Anda di halaman 1dari 3

PERTANYAAN UNTUK ASKEP PASIEN DENGAN TERPASANG PROTESA

2. Bisakah kelompok menjelaskan intervensi terapeutik apa saja yang bisa kita lakukan pada
diagnose keperawatan gangguan citra tubuh?
3. Bagaimana tatalaksana pasca operasi amputasi untuk persiapan pemakaian protesa?
4. Latihan apa saja yang diperlukan pada pasien terpasang protese?

SARAN JAWABAN:

2. Bisakah kelompok menjelaskan intervensi terapeutik apa saja yang bisa


kita lakukan pada diagnosa keperawatan gangguan citra tubuh?
Pada diagnose keperawatan gangguan citra tubuh intervensi utamanya adalah promosi citra tubuh,
sedangkan intervensi tambahannya yaitu edukasi perawatan diri dan edukasi teknik adaptasi.
Adapun intervensi terapeutik nya antara lain:
a. Diskusikan perubahan tubuh dan fungsinya dan jelaskan Tindakan terapeutik untuk mengatasi
masalah atau gangguan fisik yang dialami.
b. Diskusikan perbedaan penampilan fisik terhadap harga diri
c. Diskusikan kondisi stress yang mempengaruhi citra tubuh
d. Rencanakan strategi edukasi dan diskusikan cara mengembangkan harapan citra tubuh secara
realistis
e. Diskusikan persepsi pasien dan keluarga tentang perubahan citra tubuh
f. Sediakan lingkungan yang kondusif pembelajaran optimal
g. Ciptakan edukasi interaktif untuk memicu partisipasi aktif selama edukasi
h. Berikan penguatan positif terhadap kemampuan yang didapat
i. Sediakan materi dan media Pendidikan Kesehatan
j. Jadwalkan Pendidikan Kesehatan sesuai kesepakatan

3. Bagaimana tatalaksana pasca operasi amputasi untuk persiapan


pemakaian protesa?
Sasaran dari penanganan pasca operasi adalah untuk mencapai penyembuhan luka operasi dan
mengusahakan jaringan puntung terbentuk stabil sedini mungkin serta mulai memobilisasi
penderita.
Dilakukan perawatan pada luka pasca amputasi dengan menggunakan pembalut / dressing dapat
berupa "rigid dressing" atau "soft dressing". Pemasangan rigid dressing / plaster of Paris dapat
dilakukan segera setelah operasi, keuntungannya adalah untuk mencegah edema sehingga
mempercepat penyembuhan luka dan maturasi puntung, mengurangi nyeri post operasi, melindungi
dari trauma dan memungkinkan untuk segera kembali berdiri dan ambulasi lebih awal. Teknik ini
dikenal dengan IPOF (Immediate Post Operative Fitting). Rigid dressing harus dibuka untuk melihat
luka operasi pada hari ke 7 — 10, dan bila terjadi pengendoran gips ataupun ada tanda-tanda infeksi
lokal maupun sistemik merupakan indikasi untuk melepas gips lebih awal. Bila luka baik, rigid
dressing baru dapat dipasangkan lagi, dan dilanjutkan ambulasi dengan atau tanpa pylon sampai
bisa memakai protesa definitif (biasanya 4-8 minggu). Bila pemasangan rigid dressing baik, dapat
juga digunakan sebagai socket untuk protesa sementara. Secara psikologis hal ini dapat juga
memberikan dorongan semangat pada penderita.
Pada soft dressing, biasanya digunakan verban elastik / elastic bandage dan terutama dipakai untuk
luka-luka yang perlu sering dikontrol, seperti adanya infeksi. Penderita juga diajarkan cara-cara
pembalutan ini sehingga dapat memakainya sendiri. Pembalutan dimulai dari ujung distal kearah
proksimal dengan metode sampai di atas kondilus femoralis dengan penekanan terutama pada
distal, tidak boleh terlalu ketat pada sebelah proksimal karena akan menyebabkan bagian distal
menjadi iskemik. Daerah patela tidak ditutupi untuk memudahkan lingkup gerak sendi lutut.
Elastic bandage dapat dilepas dan kemudian dipakai kembali sampai siap menggunakan prostesis
definitive.

4. Latihan apa saja yang diperlukan pada pasien terpasang protese?


Teknik latihan pada penderita amputasi ekstremitas bawah sangat bervariasi tergantung
dari level amputasi dan apakah kasus unilateral atau bilateral serta usianya.
1. Latihan keseimbangan
Latihan dasar keseimbangan dimulai di parallel bar dengan jarak kedua kaki dibuka
sekitar 8 inch. Perhatikan postur tubuh harus tegak dan kemudian tubuh digerakkan ke
samping secara bergantian untuk merasakan protesa pada puntung. Perpindahan beban
tubuh yang dirasakan pada tungkai normal ke protesa haruslah mempunyai durasi yang
sama. Setelah penderita merasa percaya diri, maka kedua tangan di parallel bar dapat
dilepas dan penderita dapat melakukan latihan dengan kedua tangan diletakkan di sisi
tubuh. Pandangan pasien lurus terhadap cermin pengoreksi yang diletakkan di depan
pasien.
2. Latihan berjalan
Penderita merentangkan kedua kakinya kira-kira 3-4 inch. Berat badan dibebankan
pada sisi tungkai yang normal, lutut pada sisi amputasi difleksikan, kemudian kaki yang
memakai prostetik digerakkan perlahan ke depan dan kemudian kembali ke posisi berdiri
secara nonnal. Cara ini diulang sampai penderita merasa mampu mengontrol gerakan
shank dan kakinya. Beban kemudian dipindahkan pada protesa dan prosedur diulangi pada
sisi tungkai yang normal.
3. Ambulasi Progresif
Setelah keseimbangan dan rasa percaya diri meningkat, penderita dapat dipersiapkan
untuk latihan berjalan di luar parallel bar. Saat ini penderita membutuhkan kemampuan
untuk memutarkan badan. Untuk dapat memutar dengan mudah, letakkan kaki normal di
depan, dari tungkai yang normal, kemudian putar kearah kaki prostetik. Berbalik 180
derajat seharusnya dapat dilakukan dengan mudah, dengan secara langsung memutar
setengah lingkaran penuh, dari pada serangkaian putaran yang bertahap.
4. Naik Dan Turun Tangga
Ketika naik tangga, penderita melangkahkan kaki normal lebih dahulu pada anak
tangga, kemudian bawa prostesis dengan mengangkatnya melalui tungkai yang normal.
Cara ini dilakukan sampai anak tangga terakhir dicapai. Turun tangga, penderita
menempatkan kaki prostesis lebih dulu pada anak tangga, kemudian diikuti kaki yang
normal. Penderita dapat memulai dengan berpegangan pada pengangan tangga, kemudian
hanya menggunakan tangan pada sisi prostesis dan akhirnya tanpa berpegangan.

Anda mungkin juga menyukai