Anda di halaman 1dari 1

SURAT KARTINI

Surat Kartini kepada Stella, 18 Agustus 1899


“Bagi saya hanya ada dua macam keningratan, keningratan fikiran (fikroh) dan keningratan budi
(akhlak). Tidak ada manusia yang lebih gila dan bodoh menurut persepsi saya dari pada melihat
orang membanggakan asal keturunannya.”

Surat Kartini kepada Nyonya Abendon, 4 September 1901


“Pergilah, laksanakan cita-citamu. Bekerjalah untuk hari depan. Bekerjalah untuk kebahagiaan
beribu-ribu orang yang tertindas. Dibawah hukum yang tidak adil dan paham-paham palsu
tentang mana yang baik dan mana yang jahat. Pergi! Pergilah! Berjuang dan menderitalah, tetapi
bekerja untuk kepentingan yang abadi”.

Surat Kartini kepada Prof. Anton dan Nyonya, 4 Oktober 1901


“Kami disini memohon diusahakan pengajaran dan pendidikan anak-anak wanita, bukan sekali-
kali karena kami menginginkan anak-anak wanita itu menjadi saingan laki-laki dalam hidupnya.
Tapi karena kami yakin akan pengaruhnya yang besar sekali bagi kaum wanita, agar wanita lebih
cakap melakukan kewajibannya yang diserahkan alam (sunatullah) sendiri ke dalam tangannya :
menjadi ibu, pendidik manusia yang pertama-tama”.

Surat Kartini kepada Nyonya Abendon, 10 Juni 1902


“Kami sekali-kali tidak hendak menjadikan murid-murid kami menjadi orang setengah Eropa atau
orang Jawa yang kebarat-baratan”.

Surat Kartini kepada Nyonya Abendanon, 12 Desember 1903


“Tidak, ia tidak mempunyai ilmu, tidak mempunyai jimat, tidak juga mempunyaisenjata sakti.
Kalaupun rumahnya tidak ikut terbakar itu dikarenakan dia mempunyai Allah saja”

Surat Kartini kepada Nyonya Abendanon, 25 Agustus 1903


“Ya Allah, alangkah malangnya; saya akan sampai disana pada waktu Puasa-Lebaran-Tahun Baru,
di saat-saat keramaian yang biasa terjadi setiap tahun sedang memuncak. Sudah saya katakana,
saya tidak suka kaki saya dicium. Tidak pernah saya ijinkan orang berbuat demikian pada saya.
Yang saya kehendaki kasih saying dalam hati sanubari mereka, bukan tata cara lahiriah!”

Anda mungkin juga menyukai