Anda di halaman 1dari 61

ANALISIS SISTEM GROUNDING DI AREA WATER INTAKE

DI PT. CITRA PALU MINERALS

LAPORAN KERJA PRAKTEK

Diajukan sebagai syarat menyelesaikan mata kuliah kerja praktek

Disusun Oleh:

ARIEL AUDRY

F 441 17 080

PROGRAM STUDI S1 TEKNIK ELEKTRO

JURUSAN TEKNIK ELEKTRO

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS TADULAKO

PALU

2021
HALAMAN PENGESAHAN

“Analisis Sistem Grounding Di Area Water InTake Di PT. CITRA PALU


MINERALS”

Nama Mahasiswa : Ariel Audry

No. Stambuk : F 441 17 080

Program Study : S1. Teknik Elektro

Jurusan : Teknik Elektro

Fakultas : Teknik

Institusi : Universitas Tadulako

Telah melaksanakan kerja praktek di PT. Citra Palu Minerals sejak tanggal
01 Maret sampai tanggal 09 April 2021 dan menyetujui laporan seperti yang
terlampir.

Palu, 09 April 2021

Disetujui Oleh,

Ketua Program Studi Dosen Pembimbing


S1. Teknik Elektro Kerja Praktek

Nurhani Amin, S. Pd., MT Ir. Irwan Mahmudi S.T., M.T.,


NIP. 19790827 200801 2 018 NIP. 0016118904

Mengetahui,

Ketua Jurusan
Teknik Elektro

Dr. Yuli Asmi Rahman, S.T., M. Eng


NIP. 19810702 200501 2 001

i
HALAMAN PERSETUJUAN

‘’Analisis Sistem Grounding Di Area Water InTake

Di PT. CITRA PALU MINERALS’’

Nama Mahasiswa : Ariel Audry

No. Stambuk : F 441 17 080

Program Study : S1. Teknik Elektro

Jurusan : Teknik Elektro

Fakultas : Teknik

Institusi : Universitas Tadulako

Telah melaksanakan kerja praktek di PT. Citra Palu Minerals sejak tanggal
01 Maret sampai tanggal 09 April 2021 dan menyetujui laporan seperti yang
terlampir.

Palu, 09 April 2021

Disetujui Oleh,

Supervisor Supervisor
Instrument & Automation Electrical Plant

Joko Saptono Muhammad Irvan Fredi


NIK. 20191 NIK. 20194

Mengetahui
Superintendent E/I

Karyadi Sumarno, ST
NIK. 20162

ii
LEMBAR PENILAIAN KERJA PRAKTEK OLEH CPM

Berdasarkan Kerja Praktek yang dilakukan oleh :

1. Nama Mahasiswa : Ariel Audry


2. No. Stambuk : F 441 17 080
3. Judul Laporan Kerja Praktek : Analisis Sistem Grounding Di Area Water
InTake
Di PT. CITRA PALU MINERALS
4. Tempat Kerja Praktek : PT. Citra Palu Minerals
5. Alamat : Kelurahan Poboya, Kecamatan
Mantikulore, Kota Palu, Sulawesi Tengah
6. Kisaran Penilaian : 100≥A80≥, 79≥B≥60,C≤60

KRITERIA PENILAIAN

 Penilaian
a. Keterampilan atau Skill : ……….
b. Kerjasama : ……….
c. Kedisiplinan : ……….
Jumlah : ……….
Rata-rata : ………. Nilai Huruf : ……….
Palu, 09 April 2021

Disetujui Oleh :

Superintendent E/I

Karyadi Sumarno, ST
NIK. 20162

iii
LEMBAR PENILAIAN KERJA PRAKTEK

Berdasarkan Kerja Praktek yang dilakukan oleh :

1. Nama Mahasiswa : Ariel Audry


2. No. Stambuk : F 441 17 080
3. Judul Laporan Kerja Praktek : Analisis Sistem Grounding Di Area Water
InTake Di PT. CITRA PALU MINERALS
4. Tempat Kerja Praktek : PT. Citra Palu Minerals
5. Alamat : Kelurahan Poboya, Kecamatan
Mantikulore, Kota Palu, Sulawesi Tengah
6. Dosen Pembimbing : Irwan Mahmudi S.T., M.T.
7. Kisaran Penilaian : 100≥A80≥, 79≥B≥60,C≤60

KRITERIA PENILAIAN

1. Penilaian Pembimbing Lapangan (40%)


a. Keterampilan atau Skill : ……….
b. Kerjasama : ……….
c. Kedisiplinan : ……….
2. Penilaian Dosen Pembimbing (60%)
a. Penguasaan Materi : ……….
b. Teknik Penulisan : ……….
Jumlah : ……….
Rata-rata : ………. Nilai Huruf : ……….

Catatan :

....................................................................................................................................

....................................................................................................................................

....................................................................................................................................

....................................................................................................................................

iv
Palu, 2021

Disetujui Oleh,

Ketua Program Studi Dosen Pembimbing


S1. Teknik Elektro Kerja Praktek

Irwan Mahmudi S.T., M.T.


Nurhani Amin, S. Pd., MT
NIP. 8858720016
NIP. 19790827 200801 2 018

v
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
karunia dan rahmat-Nya sehingga Laporan Kerja Praktek dengan judul “Analisis
Sistem Grounding Di Area Water InTake DI PT. CITRA PALU MINERALS”
akhirnya dapat penulis susun dan selesaikan. Penulisan laporan kerja praktek ini
dimaksudkan sebagai syarat menyelesaikan mata kuliah kerja praktek di
Program Studi S1 Teknik Elektro, Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik,
Universitas Tadulako.

Dengan segala kerendahan hati, penulis mempersembahkan tulisan ini

kepada Ayah tercinta Frets W. Kasese dan kepada Ibu tercinta Dewi yang tak

pernah lelah mencurahkan kasih sayang dan cintanya kepada penulis, memberikan

dukungan dan semangat serta do’a yang tak henti-henti.

Laporan kerja praktek ini dapat diselesaikan berkat bantuan dan dorongan

dari berbagai pihak yang telah memberikan gagasan, bimbingan dan berbagai

dukungan lainnya. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih banyak

kepada :

1. Bapak Dr. Eng. Ir. A Rusdin, ST., MT, M. Sc, IPM, selaku Dekan

Fakultas Teknik, Universitas Tadulako.

2. Bapak Ir. Andi Arham Adam, S.T., M. Sc., Ph.D, selaku Wakil Dekan

Bidang Akademik, Fakultas Teknik, Universitas Tadulako.

3. Ibu Yuli Asmi Rahman, S.T., M. Eng, selaku Ketua Jurusan Teknik

Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Tadulako.

vi
4. Ibu Nurhani Amin, S.Pd., MT, selaku Ketua Program Studi S1. Teknik

Elektro, Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Tadulako.

5. Bapak Ir. Muhammad Sarjan, M.T, selaku KDK Teknik Energi

Elektrik (TEE), Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas

Tadulako.

6. Bapak Irwan Mahmudi S.T., M.T., selaku Dosen Pembimbing Kerja

Praktek yang selalu membimbing dan memberikan saran-saran yang

bermanfaat bagi penulis.

7. Bapak Yulius Salu Pirade. S.T., M.Pw, selaku Dosen Wali Penulis.

8. Bapak Fajar Styo Pambudi, selaku GRGA & IDCT Dept PT. Citra Palu

Minerals.

9. Bapak Karyadi Sumarno, ST, selaku superintendent electrical plant PT.

Citra Palu Minerals.

10. Bapak Joko Saptono dan Bapak Muhammad Irvan Fredi, selaku

supervisor electrical plant PT. Citra Palu Minerals.

11. Keluarga Besar Electrical Plant PT. Citra Palu Minerals, Pak Azam, Pak

Zainal, Kak Akbar, Kak Furqon, Kak Fauzan, Pak Kadek , Kak

Nyoman, Pak Iqbal, Pak Iman, Pak Aswandi, Kak Purwanto, Kak

Ardhe. Pada saat berada di tempat kerja praktek telah menerima dan

menganggap penulis sebagai bagian dari keluarga, mulai dari saat pertama

Kerja Praktek hingga saat berakhirnya kerja praktek.

12. Teman-teman Angkatan 2017, yang telah memberikan dukungan dan

bantuannya selama menjalani perkuliahan hingga saat ini.

vii
13. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah turut

membantu dalam terlaksananya kegiatan kerja praktek ini.

Dalam penyusunan laporan kerja praktek ini, tentu saja penulis menyadari

bahwa masih terdapat banyak kekurangan serta kekeliruan. Semua ini penulis

sadari sebagai salah satu keterbatasan kemampuan penulis, oleh karena itu

penulis harapkan saran dan kritik yang konstruktif.

Akhir kata, penulis berharap apa yang telah dilakukan selama kerja praktek di

PT. Citra Palu Minerals ini dapat bermanfaat bagi semua pihak. Penulis juga

mengucapkan permohonan maaf yang sebesar-besarnya apabila selama penulis

melakukan kerja praktek ini ada hal-hal yang kurang berkenang dari sikap,

tindakan maupun perkataan penulis. Terima kasih atas perhatian dan kerjasama

yang baik dari semua pihak.

Palu, 09 April 2021


Penulis

Ariel Audry.
STB. F 441 17 080

viii
DAFTAR ISI

HALAMAN PENGESAHAN.................................................................................i

HALAMAN PERSETUJUAN..............................................................................ii

LEMBAR PENILAIAN KERJA PRAKTEK OLEH CPM.............................iii

LEMBAR PENILAIAN KERJA PRAKTEK....................................................iv

KATA PENGANTAR...........................................................................................vi

DAFTAR ISI.........................................................................................................ix

BAB I.......................................................................................................................1

PENDAHULUAN..................................................................................................1

1.1 LATAR BELAKANG.....................................................................................................1

1.2 RUMUSAN MASALAH...............................................................................................3

1.3 TUJUAN KERJA PRAKTEK..........................................................................................3

1.4 MANFAAT KERJA PRAKTEK.......................................................................................4

1.5 BATASAN MASALAH.................................................................................................5

1.6 SISTEMATIKA PENULISAN.........................................................................................5

BAB II.....................................................................................................................7

GAMBARAN UMUM DAN DASAR TEORI.....................................................7

2.1 GAMBARAN UMUM.............................................................................................7

2.2 DASAR TEORI......................................................................................................21

BAB III..................................................................................................................29

ix
METODOLOGI...................................................................................................29

3.1 WAKTU DAN TEMPAT KERJA PRAKTEK...............................................................29

3.2 BAHAN DAN ALAT KERJA PRAKTEK.....................................................................29

BAB IV..................................................................................................................34

HASIL DAN PEMBAHASAN............................................................................34

4.1 HASIL..................................................................................................................34

4.2 PEMBAHASAN....................................................................................................36

BAB V...................................................................................................................38

KESIMPULAN DAN SARAN............................................................................38

5.1 Kesimpulan.........................................................................................................38

5.2 Saran..................................................................................................................38

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................39

LAMPIRAN..........................................................................................................40

x
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Pengetahuan yang bersifat praktis menjadi sesuatu hal yang sangat penting

dan bermanfaat bagi seorang mahasiswa, terutama pada saat terjun ke dalam

dunia kerja yang sesungguhnya. Berbeda dengan pengetahuan teoritis yang

dapat diperoleh mahasiswa melalui bangku kuliah, pengetahuan yang bersifat

praktek serta sesuai dengan perkembangan zaman tentunya hanya dapat

diperoleh dari luar lingkungan kampus, yaitu melalui suatu kegiatan kerja

praktek lapangan pada suatu instansi atau perusahaan. Dengan harapan

mahasiswa dapat mengetahui kondisi lapangan sesungguhnya dan mengetahui

perkembangan ilmu pengetahuan sehingga tidak hanya berbekal pengetahuan

yang bersumber dari buku pegangan dalam kegiatan perkuliahan semata.

Sistem pentanahan mengusahakan agar arus lebih yang timbul pada saat

tertentu, mengalir ke dalam tanah sehingga tidak merusak sistem. Sistem

pentanahan atau grounding merupakan suatu sistem pengamanan terhadap

perangkat-perangkat yang mempergunakan listrik sebagai sumber tenaga,

dari lonjakan listrik yang disebabkan arus lebih terutama petir (Yuniarti,

2015). Nilai dari resistansi tahanan pentanahan harus sekecil mungkin untuk

menghindari bahaya-bahaya yang ditimbulkan oleh adanya arus gangguan

terhadap sistem kelistrikan dan manusia.

1
Nilai resistansi pentanahan dipengaruhi oleh perubahan panjang pada

elektroda, diameter, jarak tanaman elektroda batang, jenis tanah dan

konfigurasi elektroda berpengaruh terhadap nilai resistansi pentanahan (Pabla,

1991). Bahan elektroda batang umumnya adalah tembaga, berbentuk silinder

pejal, tidak berpori, jenis elektroda ini dipilih karena memiliki tingkat korosi

yang rendah dan mudah saat konstruksi dilapangan.

PT Bumi Resources Minerals Tbk (“BRMS” atau “Perseroan”) adalah

perusahaan tambang mineral yang tercatat di Bursa Efek Indonesia.

Saat ini Perseroan memiliki 3 (tiga) aset utama yang sudah memasuki

tahap konstruksi, yaitu Dairi Prima Mineral, berlokasi di Dairi, dekat

Sidikalang, Sumatera Utara (penambang seng timah hitam), Gorontalo

Minerals, berlokasi di kabupaten Bone Bilango, Provinsi Gorontalo

(penambang tembaga dan emas), dan Citra Palu Minerals di Provinsi Sulawesi

Tengah (penambang emas dan molibdenum).

Pada tahun 2018, persoroan telah menuntaskan proses aliansi strategis

dengan NFC China untuk pengembangan proyek Dairi.

Setelah memperoleh Izin Produksi selama 30 tahun untuk proyek

tambang emas di Palu, Pada tahun 2018 Perseroan memulai konstruksi dan di

harapkan perseroan akan mulai produksi bijih pertama dari lokasi tambang

poboya pada akhir tahun 2019.

2
1.2 RUMUSAN MASALAH

a) Sistem grounding yang tidak sesuai dengan standar .

b) Faktor yang mempengaruhi untuk pemasangan sistem grounding

c) Cara menganalisa dalam menentukan sistem grounding yang baik

dan benar.

1.3 TUJUAN KERJA PRAKTEK

1.3.1 Tujuan Umum

a. Terciptanya suatu hubungan yang sinergis, jelas dan terarah antara

dunia perguruan tinggi dan dunia kerja sebagai pengguna outputnya.

b. Meningkatkan kepedulian dan partisipasi dunia usaha dalam

memberikan kontribusinya pada sistem pendidikan nasional.

c. Membuka wawasan mahasiswa agar dapat mengetahui dan

memahami aplikasi ilmunya di dunia industri pada umumnya serta

mampu mengadakan pendekatan masalah secara utuh.

d. Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami sistem kerja di dunia

industri sekaligus mampu mengadakann pendekatan secara utuh.

e. Menumbuhkan dan menciptakan pola berpikir konstruktif yang lebih

berwawasan bagi mahasiswa.

1.3.2 Tujuan Khusus

3
a. Sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan mata kuliah kerja

praktek program studi S1 Teknik Elektro Universitas Tadulako

b. Untuk mengetahui sistem grounding di area water intake dan

mengetahui kendala-kendala yang sering terjadi dalam sistem

pentanahan.

1.4 MANFAAT KERJA PRAKTEK

1.4.1 Bagi Perguruan Tinggi

Sebagai tambahan referensi khususnya mengenai perkembangan

teknologi yang digunakan oleh pihak-pihak yang memerlukan serta mampu

menghasilkan sarjana-sarjana yang profesional dan memiliki pengalaman di

bidangnya serta dapat membina kerja sama yang baik antara lingkungan

akademis dengan lingkungan kerja.

1.4.2 Bagi Perusahaan

Hasil analisa dan penelitian yang dilakukan selama kerja praktek dapat

menjadi bahan masukan bagi pihak perusahaan untuk menentukan kebijakan

perusahaan di masa yang akan datang.

1.4.3 Bagi Mahasiswa

a. Mahasiswa dapat mengetahui kondisi yang ada di dunia industri

khususnya industri tambang emas.

4
b. Mahasiswa dapat menyajikan pengalaman dan data-data yang

diperoleh selama kerja praktek dalam sebuah laporan kerja praktek.

c. Mahasiswa dapat memperoleh pengetahuan dan pengalaman yang

akan membuka cakrawala berpikir yang lebih luas mengenai

disiplin ilmu yang ditekuni selama ini.

d. Mahasiswa mampu melatih pemahaman tentang aplikasi

pengetahuan teknik elektro yang diterapkan di industri.

e. Mahasiswa dapat berpikir kritis pada perbedaan metode-metode

pekerjaan antara teoritis dan praktek kerja di lapangan.

1.5 BATASAN MASALAH

Pembahasan pada laporan kerja praktek ini di batasi dengan pembahasan

mengenai pengenalan sistem grounding Di Area Water InTake.

1.6 SISTEMATIKA PENULISAN

Laporan kerja praktek ini dituangkan dalam bentuk tulisan melalui

komposisi BAB dan sub BAB sebagai berikut :

BAB I Meliputi latar belakang, rumusan masalah, tujuan

dan manfaat, batasan masalah, serta sistematika

penulisan.

BAB II Meliputi penjelasan mengenai gambaran umum

perusahaan, sejarah perusahaan, struktur organisasi

5
perusahaan secara umum dan khusus, tugas

wewenang tanggung jawab setiap jabatan, dan

landasan teori yang mendukung dalam kerja

praktek.

BAB III Meliputi penjelasan tentang waktu dan tempat kerja

praktek, alat dan bahan yang digunakan, teknik

pengumpulan data, serta tahapan-tahapan dalam

pelaksanaan kerja praktek.

BAB IV Menjelaskan tentang hasil dan pembahasan dari apa

yang penulis dapatkan selama pelaksanaan kerja

praktek.

BAB V Meliputi tentang kesimpulan yang dapat penulis

ambil selama kerja praktek dan saran yang penulis

berikan berdasarkan materi-materi yang terdapat

pada BAB sebelumnya.

Daftar Pustaka Meliputi panduan-panduan yang digunakan penulis

pada penyusunan laporan kerja praktek.

Lampiran Meliputi dokumentasi, daftar hadir dan laporan

harian penulis selama kerja praktek.

6
BAB II

GAMBARAN UMUM DAN DASAR TEORI

2.1 GAMBARAN UMUM

2.1.1 Perusahaan

PT. Citra Palu Minerals (PT. CPM) adalah perseroan terbatas yang

didirikan berdasarkan hukum Republik Indonesia dalam rangka penanaman

modal asing (PMA). PT. CPM merupakan pemegang Kontrak Karya (KK)

generasi VI di bidang pertambangan umum berdasarkan persetujuan Presiden

Republik Indinesia Nomor. B 143/Pres/3/1997, tertanggal 17 Maret 1997. PT.

CPM pada tanggal 14 November 2017 telah mendapatkan persetujuan

peningkatan tahap operasi produksi sesuai dengan keputusan Menteri Energi

dan Sumber Daya Minerals Nomor. 422.K/30/DJB/2017. Berdasarkan surat

keputusan tersebut telah ditetapkan wilayah KK tahap kegiatan operasi

produksi yang terdiri dari 5 blok dengan 4 blok terletak di provinsi Sulawesi

Tengah dan blok 1 terletak di provinsi Sulawesi Selatan.

2.1.2 Lokasi Perusahaan

Adapun lokasi kegiatan penambangan dan pengolahan emas di blok 1

Poboya berada dikawasan Area Penggunaan Lain (APL) yang merupakan

bagian dari wilayah KK blok 1 PT. CPM dan secara administrative terletak di

7
kelurahan Poboya, Kecamatan Mantikulore, Kota Palu, Provinsi Sulawesi

Tengah.

2.1.3 Visi dan Misi

Perusahaan ini pastinya memiliki visi dan misi untuk dijadikan

landasan dari berjalannya perusahaan tersebut sehingga dapat mencapai target

maupun tujuan dari perusahaan yang telah ditentukan. Manajemen PT. CPM

dan para karyawan memiliki tekad untuk mencapai kinerja yang terbaik dan

peningkatan yang terus menerus di bidang keselamatan pertambangan dan

lingkungan hidup.

VISI : Menjadi perusahaan pertambangan mineral terkemuka di asia.

MISI : Memberikan imbal balik terbaik di industrinya kepada para

pemangku kepentingan melalui pengembangan dan pengoperasian

bisnis pertambangan mineral.

8
2.1.4 Struktur Organisasi

Gambar 2.1 Struktur Organisasi PT. CPM

9
2.1.5 Electrical Automation

Salah satu departemen yang ada di PT. CPM, yang bekerja untuk

melakukan perawatan dan pemeliharaan pada alat-alat kelistrikan yang berada

di semua area pabrik.

2.1.6 Area Kerja Electrical Automation

Pada dasarnya area kerja dari divisi Electrical yaitu meliputi semua

area di kawasan pabrik PT. CPM yang berkaitan dengan kelistrikan. Adapun

area kerja dari pabrik yaitu :

a. Banua 1 dan banua 2

Banua 1 dan banua 2 merupakan area perkantoran di PT. CPM.

Gambar 2.2 Banua 1

10
Gambar 2.3 Banua 2

b. Mess

Mess merupakan tempat tinggal untuk non karyawan, junior staf dan

senior staf PT. CPM.

Gambar 2.4 Mess

11
c. Kantin

Gambar 2.5 Kantin

d. Coreshed Area

Area ini merupakan tempat sampek batuan yang akan dikelola.

Gambar 2.6 Coreshed Area

e. Crusher area

Crusher area merupakan alat produksi yang berfungsi untuk

menghancurkan batu atau ore dari tambang yang masih berukuran besar

diatas 35 cm, menjadi ukuran yang sudah ditentukan yaitu 15-17 cm.

12
Gambar 2.7 Crusher area

f. Roompad Area

Area ini merupakan tempat material yang telah di olah dari crusher

dan material tersebut yang akan diturunkan melalui feeder untuk diolah

Kembali.

Gambar 2.8 Roompad Area

g. Feeder Reclaim Tunnel Area

Area ini merupakan tempat pengelolahan selanjutnya yang di

dalamnya terdapat 3 feeder yang berfungsi untuk menerima batu dari

13
roompad kemudian di turunkan ke conveyor 3 agar nantinya di antar dan

diproses ke milling area.

Gambar 2.9 Hopper feeder

h. Milling Area

Milling area merupakan komponen utama di area ini, yang

kegunaannya untuk menghancurkan batu, dimana area ini terdiri dari dua

unit yaitu sag mill dan ball mill.

Gambar 2.10 Milling Area

14
i. Motor Control Center (MCC)

MCC berfungsi untuk pengefisiensi pengoperasian motor-motor

listrik, yang artinya mampu mengontrol operasi beberapa motor dalam

waktu yang bersamaan. MCC berfungsi pada dunia industri yaitu untuk

sistem proteksi dari beban motor dan sistem control, interlock dan

monitoring beban motor.

Gambar 2.11 Motor Control Center (MCC)

j. Generator Set (GENSET)

Genset merupakan alat yang dapat mengubah energi mekanik

menjadi energi listrik. Genset digunakan sebagai sistem cadangan listrik

atau off-grid (sumber daya yang tergantung atas kebutuhan pemakaian).

15
Gambar 2.12 Generator Set (GENSET)

k. Leaching Area

Leaching area merupakan unit produksi selanjutnya setelah melalui

proses penggerusan oleh sag mill yaitu proses leaching (pendingin) dan

recovery (perolehan kembali) yang bertujuan untuk memisahkan emas dan

perak dari mineral pembawanya dan mengumpulkannya hingga menjadi

satu bagian yang terdiri dari dua komponen utama yaitu thickner dan cil

tan.

16
Gambar 2.13 Leaching Area

l. Fresh water tank dan process water tank

Area ini merupakan tempat penampungan air bersih maupun air

yang baru diproses atau yang masih tercampur oleh larutan beracun.

Gambar 2.14 Fresh water tank dan process water tank

m. Filter press Area

Filter press area merupakan tempat penyaringan lumpur atau

limbah dari pabrik.

17
Gambar 2.15 Filter press area luar

Gambar 2.16 Filter press area dalam

n. Detoks atau B3 Area

Detoks atau B3 area merupakan tempat penampungan terakhir dari

limbah pabrik.

18
Gambar 2.17 Detoks Area

o. Laboratorium proses

Laboratorium proses merupakan tempat dimana kita dapat

mengetahui kadar emas dari batu yang sudah melalui proses.

Gambar 2.18 Laboratorium proses

p. Control room

Control room tempat pengontrolan otomatis dari beberapa area

seperti crusher sag mill dan ball mill.

19
Gambar 2.19 Control room

q. Gold Room Area

Gold room area merupakan tahapan akhir dari proses pengolahan

emas yang terdiri dari 3 tahap yaitu adsorption-desorption, electrowinning

dan smelting.

Gambar 2.20 Gold Room Area

r. Water InTake

Water InTake merupakan Bak Penampung untuk menyuplai

Kebutuhan Pabrik, Mess dan Kantor.

20
 Bak Penampungan Air di Pabrik di Tangki Fresh Water

 Bak Penampungan Air untuk Kantor & Mess Bak Domestik

Gambar 2.21 Water InTake

2.2 DASAR TEORI

2.2.1Pengenalan Sistem Pentanahan

Sistem pentanahan adalah sistem hubungan penghantar yang

menghubungkan sistem, badan peralatan dan instalasi dengan bumi/tanah

sehingga dapat mengamankan manusia dari sengatan listrik, dan

mengamankan komponen – komponen instalasi dari bahaya tegangan/arus

abnormal. Oleh karena itu, sistem pentanahan menjadi bagian esensial dari

sistem tenaga listrik. Dalam instalasi gedung selain grounding tentu ada

proteksi lain yang sangat penting yang berhubungan dengan grounding yaitu

penangkal petir. Penangkal petir adalah sistem pengaman yang biasa

21
digunakan untuk mencegah kerusakan jaringan dan perlengkapan listrik

akibat sambaran petir.

Menurut IEEE Std 142™-2007 sistem pentanahan bertujuan (1)

membatasi besarnya tegangan terhadap bumi agar berada dalam batasan yang

diperbolehkan (2) menyediakan jalur bagi aliran arus yang dapat

memberikan deteksi terjadinya hubungan yang tidak dikehendaki antara

konduktor system dan bumi. Deteksi ini akan mengakibatkan beroperasinya

peralatan otomatis yang memutuskan suplai tegangan dari konduktor tersebut.

Karakteristik sistem pentanahan yang efektif harusnya terencana dengan

baik,semua koneksi yang terdapat pada sistem harus merupakan koneksi yang

sudah direncanakan sebelumnya dengan kaidah-kaidah tertentu. Verifikasi

secara visual dapat dilakukan untuk memastikan bahwa sistem tidak lagi

mengambang dan terhubung dengan sistem pentanahan, hal ini dilakukan untuk

menghindarkan gangguan yang terjadi pada arus listrik dari perangkat. Semua

komponen metal juga harus ditahan atau diikat oleh sistem pentanahan,

dengan tujuan untuk meminimalkan arus listrik melalui material yang bersifat

konduktif pada potensial listrik yang sama.

Elektroda pentanahan adalah suatu konduktor yang digunakan

untuk menetapkan suatu pentanahan. Suatu sistem pentanahan menjadi

bagian esensial dari sistem tenaga listrik untuk mencegah potensi bahaya

listrik terhada manusia, peralatan maupun sistem pelayanannya. Ada 3 (tiga)

22
macam elekroda pentanahan yaitu bentuk batang (rod), bentuk pita (kisi-

kisi), dan bentuk plat (Hutauruk, 1991).

1. Elektroda Batang

Elektroda batang yaitu elektroda dari pipa atau besi baja profil yang

dipancangkan ke dalam tanah. Elektroda rod atau elektoda batang merupakan

elektroda yang pertama kali digunakan dan teori-teori berawal dari elektroda

jenis rod (Suyamto, 2012). Elektroda rod banyak digunakan pada gardu induk.

Secara teknis, elektroda jenis ini mudah pemasangannya dan tidak memerlukan

lahan yang luas. Elektroda batang umumnya ditanam dengan kedalaman yang

cukup dalam (Solican 2012).

Gambar 1. Elektroda Batang

Spesifikasi dan pemasangan elektroda batang :

a) Berbentuk batang atau pipa padat, dibuat dari baja galvanis atau baja

belapis tembaga berdiameter 15 – 25 mm, dengan panjang setiap segmen 1

– 1,25 m, atau utuh sepanjang yang tertanam didalam tanah.

23
b) .Ditanam dalam tanah secara horizontal pada kedalaman 0,5-1 m, setiap

elektroda atau langsung satu batang elektroda.

c) Pada umumnya di tanam dalam tanah yang lembek (tanah rawa atau

sawah) dengan cara dipantek dikarenakan tanah yang lembek tadi.

d) Penanaman elektroda batang ketanah dengan resistansi jenis tanah 100

ohm meter dengan kedalaman 5 meter akan menghasilkan tahanan

pembumian 20 ohm. Untuk menghasilkan tahanan pembumian yang lebih

rendah sesuai dengan yang diinginkan maka bisa digunakan beberapa

elektroda batang yang diparalel di permukaan tanah.

Untuk menetukan besarnya tahanan pembumian dengan elektroda batang secara

horizontal dipergunakan rumus sebagai berikut :

ρ 4L
Rbt = (ln −1)..................................................................................(2.2)
2. л . L a

Di mana :

Rbt = Tahanan pembumian elektroda batang [ Ω ]

ρ = Resistansi jenis tanah [ Ωm ]

L = Panjang elektroda batang yang tertanam [ m ]

ɑ = Jari-jari batang elektroda [ m ]

1. Elektroda Plat

Elektroda plat merupakan elektroda dari bahan pelat logam (utuh atau

berlubang) atau dari kawat kasa (Berlianti,2011). Pada umumnya elektroda ini

ditanam cukup dalam. Elektroda ini digunakan apabila diinginkan tahanan

24
pentanahan yang kecil dan yang sulit diperoleh dengan menggunakan jenis-

jenis elektroda yang lain.

Gambar 2. Elektroda Plat

Spesifikasi dan pemasangan elektroda pelat :

a) .Berbentuk lembaran pelat, dibuat dari baja galvanis tebal 3 mm atau

lembaran pelat tembaga tebal 2 mm dengan luas penampang 0,5 – 1m2.

b) .Ditanam dalam tanah verikal dengan kedalaman bagian atau elektroda

berkisar antara 0,5 – 1 m.

c) Pada umumnya ditanam pada tanah mulai yang lembek hingga tanah yang

keras ( tanah pasir, kerikil, berbatu) dengan cara menanam vertikal bagian

atasnya dihubungkan dengan kawat BC dengan ukuran luas penampang

yang sesuai.

d) .Penampang elektroda pelat / 1m2 pada tanah ladang dengan resistansi

jenis tanah sekitar 100 ohm-meter menghasilkan tahanan pembumian yang

rendah sebagaimana yang diinginkan maka biasa digunakan beberapa

elektroda pelat yang diparalel dipermukaan tanah.

e) Mengingat cara penanaman yang sedikit lebih sulit dibandingkan elektroda

25
batang dan harganya yang lebih mahal, elektroda pelat tidak menjadi

pilihan kecuali pada tanah yang keras atau untuk di paralelkan dengan

elektroda batang dalam usaha mencapai harga tahanan pembumian yang

rendah. Untuk menetukan besarnya tahanan pembumian dengan elektroda

pelat dipergunakan rumus sebagai berikut :

ρ
Rpl = ¿ ....(2.2)
4. л . L

2. Elektroda Pita

Elektroda pita merupakan elektroda yang terbuat dari hantaran berbentuk

pita atau berpenampang bulat atau hantaran pilin yang pada umumnya

ditanam secara dangkal. Pemancangan dilakukan secara vertikal dengan

menanam batang hantaran secara horizontal (mendatar) dan dangkal.

2.2.2 Variabel Yang mempengaruhi Pentanahan

Beberapa variabel yang mempengaruhi Sistem Pembumian (Grounding

System) yaitu beberapa variabel yang dapat memengaruhi performa

grounding system pada jaringan listrik. Adapun empat variabel tersebut adalah

sebagai berikut :

1. Panjang/Kedalaman Elektroda

2. Diameter Elektroda

3. Desain

26
Namun dari semua variabel tersebut diketahui yang sangat berpengaruh dalam

memperkecil nilai tahanan grounding adalah panjang / kedalaman elektroda.

2.2.3 Standar Pemasangan Grounding dan Penangkal Petir

 Menurut PUIL 2011

Nilai yang umum di pakai adalah tahanan maksimal 5 Ohm untuk instalasi listrik

rumah dan maksimal 5 Ohm untuk instalasi petir. Hal ini juga sesuai dengan yang

di nyatakan dalam PUIL 2000-3.19.1.4 : apabila hasil pengukuran belum

mencapai 5 Ω, maka elektroda batang ditambah, dengan jarak dua kali panjang

elektroda.

 Kedalaman pemancangan atau penanaman di dalam tanah. Untuk

kedalaman pemancangan elektroda pembumian ini tergantung dari pada

jenis dan sifat-sifat tanah. Ada dua kondisi yaitu ada yang efektif ditanam

secara dalam untuk jenis tanah yang kering dan berbatu, namun ada pula

yang cukup ditanam secara dangkal untuk jenis tanah seperti tanah rawa,

tanah liat dll.

 Menurut Peraturan Menteri Tenaga Kerja

Dalam pengaturan menteri tenaga kerja No. : PER.02/MEN/1989 Bab IX

tentang pemeriksaan dan pengujian pasal 54 alinea pertama yang

berbunyi : Tahanan pembumian dari seluruh sistem pembumian tidak

boleh lebih dari 5 ohm .

2.2.4 Faktor – Faktor Yang Mempengaharui Sistem Pembumian

27
Tahanan pembumian suatu elektroda tergantung pada tiga faktor, yaitu :

 Tahanan elektroda pembumian beserta sambungan pengelasan pada

elektroda itu sendiri;

 Tahanan kontak antara elektroda dengan tanah;

 Tahanan penghantar (BC) yang menghubungkan peralatan yang

ditanahkan;

 Tahanan dari massa tanah disekitar elektroda pembumian.

Dari ketiga komponen tersebut, tahanan pembumian merupakan besaran yang

paling besar pengaruhnya pada resistansi pembumian dibandingkan tahanan

elektroda.

Namun demikan seperti yang telah dibahas sebelumnya bahwa nilai tahanan

pembumian diharapkan ≤ 5 Ὠ atau sekecil mungkin. Namun dalam hasil

penelitian di lapangan tidak selalu didapatkan nilai tahanan pembumian yang

diharapkan karena banyak faktor-faktor yang mempengaruhi resistansi

pembumian.

Nilai tahanan suatu sistem pembumian diharapkan mungkin.

Elektroda pembumian yang ditanamkan ke dalam tanah diharapkan langsung

memperoleh tahanan yang rendah, namun hal itu sangat jarang diperoleh. Ada

beberapa faktor yang berpengaruh terhadap nilai tahanan pembumian.

1. Faktor Internal

28
 Bentuk elektroda. Ada beberapa macam bentuk dari elektroda itu sendiri

yang banyak digunakan, seperti jenis batang, pita dan plat.

 Jenis bahan dan ukuran elektroda. Sebagai konsekuensi peletakannya di

dalam tanah, maka elektroda dipilih dari bahan-bahan tertentu yang

memiliki konduktivitas sangat baik dan tahan terhadap sifat-sifat yang

merusak dari tanah, sepeti korosi. Ukuran elektroda dipilih yang

mempunyai kontak paling efektif dengan tanah. Prinsip dasar untuk

memperoleh resistansi pembumian yang kecil adalah dengan membuat

permukaan elektroda bersentuhan dengan tanah sebesar mungkin, sesuai

dengan rumus:

L
R= ρ .................................................................................................(2.4)
A

Dengan :

R = resistansi pembumian [ Ω ]

ρ = resistansi jenis tanah [ Ωm ]

L = panjang lintasan arus pada tanah [ m ]

A = luas penampang lintasan arus pada tanah [ m2 ]

2 Faktor Eksternal

 Sifat geologi (karakteristik) tanah.

Tahanan jenis tanah (ohm-meter) merupakan nilai resistansi dari bumi yang

menggambarkan nilai konduktivitas listrik bumi dan didefinisikan sebagai

tahanan, dalam ohm, antara permukaan yang berlawanan dari suatu kubus satu

meter kubik.

29
Pentingnya tahanan jenis tanah ini untuk diketahui karena tahanan jenis tanah

mempunyai beberapa manfaat yaitu :

1 Beberapa data yang diperoleh dari surveys geofisika dibawah permukaan

tanah dapat membantu untuk identifikasi lokasi pertambangan,kedalaman

batu dan kejadian geologi lainnya

2 Tahanan jenis tanah mempunyai pengaruh langsung terhadap korosi pipa-

pipa bawah tanah. Apabila tahanan jenis tanah semakin meningkat maka

aktivitas korosi akan semakin meningkat pula.

3 Tahanan jenis lapisan tanah mempunyai pengaruh langsung dalam sistem

pembumian. Ketika merencanakan sistem pembumian, sebaiknya dicari

lokasi yang mempunyai tahanan jenis tanah yang terkecil agar tercapai

instalasi pembumian yang paling ekonomis.

Faktor keseimbangan antara tahanan pembumian dan kapasitansi sekelilingnya

adalah tahanan jenis tanah yang direpresentasikan dengan ρ. Harga tahanan jenis

tanah dalam kedalaman tertentu tergantung pada beberapa faktor yaitu :

1.Jenis tanah : liat, berpasir, berbatu dan lain-lain

2.Lapisan tanah : berlapis-lapis dengan tahanan jenis berlainan atau uniform

3.Komposisi kimia dari larutan garam dalam kandungan air

4.Kelembaban tanah

5.Temperatur

30
6.Kepadatan tanah

Berdasarkan Persyaratan Umum Instalasi Listrik 2000 (PUIL 2000) tahanan jenis

tanah dari
No. Jenis Tanah Tahanan Jenis (Ohm.m)
berbagai jenis
1 Tanah rawa 10 s.d. 40
tanah dapat
2 Tanah liat dan lading 20 s.d. 100
dilihat pada
3 Pasir basah 50 s.d. 200
tabel di bawah
4 Keriki lbasah 200 s.d. 30.00
ini
5 pasir dan kerikil kering <10.000

6 Tanah berbatu 2.000 s.d. 3.000

7 air laut dan tawar 10 s.d. 100

Tabel 2.4 Sumber : PUIL 1987 ( Peraturan Umum Instalasi Listrik Indonesia 187 )

Pengetahuan ini sangat penting bagi para perancang sistem pembumian. Sebelum

melakukan tindakan lain, yang pertama untuk diketahui terlebih dahulu adalah

sifat-sifat tanah dimana akan dipasang elektroda pembumian untuk mengetahui

31
resistansi jenis pembumian. Apabila perlu dilakukan pengukuran resistansi tanah

namun perlu diketahui bahwa sifat-sifat tanah bisa jadi berubah-ubah antara

musim yang satu dan musim yang lain. Hal ini harus betul-betul dipertimbangkan

dalam perancangan sistem pembumian. Bila terjadi hal semacam ini, maka yang

bisa digunakan sebagai patokan adalah kondisi kapan resistansi jenis pembumian

tetap memenuhi syarat pada musim kapan resistansi jenis pembumian tinggi,

misalnya ketika musim kemarau.

Rumus tahanan jenis tanah :

2 л.L
P=R
ln ( )
4L
a
−1
............................................................................................(2.4)

Dengan :

ρ = resistansi jenis tanah [ Ωm ]

R = resistansi pembumian [ Ω ]

L = panjang elektroda pembumian [ m ]

a = Jari-jari batang elektroda pembumian [ m ]

2.2.5 Pengujian Tahanan Grounding

a) Uji resistansi atau tahapan grounding pengujian ini dilakukan untuk

mengetahui bagus atau tidaknya sistem tersebut Alat yang di gunakan

dalam pengukuran tahanan grounding yaitu Earth Resistance Tester.

32
b) Prinsip dasar untuk memperoleh resistansi pembumian yang kecil adalah

dengan membuat permukaan elektroda bersentuhan dengan tanah sebesar

mungkin, sesuai dengan uji fisik atau visual dari kabel yang di gunakan

dalam pengujian sistem grounding biasa di lakukan secara berkala atau

pemeriksaan tahunan. Ini di maksudkan untuk mengetahui kondisi dari

komponen grounding masih dalam kondisi yang baik dan layak untuk

bekerja.

c) Adapun alat yang di gunakan dalam pengukuran tahanan grounding

tersebut yaitu ;

1. Earth Resistance Tester & Kabel Earh Tester

Gambar 2.3.1 Earth Resistance Tester & Kabel Earh Tester

Earth Tester adalah alat untuk mengukur nilai resistansi dari

grounding, Besarnya tahanan tanah sangat penting untuk

diketahui sebelum dilakukan pentanahan dalam sistem

pengaman dalam instalasi listrik.

33
2. Kabel NYA 10 mm2

Gambar 2.3.2 Kabel NYA 10 mm2

Digunakan untuk penyambungan grounding dengan alat

proteksi.

3. Kawat Arde

Gambar 2.3.3 Kawat Arde

34
Grounding atau arde pada instalasi listrik berguna sebagai

pencegah terjadinya kontak antara makhluk hidup dengan

tegangan listrik yang terekspos akibat terjadi kegagalan isolasi.

4. Kuku macan

Gambar 2.3.4 Kuku Macan

Sebagai pengunci dari kawat arde pada saat di sambungkan/di

pasangkan di elektroda batang .

35
BAB III

METODOLOGI

3.1 WAKTU DAN TEMPAT KERJA PRAKTEK

Waktu pelaksanaan kerja praktek dimulai dari tanggal 01 Maret 2021

sampai dengan tanggal 09 April 2021, yang berlokasi di PT. Citra Palu

Minerals.

3.2 BAHAN DAN ALAT KERJA PRAKTEK

3.2.1 Bahan

a. Alat tulis

b. Laptop

c. Kamera (Handphone)

d. Buku catatan

3.2.2 Alat

a. Helm pelindung

b. Sepatu safety

36
c. Rompi

d. Kaos tangan

e. Masker

f. Earplug

g. Kaca mata safety

3.3 TEKNIK PENGUMPULAN DATA

Metode yang digunakan untuk mendapatkan data dan informasi ialah

sebagai berikut :

3.3.1 Ombservasi

Penulis melakukan observasi terhadap setiap proses kerja yang berjalan

di divisi electrical, serta melakukan dialog dengan supervisor dan teknisi

(maintenance) mengenai berbagai penanganan masalah berupa instruksi kerja

tentang pemasangan, perbaikan dan perawatan.

3.3.2 Studi Literatur

Studi literatur dilakukan dengan mencari referensi tentang landasan

teori, data sheet komponen dan semua hal yang berkaitan dengan penelitian

ini.

3.3.3 Wawancara

37
Menanyakan kepada supervisor dan teknisi (maintenance) tentang

berbagai hal yang berkaitan dengan sistem grounding, menanyakan fungsi

dan kegunaan grounding , dan proses pengukuran dan pemasangan grounding

itu sendiri.

3.3.4 Tahapan Kerja Praktek

Sebelum ke lokasi kerja praktek di PT. Citra Palu Minerals, ada

beberapa tahapan yang harus di ikuti oleh peserta kerja praktek yaitu :

a. Peserta kerja praktek mencari informasi mengenai lokasi tempat

pelaksanaan kerja praktek dalam hal ini ke PT. Citra Palu Minerals.

b. Peserta kerja praktek menyelesaikan semua administrasi di Jurusan

Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Tadulako.

c. Peserta kerja praktek mengantar surat permohonan ke lokasi pelaksanaan

kerja praktek.

d. Setelah peserta kerja praktek sudah lesesai mengantar surat permohonan

ke lokasi pelaksanaan kerja praktek maka pihak PT. Citra Palu Minerals

akan membalas surat permohonan kerja praktek dan dilakukan

pembekalan P3K serta perkenalan tentang kawasan di area pabrik setelah

itu peserta mulai masuk praktek. Uraian mengenai kegiatan pekerjaan

yang dilakukan selama pelaksanaan kerja praktek dapat dilihat pada

lampiran laporan kerja praktek.

38
3.3.5 Flowchart Tahapan Kerja Praktek

39
Gambar 3.2 Flowchart Tahapan Kerja Praktek

40
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 HASIL

4.4.1 Dalam pengujian Grounding ini meliputi pemeriksaan konektror dan

pengukuran nilai tahanan grounding.

Alat dan bahan yang di gunakan :

a. Earth Resistance Tester

b. Kuku Macan

c. Kabel NYA 10mm2

d. Kawat Arde

e. Elektroda Batang 3± Meter (3 buah)

Gambar 4.1. Pengukuran Tahanan Grounding

Gambar 4.2. Pemeriksaan Konektor

34
4.4.2 Hasil Pengujian Tahanan Grounding

Gambar 4.3 Hasil Pengujian Tahanan Grounding

Dengan pengukuran yang telah di laksanakan di dapatkan hasil untuk

pengukuran sebesar 7.62Ω angka tersebut masih belum mmenuhi standar,

sesuai dengan ketentuan yang berlaku yaitu standar dari PUIL 2011 yang

memperbolehkan bahwa resistance maksimal sebesar 5Ω,

4.4.3 Hasil Pengukuran Tahanan

Titik Ukur Standard Hasil Pengukuran

Terminal Standard Hasil Ukur

Pentanahan 5Ω 7,62 Ω

Tabel 4.1 Hasil Pengukuran Tahanan

35
 Perbandingan antara hasil pengukuran dan perhitungan pada

tahanan Di Water InTake.

ρ 3000
Dik : ρ = 3000 = =1000Ω
L 3

L = 3 meter

∅ 14
ɑ=7 = =7
2 2

Dit : Rbt.....?

ρ
Penyelesaian : Rbt = ¿- 1)
2. π .l

1000 4.3
= (¿ −1)
2.3,14 .3 7

= 24,5 Ω

Ketika di pararelkan :

Rbt
=
Jumlah Rbt

24,5
=
3

= 8,16 Ω

4.2 PEMBAHASAN

Pada saat pencarian titik grounding sempat berapa kali pindah-pindah letak di

karnakan hasil yang di dapatkan dari alat earth tester sangat jauh untuk keadaan

36
maksimum / standar kelayakkan grounding, hasil pada awal-awal pengukuran

earth tester berkisar 20-30Ω.

Sehingga solusi akan hal itu kami mempararelkan elektroda batang berjumlah 3

buah dipasang berdekatkan dengan kedalaman ukuran elektroda batang ketika di

tancapkan ketanah tersebut ±3 meter sehingga mendapatkan hasil yang sangat

signifikan turun sehingga hasil akhir dari setiap pengukuran yang telah dilakukan

nilai resistansinya adalah 7,62 Ω. Dalam hal pengukuran grounding hal yang

paling berpengaruh adalah kadar air, mineral logam, derajat keasaman , dan

tekstur tanah itu sendiri.

Faktor terpenting pada sistem grounding / pentanahan adalah hambatan dalam

dari tanah tempat batang ground / arde akan di pasang. Terkadang grounding yang

telah terukur dan terpasang beberapa waktu tidak berfungsi sebagaimana yang di

harapkan, penyebabnya adalah keadaan tanah yang juga dapat berubah seiring

berjalannya waktu tertentu saja dan akan mempengaruhi hambatan dalam dari

tanah tersebut.

Cara memberbaiki hambatan dalam tanah dari sistem grounding yang telah

terpasang ataupun belum terpasang ;

 Metode umum dilakukan pada pembumian / grounding dari menara

maupun bangunan dengan penangkal petir yaitu dengan menanam batang

grounding / arde lebih dalam ke bumi. Penanaman dari grounding tersebut

umumnya menggunakan elektroda pelat dan bisa mencapai belasan meter

dibawah permukaan tanah. Tujuan dari penanaman lebih dalam ini adalah

37
untuk melewati beberapa lapisan tanah yang memungkinan untuk

mendapatkan lapisan tanah dengan hambatan dalam terkecil.

38
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Hasil percobaan yang dilakukan terlihat bahwa resistansi pentanahan

dapat diturunkan hingga 7,62Ω pada penambahan elektroda batang kemudian di

pararelkan , dan juga faktor yang yang berpengaruh adalah derajat keasaman ,

kelembapan tanah , sehingga dengan memperhatikan hal itu resistansi dapat

menurun dan grounding dapat di katakan baik apabila sudah memenuhi standar

kelayakan grounding.

5.2 Saran

Setelah melakukan Kuliah Praktek di PT. CITRA PALU MINERALS,

penulis banyak mendapatkan pelajaran yang berharga, serta pengalaman baru

didunia kerja yang akan bermanfaat dikemudian hari. Penulis juga mengharapkan

adanya kerjasama antar pihak PT. CITRA PALU MINERALS , dengan pihak

kampus baik dalam bidang akademis maupun non akademis.

38
DAFTAR PUSTAKA

Jamaaluddin, J., & Sumarno, S. (2017). Perencanaan Sistem Pentanahan Tenaga


Listrik Terintegrasi Pada Bangunan. Journal of Electrical and Electronics
Engineering UMSIDA, 1(1), 29-33.

Yuniarti, E., Novid, M. A., & Apriani, Y. (2018). Analisis Ketinggian Zat Aditif
Pada Box Elektroda Batang Terhadap Resistansi Pentanahan. Jurnal Teknik
Elektro, 8(1), 17-23.

Aditya, L. (2017). Analisa Kegagalan Sistem Grounding & Penangkal Petir Pada
Apartemen Pancoran Riverside. Elektrokrisna, 6(1).

Hatauruk, T. (1991). Pentanahan netral sistem tenaga pentanahan peralatan.


Jakarta : Erlangga.

Suyamto, dkk. (2012). Instalasi Dan Evaluasi Grounding Untuk MBE Industri
Lateks PTAPB Menggunakan Multiple Rod, Jurnal Iptek Nuklir Ganendra Vol.
15 No. Hal. 72-81.

Solichan, A. (2012). Analisa Impedansi Pentanahan Eletroda Batang Tunggal


Dalam Beton Rangka Baja Terhadap Injeksi Arus Bolak Balik. Jurnal Media
Eletrika, Vol.3 No.1 Hal. 24-32.

Berlianti, (2011) Analisis Pengaruh Penggunaan Elektroda Pentanahan uk Plat


terhadap Rugi-rugi Transformator, Jurmal Poli Rekayasa. Vol. 6. No. 2. Hal. 95-
102

http://digilib.polban.ac.id/files/disk1/75/jbptppolban-gdl-agungmardi-3734-3-
bab2--2.pdf

http://listrik-rumahku.blogspot.com/2009/12/cara-memperbaiki-sistem-
grounding.html

39
LAMPIRAN

Gambar 1 : Mengukur resistansi grounding Di Water Intake

Gambar 2 : Memeriksa Konek Kabel Panel Water Intake

40
Gambar 3 : Mengukur Tahanan Resistensi Grounding Di Water Intake

Gambar 4 : Mengatur Jalur Konekkan Kabel

41
Gambar 5 : Mengukur Ph Material Di Area Leaching

Gambar 6 : Foto Bersama Crew Electrical Automation

42

Anda mungkin juga menyukai