Anda di halaman 1dari 32

MODUL

INKONTINENSIA URINE
UNTUK LANJUT USIA

Penyusun :
Mutiara Dumalangga Sawitri
Wiwin Septi Setya
Muslimah Wiguna Arufina
Mathilda Margaretha Siga
Maria Herlinda Klau
Dosen Pembimbing:
Ferry Efendi, S.Kep.,Ns, MSc, PhD

FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS AIRLANGGA


2021
PRA-KATA
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT
atas segala rahmat dan karunia-Nya, sehingga Modul ini
dapat terselesaikan. Modul ini merupakan pelengkap
untuk media pembelajaran dalam merawat klien lansia
dengan inkontinensia urine.
Modul inkontinensia urine untuk lansia ini terdiri
dari 2 bab yaitu mengenai inkontinensia urine dan
pendidikan senam kegel.
Semoga modul ini bermanfaat dan dapat
digunakan oleh perawat maupun masyarakat umum yang
merawat lansia di lingkungan masing-masing.

Juli 2021,
Penulis

2
DAFTAR ISI

PRA-KATA ............................................................................ 2
DAFTAR ISI ........................................................................... 3
BAB 1 Inkontinensia Urine ................................................... 5
1.1 Deskripsi Singkat .................................................... 5
1.2 Tujuan Pembelajaran............................................... 6
1.2.1 Tujuan Pembelajaran Umum .......................... 6
1.2.2 Tujuan Pembelajaran Khusus.......................... 6
1.3 Pokok Bahasan dan Waktu ..................................... 6
1.4 Bahan Belajar .......................................................... 6
1.5 Langkah-Langkah Pembelajaran............................. 6
1.6 Uraian Materi ................................................................ 8
1.6.1 Konsep Inkontinensia Urine................................... 8
1.6.2 Penyebab inkontinensia urine ................................ 9
1.6.3 Gejala inkontinensia urine ................................... 11
1.6.4 Faktor-faktor terjadinya inkontinensia urine ........ 12
1.6.5 Jenis-jenis inkontinensia urine ............................. 14
1.6.6 Penatalaksanaan inkontinensia urine.................... 16
1.7 Kesimpulan ................................................................. 19
BAB 2 Pendidikan Senam Kegel ......................................... 20
2.1 Deskripsi singkat ........................................................ 20
2.2 Tujuan pembelajaran .................................................. 20
2.2.1 Tujuan pembelajaran Umum ................................ 20
2.2.2 Tujuan pembelajaran khusus ................................ 21
2.3 Pokok bahasan dan waktu ........................................... 21
2.4 Bahan belajar .............................................................. 21
2.6 Uraian materi .............................................................. 23
2.6.1 Pengertian senam kegel ........................................ 23
2.6.2 Manfaat ................................................................ 23
2.6.3 Indikasi ................................................................. 24
2.6.4 Kontraindikasi ...................................................... 24
2.6.5 Tahap Latihan ...................................................... 25
DAFTAR PUSTAKA ........................................................... 32

3
Panduan
Inkontinensia Urine untuk Lansia
A. Tujuan
Modul inkontinensia urine untuk lansia digunakan
untuk mengikuti perkembangan kesehatan dan
permasalahan kesehatan pada lansia yang sering
terjadi.
B. Sasaran
Modul inkontinensia urine untuk lansia digunakan
oleh para perawat maupun masyarakat umum yang
merawat para lansia di lingkungan masing-masing.
C. Deskripsi
Materi ini berisi uraian tentang inkontinensia urine
pada lansia dan cara melatih senam kegel untuk
mengatasi masalah tersebut. Inkontinensia urin
adalah kehilangan urin yang tidak disengaja, tidak
disengaja. Inkontinensia stres adalah jenis
pengeluaran urin yang tidak disengaja yang terjadi
selama gerakan atau aktivitas fisik (misalnya batuk,
bersin, tertawa, berdiri atau berlari, angkat berat),
kondisi yang meningkatkan tekanan perut (stres)
pada kandung kemih. Inkontinensia stres tentu tidak
berhubungan dengan stres psikologis (Sountoulidis,
2018).
D. Bentuk aktivitas
Edukasi berupa materi untuk meningkatkan
pengetahuan mengenai inkontinensia urine pada
lansia.

4
BAB 1
Inkontinensia Urine

1.1 Deskripsi Singkat


Inkontinensia urin adalah kehilangan urin yang tidak
disengaja, tidak disengaja. Inkontinensia stres adalah
jenis pengeluaran urin yang tidak disengaja yang terjadi
selama gerakan atau aktivitas fisik (misalnya batuk,
bersin, tertawa, berdiri atau berlari, angkat berat), kondisi
yang meningkatkan tekanan perut (stres) pada kandung
kemih. Inkontinensia stres tentu tidak berhubungan
dengan stres psikologis (Sountoulidis, 2018).
Lansia merupakan orang yang paling sering
mengalami inkontinensia urine oleh karena itu diharapkan
keluarga yang memiliki lansia dapat merawat lansia yang
mengalami inkontinensia urine. Lansia mampu dalam
mengontrol pengeluaran urine yang mampu mencegah
lansia dari pengaruh yang lebih besar bagi kesehatan
lansia.

5
1.2 Tujuan Pembelajaran
1.2.1 Tujuan Pembelajaran Umum
Setelah memberi materi pertemuan pertama,
peserta memahami tentang inkontinensia
1.2.2 Tujuan Pembelajaran Khusus
1) Menjelaskan tentang pengertian
inkontinensia urine
2) Menjelaskan tentang dampak inkotinensia
urine
3) Menjelaskan tentang pencegahan
inkontinensia urine
1.3 Pokok Bahasan dan Waktu
Modul ini membahas tentang inkontinensia urine
Wakru yang digunakan selama 60 menit
1.4 Bahan Belajar
Bahan ajar yang digunakan adalah modul
inkontinensia urine
1.5 Langkah-Langkah Pembelajaran
Langkah Kegiatan Fasilitator Kegiatan Peserta Waktu
Langkah 1: 1. Fasilitator memulai 1. Mempersiapka 5 menit
Penyiapan kegiatan dengan n diri dan alat
Proses melakukan bina tulis yang
Belajar suasana dengan diperlukan

6
lansia yang dampingi 2. Mengemukaka
oleh keluarga n pendapat
2. Fasilitator menyapa atas
dengan ramah dan pertanyaan
hangat fasilitator
3. Fasilitator 3. Mengajukan
memperkenalkan diri pertanyaan
kepada
fasilitator jika
ada yang tidak
jelas
Langkah 2 : 1. Menyampaikan 1. Menyiapkan 45 menit
Menyampaik materi tentang diri dan alat
an Materi inkontinensia urine tulis yang
2. Memberikan diperlukan
kesempatan kepada 2. Mendengarka
lansia untuk bertanya n materi yang
3. Memberikan diberikan
jawaban dari 3. Mengajukan
pertanyaan yang pertanyaan
diajukan lansia jika ada materi
yang tidak
jelas
Langkah 3 : 1. Melakukan evaluasi 1. Menjawab 10 menit
Rangkuman tentang materi yang pertanyaan
dan Hasil diberikan dengan yang diajukan
Belajar mengajukan oleh fasilitator
pertanyaan sesuai 2. Bersama
materi yang fasilitator
diberikan menyimpulka
2. Memperjelas n materi
jawaban yang pembelajaran
diberikan oleh lansia
yang didampingi
oleh keluarga

7
3. Bersama lansia yang
didampingi oleh
keluarga
menyimpulkan
materi yang
diberikan

1.6 Uraian Materi


1.6.1 Konsep Inkontinensia Urine
Inkontinensia urine adalah pengeluaran urine secara
spontan pada sembarang waktu di luar kehendak yang
secara tiba-tiba tanpa mampu untuk menahannya (Agoes,
2010).
Inkontinensia urine ialah pengeluaran urin tanpa
disadari, dalam jumlah dan frekuensi yang lebih sehingga
mengakibatkan masalah gangguan kesehatan dan sosial
(Darmojo, 2011).
Inkontinensia urine adalah pengeluaran urine
involunter (tidak disadari/ mengompol) yang cukup
menjadi masalah pada waktu dan tempat yang tidak serta
juga menyebabkan kebersihan atau sosial (Artinawati,
2014).

8
1.6.2 Penyebab inkontinensia urine
Seiring dengan bertambahnya usia, ada beberapa
perubahan pada anatomi dan fungsi organ kemih, antara
lain disebabkan oleh melemahnya otot dasar panggul,
kebiasaan mengejan yang salah ataupun karena
penurunan hormon estrogen pada wanita di usia 50 tahun
keatas akan terjadi penurunan tonus otot vagina dan otot
pintu saluran kemih (uretra) sehinga terjadinya
inkontinensia urine, kelemahan otot dasar panggul dapat
terjadi karena kehamilan setelah melahirkan, kegemukan
(obesitas), dan menopause. Proses persalinan juga dapat
membuat otot dasar panggul rusak akibat reganggan otot
dan jaringan penunjang dan robekan jalan lahir, sehingga
dapat meningkatkan risiko terjadinya inkontinensia urine.

Wanita Pria

9
Menurut (Artinawati, 2014) penyebab inkontinensia
urine, ialah :
a. Kelainan kontrol pada kandung kemih
b. Fungsi sfingter yang terganggu menyebabkan
kandung kemh bocor bila batuk atau bersin, bisa juga
disebabkan oleh kelainan di sekeliling daerah saluran
kencing.
c. Melemahnya otot dasar panggul yang menyangga
kandung kemih dan memperkuat sfingter uretra.
Menurut (Nugroho, 2008) penyebab inkontnensia urine,
yaitu :
a. Melemahnya otot dasar panggul yang menyangga
kandung kemih dan memperkuat stingter uretra.
b. Kontraksi abnormal pada kandung kemih.
c. Adanya obat diuretik yang mengakibatkan sering
berkemih dan obat penenang yang terlalu banyak.
d. Radang kandung kemih.
e. Radang saluran kemih.
f. Kelainan kontrol pada kandung kemih.
g. Akibat adanya hipertrofi prostat.
h. Faktor psikologis.
Menurut (Darmojo, 2011) penyebab inkontinensia urine

10
yaitu:
a. Inkontinensi terjadi secara akut, yang biasanya
terjadi secara reversibel. Inkontinensia terjadi secara
mendadak, biasanya berkaitan dengan sakit yang
sedang diderita atau masalah obat-obatan yang
digunakan. Inkontinensia akan membaik bila
penyakit akut yang diderita disembuhkan atau obat
penyebab dihentikan.
b. Inkontinensia kronik atau menetap terjadi adanya
kelemahan otot dasar panggul atau instabilitas otot
kandung kemih yang sudah berat.

1.6.3 Gejala inkontinensia urine


a. Adanya keinginan buang air kecil terus-menerus dan
tidak mampu menahan terlalu lama.
b. Perasaan kandung kemih penuh.
c. Buang air kecil saat batuk, bersin, dan tertawa.
d. Dan ketidakmampuan untuk mencapai toilet saat
ingin buang air kecil
e. Ketika batuk, bersin, dan mengangkat barang berat
keluarnya air kecil tiba- tiba.

11
1.6.4 Faktor-faktor terjadinya inkontinensia urine
Faktor yang berkontribusi terhadap perkembangan
inkontinensia urine adalah faktor psikologis, lingkungan
dan fisiologis. Sebagai berikut :
a. Faktor psikologis
Faktor yang disebabkan karena depresi dan apatis,
yang dapat memperberat kondisi sehingga sulit untuk
mengatasi masalah ke arah normal. Beberapa kondisi
psikiatrik dan kerusakan otak organik seperti
demensia dapat juga menyebabkan inkontinensia
urine. Faktor psikologis seperti stress juga dapat
menyebabkan terjadinya peningkatan pengeluaran
urine sebagai efek dari noreepinefrin, yang mana
noreefinefrin merupakan hormon yang
mempengaruhi kontraksi otot polos yang berkerjanya
berlawanan dengan asetikolin.
b. Faktor lingkungan
Faktor Lingkungan juga dapat mempengaruhi
terjadinya inkontinensia urine diantaranya pengaruh
cuaca atau iklim terutama pada cuaca dingin dan
karena letak toilet yang jauh sehingga sebelum

12
mencapai tempat sudah tidak dapat menahan air
kemih.
c. Faktor fisiologis
Dapat mencangkup kerusakan saraf spiral yang
menghancurkan mekanisme normal untuk berkemih
dan rasa untuk menghentikannya. Penglihatan yang
kurang jelas, infeksi saluran perkemihan, dan
pengobatan tertentu seperti diuretik juga
berhubungan dengan inkontinensia. Wanita yang
melahirkan dan laki-laki dengan gangguan pada
prostat cendrung mengalami kerusakan kandung
kemih akibat trauma atau pembedahan.
Pada keadaan faktor fisiologis, yang berpengaruh
pada lansia biasanya terjadi penurunan berkemih.
Pada lansia terjadi proses menua yang berdampak
pada perubahan hampir seluruh organ tubuh termasuk
organ berkemih yang menyebabkan lansia
mengalami inkontinensia urine. Perubahan ini
diantaranya adalah melemahnya otot dasar panggul
yang menjaga kandung kemih dan pintu saluran
kemih, timbulnya kontraksi abnormal pada kandung
kemih yang menimbulkan rangsangan berkemih

13
sebelum waktunya dan meninggalkan sisa.
Pengosongan kandung kemih yang tidak sempurna
menyebabkan urine di alam kandung kemih yang
cukup banyak sehingga dengan pengisian sedikit saja
sudah merangsang untuk berkemih.

1.6.5 Jenis-jenis inkontinensia urine


a. Inkontinensia urgensi
Inkontinensia ini paling sering ditemukan, karena
inkontinensia ini timbul ketika pasien tiba-tiba
merasa harus berkemih, tetapi urine sudah keluar
terlebih dahulu sebelum pasien sampai di toilet.
Penyebab inkontinensia urgensi ialah kontraksi
kandung kemih yang melampaui kemampuan sistem
saraf pusat untuk menahannya, keadaan ini dapat di
sebabkan karena peradangan atau iritasi dalam
kandung kemih akibat batu dan infeksi.
b. Inkontinensia stress
Inkontinensia ini terjadi karena tekanan meningkat
secara mendadak di rongga perut yang menyebabkan
merembesnya sejumlah kecil urine, penyebabnya:
misalnya tertawa terbahak-bahak, batuk, bersin,
lemahnya otot panggul dan mengangkat beban berat.

14
c. Inkontinensia campuran
Merupakan tipe inkontinensia yang sering di temukan
pada pasien geriatri, umumnya merupakan kombinasi
dari urgensi dan stress. Pada pasien geriatri yang
lebih muda, tipe stres lebih banyak ditemukan, tetapi
semakin tua seseorang biasanya kombinasi kedua tipe
tersebut yang banyak ditemukan.
d. Inkontinensia limpahan
Inkontinensia ini terjadi jika pengosongan kandung
kemih tidak sempurna, karena tidak kosong
sempurna. Kandung kemih akan terisi penuh kembali
dalam waktu singkat. Beberapa pasien mengalami
inkontinensia pada waktu tertentu tanpa merasakan
kandung kemihnya terisi penuh.
e. Inkontinensia fungsional
Inkontinensia ini terjadi karena pasien tidak mampu
ke kamar mandi, misalnya karena penyakit lain yang
menimbulkan kelemahan, artritis atau faktor
lingkungan.
f. Inkontinensia Total
Keluarnya urine total yang tidak terkontrol dan
berkelanjutan, yang disebabkan oleh penyakit pada

15
saraf spinalis atau sfingter uretra yang berada
dikandung kemih dan vagina. Gejala yang ditemukan
pada inkontinensia total ialah adanya urine yang
mengalir pada waktu-waktu yang tidak dapat
diperkirakan.

1.6.6 Penatalaksanaan inkontinensia urine


Penatalaksanaan inkontinensia urine menurut
Muller adalah mengurangi faktor resiko,
mempertahankan homeostastis, mengontrol inkontinensia
urine, modifikasi lingkungan dan latihan otot pelvis.
Metode pengobatan inkontinensia urine ada tiga :
a. Terapi non Farmakologi
1) Teknik latihan perilaku (Behavioral Training)
Yaitu merupakan latihan untuk melatih seseorang
mengembalikan kontrol miksi dalam rentang 2-4
jam, agar klien menahan kencing dalam waktu
yang lama, dan mempertahankan klien dalam
kondisi kering.
2) Latihan menahan dorongan untuk berkemih
Untuk mendapatkan kontrol atas kandung kemih,
cara berikut dapat dipakai saat datang dorongan
berkemih.

16
3) Latihan otot dasar panggul ( Keagle exercise)
Yaitu merupakan upaya untuk mencegah
timbulnya inkontinensia urine. Arnold Kegel
melaporkan perbaikan/kesembuhan sampai 84%
dengan latihan otot dasar panggul untuk wanita
dengan macam-macam tipe inkontinensia. Otot
pelvis, seperti otot-otot lain dapat menjadi lemah,
latihan otot-otot pelvis memperkuat otot-otot yang
lemah sekitar kandung kemih. Untuk indentifikasi
otot yang tepat, bayangkan sedang menahan untuk
flatus.
b. Obat-obatan
Terapi dengan menggunakan obat-obatan diberikan
apabila masalah akut sebagai timbulnya
inkontinensia urine telah diatasi dengan berbagai
upaya bersifat nonfarmakologis telah dilakukan
tetapi tetap tidak berhasil mengatasi masalah
inkontinensia tersebut.Obat-obatan yang dapat
diberikan sesuai dengan tipe inkontinensia :
1) Tipe inkontinensia urgensi atau stres dengan
instabilitas detrusor dapat diberikan obat
antigolirgenik dan antispasmodic.

17
2) Tipe inkontinensia stres dengan kelemhan
spihineter dapat diberikan obat a- adrenergik
agonis.
3) Tipe stres, tipe urgensi yang berhubungan
dengan vaginitis atropi dapat diberikan obat
estrogen agonis.
4) Tipe luapan dan atau overlow dengan vesikula
urinaria atonik dapat diberikan obat kolinergik
agonis.
c. Pembedahan
Pembedahan merupakan pilihan terkhir untuk
masalah inkontinensia urine yang tidak berhasil diatasi
dengan teknik latihan prilaku, obat-obatan atau pun
dengan memanfaatan alat-alat bantu untuk meminimalkan
problem inkontinensia. Beberapa tindakan pembedahan
Spinctcrcctomi, dan Operasi prostat atau operasi pada
prolaps rahim. Yang lebih sering dikerjakan ada pederita
lanjut usia dengan inkontinensia urine adalah dengan
memasang kateter secara menetap. Untuk beberapa
pertimbangan, misalnya untuk memantau produksi urine
dan keperluan mengukur balans cairan. Hal ini masih
dapat diterima tetapi sering pemaangan kateter ini tidak

18
jelas, dan mengundang risiko untuk terjadinya komplikasi
pada umumnya ialah infeksi. 76-92% penderita yang
membutuhkan operasi, dapat disembuhkan, pembedahan
ialah pilihan terakir untuk masalah inkontinensia urine
yang tidak berhasil di atasi dengan latihan teknik perilaku
atau obat-obatan.

1.7 Kesimpulan
Inkontinensia urine ialah pengeluaran urin tanpa
disadari, dalam jumlah dan frekuensi yang lebih sehingga
mengakibatkan masalah gangguan kesehatan dan sosial
yang disebabkan oleh kelainan kontrol pada kandung
kemih, fungsi sfingter yang terganggu, dan melemahnya
otot dasar panggul yang menyangga kandung kemih dan
memperkuat sfingter uretra. Yang ditandai dengan adanya
keinginan buang air kecil terus-menerus dan tidak mampu
menahan terlalu lama,perasaan kandung kemih penuh,
buang air kecil saat batuk, bersin, dan tertawa, dan
ketidakmampuan untuk mencapai toilet saat ingin buang
air kecil. Penatalaksanaan inkontinensia urine adalah
dengan mengurangi faktor resiko, mempertahankan
homeostastis, mengontrol inkontinensia urine, modifikasi
lingkungan dan latihan otot pelvis.

19
BAB 2
Pendidikan Senam Kegel
2.1 Deskripsi singkat
Latihan kegel atau Kegel exercise adalah latihan
untuk membantu memperkuat otot dasar panggul
(Widianti et al, 2010).
Latihan kegel menguatkan otot-otot dasar panggul
yang akan memperbaiki resistensi uretra dan
pengendalian urinarius (Smeltzer, 2009).
Pada tahun 1948 Arnold Kegel memperkenalkan
latihan kegel sebagai metode untuk mengendalikan
inkontenensia pada wanita pasca melahirkan.latihan kegel
menjadi salah satu intervensi keperawatan non
farmakologis untuk mengatasi inkontenensia urin, dan
meningkatkan fungsi ereksi.latihan kegel dapat dilakukan
oleh pria dan wanita dan pada orang dewasa maupun
lansia.

2.2 Tujuan pembelajaran


2.2.1 Tujuan pembelajaran Umum
Setelah diberi materi pada pertemuan pertama,
peserta memahami tentang senam kegel

20
2.2.2 Tujuan pembelajaran khusus
1) Menjelaskan tentang pengertian senam kegel
2) Menjelaskan tentang manfaat senam kegel
3) Menjelaskan indikasi senam kegel
4) Menjelaskan kontraindikasi senam kegel
5) Menjelaskan taham latihan senam kegel
2.3 Pokok bahasan dan waktu
Modul ini membahas tentang pendidikan senam kegel,
waktu yang digunakan selama 60 menit
2.4 Bahan belajar
Bahan ajar yang digunakan adalah modul senam kegel
2.5 Langkah-langkah pembelajaran
Langkah Kegiatan Fasilitator Kegiatan Peserta Waktu
Langkah 1: 1. Fasilitator 1. Mempersiapka 5 menit
memulai kegiatan n diri dan alat
Menyiapkan dengan tulis yang
proses melakukan bina diperlukan
pembelajaran hubungan saling 2. Menjawab
percaya dengan pertanyaan
klien yang
2. Fasilitator ditanyakan oleh
menyapa dengan fasilitator
ramah dan hangat 3. Mengajukan
dan pertanyaan
memperkenalkan kepada
diri fasilitator jika

21
ada yang
kurang jelas
Langkah 2: 1. Menyampaikan 1. Mendengarkan 45 menit
materi tentang materi yang
Menyampaik senam kegel diberikan oleh
an materi 2. Memberi fasilitator
kesempatan pada 2. Mengajukan
klien untuk pertanyaan dari
bertanya materi yang
3. Memberikan kurang
jawaban atas dipahami
pertanyaan yang kepada
diajukan oleh fasilitator
klien 3. Melakukan
4. Mempraktikan senam kegel
senam kegel bersama
bersama klien fasilitator

Langkah 3: 1. Melakukan 1. Menjawab 10 menit


evaluasi tentang pertanyaan
Rangkuman materi yang yang diajukan
dan hasil diberikan dengan oleh fasilitator
belajar mengajukan 2. Bersama
pertanyaan fasilitator
tentang senam menyimpulkan
kegel materi
2. Memperjelas pembelajaran
jawaban yang yang telah
diberikan oleh didapat dan
klien dilakukan.
3. Bersama-sama
klien
menyimpulkan
materi senam

22
kegel yang telah
diberikan dan
dilakukan

2.6 Uraian materi


2.6.1 Pengertian senam kegel
Senam kegel merupakan latihan otot dasar panggul
(ODP) yang dikembangkan pertama kali oleh Dr. Arnold
Keagel pada tahun 1940 yang bertujuan untuk terapi
inkontinensia stres dan urgensi dengan cara memperkuat
otot-otot dasar panggul terutama otot pubococcygeal atau
Pelvic Floor Muscle. Latihan ini merupakan terapi non
operatif yang paling sering dilakukan karena membantu
meningkatkan tonus dan kekuatan otot pada uretra dan
periuretra (Bobak, 2004 dalam Yanthi, 2011).

2.6.2 Manfaat
a. Membantu mengatasi inkontinensia urin
b. Mengurangi masalah kandung kemih overaktif yang
sering dialami pria pada malam hari yang
menyebabkan dorongan tiba-tiba untuk buang air
kecil.

23
c. Menjaga kesehatan prostat dari keadaan BPH
(benign prostatic hyperplasia) yang sering dialami
pria akibat pertambahan usia dan menyebabkan pria
terlalu sering buang air kecil
d. Meningkatkan fungsi ereksi dan mengontrol
ejakulasi

2.6.3 Indikasi
a. Pria dan wanita yang mengalami inkontinesia urine
(tidak mampu menahan buang air kecil.
b. Wanita yang sudah menopouse untuk
mempertahankan kekuatan otot panggul dari
penurunan kadar esterogen.
c. Wanita yang mengalami prolaps urteri (turunya
rahim) karena melemahnya otot dasar panggul, juga
untuk wanita yang mengalami masalah seksual.
d. Pria yang mengalami masalah ejakulasi dini serta
ereksi lebih lama

2.6.4 Kontraindikasi
a. Penderita penyakit jantung
b. Penderita diabetes

24
c. Penderita hipertensi

2.6.5 Tahap Latihan


Persiapan Klien
a. Berikan salam, perkenalkan diri anda.
b. Panggil klien dengan nama kesukaan klien.
c. Bina hubungan saling percaya
d. Jelaskan kepada klien tentang prosedur tindakan
yang akan dilakukan
e. Beri kesempatan pada klien untuk bertanya
f. Menentukan otot yang tepat
g. Anjurkan klien untuk berkemih/buang air kecil
terlebih dahulu
h. Pasien dipersiapkan untuk mengikuti senam
i. Pasien dipersilahkan duduk / berbaring diatas
matras / karpet
j. Bila Bila diperlukan, klien menggunakan
pembalut sekali pakai selama periode latihan
untuk menahan urine yang keluar.
Persiapan Alat
a. Pakaian olah raga atau pakaian yang longgar
b. Arloji

25
c. Matras/Karpet/kursi
d. Tape Recorder + lagu (pelengkap)
e. Peralatan eliminasi (pot urine) jika
memungkinkan
f. Ruangan yang nyaman dan tenang
Tahapan Kerja
1. Instrusikan klien untuk mengenal terlebih
dahulu otot-otot yang berhubungan dengan
senam kegel dan fungsi kerjanya (otot panggul
bawah). Caranya, saat buang air kecil, cobalah
untuk menghentikan atau memperlambat aliran
air seni dengan melakukan kontraksi atau
menguncupkan otot ini, kemudian, kendurkan
lagi sehingga pancaran air seni kembali lancar,
bagian otot itulah yang akan kita latih
(Nurdiansyah, 2011).

26
2. Cara berikutnya untuk mengenali otot pelvis
bagi pria adalah dengan berdiri telanjang di
depan cermin, lihat tubuh anda saat mencoba
mengencangkan otot pelvis. Jika
mengkontraksikannya dengan benar maka penis
dan skrotum akan terangkat, saat merelakskan
otot pelvis, penis dan skrotum pun akan ikut
turun.
3. Pada wanita dengan cara berbaring lalu letakkan
jari telunjuk dan jempol membentuk huruf “ V”
di sepanjang tulang panggul dan gundukan
pelvis, setelah itu dorong pertengahan
punggung ke bawah lantai, sambil
mengencangkan otot perut bagian bawah dan
tahan selama 3-10 detik lalu relakskan kembali
otot anda.

27
4. Tahap berikutnya adalah dengan mengosongkan
kandung kemih sebelum memulai latihan senam
kegel.
5. Kemudian melakukan pemanasan atau relaksasi
otot dengan teknik relaksasi nafas dalam posisi
duduk atau berbaring (menarik nafas dalam
lewat hidung, kemudian ditahan selama 3 detik
lalu hembuskan lewat mulut. Ulangi teknik
tersebut sebanyak 5x atau sampai benar-benar
merasa rileks)

6. Mulailah dengan berbaring telentang dengan


lutut ditekut, jaga agar jarak jari kaki anda
terpisah. Kemudian tekuk otot perut bagian
bawah dan angkat panggul sedikit dari lantai.
Jika bisa bokong tidak menempel dengan lantai

28
dan haruss menjaga agar otot inti tetap lentur.
Lakukan latihan ini dengan menahan otot
selama 3 detik dan perlahan mengembalikan
otot ke lantai kembali ulangi sebanyak 3 kali.
Lakukan latihan ini sebanyak 3 set dari 10 set
yang seharusnya, selain itu harus diperhatikan
posisi otot panggul agar tidak memalingkan atau
memutar otot saat panggul diangkat karena akan
membuat otaot tegang (Nurdiansyah, 2011).

3. Tahap selanjutnya yakni membuka kaki dan


letakan kedua jari diantara uretra - anus
(perineum), tekan punggung bawah ke lantai
sekali lagi dan cobalah untuk merasakan sensasi
pengencangan di area ini.

29
4. Kemudian lakukan peregangan dengan teknik
relaksasi nafas (menarik nafas dalam lewat
hidung, kemudian ditahan selama 3 detik lalu
hembuskan lewat mulut. Ulangi teknik tersebut
sebanyak 5x atau sampai benar-benar merasa
rileks)

30
Jika, latihan tersebut sudah cukup lancar, lanjutkan
dengan menguncupkan dan mengendurkanya dengan
lebih keras dan menahanya lebih lama (sekitar 10 detik).
Lakukan senam kegel sebanyak 2-3 kali sehari, selama
sekitar 8-12 minggu sebelum akhirnya dilakukan
penilaian ulang untuk pengelolaan lebih lanjut jika klien
belum mengalami perbaikan (Price et.al, 2010). Latihan
untuk mengatasi masalah pada eliminasi urin ini perlu
dilakukan secara konstan setiap hari, hasilnya tidak akan
didapat dalam waktu satu hari, kebanyakan orang akan
dapat merasakan perubahan setelah 3-4 minggu dengan
berlatih beberapa menit setiap hari (Widianti et.al
2010).Evaluasi
a. Evaluasi respon klien.
b. Berikan reinforcement positif.
c. Lakukan kontrak untuk latihan atau exercise
selanjutnya
d. Akhiri pertemuan dengan cara yang baik

31
DAFTAR PUSTAKA
Agoes, A.(2010). Penyakit di Usia Tua. Jakarta: EGC
Artinawati, S. (2014). Asuhan Keperawatan Gerontik.
Bogor: In Media
Boedhi, Darmojo, R. (2011). Buku Ajar Geriatric (Ilmu
Kesehatan Lanjut Usia) Edisi Ke-4. Jakarta:
FKUI
Nugroho (2008). Keperawatan Gerontik. Buku
Kedokteran EGC: Jakarta.
Septiastri, 2012. Latihan Kegel Dengan Penurunan
Gejala Inkontinensia Urin Pada Lansia. Fakultas
Keperawatan USU
Smeltzer,S.C., Bare B. (2009). Texbook of Medical
Surgical Medical Nursing (11 th ed). Philadelphia:
Lapincott Williams & Wilknis.
Sountoulidis, P. (2018) STRESS URINARY
INCONTINENCE, International Continence
Society (ICS). Available at:
https://www.ics.org/committees/standardisation/t
erminologydiscussions/sui (Accessed: 15 July
2021).
Widianti,A. T., Proverawati, A. (2010).Senam Kesehatan
Aplikasi Senam Untuk Kesehatan. Yogyakarta:
Nuha Medika.
Widyaningsih. 2009. Pengaruh Latihan Kegel Terhadap
Frekuensi Inkontinensia Urine Pada Lansia Di
Panti Werda Pucang Gading Semarang. Diakses
pada tanggal 15 Februari 2021 dari
http://repository.unimus.ac.id/2009/pengaruh
latihan kegel terhadap frekuensi inkontinensia
urin pada lansia

32

Anda mungkin juga menyukai