Anda di halaman 1dari 75

MATERI ULANGAN AKHIR SEMESTER KELAS IX

BAHASA INDONESIA

1. PARAGRAF
Pengertian Ide pokok, Kalimat Utama, dan Kalimat Penjelas
Ide pokok adalah ide/ gagasan yang menjadi pokok pengembangan paragraf. Ide pokok ini
terdapat dalam kalimat utama. Nama lain ide pokok adalah gagasan utama, gagasan pokok.
Dalam satu paragraf hanya ada satu ide pokok.
Kalimat utama adalah kalimat yang di dalamnya terdapat ide pokok paragraf. Kalimat utama ini
dijelaskan oleh kalimat-kalimat lain dalam paragraf tersebut, yang disebut dengan kalimat
penjelas. Nama lain untuk kalimat utama adalah kalimat topik.
Kalimat penjelas yaitu kalimat yang menjelaskan kalimat utama.

2. TERSURAT DAN TERSIRAT


Pengertian arti kata Tersirat ialah Kata Tersirat mengandung arti kata "Tersembunyi" atau yang
lebih jelasnya bahwa kalimat kata Tersirat berarti makna kata yang bisa di pahami dengan cara
yang tidak langsung, makna dari kata Tersirat bisa di pahami setelah benar-benar membacanya.
Contoh dari kalimat Tersirat itu ialah
Natalia mengajak diriku ke suatu tempat yang sunyi dan tenang saat fajar akan tenggelam.
Aku tak percaya kakek akan meninggalkanku di tempat yang penuh dengan sandiwara ini
selamanya.
Aku malu ketika diriku datang kesekolah disaat matahari sudah di atas awan.

Sedangkan untuk pengertian arti kata dari Tersurat ini saya yakin kalian pun sudah paham
dengan kalimat ini. Kata Tersurat adalah kebalikan dari kata Tersirat yaitu sebuah kata yang
mudah di pahami maknanya karena makna dari kalimat kata Tersurat itu sudah ada dalam tulisan
dari kata-kata tersebut. Contoh dari kalimat Tersurat itu ialah
Aku senang punya 2 teman baik seperti kalian
Aku melihat dia kamarin di taman bunga
Antoni mengajak saudaranya ke danau untuk berenang
Oke kesimpulannya meskipun kedua kalimat kata Tersirat dan Tersurat sama yaitu dengan
sebuah kata-kata yang berupa lisan dan tulisan, namun kedua kalimat tersebut memiliki arti yang
berbeda, yaitu dari segi pengungkapannya. Kalau Tersirat secara "Tidak langsung" sedang
Tersurat secara "Langsung".

3. FAKTA DAN PENDAPAT


Pengertian Fakta
Pengertian fakta adalah kejadian atau keadaan yang benar-benar terjadi dan bukan mitos serta
pernah dilihat oleh manusia itu sendiri atau telah dilakukan suatu pengujian dan pemastian di
khalayak umum. Fakta dapat disebut juga sebagai hasil dari pengamatan secara objektif yang
dapat di verifikasi kebenarannya oleh siapapun. Informasi yang didengar dapat juga disebut
dengan fakta apabila informasi tersebut merupakan suatu peristiwa yang berupa kenyataan dan
benar-benar terjadi.

Pengertian Opini
Pengertian opini sendiri merupakan suatu ide, pikiran, atau pendapat yang biasanya bersifat tidak
objektif serta belum di sahkan kebenarannya. Seperti suatu prediksi dimana belum terdapat orang
yang dapat memastikan bahwa hal tersebut benar benar ada atau terjadi. Meskipun opini bukan
merupakan fakta, namun apabila opini tersebut dapat dibuktikan kebenarannya maka opini
tersebut akan berukan menjadi fakta.

Dapat disimpulkan bahwa fakta merupakan kejadian yang sudah atau pernah terjadi dan sudah
teruji kebenarannya. Sedangkan opini merupakan kejadian yang tidak terjadi atau hanya berupa
pendapat dan gagasan dari seseorang saja. Berikut perbedaan fakta dan opini.

Perbedaan Fakta dan Opini


Fakta dan opini cenderung memiliki suatu kesamaan, berikut ini beberapa ciri-ciri fakta dan
opini.
Ciri-ciri fakta :

 Sudah teruji kebenarannya di depan khalayak umum serta bersifat objektif.


 Memiliki data yang akurat atau bukti sebagai pendukung kebenarannya.
 Pernah dilihat oleh manusia serta telah dilakukan pengujian dan pemastian di khalayak umum.
Ciri-ciri opini :

 Belum teruji kebenarannya dan masih bersifat subyektif.


 Tidak memiliki data pendukung atau bukti yang akurat.
 Merupakan suatu peristiwa yang belum terjadi, karena merupakan suatu pendapat.
Apabila Anda masih kesulitan dalam membedakan yang mana fakta dan yang mana opini,
berikut ini cara mudah dalam membedakan fakta dan opini.

Cara Mudah dalam Membedakan Fakta dan Opini


Seperti yang telah kita ketahui pada ciri-cirinya diatas, fakta mempunyai data yang teruji
keakuratannya dan bersifat objektif maka itu dapat dikategorikan sebagai fakta, dengan
menggunakan imajinasi Anda apakah kalimat tersebut adalah hal yang benar telah terjadi
ataupun cuma pendapat orang saja.
Dalam kalimat opini biasanya terdapat kata-kata seperti bisa jadi, seharusnya, saya rasa, dan lain
sebagainya, karena kata-kata tersebut menunjukkan bahwa kalimatnya masih dalam perencanaan
atau pendapat dan belum terbukti kebenarannya. Berikut ciri-ciri kalimat opini.

1. Bersifat subyektif serta dilengkapi dengan uraian tentang pendapat, saran, atau suatu prediksi.
2. Tidak dapat dibuktikan kebenaranya.
3. Atas pemikiran sendiri dan tidak ada narasumber.
4. Tidak memiliki data dan bukti yang teruji keakuratannya.
5. Menunjukkan peristiwa yang belum atau mungkin akan tejadi pada masa mendatang dan berupa
rencana.
6. Pendapat atau argumen seseorang saja.

Contoh Kalimat Fakta dan Opini :


Contoh kalimat fakta :

1. Harimau merupakan hewan yang berkaki empat.


2. Indonesia adalah negara kepulauan.
3. Gula dapat membuat minuman menjadi manis.
4. Pensil itu harganya dua ribu rupiah.
5. Oksigen sangat dibutuhkan oleh manusia.
Contoh kalimat opini :

1. Besok saya ingin pergi ke luar negeri.


2. Rumah itu besar sekali.
3. Indonesia adalah negara yang indah.
4. Mobil itu sangat cepat.
5. Makanan buatan ibu sangat enak.

4. UNSUR INTRINSIK CERPEN/ NOVEL


Unsur Intrinsik Cerpen
Adapun beberapa unsur intrinsik dari cerpen itu adalah :
1. Tema
Tema adalah suatu pokok masalah yang mendasari sebuah cerita (gagasan pokok dasar cerita).
Tema biasanya terlihat jelas dalam cerita, namun tidak dalam keadaan langsung, yang mana
pembaca itu harus menyimpulkan terlebih dahulu untuk menentukan tema dari sebuah cerita itu.

Biasanya tema dirumuskan dalam bentuk sebuah kalimat pernyataan.


2. Alur atau Plot
Alur atau plot ialah sebuah langkah atau jalan dari sebuah cerita.Urutan cerita biasanya bisa
terjalin atas urutan waktu, kejadian atau hubungan dari sebab dan akibat.
Secara garis besar urutan alur atau plot yaitu perkenalan - kemudian mucul sebuah konflik atau
masalah - peningkatan masalah atau konflik - puncak masalah (klimaks) - kemudian penurunan
masalah atau konflik - dan yang terakhir adalah penyelesaian masalah.
3. Penokohan atau Perwatakan
Penokohan adalah pemberian suatu watak atau sifat (karakter) pada tokoh cerita. Pemberian sifat
tersebut akan tercermin dalam fikiran, tingkah laku, ucapan atau pandangan tokoh terhadap
sesuatu hal. Metode penokohan tersebut ada 2 yaitu dengan metode analitik dan metode
dramatik.
Metode analitik adalah metode penokohan yang dicerminkan atau dipaparkan secara langsung.
seperti sadis, pemarah, keras kepala dan lain-lain. Sedangkan metode dramatik adalah metode
penokohan yang dicerminkan atau dipaparkan secara tidak langsung, atau pengmbaran sifat
melalui penggambaran fisik, dialog antar tokoh dll.

Penampilan tokoh juga dibagi menjadi 2 yaitu protagonis dan antagonis. Tokoh protagonis
adalah tokoh yang memerankan/memiliki watak baik, jujur, dapat dipercaya, cepat tanggap dan
lain-lain (lebih jelas tokoh ini berwatak baik-baik). Jika tokoh antagonis adalah tokoh yang
memerankan/memiliki watak jelek ( pendendam, jahat, sombong dan lain-lain).
4. Setting atau Latar
Setting atau latar adalah tempat peristiwa,waktu dan suasana cerpen itu dilakukan. Atau lebih
jelasnya latar atau setting itu terdiri dari 3 unsur yaitu :
Latar Tempat (berkaitan dengan dimana peristiwa dalam cerpen itu terjadi).
Latar Waktu (berkaitan dengan kapan peristiwa dalam cerpen terjadi).
Latar Suasana ( berkaitan dengan perasaan atau suasana kejadian peristiwa dalam cerpen itu
terjadi).
5. Sudut Pandang atau Point Of View
Sudut pandang adalah cara bercerita atau cara pandang visi seorang pengarang pada suatu
peristiwa dalam cerpen.
Sudut pandang dibagi menjadi beberapa yang diantaranya yaitu, sudut pandang orang pertama
atau dengan gaya bahasa "aku" dll., sudut pandang peninjau atau orang ke-3, sudut pandang
campuran (bisa orang pertama atau ketiga).
Dalam sudut pandang, kata ganti orang dibagi menjadi 3 yaitu :
Sudut pandang orang pertama, yaitu orang yang berbicara.
Contohnya seperti kata aku , saya , gue (untuk tunggal), seperti kami, kita, (untuk jamak ).
Sudut pandang orang kedua, yaitu orang yang dibicarakan.
Contohnya seperti kamu, engkau (untuk tunggal), seperti kalian ( untuk jamak )
Sudut pandang orang ketiga, yaitu orang yang dibicarakan.
Contohnya seperti ia, dia (untuk tunggal), seperti mereka (untuk jamak).

6. Amanat
Amanat adalah sebuah pesan atau harapan seorang penulis cerita kepada pembaca agar pembaca
mau bertindak atau melakukan sesuatu.

7. Gaya Penceritaan
Gaya penceritaan itu dapat dilihat dari segi bahasa dan nada. Dari segi bahasa, kalian bisa
mencermati adakah kekhasan dari sebuah cerpen itu dalam pemilihan sebuah gaya
bahasa (majas), ungkapan yang digunakan. Jika dari segi nada kalian dapat mencermati apakah
ada kesan nada yang menimbulkan rasa romantis, simpatik dan sebagainya dalam cerpen
tersebut.

5. UNGKAPAN

Ungkapan merupakan gabungan kata yang maknanya sudah menyatu dan tidak ditafsirkan
dengan makna unsur yang membentuknya. Idiom atau disebut juga dengan ungkapan adalah
gabungan kata yang membentuk arti baru dimana tidak berhubungan dengan kata pembentuk
dasarnya.
Ungkapan adalah gabungan dua kata atau lebih yang digunakan seseorang dalam situasi tertentu
untuk mengkiaskan suatu hal. Ungkapan terbentuk dari gabungan dua kata atau lebih. Gabungan
kata ini jika tidak ada konteks yang menyertainya memiliki dua kemungkinan makna, yaitu
makna sebenarnya (denotasi) dan makna tidak sebenarnya (makna kias atau konotasi). Oleh
karena itu, untuk mengetahui apakah gabungan kata itu termasuk ungkapan atau tidak, harus ada
konteks kalimat yang menyertainya. Untuk lebih jelasnya kita ambil sebuah contoh
Membanting tulang
Gabungan kata di atas tidak dapat langsung kita katakan termasuk ungkapan. Hal ini dikarenakan
konteks kalimat yang menyertai gabungan kata tersebut belum jelas. Gabungan kata di atas
masih mempunyai dua kemungkinan makna sesuai konteks kalimatnya.
1. Andi membanting tulang di sampingnya sebagai luapan kemarahannya.
2. Andi membanting tulang untuk menghidupi keluarganya.
Dua kalimat di atas memberikan konteks (situasi) pada gabungan kata ―membanting tulang.‖
Kalimat (a) membantuk makna denotasi atau makna sebenarnya pada gabungan kata
―membanting tulang.‖ Makna denotasi tersbut adalah kegiatan membanting tulang. Kalimat (b)
membentuk makna konotasi atau makna kias pada kata ―membanting tulang.‖ Makna kias
tersebut adalah bekerja keras. Makna kedua inilah membuat gabungan kata di atas disebut
ungkapan.
Berikut adalah contoh ungkapan :
 banting tulang : kerja keras
 gulung tikar : bangkrut
 siang bolong: tepat di siang hari
 angkat kaki : pergi
 naik pitam : marah
 buah bibir : topik pembicaraan
 angkat tangan : menyerah
 meja hijau : pengadilan
 buah tangan : oleh-oleh
 kutu buku : orang yg suka baca buku
 kepala dingin : tenang
 jago merah : api kebakaran
 bunga tidur : mimpi
 bunga desa : gadis desa
 panjang tangan : suka mencuri
 tinggi hati : sombong
Contoh kalimat dengan ungkapan:
1. Mereka sudah banyak makan garam dalam hal itu. (banyak pengalaman)
2. Hati-hati terhadapnya, ia terkenal si panjang tangan. (suka mencuri)
3. Jeng Sri memang tinggi hati.(sombong)
4. Karena ucapan orang itu, Waluyo naik darah.(marah)
5. Itulah akibatnya kalau menjadi anak yang berkepala batu. (tidak mau menurut)
6. Hati-hati terhadap orang yang besar mulut itu. (suka membual)
7. Merah telinganya ketika ia dituduh sebagai koruptor. (marah)
8. Karena gelap mata, dia mengamuk di kantor. (hilang kesabaran)
9. Lebih baik berputih tulang daripada hidup menanggung malu seperti ini. (mati)
10. Ketika kutinggalkan dulu engkau masih merah, sekarang sudah seorang jejaka. (masih
bayi)
11. Selama pertandingan sepak bola itu, benar-benar dia menjadi bintang lapangan. (pemain
yang baik)
12. Pidatonya digaraminya dengan lelucon sehingga menarik para pendengarnya. (dibumbui;
dihiasi)
13. Lagi-lagi aku yang dikambing hitamkan bila timbul keributan di kelas. (orang yang
dipersalahkan)
14. Maaf, aku tak sudi kaujadikan aku sebagai kuda tunggangmu. (kausuruh-suruh untuk
kepentinganmu)
15. Kalau rasa permusuhan itu tidak dicabut sampai akar-akarnya, hubungan kalian tak
pernah baik. (dihilangkan benar-benar)
16. ―Gema Tanah Air‖ sebuah bunga rampai yang disusun oleh H.B. Jassin. (buku yang
berisi kumpulan karangan beberapa orang)
17. Kalau bekerja dengan setengah hati, hasilnya kurang memuaskan.(tidak sungguh-
sungguh)

6. STRUKTUR CERITA FABEL

Pengertian teks cerita fabel


Cerita fabel adalah cerita mengenai kehidupan binatang yang berprilaku layaknya seperti
manusia (prilakunya menyerupai tingkah manusia). Cerita fabel tergolong kedalam jenis cerita
fiksi (cerita fiksi adalah suatu cerita yang bukan berasal dari kehidupan yang nyata atau disebut
juga dengan cerita fiktif). Cerita fabel disebut juga dengan cerita moral, hal tersebut dikarenakan
pesan yang terdapat didalam cerita fabel sangat erat kaitannya dengan moral kehidupan.

Adapun tokoh yang berperan didalam cerita fabel biasanya adalah binatang. Akan tetapi pada
cerita fabel, bukan hanya mengisahkan tentang kehidupan binatang saja, melainkan juga
mengisahkan tentang bagaimana kehidupan manusia dengan seluruh karakter yang dimilikinya.
Jadi, peran binatang yang terdapat didalam cerita fabel mempunyai karakter layaknya manusia,
antara lain seperti :

1. Baik dan jahat.


2. Jujur dan pembohong.
3. Sopan dan tidak sopan.
4. Pintar dan bodoh.
5. Menyukai persahabatan dan tidak senang bersahabat.
6. Licik dan culas.
7. Melakukan perbuatan dan tingkah yang terpuji.
8. Sombong, angkuh, keras kepala, suka menipu.
9. Egois (ingin menang sendiri).
10. Pendiam, periang dan lain sebagainya.

Oleh karena itu, cerita fabel menjadi primadona utama sebagai salah satu sarana dengan potensi
yang tinggi didalam menanamkan nilai-nilai moral dalam kehidupan sejak dini. Dengan adanya
beragam karakter tersebut, maka setiap penonton maupun pembaca cerita fabel dapat menilai dan
mempelajari pelajaran moral (nilai moral) yang terkandung di dalam cerita fabel itu sendiri.

Struktur teks cerita fabel


Apakah kalian sudah tau dan atau masih ingat pengertian struktur seperti yang telah dijelaskan
pada teks cerita lainnya yang telah dibahas sebelumnya ?. Jika anda lupa, maka pengertian
struktur adalah sesuatu rangkaian yang terdapat pada sebuah teks yang sifatnya membangun.
Adapun struktur teks cerita fabel adalah antara lain seperti orientasi, komplikasi, resolusi serta
koda. Berikut penjelasan lebih lengkapnya :
1. Orientasi
Orientasi adalah bagian permulaan pada sebuah cerita fabel yang berisikan dengan pengenalan
cerita fabel tersebut yang diantaranya seperti pengenalan tokoh, pengenalan latar tempat dan
waktu, pengenalan background atau tema dan lain sebagainya.
2. Komplikasi
Komplikasi adalah klimaks pada sebuah cerita yang berisikan mengenai puncak masalah yang
dialami dan dirasakan oleh tokoh.
3. Resolusi
Resolusi adalah bagian dari teks yang berisikan dengan pemecahan permasalahan yang dialami
dan dirasakan oleh tokoh.
4. Koda
Koda adalah bagian terakhir dari teks cerita yang berisikan pesan-pesan dan atau amanat yang
terdapat didalam cerita fabel itu sendiri.

Kaidah kebahasaan teks cerita fabel


Kaidah kebahasaan (dengan kata lain unsur kebahasaan) adalah ciri-ciri berdasarkan dari bahasa
yang digunakan pada sebuah teks cerita fabel. Berikut ini adalah #4 unsur kebahasaan (kaidah
kebahasaan) pada teks cerita fabel yaitu sebagai berikut :

1. Kata kerja
Kata kerja adalah satu dari beberapa unsur (kaidah) kebahasaan pada teks cerita fabel. Adapun
didalam kata kerja pada teks cerita fabel dibagi menjadi dua bagian. Adapun #2 bagian kata
kerja yang dimaksud yakni :

a. Kata kerja aktif transitif


Kata kerja aktif transitif adalah kata kerja aktif yang memerlukan objek dalam kalimat. Contoh
kata kerja aktif transitif adalah memegang, mengangkat, memikul, mengendarai mendorong dan
lain sebagainya.
b. Kata kerja aktif intransitif
Kata kerja aktif intransitif adalah kata kerja aktif yang tidak memerlukan objek dalam
kalimat. Contoh kata kerja aktif intransitif adalah diam, merenung, berfikir dan lain sebagainya.

2. Penggunaan kata sandang si dan sang


Didalam teks cerita fabel sangat sering dijumpai dan ditemukan penggunaan kata sandang si dan
kata sandang sang. Adapun penjelasan mengenai penggunaan kata sandang si dan kata sandang
sang didalam teks cerita fabel akan dijelaskan secara lengkap dengan contohnya sebagai berikut :

Contoh kata sandang Si dan Sang


a. Sang kerbau berkeliling hutan sambil menyapa binatang-binatang lain yang berada dihutan
tersebut.
b. Sang kerbau mengejek kepompong yang buruk yang tidak dapat pergi kemana-mana.
c. Sang kerbau selalu membanggakan dirinya yang dapat pergi ketempat yang dia sukai.
d. Si kepompong hanya dapat berdiam saja saat mendengarkan ejekan itu.
e. ―Aku adalah kepompong yang pernah kau ejek,‖ kata si kupu-kupu.

7. PROSEDUR

Pengertian Teks Prosedur Kompleks

Menurut KBBI atau Kamus Besar Bahasa Indonesia, pengertian prosedur adalah langkah-
langkah suatu aktivitas atau kegiatan untuk menyelesaikan suatu pekerjaan.
Sedangkan yang dimaksud dengan teks prosedur kompleks adalah teks yang berisi langkah-
langkah yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan yang di inginkan dan terdapat penjelasan
atau keterangan dalam langkah-langkah tersebut.

Tujuan Teks Prosedur Kompleks

Tujuan dari teks prosedur kompleks adalah sebagai berikut :


 Untuk melakukan suatu aktivitas atau kegiatan dengan langkah-langkah yang urut, jadi
tidak boleh sembarangan.
 Untuk membantu pembaca atau pendengar untuk dapat lebih memahami bagaimaca cara
untuk melakukan sesuatu atau membuat sesuatu dengan benar.

Struktur Teks Prosedur Kompleks

Struktur teks adalah bagian atau cara teks tersebut dapat dibangun. Mungkin masih banyak yang
belum mengetahui kalau struktur teks prosedur disusun oleh bagian tujuan, bagian material, dan
bagian langkah-langkah. Berikut ini penjelasan lebih lengkapnya :
1. Bagian tujuan, yaitu bagian yang berisi tujuan dari pembuatan teks prosedur tersebut atau
hasil akhir yang akan di capai (bisa berupa judul).
2. Bagian material, berisi informasi tentang alat atau bahan yang dibutuhkan, namun tidak
semua teks prosedur yang memiliki bagian ini (umumnya terdapat dalam resep makanan).
3. Bagian langkah-langkah, yaitu bagian yang berisi cara-cara atau langkah-langkah yang
akan tempuh untuk mencapai tujuan. Bagian ini biasanya tidak dapat diubah urutannya
atau posisinya.

Ciri Ciri Teks Prosedur Kompleks


Berikut ini adalah ciri ciri teks prosedur kompleks :
 Memiliki langkah-langkah atau cara.
 Disusun secara informatif.
 Sifatnya objektif.
 Dijelaskan secara mendetail.
 Langkah-langkahnya berkelanjutan dengan penjelasan.
 Bersifat universal.
 Bersifat logis.
 Bersifat aktual dan akurat.
 Menggunakan syarat atau pilihan.
Ciri Kebahasaan Teks Prosedur Kompleks

Berikut ini adalah ciri ciri kebahasaan teks prosedur kompleks :


 Mengandung kalimat imperatif, yaitu kalimat yang mengandung perintah.
 Mengandung kalimat deklaratif, yaitu kalimat yang mengandung pernyataan.
 Mengandung kalimat interogatif, yaitu kalimat yang mengandung pertanyaan.
 Mempunyai bilangan urutan.
 Partisipan manusia secara umum.
 Verbal material, verba yang mengacu pada sikap yang dinyatakan dengan ungkapan.
 Konjungsi temporal, konjungsi yang mengacu pada urutan waktu sekaligus menjadi sarana
kohesi teks prosedur.
 Menggunakan kata yang baku.
 Menggunakan konjungsi yang bersyarat.

Macam Macam Teks Prosedur

Teks prosedur mempunyai 3 macam jenis, berikut ini adalah penjelasannya :


1. Teks Prosedur Sederhana
Teks prosedur sederhana bisa ditempuh hanya dengan dua atau tiga langkah-langkah saja,
contohnya : prosedur untuk mengoperasikan setrika.
2. Teks Prosedur Kompleks
Teks prosedur kompleks terdiri atas banyak langkah-langkah dan berjenjang kepada sublangkah
pada setiap langkahnya. Contohnya adalah prosedur tentang terkena tilang oleh polisi.
3. Teks Prosedur Protokol
Teks prosedur protokol merupakan teks prosedur yang langkah-langkahnya tidak terlalu
rumit atau sulit, akan tetapi sangat mudah untuk dipahami.
8. Kalimat Efektif

Membuat sebuah kalimat tentu bukan hal yang sulit bagi teman-teman. Namun, apakah
kalimat yang dibuat tersebut sudah termasuk kalimat efektif? Pada dasarnya, sebuah
kalimat dapat dibentuk oleh klausa yang terdiri atas subjek dan predikat dengan
penambahan objek, pelengkap, maupun keterangan yang diakhiri dengan tanda baca titik
(.), tanya (?), atau seru (!). Jika tidak tepat, penambahan-penambahan tersebut dapat
membuat kalimat yang dibuat menjadi tidak efektif.
Pengertian Kalimat Efektif
Kalimat efektif dapat diartikan sebagai susunan kata yang mengikuti kaidah kebahasaan
secara baik dan benar. Tentu saja karena kita berbicara tentang bahasa Indonesia, kaidah
yang menjadi patokan kalimat efektif dalam bahasan ini adalah kaidah bahasa Indonesia
menurut ejaan yang disempurnakan (EYD).
Syarat Kalimat Efektif
Pada dasarnya, ada empat syarat utama sebuah kalimat dapat dikatakan efektif atau tidak.

1. Sesuai EYD
Sebuah kalimat efektif haruslah menggunakan ejaan maupun tanda baca yang tepat. Kata
baku pun mesti menjadi perhatian agar tidak sampai kata yang kamu tulis ternyata tidak
tepat ejaannya.
2. Sistematis
Sebuah kalimat paling sederhana adalah yang memiliki susunan subjek dan predikat,
kemudian ditambahkan dengan objek, pelengkap, hingga keterangan. Sebisa mungkin
guna mengefektifkan kalimat, buatlah kalimat yang urutannya tidak memusingkan. Jika
memang tidak ada penegasan, subjek dan predikat diharapkan selalu berada di awal
kalimat.
3. Tidak Boros dan Bertele-tele
Jangan sampai kalimat yang kalian buat terlalu banyak menghambur-hamburkan kata dan
terkesan bertele-tele. Pastikan susunan kalimat yang kalian rumuskan pasti dan ringkas
agar orang yang membacanya mudah menangkah gagasan yang kalian tuangkan.
4. Tidak Ambigu
Syarat kalimat efektif yang terakhir, kalimat efektif menjadi sangat penting untuk
menghindari pembaca dari multiftafsir. Dengan susunan kata yang ringkas, sistemastis,
dan sesuai kaidah kebahasaan; pembaca tidak akan kesulitan mengartikan ide dari
kalimat kalian sehingga tidak ada kesan ambigu.
Ciri-ciri Kalimat Efektif
Untuk membuat kalimat efektif tidaklah sulit asalkan sudah memahami ciri-ciri suatu
kalimat dikatakan efektif. Berikut ini adalah 5 ciri-ciri sehingga suatu kalimat dapat kita
katakan efektif.
1. Kesepadanan Struktur
Hal pertama yang harus diperhatikan adalah kelengkapan struktur dan penggunaannya.
Inilah yang dimaksud dengan kesepadanan struktur. Ada beberapa hal yang menyangkut
ciri-ciri yang satu ini.
a. Pastikan kalimat yang dibuat mengandung unsur klausa minimal yang lengkap, yakni
subjek dan predikat.
b. Jangan taruh kata depan (preposisi) di depan subjek karena akan mengaburkan pelaku
di dalam kalimat tersebut.

Contoh kalimat efektif dan tidak efektif:


Bagi semua peserta diharapkan hadir tepat waktu. (tidak efektif)
Semua peserta diharapkan hadir tepat waktu. (efektif)

c. Hati-hati pada penggunaan konjungsi yang di depan predikat karena membuatnya


menjadi perluasan dari subjek.
Contoh:
Dia yang pergi meninggalkan saya. (tidak efektif)
Dia pergi meninggalkan saya. (efektif)

d. Tidak bersubjek ganda, bukan berarti subjek tidak boleh lebih dari satu, namun lebih
ke arah menggabungkan subjek yang sama.
Contoh:
Adik demam sehingga adik tidak dapat masuk sekolah. (tidak efektif)
Adik demam sehingga tidak dapat masuk sekolah. (efektif)

2. Kehematan Kata
Karena salah satu syarat kalimat efektif adalah ringkas dan tidak bertele-tele, kalian tidak
boleh menyusun kata-kata yang bermakna sama di dalam sebuah kalimat. Ada dua hal
yang memungkinkan kalimat membuat kalimat yang boros sehingga tidak efektif. Yang
pertama menyangkut kata jamak dan yang kedua mengenai kata-kata bersinonim. Untuk
menghindari hal tersebut, berikut ini contoh mengenai kesalahan dalam kata jamak dan
sinonim yang menghasilkan kalimat tidak efektif.
Contoh Kata Jamak:
Para siswa-siswi sedang mengerjakan soal ujian masuk perguruan tinggi. (tidak efektif)
Siswa-siswi sedang mengerjakan soal ujian masuk perguruan tinggi. (efektif)

Ketidakefektifan terjadi karena kata para merujuk pada jumlah jamak, sementara siswa-
siswi juga mengarah pada jumlah siswa yang lebih dari satu. Jadi, hilangkan salah satu
kata yang merujuk pada hal jamak tersebut.
Contoh Kata Sinonim:
Ia masuk ke dalam ruang kelas. (tidak efektif)
Ia masuk ruang kelas.

Ketidakefektifan terjadi karena kata masuk dan frasa ke dalam sama-sama menunjukkan
arti yang sama. Namun, kata masuk lebih tepat membentuk kalimat efektif karena
sifatnya yang merupakan kata kerja dan dapat menjadi predikat. Sementara itu, jika
menggunakan ke dalam dan menghilangkan kata masuk—sehingga menjadi ia ke dalam
ruang kelas—kalimat tersebut akan kehilangan predikatnya dan tidak dapat dikatakan
kalimat efektif menurut prinsip kesepadanan struktur.

3. Kesejajaran Bentuk
Ciri-ciri yang satu ini menyangkut soal imbuhan dalam kata-kata yang ada di kalimat,
sesuai kedudukannya pada kalimat itu. Pada intinya, kalimat efektif haruslah berimbuhan
pararel dan konsisten. Jika pada sebuah fungsi digunakan imbuhan me-, selanjutnya
imbuhan yang sama digunakan pada fungsi yang sama.
Contoh:
Hal yang mesti diperhatikan soal sampah adalah cara membuang, memilah, dan
pengolahannya. (tidak efektif)
Hal yang mesti diperhatikan soal sampah adalah cara membuang, memilah, dan
mengolahnya. (efektif)

4. Ketegasan Makna
Tidak selamanya subjek harus diletakkan di awal kalimat, namun memang peletakan
subjek seharusnya selalu mendahului predikat. Akan tetapi, dalam beberapa kasus
tertentu, kalian bisa saja meletakkan keterangan di awal kalimat untuk memberi efek
penegasan. Ini agar pembaca dapat langsung mengerti gagasan utama dari kalimat
tersebut. Penegasan kalimat seperti ini biasanya dijumpai pada jenis kalimat perintah,
larangan, ataupun anjuran yang umumnya diikuti partikel lah atau pun.
Contoh:
Kamu sapulah lantai rumah agar bersih! (tidak efektif)
Sapulah lantai rumahmu agar bersih! (efektif)

5. Kelogisan Kalimat
Ciri-ciri kalimat efektif terakhir yang amat krusial menyangkut kelogisan kalimat yang
kalian buat. Kelogisan berperan penting untuk menghindari kesan ambigu pada kalimat.
Karena itu, buatlah kalimat dengan ide yang mudah dimengerti dan masuk akal agar
pembaca dapat dengan mudah pula mengerti maksud dari kalimat tersebut.
Contoh:
Kepada Bapak Kepala Sekolah, waktu dan tempat kamu persilakan. (tidak efektif)
Bapak Kepala Sekolah dipersilakan menyampaikan pidatonya sekarang. (efektif)
9. KATA BAKU
Kata baku adalah kata yang sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia. Sumber utama yang
telah ditentukan dalam pemakaian bahasa baku yaitu Kamus Besar Bahasa
Indonesia(KBBI). Kata baku umumnya digunakan dalam kalimat resmi( lisan dan
tertulis).

Penggunaan kata baku


1) Persuratan antar instansi
2) Lamaran pekerjaan
3) Karangan ilmiah
4) Perundangan-undangan
5) Surat keputusan
6) Nota dinas
7) Rapat dinas
8) Pidato resmi
9) Diskusi
10) Penyampaian pendidikan
11) Dan lain sebagainya.

Kata tidak baku adalah kata yang tidak sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia. Biasanya
kata tidak baku dipakai dalam bahasa percakapan sehari-hari.

Ada beberapa faktor yang menyebabkan munculnya kata atau bahasa yang tidak baku,
yaitu sebagai berikut:
1) Pemakai bahasa tidak mengetahui bentuk penulisan dari kata-kata yang dimaksud
2) Pemakai terpengaruh oleh orang yang biasa menggunakan kata tidak baku
3) Pemakai bahasa tidak baku akan selalu ada karena tidak mau memperbaiki
kesalahannya sendiri.
Berikut kumpulan kata baku dan tidak baku
Kata Baku-Kata Tidak Baku
Aktif-Aktip
Apotek-Apotik
Aktivitas-Aktifitas
Analisis-Analisa
Atlet-Atlit
Asas-Azas
Atmosfer-Atmosfir
Kata baku
Aerobic-Erobik-
Antarinstansi-Antar-instansi
Akhir-Ahir-
Baut-Baud

Cenderamata-Cinderamata

Definisi-Difinisi
Dipersilakan-Dipersilahkan-
Diesel-Disel-
Dipindahkan-Dipindah-
daftar-daptar
Dolar-Dollar-
definisi-difinisi
depot-depo
diagnosis-diagnosa
detail-detil
diferensial-differensial
disahkan-disyahkan
dipersilakan-dipersilahkan
Ekspor-Eksport
Ekuivalen-Ekwivalen
Ekstrem-Ekstrim
Embus-Hembus
Esai-Esei

Februari-Pebruari
Film-Filem-
Fiologi - Phiologi
Fisik-Phisik
Frekuensi-Frekwensi
Foto-Photo-

Hafal-Hapal
Hierarki-Hirarki
Hakikat-Hakekat
Hipotesis-Hipotesa

Ijazah-Ijasah
Imbau-Himbau
Ikhlas-Ihlas
Ilmuwan-Ilmiawan
Insaf-Insyaf
Impor-Import
Isap-Hisap
Izin-Ijin
Istri-Isteri

Jenazah-Jenasah
Jadwal-Jadual
Jenderal-Jendral-

Kaidah-Kaedah
Khotbah-Khutbah
Karier-Karir
Kompleks-Komplek
Konferesi-konperensi
Konduite-Kondite
Konkret-Konkrit
Koordinasi-Koordinir
Konsepsional-Konsepsionil
Kualitas-Kwalitas
Kuitansi-Kwitansi
Kuantitas-Kwantitas
kata baku dan tidak baku
Lubang-Lobang

Manajemen-Managemen-
Memproklamasikan-Memproklamirkan-
Manajer-Manager-
Mencolok-Menyolok-
Mendefinisikan-Mendifinisikan-
Menerjemahkan-Menterjemahkan
Menerapkan-Menterapkan-
Mengelola-Melola-
Mengesampingkan-Mengenyampingkan-
Mengubah-Mengobah/merubah
Mengkritik-Mengeritik-
Menyukseskan-Mensukseskan-
Mesti-Musti
Motif-Motip
Metode-Metoda
Motivasi-Motifasi

Nasihat-Nasehat
November-Nopember
Narasumber-nara sumber

Objektif - obyektif
Objek - obyek
Ons-On-

Peletakan-Perletakan-
Persentase-Prosentase-
Penasihat-Penasehat-
Pertanggungjawaban-Pertanggung-jawab-
Problematic-Problimatik-
Psikotes-Psikotest-
Produktivitas-Produktifitas-

Risiko-Resiko-
Rezeki-Rejeki
Roboh-Rubuh

Saksama-Seksama
Selagi-Mumpung
Sekretaris-Sekertaris
Silakan-Silahkan
Sistematis-Sistimatis
Sintesis-Sintesa
Sistem-Sistim
Spiritual-Spiritual
Spesies-Spesis-
Standardisasi-Standarisasi
Stasiun-Setasiun-
Subjektif-Subyektip-
Subjek-Subyek-
Survei-Survai-
Syukur-Sukur-
Sutera-Sutra-
kata tidak baku
Tafsiran-Tapsiran-
Teknik-Tehnik-
Tarif-Tarip-
Telanjur-Terlanjur-
Telentang-Terlentang-
Telantar-Terlantar-
Telepon-Tilpun-
Terampil-Trampil-
Teoretis-Teoritis-
Tim-Team-
Tradisional-Tradisionil-
Ubah-Rubah
Trotoar-Trotoir-
Utang-Hutang
Varietas-Varitas-
Wujud-Ujud-
Wasalam-Wasallam-
Zaman-Jaman
Zona-Zone-
10. HURUF KAPITAL
1. Huruf kapital atau huruf besar dipakai sebagai huruf pertama kata pada awal kalimat.
Contoh penggunaan huruf kapital di awal kalimat:

 Panduan penulisan huruf kapital


 Contoh penulisan huruf kapital dalam kalimat
 Tata cara penulisan huruf kapital yang benar
 Dia membaca buku.
 Kita harus bekerja keras.
 Pekerjaan itu akan selesai dalam satu jam.
 Kita harus bekerja keras.
 Apa maksudnya?
 Penggunaan huruf besar dalam kaidah bahasa Indonesia
 Makalah penggunaan huruf kapital dan tanda baca
2. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama petikan langsung.

Contohnya:

 Adik bertanya, "Kapan kita pulang?"


 Orang itu menasihati anaknya, "Berhati-hatilah, Nak!"
 "Kemarin engkau terlambat," katanya.
 "Besok pagi," kata Ibu, "dia akan berangkat."
3. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama dalam kata dan ungkapan yang
berhubungan dengan agama, kitab suci, dan Tuhan, termasuk kata ganti untuk Tuhan.
Contohnya:

 Allah
 Islam
 Quran
 Katolik
 Protestan
 Injil
 Hindu
 Budha
 Weda
 Yang Mahakuasa
 Yang Maha Pengasih
 Yang Maha Penyayang
 Tuhan akan menunjukkan jalan kepada hamba-Nya.
 Bimbinglah hamba-Mu, ya Tuhan, ke jalan yang Engkau beri rahmat.

4. a. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama gelar kehormatan, keturunan,
dan keagamaan yang diikuti nama orang.

Contohnya:

 Nabi Adam
 Nabi Musa
 Nabi Isa
 Nabi Muhammad
 Imam Syafii
 Imam Hanafi
 Haji Joko Widodo
 Mahaputra Yamin
 Sultan Hasanuddin
 Haji Agus Salim
b. Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama gelar kehormatan, keturunan,
dan keagamaan yang tidak diikuti nama orang.
Contohnya:

 Dia baru saja diangkat menjadi sultan.


 Pada tahun ini dia pergi naik haji.
 Ilmunya belum seberapa, tetapi lagaknya sudah seperti kiai.
5. a. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama jabatan yang diikuti nama
orang, nama instansi, atau nama tempat yang digunakan sebagai pengganti nama orang
tertentu.

Contohnya:

 Presiden Soekarno
 Presiden Soeharto
 Presiden Bacharuddin Jusuf Habibie
 Presiden Abdurrahman Wahid
 Presiden Megawati Soekarnoputri
 Presiden Susilo Bambang Yudhoyono
 Presiden Joko Widodo
 Wakil Presiden Mohammad Hatta
 Wakil Presiden Adam Malik
 Wakil Presiden Sri Sultan Hamengkubuwono IX
 Wakil Presiden Umar Wirahadikusumah
 Wakil Presiden Sudharmono
 Wakil Presiden Try Sutrisno
 Wakil Presiden Hamzah Haz
 Wakil Presiden Boediono
 Wakil Presiden Jusuf Kalla
 Perdana Menteri Nehru
 Profesor Supomo
 Laksamana Muda Udara Husein Sastranegara
 Sekretaris Jenderal Departemen Pertanian
 Gubernur Jawa Tengah
b. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama jabatan atau nama instansi yang
merujuk kepada bentuk lengkapnya.

Contohnya:

 Sidang itu dipimpin oleh Presiden Republik Indonesia.


 Sidang itu dipimpin Presiden.
 Kegiatan itu sudah direncanakan oleh Departemen Pendidikan Nasional.
 Kegiatan itu sudah direncanakan oleh Departemen.
c. Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama jabatan dan pangkat yang
tidak merujuk kepada nama orang, nama instansi, atau nama tempat tertentu.

Contohnya:

 Berapa orang camat yang hadir dalam rapat itu?


 Devisi itu dipimpin oleh seorang mayor jenderal.
 Di setiap departemen terdapat seorang inspektur jenderal.
6. a. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur-unsur nama orang.

Contohnya:

 Amir Hamzah
 Dewi Sartika
 Wage Rudolf Supratman
 Halim Perdanakusumah
 Anies Baswedan
Catatan:

(1) Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama seperti pada de, van, dan der (dalam nama
Belanda), von (dalam nama Jerman), atau da (dalam nama Portugal).

Contohnya:

 J.J de Hollander
 J.P. van Bruggen
 H. van der Giessen
 Otto von Bismarck
 Vasco da Gama
(2) Dalam nama orang tertentu, huruf kapital tidak dipakai untuk menuliskan huruf pertama kata
bin atau binti.
Contohnya:

 Abdul Rahman bin Zaini


 Ibrahim bin Adham
 Siti Fatimah binti Salim
 Zaitun binti Zainal
b. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama singkatan nama orang yang digunakan
sebagai nama jenis atau satuan ukuran.

Contohnya:

 pascal second : Pas


 J/K atau JK-1 : joule per Kelvin
 N : Newton
c. Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama orang yang digunakan sebagai
nama jenis atau satuan ukuran.
Contohnya:

 mesin diesel
 20 volt
 5 ampere
7. a. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama bangsa, suku bangsa, dan bahasa.

Contohnya:

 bangsa Eskimo
 suku Sunda
 suku Sunda
 suku Batak
 bahasa Indonesia
 bahasa Inggris
b. Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama bangsa, suku, dan bahasa
yang digunakan sebagai bentuk dasar kata turunan.

Contohnya:

 pengindonesiaan kata asing


 keinggris-inggrisan
 kejawa-jawaan
8. a. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama tahun, bulan, hari, dan hari raya.

Contohnya:

 tahun Hijriah
 bulan Januari
 bulan Agustus
 hari Jumat
 hari Minggu
 hari Lebaran
 tarikh Masehi
 bulan Maulid
 hari Galungan
 hari Natal
b. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur-unsur nama peristiwa sejarah.

Contohnya:

 Perang Badar
 Perang Candu
 Perang Dunia I
 Proklamasi Kemerdekaan Indonesia
c. Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama peristiwa sejarah yang tidak
digunakan sebagai nama.

Contohnya:

 Soekarno dan Hatta memproklamasikan kemerdekaan bangsa Indonesia.


 Perlombaan senjata membawa risiko pecahnya perang dunia.
9. a. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur-unsur nama diri geografi.

Contohnya:

 Banyuwangi
 Asia Tenggara
 Cirebon
 Amerika Serikat
 Eropa
 Jawa Barat
 Jawa Tengah
 Jawa Timur
b. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur-unsur nama geografi yang diikuti
nama diri geografi.

Contohnya:

 Bukit Barisan
 Danau Toba
 Dataran Tinggi Dieng
 Gunung Semeru
 Jalan Diponegoro
 Jazirah Arab
 Ngarai Sianok
 Lembah Baliem
 Selat Lombok
 Pegunungan Jayawijaya
 Sungai Musi
 Tanjung Harapan
 Teluk Benggala
 Terusan Suez
c. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama diri atau nama diri geografi jika
kata yang mendahuluinya menggambarkan kekhasan budaya.

Contohnya:

 ukiran Jepara
 tari Melayu
 asinan Bogor
 pempek Palembang
 sarung M andar
 sate Mak Ajad
d. Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama unsur geografi yang tidak diikuti
oleh nama diri geografi.

Contohnya:

 berlayar ke teluk
 mandi di sungai
 menyeberangi selat
 berenang di danau
e. Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama diri geografi yang digunakan
sebagai penjelas nama jenis.

Contohnya:

 nangka belanda
 kunci inggris
 petai cina
 pisang ambon
10. a. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama semua unsur nama resmi negara,
lembaga resmi, lembaga ketatanegaraan, badan, dan nama dokumen resmi, kecuali kata
tugas, seperti dan, oleh, atau, dan untuk.

Contohnya:

 Republik Indonesia
 Departemen Keuangan
 Majelis Permusyawaratan Rakyat
 Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 57 Tahun 1972
 Badan Kesejahteraan Ibu dan Anak
b. Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama kata yang bukan nama resmi
negara, lembaga resmi, lembaga ketatanegaraan, badan, dan nama dokumen resmi.

Contohnya:

 beberapa badan hukum


 kerja sama antara pemerintah dan rakyat
 menjadi sebuah republik
 menurut undang-undang yang berlaku
Catatan:

Jika yang dimaksudkan ialah nama resmi negara, lembaga resmi, lembaga ketatanegaraan,
badan, dan dokumen resmi pemerintah dari negara tertentu, misalnya Indonesia, huruf awal kata
itu ditulis dengan huruf kapital.

Misalnya:

Pemberian gaji bulan ke-13 sudah disetujui Pemerintah. Tahun ini Departemen sedang menelaah
masalah itu. Surat itu telah ditandatangani oleh Direktur.

11. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama setiap unsur bentuk ulang sempurna
yang terdapat pada nama lembaga resmi, lembaga ketatanegaraan, badan, dokumen
resmi, dan judul karangan.

Contohnya:

 Perserikatan Bangsa-Bangsa
 Rancangan Undang-Undang Kepegawaian
 Yayasan Ilmu-Ilmu Sosial
 Dasar-Dasar Ilmu Pemerintahan.
12. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama semua kata (termasuk semua unsur kata
ulang sempurna) di dalam judul buku, majalah, surat kabar, dan makalah, kecuali kata
tugas seperti di, ke, dari, dan, yang, dan untuk yang tidak terletak pada posisi awal.

Contohnya:

 Saya telah membaca buku Dari Ave Maria ke Jalan Lain ke Roma.
 Bacalah majalah Bahasa dan Sastra.
 Dia adalah agen surat kabar Sinar Pembangunan.
 Ia menyelesaikan makalah "Asas-Asas Hukum Perdata".
13. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur singkatan nama gelar, pangkat,
dan sapaan yang digunakan dengan nama diri.
Contohnya:

 Dr. doktor
 S.E. sarjana ekonomi
 S.H. sarjana hukum
 S.S. sarjana sastra
 S.Kp. sarjana keperawatan
 M.A. master of arts
 M.Hum. magister humaniora
 Prof. profesor
 K.H. kiai haji
 Tn. tuan
 Ny. nyonya
 Sdr. saudara
Catatan:

Gelar akademik dan sebutan lulusan perguruan tinggi, termasuk singkatannya, diatur secara
khusus dalam Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor
036/U/1993.
14. a. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata penunjuk hubungan kekerabatan,
seperti bapak, ibu, saudara, kakak, adik, dan paman, yang digunakan dalam penyapaan
atau pengacuan.

Contohnya:

 Adik bertanya, "Itu apa, Bu?"


 Besok Paman akan datang.
 Surat Saudara sudah saya terima.
 "Kapan Bapak berangkat?" tanya Harto.
 "Silakan duduk, Dik!" kata orang itu.
b. Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama kata penunjuk hubungan
kekerabatan yang tidak digunakan dalam pengacuan atau penyapaan.

Contohnya:

 Kita harus menghormati bapak dan ibu kita.


 Semua kakak dan adik saya sudah berkeluarga.
 Dia tidak mempunyai saudara yang tinggal di Jakarta.
15. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata Anda yang digunakan dalam
penyapaan.
Contohnya:

 Sudahkah Anda tahu?


 Siapa nama Anda?
 Surat Anda telah kami terima dengan baik.
16. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama pada kata, seperti keterangan, catatan, dan
misalnya yang didahului oleh pernyataan lengkap dan diikuti oleh paparan yang berkaitan
dengan pernyataan lengkap itu.
11. TANDA BACA
Tanda Titik (.)
1. Tanda titik dipakai pada akhir kalimat yang bukan pertanyaan atau seruan.
Misalnya:
Ayahku tinggal di Solo.
Biarlah mereka duduk di sana.
Dia menanyakan siapa yang akan datang.
Catatan:
Tanda titik tidak digunakan pada akhir kalimat yang unsur akhirnya sudah bertanda
titik. (Lihat juga Bab III, Huruf I.)
Misalnya:
Buku itu disusun oleh Drs. Sudjatmiko, M.A.
Dia memerlukan meja, kursi, dsb.
Dia mengatakan, "kaki saya sakit."
2. Tanda titik dipakai di belakang angka atau huruf dalam suatu bagan, ikhtisar, atau
daftar.
Misalnya:
a. III. Departemen Pendidikan Nasional
A. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi
B. Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan
Menengah
1. Direktorat Pendidikan Anak Usia Dini
2. ...
b. 1. Patokan Umum
1.1 Isi Karangan
1.2 Ilustrasi
1.2.1 Gambar Tangan
1.2.2 Tabel
1.2.3 Grafik
2. Patokan Khusus
2.1 ...
2.2 ...

Catatan:
Tanda titik tidak dipakai di belakang angka atau huruf dalam suatu bagan atau ikhtisar
jika angka atau huruf itu merupakan yang terakhir dalam deretan angka atau huruf.
3. Tanda titik dipakai untuk memisahkan angka jam, menit, dan detik yang menunjukkan
waktu.
Misalnya:
pukul 1.35.20 (pukul 1 lewat 35 menit 20 detik atau pukul 1, 35 menit, 20 detik)
Catatan:
Penulisan waktu dengan angka dapat mengikuti salah satu cara berikut.
(1) Penulisan waktu dengan angka dalam sistem 12 dapat dilengkapi dengan
keterangan pagi, siang, sore, atau malam.
Misalnya:
pukul 9.00 pagi

pukul 11.00 siang


pukul 5.00 sore
pukul 8.00 malam
(2) Penulisan waktu dengan angka dalam sistem 24 tidak memerlukan
keterangan pagi, siang, atau malam.
Misalnya:
pukul 00.45
pukul 07.30
pukul 11.00
pukul 17.00
pukul 22.00
4. Tanda titik dipakai untuk memisahkan angka jam, menit, dan detik yang menunjukkan
jangka waktu.
Misalnya:
1.35.20 jam (1 jam, 35 menit, 20 detik)
0.20.30 jam (20 menit, 30 detik)
0.0.30 jam (30 detik)
5. Tanda titik dipakai dalam daftar pustaka di antara nama penulis, judul tulisan yang
tidak berakhir dengan tanda tanya atau tanda seru, dan tempat terbit.
Misalnya:
Alwi, Hasan, Soenjono Dardjowidjojo, Hans Lapoliwa, dan Anton Siregar, Merari.
1920. Azab dan Sengsara. Weltevreden: Balai Poestaka.
Catatan:
Urutan informasi mengenai daftar pustaka tergantung pada lembaga yang
bersangkutan.
6. Tanda titik dipakai untuk memisahkan bilangan ribuan atau kelipatannya yang
menunjukkan jumlah.
Misalnya:
Desa itu berpenduduk 24.200 orang.
Siswa yang lulus masuk perguruan tinggi negeri 12.000 orang.
Penduduk Jakarta lebih dari 11.000.000 orang.
Catatan:
(1) Tanda titik tidak dipakai untuk memisahkan bilangan ribuan atau
kelipatannya yang tidak menunjukkan jumlah.
Misalnya:
Dia lahir pada tahun 1956 di Bandung.
Lihat halaman 2345 dan seterusnya.
Nomor gironya 5645678.
(2) Tanda titik tidak dipakai pada akhir judul yang merupakan kepala
karangan atau kepala ilustrasi, tabel, dan sebagainya.
Misalnya:
Acara Kunjungan Menteri Pendidikan Nasional
Bentuk dan Kedaulatan (Bab I UUD 1945)
Salah Asuhan
(3) Tanda titik tidak dipakai di belakang (a) nama dan alamat penerima surat,
(b) nama dan alamat pengirim surat, dan (c) di belakang tanggal surat.
Misalnya:
Yth. Kepala Kantor Penempatan Tenaga

Jalan Cikini 71
Jakarta
Yth. Sdr. Moh. Hasan
Jalan Arif Rahmad 43
Palembang
Adinda
Jalan Diponegoro 82
Jakarta
21 April 2008
(4) Pemisahan bilangan ribuan atau kelipatannya dan desimal dilakukan
sebagai berikut.
Rp200.250,75 $ 50,000.50
8.750 m 8,750 m

7. Tanda titik dipakai pada penulisan singkatan (Lihat Bab II, Huruf H.)
B. Tanda Koma (,)
1. Tanda koma dipakai di antara unsur unsur dalam suatu perincian atau pembilangan.
Misalnya:
Saya membeli kertas, pena, dan tinta.
Surat biasa, surat kilat, ataupun surat kilat khusus memerlukan prangko.
Satu, dua, ... tiga!
2. Tanda koma dipakai untuk memisahkan kalimat setara yang satu dari kalimat setara
berikutnya yang didahului dengan kata seperti tetapi, melainkan, sedangkan,
dan kecuali.
Misalnya:
Saya akan membeli buku-buku puisi, tetapi kau yang memilihnya.
Ini bukan buku saya, melainkan buku ayah saya.
Dia senang membaca cerita pendek, sedangkan adiknya suka membaca puisi
Semua mahasiswa harus hadir, kecuali yang tinggal di luar kota.
3. Tanda koma dipakai untuk memisahkan anak kalimat dari induk kalimat jika anak
kalimat itu mendahului induk kalimatnya.
Misalnya:
Kalau ada undangan, saya akan datang.
Karena tidak congkak, dia mempunyai banyak teman.
Agar memiliki wawasan yang luas, kita harus banyak membaca buku.
Catatan:
Tanda koma tidak dipakai untuk memisahkan anak kalimat dari induk kalimat jika
anak kalimat itu mengiringi induk kalimatnya.
Misalnya:
Saya akan datang kalau ada undangan.
Dia mempunyai banyak teman karena tidak congkak.
Kita harus membaca banyak buku agar memiliki wawasan yang luas.
4. Tanda koma dipakai di belakang kata atau ungkapan penghubung antarkalimat yang
terdapat pada awal kalimat, seperti oleh karena itu, jadi, dengan demikian, sehubungan
dengan itu, dan meskipun begitu.
Misalnya:

Anak itu rajin dan pandai. Oleh karena itu, dia memperoleh beasiswa belajar di luar
negeri.
Anak itu memang rajin membaca sejak kecil. Jadi, wajar kalau dia menjadi bintang
pelajar
Meskipun begitu, dia tidak pernah berlaku sombong kepada siapapun.
Catatan:
Ungkapan penghubung antarkalimat, seperti oleh karena itu, jadi, dengan
demikian, sehubungan dengan itu, dan meskipun begitu, tidak dipakai pada awal
paragraf.
5. Tanda koma dipakai untuk memisahkan kata seru, seperti o, ya, wah, aduh,
dan kasihan, atau kata-kata yang digunakan sebagai sapaan, seperti Bu, Dik,
atau Mas dari kata lain yang terdapat di dalam kalimat.
Misalnya:
O, begitu?
Wah, bukan main!
Hati hati, ya, jalannya licin.
Mas, kapan pulang?
Mengapa kamu diam, Dik?
Kue ini enak, Bu.
6. Tanda koma dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain dalam
kalimat. (Lihat juga pemakaian tanda petik, Bab III, Huruf J dan K.)
Misalnya:
Kata Ibu, "Saya gembira sekali."
"Saya gembira sekali," kata Ibu, "karena lulus ujian."
7. Tanda koma tidak dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain yang
mengiringinya dalam kalimat jika petikan langsung itu berakhir dengan tanda tanya
atau tanda seru.
Misalnya:
"Di mana Saudara tinggal?" tanya Pak Guru.
"Masuk ke kelas sekarang!" perintahnya.
8. Tanda koma dipakai di antara (a) nama dan alamat, (b) bagian bagian alamat, (c)
tempat dan tanggal, serta (d) nama tempat dan wilayah atau negeri yang ditulis
berurutan.
Misalnya:
Sdr. Abdullah, Jalan Pisang Batu 1, Bogor
Dekan Fakultas Kedokteran, Universitas Indonesia, Jalan Salemba Raya 6, Jakarta
Surabaya, 10 Mei 1960
Tokyo, Jepang.
9. Tanda koma dipakai untuk memisahkan bagian nama yang dibalik susunannya dalam
daftar pustaka.
Misalnya:
Gunawan, Ilham. 1984. Kamus Politik Internasional. Jakarta: Restu Agung.
Halim, Amran (Ed.) 1976. Politik Bahasa Nasional. Jilid 1. Jakarta: Pusat Bahasa.
Junus, H. Mahmud. 1973. Kamus Arab-Indonesia. Jakarta: Yayasan Penyelenggara
Penerjemah/Penafsir Alquran
Sugono, Dendy. 2009. Mahir Berbahasa Indonesia dengan Benar. Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama

10. Tanda koma dipakai di antara bagian bagian dalam catatan kaki atau catatan akhir.
Misalnya:
Alisjahbana, S. Takdir, Tata Bahasa Baru Bahasa Indonesia. Jilid 2 (Jakarta: Pustaka
Rakyat, 1950), hlm. 25.
Hilman, Hadikusuma, Ensiklopedi Hukum Adat dan Adat Budaya
Indonesia (Bandung: Alumni, 1977), hlm. 12.
Poerwadarminta, W.J.S. Bahasa Indonesia untuk Karang-mengarang (Jogjakarta: UP
Indonesia, 1967), hlm. 4.
11. Tanda koma dipakai di antara nama orang dan gelar akademik yang mengikutinya
untuk membedakannya dari singkatan nama diri, keluarga, atau marga.
Misalnya:
B. Ratulangi, S.E.
Ny. Khadijah, M.A.
Bambang Irawan, S.H.
Siti Aminah, S.E., M.M.
Catatan:
Bandingkan Siti Khadijah, M.A. dengan Siti Khadijah M.A. (Siti Khadijah Mas
Agung).
12. Tanda koma dipakai di muka angka desimal atau di antara rupiah dan sen yang
dinyatakan dengan angka.
Misalnya:
12,5 m
27,3 kg
Rp500,50
Rp750,00
Catatan:
Bandingkan dengan penggunaan tanda titik yang dimulai dengan angka desimal atau
di antara dolar dan sen.
13. Tanda koma dipakai untuk mengapit keterangan tambahan yang sifatnya tidak
membatasi. (Lihat juga pemakaian tanda pisah, Bab III, Huruf F.)
Misalnya:
Guru saya, Pak Ahmad, pandai sekali.
Di daerah kami, misalnya, masih banyak orang laki-laki yang makan sirih.
Semua siswa, baik laki-laki maupun perempuan, mengikuti latihan paduan suara.
Catatan:
Bandingkan dengan keterangan pewatas yang pemakaiannya tidak diapit dengan
tanda koma.
Misalnya:
Semua siswa yang lulus ujian akan mendapat ijazah.
14. Tanda koma dapat dipakai–untuk menghindari salah baca/salah pengertian–di
belakang keterangan yang terdapat pada awal kalimat.
Misalnya:
Dalam pengembangan bahasa, kita dapat memanfaatkan bahasa-bahasa di kawasan
nusantara ini.
Atas perhatian Saudara, kami ucapan terima kasih.
Bandingkan dengan:
Kita dapat memanfaatkan bahasa-bahasa di kawasan nusantara ini dalam
pengembangan kosakata.
Kami ucapkan terima kasih atas perhatian Saudara.
C. Tanda Titik Koma (;)
1. Tanda titik koma dipakai sebagai pengganti kata penghubung untuk memisahkan
kalimat yang setara di dalam kalimat majemuk setara.
Misalnya:
Hari sudah malam; anak anak masih membaca buku buku yang baru dibeli ayahnya.
Ayah mengurus tanaman di kebun; Ibu menulis makalah di ruang kerjanya; Adik
membaca di teras depan; saya sendiri asyik memetik gitar menyanyikan puisi-puisi
penyair kesayanganku.
2. Tanda titik koma digunakan untuk mengakhiri pernyataan perincian dalam kalimat
yang berupa frasa atau kelompok kata. Dalam hubungan itu, sebelum perincian
terakhir tidak perlu digunakan kata dan.
Misalnya:
Syarat syarat penerimaan pegawai negeri sipil di lembaga ini:
(1) berkewarganegaraan Indonesia;
(2) berijazah sarjana S1 sekurang-kurangnya;
(3) berbadan sehat;
(4) bersedia ditempatkan di seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik
Indonesia.

3. Tanda titik koma digunakan untuk memisahkan dua kalimat setara atau lebih apabila
unsur-unsur setiap bagian itu dipisah oleh tanda baca dan kata hubung.
Misalnya:
Ibu membeli buku, pensil, dan tinta; baju, celana, dan kaos; pisang, apel, dan jeruk.
Agenda rapat ini meliputi pemilihan ketua, sekretaris, dan bendahara; penyusunan
anggaran dasar, anggaran rumah tangga, dan program kerja; pendataan anggota,
dokumentasi, dan aset organisasi.
D. Tanda Titik Dua (:)
1. Tanda titik dua dipakai pada akhir suatu pernyataan lengkap yang diikuti rangkaian
atau pemerian.
Misalnya:
Kita sekarang memerlukan perabot rumah tangga: kursi, meja, dan lemari.
Hanya ada dua pilihan bagi para pejuang kemerdekaan: hidup atau mati.
Catatan:
Tanda titik dua tidak dipakai jika rangkaian atau pemerian itu merupakan pelengkap
yang mengakhiri pernyataan.
Misalnya:
Kita memerlukan kursi, meja, dan lemari.
Fakultas itu mempunyai Jurusan Ekonomi Umum dan Jurusan Ekonomi Perusahaan.
2. Tanda titik dua dipakai sesudah kata atau ungkapan yang memerlukan pemerian.
Misalnya:
a. Ketua : Ahmad Wijaya
Sekretaris : Siti Aryani
Bendahara : Aulia Arimbi

b. Tempat : Ruang Sidang Nusantara


Pembawa Acara : Bambang S.
Hari, tanggal : Selasa, 28 Oktober 2008
Waktu : 09.00—10.30

3. Tanda titik dua dapat dipakai dalam naskah drama sesudah kata yang menunjukkan
pelaku dalam percakapan.
Misalnya:
Ibu : "Bawa kopor ini, Nak!"
Amir : "Baik, Bu."
Ibu : "Jangan lupa. Letakkan baik baik!"

4. Tanda titik dua dipakai di antara (a) jilid atau nomor dan halaman, (b) bab dan ayat
dalam kitab suci, (c) judul dan anak judul suatu karangan, serta (d) nama kota dan
penerbit buku acuan dalam karangan.
Misalnya:
Horison, XLIII, No. 8/2008: 8
Surah Yasin: 9
Dari Pemburu ke Terapeutik: Antologi Cerpen Nusantara
Pedoman Umum Pembentukan Istilah Edisi Ketiga. Jakarta: Pusat Bahasa
E. Tanda Hubung (-)
1. Tanda hubung menyambung suku-suku kata yang terpisah oleh pergantian baris.
Misalnya:
Di samping cara lama diterapkan juga ca-
ra baru ....
Sebagaimana kata peribahasa, tak ada ga-
ding yang takretak.
2. Tanda hubung menyambung awalan dengan bagian kata yang mengikutinya atau
akhiran dengan bagian kata yang mendahuluinya pada pergantian baris.
Misalnya:
Kini ada cara yang baru untuk meng-
ukur panas.
Kukuran baru ini memudahkan kita me-
ngukur kelapa.
Senjata ini merupakan sarana pertahan-
an yang canggih.
3. Tanda hubung digunakan untuk menyambung unsur-unsur kata ulang.
Misalnya:
anak-anak
berulang-ulang
kemerah-merahan
4. Tanda hubung digunakan untuk menyambung bagian-bagian tanggal dan huruf dalam
kata yang dieja satu-satu.
Misalnya:
8-4-2008
p-a-n-i-t-i-a
5. Tanda hubung boleh dipakai untuk memperjelas (a) hubungan bagian-bagian kata atau
ungkapan dan (b) penghilangan bagian frasa atau kelompok kata.
Misalnya:

ber-evolusi
dua-puluh ribuan (20 x 1.000)
tanggung-jawab-dan-kesetiakawanan sosial (tanggung jawab sosial dan
kesetiakawanan sosial)
Karyawan boleh mengajak anak-istri ke acara pertemuan besok.
Bandingkan dengan:
be-revolusi
dua-puluh-ribuan (1 x 20.000)
tanggung jawab dan kesetiakawanan sosial
6. Tanda hubung dipakai untuk merangkai:
a. se- dengan kata berikutnya yang dimulai dengan huruf kapital,
b. ke- dengan angka,
c. angka dengan -an,
d. kata atau imbuhan dengan singkatan berhuruf kapital,
e. kata ganti yang berbentuk imbuhan, dan
f. gabungan kata yang merupakan kesatuan.

Misalnya:
se-Indonesia
peringkat ke-2
tahun 1950-an
hari-H
sinar-X
mem-PHK-kan
ciptaan-Nya
atas rahmat-Mu
Bandara Sukarno-Hatta
alat pandang-dengar
7. Tanda hubung dipakai untuk merangkai unsur bahasa Indonesia dengan unsur bahasa
asing.
Misalnya:
di-smash
di-mark-up
pen-tackle-an
F. Tanda Pisah (–)
1. Tanda pisah dipakai untuk membatasi penyisipan kata atau kalimat yang memberi
penjelasan di luar bangun utama kalimat.
Misalnya:
Kemerdekaan itu—hak segala bangsa—harus dipertahankan.
Keberhasilan itu–saya yakin–dapat dicapai kalau kita mau berusaha keras.
2. Tanda pisah dipakai untuk menegaskan adanya keterangan aposisi atau keterangan
yang lain sehingga kalimat menjadi lebih jelas.
Misalnya:
Rangkaian temuan ini–evolusi, teori kenisbian, dan kini juga pembelahan atom–telah
mengubah konsepsi kita tentang alam semesta.
Gerakan Pengutamaan Bahasa Indonesia–amanat Sumpah Pemuda–harus terus
ditingkatkan.
3. Tanda pisah dipakai di antara dua bilangan, tanggal, atau tempat dengan arti 'sampai
dengan' atau 'sampai ke'.

Misalnya:
Tahun 1928–2008
Tanggal 5–10 April 2008
Jakarta–Bandung
Catatan:
(1) Tanda pisah tunggal dapat digunakan untuk memisahkan keterangan
tambahan pada akhir kalimat.
Misalnya:
Kita memerlukan alat tulis–pena, pensil, dan kertas.
(Bandingkan dengan Bab III, Huruf D, kaidah 1.)
(2) Dalam pengetikan, tanda pisah dinyatakan dengan dua buah tanda hubung
tanpa spasi sebelum dan sesudahnya.

G. Tanda Tanya (?)


1. Tanda tanya dipakai pada akhir kalimat tanya.
Misalnya:
Kapan dia berangkat?
Saudara tahu, bukan?
2. Tanda tanya dipakai di dalam tanda kurung untuk menyatakan bagian kalimat yang
disangsikan atau yang kurang dapat dibuktikan kebenarannya.
Misalnya:
Dia dilahirkan pada tahun 1963 (?).
Uangnya sebanyak 10 juta rupiah (?) hilang.
H. Tanda Seru (!)
Tanda seru dipakai untuk mengakhiri ungkapan atau pernyataan yang berupa seruan atau
perintah yang menggambarkan kesungguhan, ketidakpercayaan, ataupun emosi yang kuat.
Misalnya:
Alangkah indahnya taman laut ini!
Bersihkan kamar itu sekarang juga!
Sampai hati benar dia meninggalkan istrinya!
Merdeka!
I. Tanda Elipsis (...)
1. Tanda elipsis dipakai dalam kalimat yang terputus-putus.
Misalnya:
Kalau begitu ..., marilah kita laksanakan.
Jika Saudara setuju dengan harga itu ..., pembayarannya akan segera kami lakukan.
2. Tanda elipsis dipakai untuk menunjukkan bahwa dalam suatu kalimat atau naskah ada
bagian yang dihilangkan.
Misalnya:
Sebab-sebab kemerosotan ... akan diteliti lebih lanjut.
Pengetahuan dan pengalaman kita ... masih sangat terbatas.
Catatan:
(1) Tanda elipsis itu didahului dan diikuti dengan spasi.
(2) Jika bagian yang dihilangkan mengakhiri sebuah kalimat, perlu dipakai 4
tanda titik: 3 tanda titik untuk menandai penghilangan teks dan 1 tanda
titik untuk menandai akhir kalimat.

(3) Tanda elipsis pada akhir kalimat tidak diikuti dengan spasi.
Misalnya:
Dalam tulisan, tanda baca harus digunakan dengan cermat ....

J. Tanda Petik (" ")


1. Tanda petik dipakai untuk mengapit petikan langsung yang berasal dari pembicaraan,
naskah, atau bahan tertulis lain.
Misalnya:
Pasal 36 UUD 1945 menyatakan, "Bahasa negara ialah bahasa Indonesia. "
Ibu berkata, "Paman berangkat besok pagi. "
"Saya belum siap," kata dia, "tunggu sebentar!"
2. Tanda petik dipakai untuk mengapit judul puisi, karangan, atau bab buku yang dipakai
dalam kalimat.
Misalnya:
Sajak "Pahlawanku" terdapat pada halaman 5 buku itu.
Saya sedang membaca "Peningkatan Mutu Daya Ungkap Bahasa Indonesia" dalam
buku Bahasa Indonesia Menuju Masyarakat Madani.
Bacalah "Penggunaan Tanda Baca" dalam buku Pedoman Umum Ejaan Bahasa
Indonesia yang Disempurnakan.
"Makalah "Pembentukan Insan Cerdas Kompetitif" menarik perhatian peserta seminar.
3. Tanda petik dipakai untuk mengapit istilah ilmiah yang kurang dikenal atau kata yang
mempunyai arti khusus.
Misalnya:
Pekerjaan itu dilaksanakan dengan cara "coba dan ralat" saja.
Dia bercelana panjang yang di kalangan remaja dikenal dengan nama "cutbrai".
Catatan:
(1) Tanda petik penutup mengikuti tanda baca yang mengakhiri petikan
langsung.
Misalnya:
Kata dia, "Saya juga minta satu."
Dia bertanya, "Apakah saya boleh ikut?"
(2) Tanda baca penutup kalimat atau bagian kalimat ditempatkan di belakang
tanda petik yang mengapit kata atau ungkapan yang dipakai dengan arti
khusus pada ujung kalimat atau bagian kalimat.
Misalnya:
Bang Komar sering disebut "pahlawan"; ia sendiri tidak tahu sebabnya.
Karena warna kulitnya, dia mendapat julukan "Si Hitam".
(3) Tanda petik pembuka dan tanda petik penutup pada pasangan tanda petik
itu ditulis sama tinggi di sebelah atas baris.
(4) Tanda petik (") dapat digunakan sebagai pengganti idem atau sda. (sama
dengan di atas) atau kelompok kata di atasnya dalam penyajian yang
berbentuk daftar.
Misalnya:
zaman jaman
bukan
asas azas
"
plaza plasa
"
jadwal jadual
"
bus bis
"

K. Tanda Petik Tunggal (' ')


1. Tanda petik tunggal dipakai untuk mengapit petikan yang terdapat di dalam petikan
lain.
Misalnya:
Tanya dia, "Kaudengar bunyi 'kring kring' tadi?"
"Waktu kubuka pintu depan, kudengar teriak anakku, 'Ibu, Bapak pulang', dan rasa
letihku lenyap seketika," ujar Pak Hamdan.
2. Tanda petik tunggal dipakai untuk mengapit makna kata atau ungkapan.
Misalnya:
terpandai 'paling' pandai
retina 'dinding mata sebelah dalam'
mengambil langkah seribu 'lari pontang panting'
'sombong, angkuh'

3. Tanda petik tunggal dipakai untuk mengapit makna, kata atau ungkapan bahasa daerah
atau bahasa asing (Lihat pemakaian tanda kurung, Bab III, Huruf M)
Misalnya:
feed-back 'balikan'
dress rehearsal 'geladi bersih'
tadulako 'panglima'

L. Tanda Kurung (( ))
1. Tanda kurung dipakai untuk mengapit tambahan keterangan atau penjelasan.
Misalnya:
Anak itu tidak memiliki KTP (kartu tanda penduduk).
Dia tidak membawa SIM (surat izin mengemudi).
Catatan:
Dalam penulisan didahulukan bentuk lengkap setelah itu bentuk singkatnya.
Misalnya:
Saya sedang mengurus perpanjangan kartu tanda penduduk (KTP). KTP itu merupakan
tanda pengenal dalam berbagai keperluan.
2. Tanda kurung dipakai untuk mengapit keterangan atau penjelasan yang bukan bagian
utama kalimat.
Misalnya:
Sajak Tranggono yang berjudul "Ubud" (nama tempat yang terkenal di Bali) ditulis
pada tahun 1962.
Keterangan itu (lihat Tabel 10) menunjukkan arus perkembangan baru pasar dalam
negeri.
3. Tanda kurung dipakai untuk mengapit huruf atau kata yang kehadirannya di dalam teks
dapat dihilangkan.
Misalnya:
Kata cocaine diserap ke dalam bahasa Indonesia menjadi kokain(a).
Pejalan kaki itu berasal dari (Kota) Surabaya.
4. Tanda kurung dipakai untuk mengapit angka atau huruf yang memerinci urutan
keterangan.
Misalnya:
Faktor produksi menyangkut masalah (a) bahan baku, (b) biaya produksi, dan (c)
tenaga kerja.

Dia harus melengkapi berkas lamarannya dengan melampirkan (1) akta kelahiran, (2)
ijazah terakhir, dan (3) surat keterangan kesehatan.
Catatan:
Tanda kurung tunggal dapat dipakai untuk mengiringi angka atau huruf yang
menyatakan perincian yang disusun ke bawah.
Misalnya:
Kemarin kakak saya membeli
1) buku,
2) pensil, dan
3) tas sekolah.
Dia senang dengan mata pelajaran
a) fisika,
b) biologi, dan
c) kimia.

M. Tanda Kurung Siku ([ ])


1. Tanda kurung siku dipakai untuk mengapit huruf, kata, atau kelompok kata sebagai
koreksi atau tambahan pada kalimat atau bagian kalimat yang ditulis orang lain. Tanda
itu menyatakan bahwa kesalahan atau kekurangan itu memang terdapat di dalam
naskah asli.
Misalnya:
Sang Sapurba men[d]engar bunyi gemerisik.
Ia memberikan uang [kepada] anaknya.
Ulang tahun [hari kemerdekaan] Republik Indonesia jatuh pada hari Selasa.
2. Tanda kurung siku dipakai untuk mengapit keterangan dalam kalimat penjelas yang
sudah bertanda kurung.
Misalnya:
Persamaan kedua proses ini (perbedaannya dibicarakan di dalam Bab II [lihat halaman
35–38]) perlu dibentangkan di sini.
N. Tanda Garis Miring (/)
1. Tanda garis miring dipakai di dalam nomor surat, nomor pada alamat, dan penandaan
masa satu tahun yang terbagi dalam dua tahun takwim atau tahun ajaran.
Misalnya:
No. 7/PK/2008
Jalan Kramat III/10
tahun ajaran 2008/2009
2. Tanda garis miring dipakai sebagai pengganti kata atau, tiap, dan ataupun.
Misalnya:
dikirimkan lewat darat/laut 'dikirimkan lewat darat atau lewat laut'
harganya Rp1.500,00/lembar 'harganya Rp1.500,00 tiap lembar'
tindakan penipuan dan/atau 'tindakan penipuan dan penganiayaan,
penganiayaan tindakan penipuan, atau
tindakan penganiayaan'

Catatan:
Tanda garis miring ganda (//) dapat digunakan untuk membatasi penggalan-penggalan
dalam kalimat untuk memudahkan pembacaan naskah.
O. Tanda Penyingkat atau Apostrof (')
Tanda penyingkat menunjukkan penghilangan bagian kata atau bagian angka tahun.
Dia 'kan sudah kusurati. ('kan = bukan)
Malam 'lah tiba. ('lah = telah)
1 Januari '08 ('08 = 1988)

PEMAKAIAN TANDA BACA

A. Tanda Titik (.)


1. Tanda titik dipakai pada akhir kalimat yang bukan pertanyaan atau seruan.
Misalnya:
Ayahku tinggal di Solo.
Biarlah mereka duduk di sana.
Dia menanyakan siapa yang akan datang.
Catatan:
Tanda titik tidak digunakan pada akhir kalimat yang unsur akhirnya sudah bertanda
titik. (Lihat juga Bab III, Huruf I.)
Misalnya:
Buku itu disusun oleh Drs. Sudjatmiko, M.A.
Dia memerlukan meja, kursi, dsb.
Dia mengatakan, "kaki saya sakit."
2. Tanda titik dipakai di belakang angka atau huruf dalam suatu bagan, ikhtisar, atau
daftar.
Misalnya:
a. III. Departemen Pendidikan Nasional
A. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi
B. Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan
Menengah
1. Direktorat Pendidikan Anak Usia Dini
2. ...
b. 1. Patokan Umum
1.1 Isi Karangan
1.2 Ilustrasi
1.2.1 Gambar Tangan
1.2.2 Tabel
1.2.3 Grafik
2. Patokan Khusus
2.1 ...
2.2 ...

Catatan:
Tanda titik tidak dipakai di belakang angka atau huruf dalam suatu bagan atau ikhtisar
jika angka atau huruf itu merupakan yang terakhir dalam deretan angka atau huruf.
3. Tanda titik dipakai untuk memisahkan angka jam, menit, dan detik yang menunjukkan
waktu.
Misalnya:
pukul 1.35.20 (pukul 1 lewat 35 menit 20 detik atau pukul 1, 35 menit, 20 detik)
Catatan:
Penulisan waktu dengan angka dapat mengikuti salah satu cara berikut.
(1) Penulisan waktu dengan angka dalam sistem 12 dapat dilengkapi dengan
keterangan pagi, siang, sore, atau malam.
Misalnya:
pukul 9.00 pagi

pukul 11.00 siang


pukul 5.00 sore
pukul 8.00 malam
(2) Penulisan waktu dengan angka dalam sistem 24 tidak memerlukan
keterangan pagi, siang, atau malam.
Misalnya:
pukul 00.45
pukul 07.30
pukul 11.00
pukul 17.00
pukul 22.00

4. Tanda titik dipakai untuk memisahkan angka jam, menit, dan detik yang menunjukkan
jangka waktu.
Misalnya:
1.35.20 jam (1 jam, 35 menit, 20 detik)
0.20.30 jam (20 menit, 30 detik)
0.0.30 jam (30 detik)
5. Tanda titik dipakai dalam daftar pustaka di antara nama penulis, judul tulisan yang
tidak berakhir dengan tanda tanya atau tanda seru, dan tempat terbit.
Misalnya:
Alwi, Hasan, Soenjono Dardjowidjojo, Hans Lapoliwa, dan Anton Siregar, Merari.
1920. Azab dan Sengsara. Weltevreden: Balai Poestaka.
Catatan:
Urutan informasi mengenai daftar pustaka tergantung pada lembaga yang
bersangkutan.
6. Tanda titik dipakai untuk memisahkan bilangan ribuan atau kelipatannya yang
menunjukkan jumlah.
Misalnya:
Desa itu berpenduduk 24.200 orang.
Siswa yang lulus masuk perguruan tinggi negeri 12.000 orang.
Penduduk Jakarta lebih dari 11.000.000 orang.
Catatan:
(1) Tanda titik tidak dipakai untuk memisahkan bilangan ribuan atau
kelipatannya yang tidak menunjukkan jumlah.
Misalnya:
Dia lahir pada tahun 1956 di Bandung.
Lihat halaman 2345 dan seterusnya.
Nomor gironya 5645678.
(2) Tanda titik tidak dipakai pada akhir judul yang merupakan kepala
karangan atau kepala ilustrasi, tabel, dan sebagainya.
Misalnya:
Acara Kunjungan Menteri Pendidikan Nasional
Bentuk dan Kedaulatan (Bab I UUD 1945)
Salah Asuhan
(3) Tanda titik tidak dipakai di belakang (a) nama dan alamat penerima surat,
(b) nama dan alamat pengirim surat, dan (c) di belakang tanggal surat.
Misalnya:
Yth. Kepala Kantor Penempatan Tenaga

Jalan Cikini 71
Jakarta
Yth. Sdr. Moh. Hasan
Jalan Arif Rahmad 43
Palembang
Adinda
Jalan Diponegoro 82
Jakarta
21 April 2008
(4) Pemisahan bilangan ribuan atau kelipatannya dan desimal dilakukan
sebagai berikut.
Rp200.250,75 $ 50,000.50
8.750 m 8,750 m

7. Tanda titik dipakai pada penulisan singkatan (Lihat Bab II, Huruf H.)
B. Tanda Koma (,)
1. Tanda koma dipakai di antara unsur unsur dalam suatu perincian atau pembilangan.
Misalnya:
Saya membeli kertas, pena, dan tinta.
Surat biasa, surat kilat, ataupun surat kilat khusus memerlukan prangko.
Satu, dua, ... tiga!
2. Tanda koma dipakai untuk memisahkan kalimat setara yang satu dari kalimat setara
berikutnya yang didahului dengan kata seperti tetapi, melainkan, sedangkan,
dan kecuali.
Misalnya:
Saya akan membeli buku-buku puisi, tetapi kau yang memilihnya.
Ini bukan buku saya, melainkan buku ayah saya.
Dia senang membaca cerita pendek, sedangkan adiknya suka membaca puisi
Semua mahasiswa harus hadir, kecuali yang tinggal di luar kota.
3. Tanda koma dipakai untuk memisahkan anak kalimat dari induk kalimat jika anak
kalimat itu mendahului induk kalimatnya.
Misalnya:
Kalau ada undangan, saya akan datang.
Karena tidak congkak, dia mempunyai banyak teman.
Agar memiliki wawasan yang luas, kita harus banyak membaca buku.
Catatan:
Tanda koma tidak dipakai untuk memisahkan anak kalimat dari induk kalimat jika
anak kalimat itu mengiringi induk kalimatnya.
Misalnya:
Saya akan datang kalau ada undangan.
Dia mempunyai banyak teman karena tidak congkak.
Kita harus membaca banyak buku agar memiliki wawasan yang luas.
4. Tanda koma dipakai di belakang kata atau ungkapan penghubung antarkalimat yang
terdapat pada awal kalimat, seperti oleh karena itu, jadi, dengan demikian, sehubungan
dengan itu, dan meskipun begitu.
Misalnya:

Anak itu rajin dan pandai. Oleh karena itu, dia memperoleh beasiswa belajar di luar
negeri.
Anak itu memang rajin membaca sejak kecil. Jadi, wajar kalau dia menjadi bintang
pelajar
Meskipun begitu, dia tidak pernah berlaku sombong kepada siapapun.
Catatan:
Ungkapan penghubung antarkalimat, seperti oleh karena itu, jadi, dengan
demikian, sehubungan dengan itu, dan meskipun begitu, tidak dipakai pada awal
paragraf.
5. Tanda koma dipakai untuk memisahkan kata seru, seperti o, ya, wah, aduh,
dan kasihan, atau kata-kata yang digunakan sebagai sapaan, seperti Bu, Dik,
atau Mas dari kata lain yang terdapat di dalam kalimat.
Misalnya:
O, begitu?
Wah, bukan main!
Hati hati, ya, jalannya licin.
Mas, kapan pulang?
Mengapa kamu diam, Dik?
Kue ini enak, Bu.
6. Tanda koma dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain dalam
kalimat. (Lihat juga pemakaian tanda petik, Bab III, Huruf J dan K.)
Misalnya:
Kata Ibu, "Saya gembira sekali."
"Saya gembira sekali," kata Ibu, "karena lulus ujian."
7. Tanda koma tidak dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain yang
mengiringinya dalam kalimat jika petikan langsung itu berakhir dengan tanda tanya
atau tanda seru.
Misalnya:
"Di mana Saudara tinggal?" tanya Pak Guru.
"Masuk ke kelas sekarang!" perintahnya.
8. Tanda koma dipakai di antara (a) nama dan alamat, (b) bagian bagian alamat, (c)
tempat dan tanggal, serta (d) nama tempat dan wilayah atau negeri yang ditulis
berurutan.
Misalnya:
Sdr. Abdullah, Jalan Pisang Batu 1, Bogor
Dekan Fakultas Kedokteran, Universitas Indonesia, Jalan Salemba Raya 6, Jakarta
Surabaya, 10 Mei 1960
Tokyo, Jepang.
9. Tanda koma dipakai untuk memisahkan bagian nama yang dibalik susunannya dalam
daftar pustaka.
Misalnya:
Gunawan, Ilham. 1984. Kamus Politik Internasional. Jakarta: Restu Agung.
Halim, Amran (Ed.) 1976. Politik Bahasa Nasional. Jilid 1. Jakarta: Pusat Bahasa.
Junus, H. Mahmud. 1973. Kamus Arab-Indonesia. Jakarta: Yayasan Penyelenggara
Penerjemah/Penafsir Alquran
Sugono, Dendy. 2009. Mahir Berbahasa Indonesia dengan Benar. Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama

10. Tanda koma dipakai di antara bagian bagian dalam catatan kaki atau catatan akhir.
Misalnya:
Alisjahbana, S. Takdir, Tata Bahasa Baru Bahasa Indonesia. Jilid 2 (Jakarta: Pustaka
Rakyat, 1950), hlm. 25.
Hilman, Hadikusuma, Ensiklopedi Hukum Adat dan Adat Budaya
Indonesia (Bandung: Alumni, 1977), hlm. 12.
Poerwadarminta, W.J.S. Bahasa Indonesia untuk Karang-mengarang (Jogjakarta: UP
Indonesia, 1967), hlm. 4.
11. Tanda koma dipakai di antara nama orang dan gelar akademik yang mengikutinya
untuk membedakannya dari singkatan nama diri, keluarga, atau marga.
Misalnya:
B. Ratulangi, S.E.
Ny. Khadijah, M.A.
Bambang Irawan, S.H.
Siti Aminah, S.E., M.M.
Catatan:
Bandingkan Siti Khadijah, M.A. dengan Siti Khadijah M.A. (Siti Khadijah Mas
Agung).
12. Tanda koma dipakai di muka angka desimal atau di antara rupiah dan sen yang
dinyatakan dengan angka.
Misalnya:
12,5 m
27,3 kg
Rp500,50
Rp750,00
Catatan:
Bandingkan dengan penggunaan tanda titik yang dimulai dengan angka desimal atau
di antara dolar dan sen.
13. Tanda koma dipakai untuk mengapit keterangan tambahan yang sifatnya tidak
membatasi. (Lihat juga pemakaian tanda pisah, Bab III, Huruf F.)
Misalnya:
Guru saya, Pak Ahmad, pandai sekali.
Di daerah kami, misalnya, masih banyak orang laki-laki yang makan sirih.
Semua siswa, baik laki-laki maupun perempuan, mengikuti latihan paduan suara.
Catatan:
Bandingkan dengan keterangan pewatas yang pemakaiannya tidak diapit dengan
tanda koma.
Misalnya:
Semua siswa yang lulus ujian akan mendapat ijazah.
14. Tanda koma dapat dipakai–untuk menghindari salah baca/salah pengertian–di
belakang keterangan yang terdapat pada awal kalimat.
Misalnya:
Dalam pengembangan bahasa, kita dapat memanfaatkan bahasa-bahasa di kawasan
nusantara ini.
Atas perhatian Saudara, kami ucapan terima kasih.
Bandingkan dengan:
Kita dapat memanfaatkan bahasa-bahasa di kawasan nusantara ini dalam

pengembangan kosakata.
Kami ucapkan terima kasih atas perhatian Saudara.
C. Tanda Titik Koma (;)
1. Tanda titik koma dipakai sebagai pengganti kata penghubung untuk memisahkan
kalimat yang setara di dalam kalimat majemuk setara.
Misalnya:
Hari sudah malam; anak anak masih membaca buku buku yang baru dibeli ayahnya.
Ayah mengurus tanaman di kebun; Ibu menulis makalah di ruang kerjanya; Adik
membaca di teras depan; saya sendiri asyik memetik gitar menyanyikan puisi-puisi
penyair kesayanganku.
2. Tanda titik koma digunakan untuk mengakhiri pernyataan perincian dalam kalimat
yang berupa frasa atau kelompok kata. Dalam hubungan itu, sebelum perincian
terakhir tidak perlu digunakan kata dan.
Misalnya:
Syarat syarat penerimaan pegawai negeri sipil di lembaga ini:
(1) berkewarganegaraan Indonesia;
(2) berijazah sarjana S1 sekurang-kurangnya;
(3) berbadan sehat;
(4) bersedia ditempatkan di seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik
Indonesia.

3. Tanda titik koma digunakan untuk memisahkan dua kalimat setara atau lebih apabila
unsur-unsur setiap bagian itu dipisah oleh tanda baca dan kata hubung.
Misalnya:
Ibu membeli buku, pensil, dan tinta; baju, celana, dan kaos; pisang, apel, dan jeruk.
Agenda rapat ini meliputi pemilihan ketua, sekretaris, dan bendahara; penyusunan
anggaran dasar, anggaran rumah tangga, dan program kerja; pendataan anggota,
dokumentasi, dan aset organisasi.
D. Tanda Titik Dua (:)
1. Tanda titik dua dipakai pada akhir suatu pernyataan lengkap yang diikuti rangkaian
atau pemerian.
Misalnya:
Kita sekarang memerlukan perabot rumah tangga: kursi, meja, dan lemari.
Hanya ada dua pilihan bagi para pejuang kemerdekaan: hidup atau mati.
Catatan:
Tanda titik dua tidak dipakai jika rangkaian atau pemerian itu merupakan pelengkap
yang mengakhiri pernyataan.
Misalnya:
Kita memerlukan kursi, meja, dan lemari.
Fakultas itu mempunyai Jurusan Ekonomi Umum dan Jurusan Ekonomi Perusahaan.
2. Tanda titik dua dipakai sesudah kata atau ungkapan yang memerlukan pemerian.
Misalnya:
a. Ketua : Ahmad Wijaya
Sekretaris : Siti Aryani
Bendahara : Aulia Arimbi

b. Tempat : Ruang Sidang Nusantara


Pembawa Acara : Bambang S.
Hari, tanggal : Selasa, 28 Oktober 2008
Waktu : 09.00—10.30

3. Tanda titik dua dapat dipakai dalam naskah drama sesudah kata yang menunjukkan
pelaku dalam percakapan.
Misalnya:
Ibu : "Bawa kopor ini, Nak!"
Amir : "Baik, Bu."
Ibu : "Jangan lupa. Letakkan baik baik!"

4. Tanda titik dua dipakai di antara (a) jilid atau nomor dan halaman, (b) bab dan ayat
dalam kitab suci, (c) judul dan anak judul suatu karangan, serta (d) nama kota dan
penerbit buku acuan dalam karangan.
Misalnya:
Horison, XLIII, No. 8/2008: 8
Surah Yasin: 9
Dari Pemburu ke Terapeutik: Antologi Cerpen Nusantara
Pedoman Umum Pembentukan Istilah Edisi Ketiga. Jakarta: Pusat Bahasa
E. Tanda Hubung (-)
1. Tanda hubung menyambung suku-suku kata yang terpisah oleh pergantian baris.
Misalnya:
Di samping cara lama diterapkan juga ca-
ra baru ....
Sebagaimana kata peribahasa, tak ada ga-
ding yang takretak.
2. Tanda hubung menyambung awalan dengan bagian kata yang mengikutinya atau
akhiran dengan bagian kata yang mendahuluinya pada pergantian baris.
Misalnya:
Kini ada cara yang baru untuk meng-
ukur panas.
Kukuran baru ini memudahkan kita me-
ngukur kelapa.
Senjata ini merupakan sarana pertahan-
an yang canggih.
3. Tanda hubung digunakan untuk menyambung unsur-unsur kata ulang.
Misalnya:
anak-anak
berulang-ulang
kemerah-merahan
4. Tanda hubung digunakan untuk menyambung bagian-bagian tanggal dan huruf dalam
kata yang dieja satu-satu.
Misalnya:
8-4-2008
p-a-n-i-t-i-a
5. Tanda hubung boleh dipakai untuk memperjelas (a) hubungan bagian-bagian kata atau
ungkapan dan (b) penghilangan bagian frasa atau kelompok kata.
Misalnya:

ber-evolusi
dua-puluh ribuan (20 x 1.000)
tanggung-jawab-dan-kesetiakawanan sosial (tanggung jawab sosial dan
kesetiakawanan sosial)
Karyawan boleh mengajak anak-istri ke acara pertemuan besok.
Bandingkan dengan:
be-revolusi
dua-puluh-ribuan (1 x 20.000)
tanggung jawab dan kesetiakawanan sosial
6. Tanda hubung dipakai untuk merangkai:
a. se- dengan kata berikutnya yang dimulai dengan huruf kapital,
b. ke- dengan angka,
c. angka dengan -an,
d. kata atau imbuhan dengan singkatan berhuruf kapital,
e. kata ganti yang berbentuk imbuhan, dan
f. gabungan kata yang merupakan kesatuan.

Misalnya:
se-Indonesia
peringkat ke-2
tahun 1950-an
hari-H
sinar-X
mem-PHK-kan
ciptaan-Nya
atas rahmat-Mu
Bandara Sukarno-Hatta
alat pandang-dengar
7. Tanda hubung dipakai untuk merangkai unsur bahasa Indonesia dengan unsur bahasa
asing.
Misalnya:
di-smash
di-mark-up
pen-tackle-an
F. Tanda Pisah (–)
1. Tanda pisah dipakai untuk membatasi penyisipan kata atau kalimat yang memberi
penjelasan di luar bangun utama kalimat.
Misalnya:
Kemerdekaan itu—hak segala bangsa—harus dipertahankan.
Keberhasilan itu–saya yakin–dapat dicapai kalau kita mau berusaha keras.
2. Tanda pisah dipakai untuk menegaskan adanya keterangan aposisi atau keterangan
yang lain sehingga kalimat menjadi lebih jelas.
Misalnya:
Rangkaian temuan ini–evolusi, teori kenisbian, dan kini juga pembelahan atom–telah
mengubah konsepsi kita tentang alam semesta.
Gerakan Pengutamaan Bahasa Indonesia–amanat Sumpah Pemuda–harus terus
ditingkatkan.
3. Tanda pisah dipakai di antara dua bilangan, tanggal, atau tempat dengan arti 'sampai
dengan' atau 'sampai ke'.

Misalnya:
Tahun 1928–2008
Tanggal 5–10 April 2008
Jakarta–Bandung
Catatan:
(1) Tanda pisah tunggal dapat digunakan untuk memisahkan keterangan
tambahan pada akhir kalimat.
Misalnya:
Kita memerlukan alat tulis–pena, pensil, dan kertas.
(Bandingkan dengan Bab III, Huruf D, kaidah 1.)
(2) Dalam pengetikan, tanda pisah dinyatakan dengan dua buah tanda hubung
tanpa spasi sebelum dan sesudahnya.

G. Tanda Tanya (?)


1. Tanda tanya dipakai pada akhir kalimat tanya.
Misalnya:
Kapan dia berangkat?
Saudara tahu, bukan?
2. Tanda tanya dipakai di dalam tanda kurung untuk menyatakan bagian kalimat yang
disangsikan atau yang kurang dapat dibuktikan kebenarannya.
Misalnya:
Dia dilahirkan pada tahun 1963 (?).
Uangnya sebanyak 10 juta rupiah (?) hilang.
H. Tanda Seru (!)
Tanda seru dipakai untuk mengakhiri ungkapan atau pernyataan yang berupa seruan atau
perintah yang menggambarkan kesungguhan, ketidakpercayaan, ataupun emosi yang kuat.
Misalnya:
Alangkah indahnya taman laut ini!
Bersihkan kamar itu sekarang juga!
Sampai hati benar dia meninggalkan istrinya!
Merdeka!
I. Tanda Elipsis (...)
1. Tanda elipsis dipakai dalam kalimat yang terputus-putus.
Misalnya:
Kalau begitu ..., marilah kita laksanakan.
Jika Saudara setuju dengan harga itu ..., pembayarannya akan segera kami lakukan.
2. Tanda elipsis dipakai untuk menunjukkan bahwa dalam suatu kalimat atau naskah ada
bagian yang dihilangkan.
Misalnya:
Sebab-sebab kemerosotan ... akan diteliti lebih lanjut.
Pengetahuan dan pengalaman kita ... masih sangat terbatas.
Catatan:
(1) Tanda elipsis itu didahului dan diikuti dengan spasi.
(2) Jika bagian yang dihilangkan mengakhiri sebuah kalimat, perlu dipakai 4
tanda titik: 3 tanda titik untuk menandai penghilangan teks dan 1 tanda
titik untuk menandai akhir kalimat.

(3) Tanda elipsis pada akhir kalimat tidak diikuti dengan spasi.
Misalnya:
Dalam tulisan, tanda baca harus digunakan dengan cermat ....

J. Tanda Petik (" ")


1. Tanda petik dipakai untuk mengapit petikan langsung yang berasal dari pembicaraan,
naskah, atau bahan tertulis lain.
Misalnya:
Pasal 36 UUD 1945 menyatakan, "Bahasa negara ialah bahasa Indonesia. "
Ibu berkata, "Paman berangkat besok pagi. "
"Saya belum siap," kata dia, "tunggu sebentar!"
2. Tanda petik dipakai untuk mengapit judul puisi, karangan, atau bab buku yang dipakai
dalam kalimat.
Misalnya:
Sajak "Pahlawanku" terdapat pada halaman 5 buku itu.
Saya sedang membaca "Peningkatan Mutu Daya Ungkap Bahasa Indonesia" dalam
buku Bahasa Indonesia Menuju Masyarakat Madani.
Bacalah "Penggunaan Tanda Baca" dalam buku Pedoman Umum Ejaan Bahasa
Indonesia yang Disempurnakan.
"Makalah "Pembentukan Insan Cerdas Kompetitif" menarik perhatian peserta seminar.
3. Tanda petik dipakai untuk mengapit istilah ilmiah yang kurang dikenal atau kata yang
mempunyai arti khusus.
Misalnya:
Pekerjaan itu dilaksanakan dengan cara "coba dan ralat" saja.
Dia bercelana panjang yang di kalangan remaja dikenal dengan nama "cutbrai".
Catatan:
(1) Tanda petik penutup mengikuti tanda baca yang mengakhiri petikan
langsung.
Misalnya:
Kata dia, "Saya juga minta satu."
Dia bertanya, "Apakah saya boleh ikut?"
(2) Tanda baca penutup kalimat atau bagian kalimat ditempatkan di belakang
tanda petik yang mengapit kata atau ungkapan yang dipakai dengan arti
khusus pada ujung kalimat atau bagian kalimat.
Misalnya:
Bang Komar sering disebut "pahlawan"; ia sendiri tidak tahu sebabnya.
Karena warna kulitnya, dia mendapat julukan "Si Hitam".
(3) Tanda petik pembuka dan tanda petik penutup pada pasangan tanda petik
itu ditulis sama tinggi di sebelah atas baris.
(4) Tanda petik (") dapat digunakan sebagai pengganti idem atau sda. (sama
dengan di atas) atau kelompok kata di atasnya dalam penyajian yang
berbentuk daftar.
Misalnya:
zaman jaman
bukan
asas azas
"
plaza plasa
"
jadwal jadual
"
bus bis
"

K. Tanda Petik Tunggal (' ')


1. Tanda petik tunggal dipakai untuk mengapit petikan yang terdapat di dalam petikan
lain.
Misalnya:
Tanya dia, "Kaudengar bunyi 'kring kring' tadi?"
"Waktu kubuka pintu depan, kudengar teriak anakku, 'Ibu, Bapak pulang', dan rasa
letihku lenyap seketika," ujar Pak Hamdan.
2. Tanda petik tunggal dipakai untuk mengapit makna kata atau ungkapan.
Misalnya:
terpandai 'paling' pandai
retina 'dinding mata sebelah dalam'
mengambil langkah seribu 'lari pontang panting'
'sombong, angkuh'

3. Tanda petik tunggal dipakai untuk mengapit makna, kata atau ungkapan bahasa daerah
atau bahasa asing (Lihat pemakaian tanda kurung, Bab III, Huruf M)
Misalnya:
feed-back 'balikan'
dress rehearsal 'geladi bersih'
tadulako 'panglima'

L. Tanda Kurung (( ))
1. Tanda kurung dipakai untuk mengapit tambahan keterangan atau penjelasan.
Misalnya:
Anak itu tidak memiliki KTP (kartu tanda penduduk).
Dia tidak membawa SIM (surat izin mengemudi).
Catatan:
Dalam penulisan didahulukan bentuk lengkap setelah itu bentuk singkatnya.
Misalnya:
Saya sedang mengurus perpanjangan kartu tanda penduduk (KTP). KTP itu merupakan
tanda pengenal dalam berbagai keperluan.
2. Tanda kurung dipakai untuk mengapit keterangan atau penjelasan yang bukan bagian
utama kalimat.
Misalnya:
Sajak Tranggono yang berjudul "Ubud" (nama tempat yang terkenal di Bali) ditulis
pada tahun 1962.
Keterangan itu (lihat Tabel 10) menunjukkan arus perkembangan baru pasar dalam
negeri.
3. Tanda kurung dipakai untuk mengapit huruf atau kata yang kehadirannya di dalam teks
dapat dihilangkan.
Misalnya:
Kata cocaine diserap ke dalam bahasa Indonesia menjadi kokain(a).
Pejalan kaki itu berasal dari (Kota) Surabaya.
4. Tanda kurung dipakai untuk mengapit angka atau huruf yang memerinci urutan
keterangan.
Misalnya:
Faktor produksi menyangkut masalah (a) bahan baku, (b) biaya produksi, dan (c)
tenaga kerja.

Dia harus melengkapi berkas lamarannya dengan melampirkan (1) akta kelahiran, (2)
ijazah terakhir, dan (3) surat keterangan kesehatan.
Catatan:
Tanda kurung tunggal dapat dipakai untuk mengiringi angka atau huruf yang
menyatakan perincian yang disusun ke bawah.
Misalnya:
Kemarin kakak saya membeli
1) buku,
2) pensil, dan
3) tas sekolah.
Dia senang dengan mata pelajaran
a) fisika,
b) biologi, dan
c) kimia.

M. Tanda Kurung Siku ([ ])


1. Tanda kurung siku dipakai untuk mengapit huruf, kata, atau kelompok kata sebagai
koreksi atau tambahan pada kalimat atau bagian kalimat yang ditulis orang lain. Tanda
itu menyatakan bahwa kesalahan atau kekurangan itu memang terdapat di dalam
naskah asli.
Misalnya:
Sang Sapurba men[d]engar bunyi gemerisik.
Ia memberikan uang [kepada] anaknya.
Ulang tahun [hari kemerdekaan] Republik Indonesia jatuh pada hari Selasa.
2. Tanda kurung siku dipakai untuk mengapit keterangan dalam kalimat penjelas yang
sudah bertanda kurung.
Misalnya:
Persamaan kedua proses ini (perbedaannya dibicarakan di dalam Bab II [lihat halaman
35–38]) perlu dibentangkan di sini.
N. Tanda Garis Miring (/)
1. Tanda garis miring dipakai di dalam nomor surat, nomor pada alamat, dan penandaan
masa satu tahun yang terbagi dalam dua tahun takwim atau tahun ajaran.
Misalnya:
No. 7/PK/2008
Jalan Kramat III/10
tahun ajaran 2008/2009
2. Tanda garis miring dipakai sebagai pengganti kata atau, tiap, dan ataupun.
Misalnya:
dikirimkan lewat darat/laut 'dikirimkan lewat darat atau lewat laut'
harganya Rp1.500,00/lembar 'harganya Rp1.500,00 tiap lembar'
tindakan penipuan dan/atau 'tindakan penipuan dan penganiayaan,
penganiayaan tindakan penipuan, atau
tindakan penganiayaan'

Catatan:
Tanda garis miring ganda (//) dapat digunakan untuk membatasi penggalan-penggalan
dalam kalimat untuk memudahkan pembacaan naskah.
O. Tanda Penyingkat atau Apostrof (')
Tanda penyingkat menunjukkan penghilangan bagian kata atau bagian angka tahun.
Dia 'kan sudah kusurati. ('kan = bukan)
Malam 'lah tiba. ('lah = telah)
1 Januari '08 ('08 = 1988)

SOURCE ARTICLE: Pemakaian Tanda Baca sesuai EYD | Belajar Bahasa dan
Sastra http://berbahasa-bersastra.blogspot.com/2012/06/pemakaian-tanda-baca-sesuai-
eyd.html#ixzz4a8FnQwiT

Anda mungkin juga menyukai