil Perhitungan
Va2 1,06∠157,96°V
Vb2 1,06∠277,96°V
Vc2 1,06∠37,96°V
Arus Hasil Perhitungan
Ia2 55,17∠109,39°A
Ib2 55,17∠229,39°A
Ic2 55,17∠-10,61°A
Arus Netral Hasil Perhitungan
In 57,17∠107,33
65

Gambar 4.3 komponen urutan positif tegangan disimbolkan garis lurus Va1 =

merah, Vb1 = Hijau, Vc1 = hitam dan arus disimbolkan garis putus-putus Ia1 =

merah, Ib1 = Hijau, Ic1 = Hitam.

Gambar 4.3 adalah gambar komponen urutan positif tiga fasor searah dengan arah

jarum jam yang menunjukkan pergeseran fasor yang menggambarkan

ketidakseimbangan beban antara fasa R,S, dan T. Garis putus-putus merah

mewakili arus fasa Ia1 = 1471,12 ∠ -31,22°A, arus fasa Ia1 Tertinggal (Lagging)

terhadap tegangan Va1 = 229,79 ∠-0,1°V (yang mewakili garis lurus berwarna

merah) sebesar 31,12°. Garis putus-putus berwarna Hijau mewakili arus fasa Ib1 =

1471,12 ∠ -151,2°A, arus fasa Ib1 Tertinggal (Lagging) terhadap tegangan Vb1 =

229,79 ∠ -120,1°V(yang mewakili garis lurus berwarna hijau) sebesar 31,12°.

Garis putus-putus berwarna hitam mewakili arus fasa Ic1 = 1471,12 ∠ 88,78°A,

arus fasa Ic1 Tertinggal (Lagging) terhadap tegangan Vc1 = 229,79∠ 119,9°V

(yang mewakili garis lurus berwarna Hitam) sebesar 31,12°.


66

Gambar 4.4 adalah gambar komponen urutan negatif tiga fasor berlawanan

dengan arah jarum jam yang menunjukkan pergeseran fasor yang menggambarkan

ketidakseimbangan beban antara fasa R,S, dan T. Garis putus-putus merah

mewakili arus fasa Ia2 = 55,17 ∠ 109,39° A, arus fasa Ia2 Tertinggal (Lagging)

terhadap tegangan Va2 = 1,06 ∠157,96°V (yang mewakili garis lurus berwarna

merah) sebesar 48,92°. Garis putus-putus berwarna Hijau mewakili arus fasa Ib2 =

55,17 ∠ 229,39° A, arus fasa Ib2 Tertinggal (Lagging) terhadap tegangan Vb2 =

1,06 ∠277,96°V (yang mewakili garis lurus berwarna hijau) sebesar 48,28°. Garis

putus-putus berwarna hitam mewakili arus fasa Ic2 = 55,17 ∠ -10,61° A, arus

fasa Ic2 Tertinggal (Lagging) terhadap tegangan Vc2 = 1,06 ∠37,96°V (yang

mewakili garis lurus berwarna Hitam) sebesar 48,27°.


67

g. Perhitungan IAB,IBC dan ICA Sebelum dan setelah adanya In:

IR = Ia0 = 1415∠-29,3°A

IS = Ib0 = 1519∠-151,2°A

IT = Ic0 = 1481∠-273,1°A

IAB = Ia0 – Ib0

= (1415∠-29,3°) - (1519∠-151,2)

= (1233,97-j692,47) – (-1331,10 –j731,78)

= 2565,07 + j39,30

= 2565,37∠0,87°A

IBC = Ib0 – Ic0

= (1519∠-151,2°) - (1481∠-273,1°)

= (-1331,10-j731,78) – (80,09 +j1478,83)

= -1411,19 - j2210,61

= 2622,64∠-122,55°A

ICA = Ic0 – Ia0

= (1481∠-273,1°) - (1415∠-29,3°)

= (80,09+j1478,83) – (1233,97 –j692,47)

= 2458,85∠117,98°A
68

IA = IA + In

= (1415∠-29,3°) + (57,17∠107,33°)

= 1216,95-j637,9

= 1373,99∠-27,66°A

IB = IB + In

= (1519∠-151,2°) + (57,17∠107,33°)

= (-1331,10-j731,78) + (-17,02+j54,57)

= -1348,12-j677,21

= 1508,65∠-153,32°A

IC = IC + In

= (1481∠-273,1°) + (57,17∠107,33°)

= (80,09-j1478,83) + (-17,02+j54,57)

= 63,07-j1533,4

= 1534,69∠87,64°A

IAB = IAB + In

= (2565,37∠0,87°) + (57,17∠107,33°)

= (2565,07+j38,95) + (-17,02+j54,57)

= 2548,05+j93,52

= 2549,75∠2,10°A
69

IBC = IBC + In

= (2622,64∠-122,55°) + (57,17∠107,33°)

= (-1411,07-j2210,68) + (-17,02+j54,57)

= -1428,09-j2156,11

= 2586,16∠-123,51°A

ICA = ICA + In

= (2458,85∠117,98°) + (57,17∠107,33°)

= (-1153,60+j2171,43) + (-17,02+j54,57)

= -1170,62+2226,0

= 2515,05∠117,73°A

Tabel 4.10 hasil perhitungan IAB, IBC dan ICA.


Sebelum Bergeser Karena Adanya In Nilai Arus dan Sudut
IA 1415∠-29,3°A
IB 1519∠-151,2°A
IC 1481∠-273,1°A
IAB 2565,37∠0,87°A
IBC 2622,64∠-122,55°A
ICA 2458,85∠117,98°A
Setelah Bergeser Karena Adanya In Nilai Arus dan Sudut
IA 1373,99∠-27,66°A
IB 1508,65∠-153,32°A
IC 1534,69∠87,64°A
IAB 2549,75∠2,10°A
IBC 2586,16∠-123,51°A
ICA 2515,05∠117,73°A
70

Gambar 4.5 Diagram fasor hasil pengukuran arus IA(merah), IB(hijau) dan

IC(hitam) sebelum adanya IN

Gambar 4.5 menggambarkan bahwa sudut antar fasa tidak sama besar yang

artinya telah terjadi ketidakseimbangan beban pada masing-masing fasanya,

dimana transformator dikatakan seimbang apabila ketiga vektor arus tegangan

adalah sama besar, ketiga vektor membentuk sudut 120° satu sama lain.
71

Gambar 4.6 Diagram fasor hasil pengukuran arus IA(merah), IB(hijau) dan

IC(hitam) setelah adanya IN

Terlihat pada gambar 4.6 Arus Netral yang muncul sangat besar sekali yaitu

57,17∠107,33° dan mengakibatkan bergesernya fasa IA,IB dan IC begitu jauh

sekali.

Gambar 4.7 Diagram fasor arus hasil pengukuran sebelum adanya In (yang

disimbolkan garis lurus IA(Merah) IB(hijau), IC(hitam)) dan setelah bergeser

akibat adanya IN (yang disimbolkan garis putus-putus IA(merah) IB(hijau),

IC(hitam)) Dan In disimbolkan garis lurus warna biru.


72

Gambar 4.7 merupakan fasor arus sebelum bergesar akibat arus netral (In/garis

biru) dan setelah bergesar akibat arus netral (In/garis biru). Terlihat pada gambar

pergeseran sebesar 57,17 ∠ 107,33°. Adanya arus netral muncul dikarenakan

pemerataan beban yang kurang seimbang atau tidak merata. Apabila arus netral

dibiarkan sampai berlebihan, maka akan berpengaruh terhadap sistem yang

mengakibatkan :

d. Transformator akan mengalami panas berlebihan

e. Menurunkan kualitas transformator

f. Terjadinya kegagalan pengawatan pada penghantar netral.

Gambar 4.8 Diagram fasor hasil perhitungan arus IAB(merah), IBC(hijau) dan

ICA(hitam) sebelum adanya In.

Terlihat pada gambar 4.8 bahwa arus antar fasa atau antar saluran sebelum

bergeser karena adanya In tidak membenuk sudut 120°. Jadi bisa dibilang bahwa

arus hasil perhitungan antar saluran atau antar fasa tidak seimbang.
73

Gambar 4.9 Diagram fasor hasil perhitungan arus IAB(merah), IBC(hijau) dan

ICA(hitam) setelah adanya IN.

Terlihat pada gambar 4.9 Arus Netral yang muncul yaitu 57,17∠107,33° dan

mengakibatkan bergesernya fasa IAB,IBC dan ICA begitu jauh.

h. Perhitungan Vab, Vbc dan Vac :


VR = Va0 = 228,5∠0°V

VS = Vb0 = 230,8∠-120°V

VT = Vc0 = 230,1∠-240,3°V

Vab = Va0 – Vb0

= (228,5∠0°) - (230,8∠-120°)

= (228,5-j0) – (-115,4 –j199,87)

= 343,90 + j199,87

= 397,76∠30,16°V

Vbc = Vb0 – Vc0

= (230,8∠-120°) - (230,1∠-240,3°)

= (-115,4-j199,87) – (-114,00 +j199,87)

= -1,40- j339,74

= 399,74∠-90,20°V
74

Vca = Vc0 – Va0

= (230,1∠-240,3°) - (228,5∠0°)

= (-114,00 +j199,87) – (228,5+j0)

= -342,50-+j199,87

= 396,55∠149,73°V

Tabel 4.11 hasil perhitungan Vab, Vbc dan Vca.


Tegangan HASIL PERHITUNGAN
VAB 397,76∠30,16°V
VBC 399,74∠-90,20°V
VCA 396,55∠149,73°V

Gambar 4.10 Diagram fasor hasil pengukuran tegangan Va, Vb, dan Vc sebelum

bergeser karena Vn

Terlihat pada gambar 4.10 bahwa hasil pengukuran tegangan tidak membentuk

sudut 120° antar fasanya.


75

Gambar 4.11 diagram fasor hasil pengukuran tegangan Va, Vb, dan Vc setelah

bergeser karena Vn

Terlihat pada gambar 4.11 bahwa pergeseran fasa tegangan hasil pengukuran

hanya bergeser sedikit akibat adanya Vn dikarenakan Vn hasil pengukuran hanya

sebesar 1V.

Gambar 4.12 diagram fasor hasil pengukuran tegangan sebelum bergeser karena
adanya Vn disimbolkan dengan garis lurus Va = merah, Vb = Hijau dan Vc =
hitam sedangakan setelah bergeser adanya Vn disimbolkan garis putus-putus Va =
merah, Vb = Hijau dan Vc = hitam
76

Gambar 4.13 Diagram fasor hasil perhitungan tegangan Vab, Vbc, dan Vca

sebelum bergeser karena Vn

Gambar 4.14 Diagram fasor hasil perhitungan tegangan Vab(merah), Vbc(hijau),

dan Vca(hitam) setelah bergeser karena Vn

Terlihat pada gambar 4.14 bahwa pergeseran fasa tegangan hasil Vab,Vbc dan

Vca hanya bergeser sedikit akibat adanya Vn dikarenakan Vn hasil pengukuran

hanya sebesar 1V.


77

Gambar 4.15 Diagram fasor arus hasil pengukuran (yang mewakili garis putus-

putus IA= Merah, IB= hijau IC= Hitam) dan tegangan (yang mewakili garis lurus

Va= merah Vb= hijau Vc= hitam).

Gambar 4.15 adalah gambar tiga fasor berlawanan dengan arah jarum jam yang

menunjukkan pergeseran fasor yang menggambarkan ketidakseimbangan beban

antara fasa R,S, dan T sehingga menimbulkan arus netral. Garis putus-putus

merah mewakili arus fasa R atau IA = 1415 ∠ -29,3° A, arus fasa R atau Ia

Tertinggal (Lagging) terhadap tegangan Va = 228,5 ∠ 0° (yang mewakili garis

lurus berwarna merah) sebesar 18,31°. Garis putus-putus berwarna Hijau

mewakili arus fasa S atau IB = 1519 ∠ -151,2° A, arus fasa S atau IB Tertinggal

(Lagging) terhadap tegangan Vb = 230,8 ∠ -120° (yang mewakili garis lurus

berwarna hijau) sebesar 37,96°. Garis putus-putus berwarna hitam mewakili arus

fasa T atau IC = 1519 ∠ -151,2° A, arus fasa T atau IC Tertinggal (Lagging)


78

terhadap tegangan Vc = 230,1 ∠ 240,3° (yang mewakili garis lurus berwarna

Hitam) sebesar 37,62°A. Sedangkan garis lurus berwana biru adalah arus netral

sebesar 57,17 ∠107,33°A. Apabila ketiga arus fasa R, S, dan T mempunyai besar

sudut yang sama yaitu 120° maka arus yang mengalir pada penghantar netral

adalah 0 (nol).Apabila factor daya tertinggal (lagging) berarti beban atau peralatan

listrik memerlukan daya reaktif dari sistem atau beban bersifat induktif dan

apabila factor daya mendahului (Leading), beban atau peralatan listrik

memberikan daya reaktif dari sistem atau beban bersifat kapasitif.


79

4.4.1 Perhitungan dan Perbandingan Gambar Beban Seimbang dan Tidak

Seimbang.

Arus dengan Beban seimbang :

IA = 1415∠-29,3°A

IB = 1415∠-151,2°A

IC = 1415∠-273,1°A

Arus dengan Beban Tidak Seimbang :

IA = 1415∠-29,3°A

IB = 1519∠-151,2°A

IC = 1481∠-273,1°A

IAB = Ia – Ib

= (1415∠-29,3°) - (1519∠-151,2)

= (1233,97-j692,47) – (-1331,10 –j731,78)

= 2565,07 + j39,30

= 2565,37∠0,87°A

IBC = Ib – Ic

= (1519∠-151,2°) - (1481∠-273,1°)

= (-1331,10-j731,78) – (80,09 +j1478,83)

= -1411,19 - j2210,61
80

= 2622,64∠-122,55°A

ICA = Ic – Ia

= (1481∠-273,1°) - (1415∠-29,3°)

= (80,09+j1478,83) – (1233,97 –j692,47)

= 2458,85∠117,98°A

Tegangan dengan Beban Seimbang :

Va = 228,5∠0°V

Vb = 228,5∠-120°V

Vc = 228,5∠-240°V

Tegangan dengan Beban Tidak Seimbang :

Va = 228,5∠0°V

Vb = 230,8∠-120°V

Vc = 230,1∠-240°V

Vab = Va – Vb

= (228,5∠0°) - (230,8∠-120°)

= (228,5-j0) – (-115,4 –j199,87)

= 343,90 + j199,87

= 397,76∠30,16°V
81

Vbc = Vb – Vc

= (230,8∠-120°) - (230,1∠-240,3°)

= (-115,4-j199,87) – (-114,00 +j199,87)

= -1,40- j339,74

= 399,74∠-90,20°V

Vca = Vc – Va

= (230,1∠-240,3°) - (228,5∠0°)

= (-114,00 +j199,87) – (228,5+j0)

= -342,50-+j199,87

= 396,55∠149,73°V

a. Gambar Arus Perbandingan Beban Seimbang dengan Tidak

Seimbang

Gambar 4.16 Diagram Fasor Arus Beban Seimbang dan Beban Tidak Seimbang.
82

b. Gambar Tegangan Perbandingan Beban Seimbang dengan Tidak

Seimbang

Gambar 4.16 Diagram Fasor Tegangan Beban Seimbang dan Beban Tidak

Seimbang.
BAB V

PENUTUP

5.1 KESIMPULAN

Dari hasil studi dan perhitungan yang telah dilakukan dapat diambil

kesimpulan sebagai berikut :

1. Dari hasil perhitungan ketidakseimbangan beban persentase nya untuk

yang tegangan adalah 0,5% hal ini masih dibawah standar maksimum

yang dianjurkan oleh NEMA (National Electrical Manufacturers

Association) yaitu sebesar 1%

2. Transformator 2500 KVA departemen Spinning 4 di PT.ASIA PACIFIC

FIBER,TBK dalam kondisi Lagging yang berarti arus tertinggal oleh

tegangan,dimana arus fasa Ia atau R Lagging (tertinggal) terhadap Va

sebesar 18,31 , arus fasa S atau Ib Lagging (tertinggal) terhadap Vb

sebesar 37,96 , Dan Fasa T atau Ic Lagging (tertinggal) terhadap Vc

sebesar 37,62 . Terdapat In (Arus Netral) yang lumayan besar yakni 57,17

107,33 A, Hal ini dikatakan tidak seimbang karena sudut antar fasa R, S,

dan T masing-masing tidak membentuk sudut 120 .

3. Dari arus hasil pengukuran didapatkan IA = 1415 -29,3 A,IB = 1519 -

151,2 A, IC = 1481 -273,1 A dan setelah bergeser karena adanya In =

57,17 107,33 A menjadi IA = 1373,99 -27,66 A, IB = 1508,65 -

153,32 A, IC = 1534,69 87,64 A. Arus netral(In) tersebut mengakibatkan

panas pada transformator, menurunkan kualitas dari transformator dan

79
80

memperpendek umur transformator, Solusinya yakni pemerataan beban

dan memperbaiki sambungan netral pada transformator.

5.2 SARAN

1. Perlunya dibuat suatu SOP prosedur kerja yang bertujuan untuk

mempertahankan keseimbangan beban dan setidaknya mengurangi besarnya In

agar PT. ASIA PACIFIC FIBER,TBK tidak mengalami kerugian yang besar.

2. Upaya memperbaiki sambungan netral juga berkontribusi untuk menunjang

keamanan pada operasional trafo distribusi,Sehingga mencegah kerusakan pada

transformator distribusi dan mencegah memperpendek usia transformator

distribusi.
DAFTAR PUSTAKA

1. Kadir. Abdul, “Distribusi dan Utilisasi Tenaga Listrik”. Jakarta : UI-Press,

2000

2. Suswanto Damam, “Sistem Distribusi Tenaga Listrik”,Padang : Teknik

Elektro Universitas Negeri Padang, 2009

3. Sakti Prasetya, PT. PLN (Persero) “ Laporan Telaahan Staff Evaluasi

Pemerataan beban untuk menekan loses Jaringan tegangan rendah Di

gardu E311P dan PM 213, Jakarta Raya dan Tangerang : 2008

4. Soebagio, Transformator. Surabaya : ITS Press, 2012

5. Dokumen PT. PLN (Persero) Pusdiklat Udiklat, 2010. Teori

Transformator. Pusdiklat Udiklat Suralaya, Cilegon

6. Sulasno, Teknik Konversi Energi Listrik dan Sistem Pengaturan. Edisi

Pertama Yogyakarta : Graha ilmu, 2009

7. PT. PLN (persero) UBSP3BJB,”Pelatihan Operator Gardu Induk”,Udiklat

Semarang : 1985

8. Stevenson. D. William. JR, Analisa Sistem Tenaga Listrik. Edisi Keempat

Bandung : Erlangga,1938

9. Das J.C. “Power System Analysis Short Circuit Load flow And Harmonic”

Marcel Dekker Inc. Newyork, 2002

10. National Electrical Manufacturers Association (NEMA) Standards

Publication MG 1-1998 (Revision 3, 2002)


LEMBAR REVISI TUGAS AKHIR
Teknik Elektro Fakultas
Teknik Universitas Semarang

Nama Mahasiswa : Danang Ariq W

NIM :C.411.14.0044

Dosen Pembimbing : Titik Nurhayati,ST.,M.Eng

Diserahkan Paling Lambat .

Hal Yang Perlu Direvisi :

- %$-asr^ r-Aagtb,\
- \<{.si n\l,lar.''

Semarang,

Jumat,l Febmari 2019

M enyetujui/mengesahkan

.J\
-i \l'rrnVi;4r.
t litit Nu rtrayati,ST.,ll{. Eng.l
7

LEMBAR REVISI UJIAN SARJANA


S-1 TEKNIK ELEKTRO
TJNIVERSITAS SEMARANG

Nama Mahasiswa : Danang Ariq Wijaya


NIM : C.41I.14.0044
Dosen Pengu-;i Df : Karnoto..M.T
/

Diserahkan Paling Lambat :

Hal Yang Perlu Dir :

t. LdZ \ I ,/-€--
2.

3.

4.

Semarang,........... .......... 2019


LEMBARREVISI UJIAN SARJANA d

S-T TEKNIK ELEKTRO


UNIVERSITAS SEMARANG

Nama Mahasiswa :Danang Ariq Wijaya


NIM :C.411.14.0044
DosenPengqji :TitikNurhayati,ST.,M.Eng

Diserahkan Paling Larnbat :

Hal Yang Perlu

,,-
Direvisi
V;;;": Vg*T{.0.'
:

T,atr nw )t[a r
Tav^Ytlavw^ Sli,r A'^2 3,,sT'7$"1ry1
', WW:Z q $oTNmant 7 {L,sr, ,
. wn
' 'h';;;;
1,,dnuk sqr nnr
\tv+sa'r^ '
'fu
4.

s"*u.*g, [ 3:.?- Z:. zots


Menyetuj uiz men gesahkan

t1u.[r'.--^
(Titik Nurhayati,ST.,M.Eng)
a

4
LEMBAR REVISI UJIAN SARJANA
S.1 TEKNIK ELEKTRO
LINIVERSITAS SEMARANG

Narma Mahasiswa : Danang Ariq Wijaya


NIM : C.411,14.0044
Dosen Penguji : Harmini,ST.,M.Eng

Diseralrkan Paling Lambat :

Hal Yang Perlu Direvisi :

I W+a aTatsbiu l'attn


YaY^r\\^t heb"n a*aa ?elhi\,$an
ac,n [ungukurah 4i
2 lerb4iYl' I
- pon6-aoh aN9 ne\rz\ $ar arcznfu$\'zan latarl larhi4"nftn 4
fd\' a9^ aYhYlot lr\en9h0Jn9 Jn'
'. ?. *i \tgt ?ongopt' Tp 1f"P '
Yatcege@^ fuq
d?xggo {a9( atuiv
+ Kasr(Pu\art 67elv"ia Sts'ti
+
Ab<1ratc'

semarang,.l?t.:.0 2.-. 2o1g

MenyetujuTmen gesahkan

(,.-.,-\
- )-.1
l

lt
-tnr?
(Hamini.St ,M.Ens )

Anda mungkin juga menyukai