Anda di halaman 1dari 21

Kurikulum 2013 Revisi

Kelas X
BAHASA INDONESIA
Teks Eksposisi

Tujuan Pembelajaran

Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan memiliki kemampuan berikut.


1. Mampu memahami konsep dasar teks eksposisi.
2. Mampu memahami struktur teks dari teks eksposisi.
3. Mampu memahami kaidah/unsur kebahasaan teks eksposisi.

A. Teks Eksposisi
1. Pengertian Teks Eksposisi
Teks eksposisi merupakan teks yang berfungsi untuk mengungkapkan gagasan atau
mengusulkan sesuatu berdasarkan argumentasi yang kuat.

2. Tujuan dan Ciri-Ciri Teks Eksposisi


a. Tujuannya adalah mengungkapkan gagasan di dalam tulisan berdasarkan
pendapat yang kuat agar pembaca menyetujui atau melakukan tindakan sesuai
yang diinginkan penulis.

b. Ciri-ciri teks eksposisi


1.) Terdapat topik dan isu.
2.) Penyampaian secara lugas dan komunikatif.
3.) Terdapat fakta berupa data dan angka.
A. Struktur Teks Eksposisi
1. Struktur Teks
a. Tesis
Bagian ini berisikan pendapat atau prediksi sang penulis yang tentunya
berdasarkan sebuah fakta.

b. Argumentasi
Bagian ini berisi tentang argumen-argumen yang mendukung pernyataan penulis.
Penulis memaparkan serangkaian argumen yang disertai dengan bukti/fakta
untuk memperkuat argumen.

c. Penegasan ulang pendapat


Bagian ini merupakan bagian akhir dari sebuah teks eksposisi yang berupa
penguatan kembali atas pendapat yang telah ditunjang oleh fakta-fakta dalam
bagian argumentasi. Pada bagian ini bisa berisi saran atau hal-hal yang patut
diperhatikan agar pendapat penulis dapat terbukti.

SUPER "Solusi Quipper"

Ingat struktur teks eksposisi ingat TAP.

TAP

Tesis >> pernyataan pendapat.

Argumentasi >> Dalam struktur dikenali dengan adanya konjungsi sebab-


akibat atau kalimat yang mengandung alasan.

Penegasan ulang >> Dalam struktur dikenali dengan adanya partikel penegasan
untuk menegaskan ulang pendapat.

2. Bagan Struktur Teks Eksposisi

Tesis

Struktur
Argumentasi
Teks Ekposisi

Penegasan Ulang
Pendapat

Teks Eksposisi 2
3. Contoh Teks Eksposisi

KEGEMBIRAAN DALAM BELAJAR


Ahmad Baedowi, Direktur Pendidikan Yayasan Sukma, Jakarta
MEDIA INDONESIA, 09 November 2015

Tesis

Saya sering memberikan pertanyaan kepada guru dan siswa tentang makna
pengalaman belajar (learning experience). Rata-rata jawaban mereka ialah
kurangnya kegembiraan dalam belajar. Memang, baik guru maupun siswa
mengenal istilah fun learning, tetapi implementasinya jauh dari memadai.
Banyak guru sekadar mencari kesenangan dalam belajar dengan cara mengajak
siswa bermain, menari, dan bernyanyi, tetapi jarang sekali dari mereka
memahami hakikat kegembiraan dalam belajar (joyful learning). Pasalnya,
apa yang mereka rekayasa dalam bentuk permainan tidak nyambung (out of
context) dengan bidang studi yang diajarkan.

Argumentasi

Kegembiraan anak dalam belajar sebenarnya merupakan hak fundamental


yang harus diberikan sepenuhnya. Kegembiraan bukan semata-mata
memberikan mereka permainan di luar ketika mereka belajar tanpa tujuan
yang jelas, melainkan sebuah cara yang menyatu dengan tujuan pembelajaran
berjangka panjang. Banyak sekolah, misalnya, menghabiskan begitu banyak
waktu untuk bermain, tetapi tak bertujuan serta membuat program kunjungan
sekolah hanya pada waktu libur. Kegembiraan hanya berlangsung sesaat. Bagi
para siswa, tentu saja permainan dan kunjungan wisata yang hanya sesekali itu
malah memberikan mereka beban karena begitu mereka kembali ke sekolah,
hanya kebosanan yang mereka dapatkan.

Salah satu contoh kebosanan mereka dalam belajar dapat terlihat, misalnya,
ketika jam belajar selesai. Semuanya bersorak dan ingin cepat pulang, atau
ketika mereka mendapatkan hari libur. Semuanya merupakan penanda bahwa
sekolah dan belajar merupakan kegiatan yang melelahkan, membosankan,
bahkan menyebalkan. Jika kenyataan-kenyataan ini diperoleh anak-anak kita,
apa yang akan terjadi dengan perkembangan jiwa mereka di masa datang.

Teks Eksposisi 3
Beberapa hasil riset tentang perkembangan mental dan kejiwaan anak-anak
yang dialami ketika mereka belajar menunjukkan secara konsisten dan kuat
bahwa kurangnya keceriaan dan kegembiraan dalam belajar berpengaruh
terhadap kesuksesan masa depan seorang anak. Dalam laporan Center on
the Developing Child (2007) ditunjukkan secara khusus bahwa efek belajar
yang menggembirakan dapat meningkatkan kapasitas arsitektur otak anak,
yaitu pada saatnya otak tersebut akan memberikan pengaruh yang baik
dalam membentuk perilaku sosial dan emosi anak yang cerdas. Ini artinya,
pengalaman belajar anak, jika terjadi secara benar, dapat membentuk jalan
bagi tumbuhnya motivasi belajar secara benar.

Jika di masa depan kita menginginkan tumbuhnya karakter jujur dan kesalehan
sosial yang kuat pada diri seorang anak, pendampingan terhadap proses
belajar yang menggembirakan dan menyatu dengan tema yang diajarkan
secara kontekstual penting dilakukan. Penelusuran secara longitudinal
terhadap keberhasilan seorang anak menunjukkan jejak yang kuat bahwa
pengenalan konsep ilmu dan pendampingan orang dewasa menjadi dua hal
yang signifikan untuk dilakukan secara benar.

Dengan demikian, belajar dengan gembira dan ceria yang terprogram dan
terencana secara baik dan berkesinambungan harus ditata secara baik dan
benar dalam sebuah rangkaian yang tidak terpisahkan dengan setiap bidang
studi yang diajarkan (Schweinhart et al, 2005). Namun demikian, masih
banyak kita lihat kesalahan fundamental terjadi dalam proses meletakkan
kegembiraan dalam belajar.

Beberapa kesalahan itu terlihat dalam proses belajar yang lebih banyak
didominasi tuntutan perkembangan kapasitas akademik anak sehingga anak
tak memperoleh pengalaman belajar yang autentik berdasarkan konteks
sosial dan budaya yang terjadi di tengah-tengah kehidupannya. Selain itu, tak
sedikit dijumpai paradigma yang salah dari para pendidik yang memandang
pengalaman belajar (learning experience) sebagai sebuah kondisi yang
sepenuhnya di bawah kendali dan dipegang guru.

Jika secara definitif makna pengalaman belajar ialah sebuah proses belajar
itu selalu sesuai dengan kondisi aktual yang dialami para siswa, kegembiraan
dalam belajar yang terstruktur dan inovatif merupakan kebutuhan yang
harus dimiliki setiap guru. Ralph Tyler dalam Basic Principles of Curriculum and
Instruction (1926) mendefinisikan pengalaman belajar dengan kalimat berikut,

Teks Eksposisi 4
“The term learning experience is not the same as the content with which a course deal
nor the activities performed by the teacher. The term learning experience refers to
the interaction between the learner and the external conditions of the environment
to which he can react. Learning takes place through the active behavior of the
student; it is what he does that he learns, not what the teacher does”. Jelas sekali
bahwa pemaknaan pengalaman belajar yang salah lebih banyak disebabkan
faktor guru yang tak memiliki kreativitas dalam merancang pembelajaran yang
berkualitas dan menyenangkan.

Pentingnya pemahaman yang benar tentang pengalaman belajar anak jelas


akan memberikan pengaruh terhadap kemampuan anak di masa depan.
Jika anak dididik berdasarkan target perkembangan kognisinya semata,
kekhawatiran terhadap masa depan Indonesia akan memiliki cukup alasan.
Meskipun dalam naskah akademik Kemendikbud tentang pendidikan anak
usia dini, misalnya, menyitir paradigma filsafat pendidikan pragmatisme,
pemerintah dengan tegas meminta agar para pendidik tidak boleh
memaksakan suatu ide atau pekerjaan yang tidak sesuai dengan minat dan
kebutuhan peserta didik.

Dari sisi ini, evaluasi terhadap tenaga pengajar yang tidak memahami makna
pengalaman belajar dan arti pentingnya bagi masa depan pertumbuhan anak
menjadi wajib untuk dilakukan.

Penegasan Ulang Pendapat

Dengan berkaca pada hasil-hasil riset tersebut, jelas sekali harus ada niat baik
dari para penggagas dan praktisi pendidikan untuk mengubah gaya mengajar
mereka menjadi lebih kreatif. Contextual based learning harus menjadi acuan
dalam proses belajar mengajar yang menggembirakan agar anak-anak tumbuh
dan berkembang dengan karakter yang kuat, kecerdasan yang memikat, serta
kepedulian terhadap sesama yang mengikat rasa persatuan dan kesatuan
sebagai anak bangsa.

C. Ciri Kebahasaan Teks Eksposisi


1. Pronomina
Pronomina biasanya digunakan dalam menyatakan pendapat. Pronomina persona
yang sering digunakan adalah kita, kami, dan saya. Terlebih kata pronomina persona
saya banyak digunakan ketika menyatakan pendapat pribadi.

Teks Eksposisi 5
Contoh:
a. Saya sering memberikan pertanyaan kepada guru dan siswa tentang makna
pengalaman belajar (learning experience).

b. Rata-rata jawaban mereka ialah kurangnya kegembiraan dalam belajar.

2. Verba
Verba yang digunakan adalah verba yang menyatakan persepsi, seperti percaya
dan meyakini. Verba tersebut digunakan untuk mengubah persepsi pembaca agar
menerima pendapat penulis.

Contoh:
Saya percaya, pentingnya pemahaman yang benar tentang pengalaman belajar anak
jelas akan memberikan pengaruh terhadap kemampuan anak di masa depan.

3. Konjungsi
Konjungsi yang banyak digunakan adalah konjungsi yang menghubungkan fakta-
fakta supaya tersaji runtut (pada kenyataannya, kemudian, dan lebih lanjut) dan
konjungsi yang menyatakan sebab akibat (sebab, karena, sehingga, oleh sebab itu, oleh
karena itu)

Contoh:
a. Bagi siswa, tentu saja permainan dan kunjungan wisata yang hanya sesekali itu
malah memberikan mereka beban karena begitu mereka kembali ke sekolah,
hanya kebosanan yang mereka dapatkan.

b. Beberapa kesalahan itu terlihat dalam proses belajar yang lebih banyak
didominasi tuntutan perkembangan kapasitas akademik anak sehingga anak tak
memperoleh pengalaman belajar yang autentik berdasarkan konteks sosial dan
budaya yang terjadi di tengah-tengah kehidupannya.

4. Argumentasi
Argumentasi satu sisi, yaitu sisi yang mendukung atau sisi yang menolak.

Contoh:
a. Kegembiraan anak dalam belajar sebenarnya merupakan hak fundamental yang
harus diberikan sepenuhnya. (mendukung)

b. Beberapa kesalahan itu terlihat dalam proses belajar yang lebih banyak
didominasi tuntutan perkembangan kapasitas akademik anak sehingga anak tak
memperoleh pengalaman belajar yang autentik berdasarkan konteks sosial dan
budaya yang terjadi di tengah-tengah kehidupannya. (menolak)

c. Selain itu, tak sedikit dijumpai paradigma yang salah dari para pendidik yang
memandang pengalaman belajar (learning experience) sebagai sebuah kondisi
yang sepenuhnya di bawah kendali dan dipegang guru. (menolak)

Teks Eksposisi 6
5. Kohesi
Kohesi adalah keterkaitan antarunsur dalam struktur sintaksis atau struktur wacana
yang ditandai antara lain oleh konjungsi, repetisi, dan pelesapan.

Contoh:
Kegembiraan anak dalam belajar sebenarnya merupakan hak fundamental yang
harus diberikan sepenuhnya. Kegembiraan bukan semata-mata memberikan
mereka permainan di luar ketika mereka belajar tanpa tujuan yang jelas, melainkan
sebuah cara yang menyatu dengan tujuan pembelajaran berjangka panjang. Banyak
sekolah, misalnya, menghabiskan begitu banyak waktu untuk bermain, tetapi tak
bertujuan serta membuat program kunjungan sekolah hanya pada waktu libur.
Kegembiraan hanya berlangsung sesaat. Bagi para siswa, tentu saja permainan dan
kunjungan wisata yang hanya sesekali itu malah memberikan mereka beban karena
begitu mereka kembali ke sekolah, hanya kebosanan yang mereka dapatkan.

6. Koherensi
Koherensi adalah hubungan logis antarbagian karangan atau antarkalimat dalam
satu paragraf.

Contoh:
Salah satu contoh kebosanan mereka dalam belajar dapat terlihat, misalnya, ketika
jam belajar selesai. Semuanya bersorak dan ingin cepat pulang, atau ketika mereka
mendapatkan hari libur. Semuanya merupakan penanda bahwa sekolah dan belajar
merupakan kegiatan yang melelahkan, membosankan, bahkan menyebalkan. Jika
kenyataan-kenyataan ini diperoleh anak-anak kita, apa yang akan terjadi dengan
perkembangan jiwa mereka di masa datang.

7. Kata baku dan ejaan


Kata baku dan ejaan bahasa Indonesia yang tepat merupakan unsur kebahasaan
teks eksposisi karena teks tersebut merupakan karya ilmiah.

a. Kata baku adalah kata yang sudah distandardisasikan.

Contoh:
Jelas sekali bahwa pemaknaan pengalaman belajar yang salah lebih banyak
disebabkan faktor guru yang tak memiliki kreativitas dalam merancang
pembelajaran yang berkualitas dan menyenangkan.

Teks Eksposisi 7
Senarai Kata Baku dan Tidak Baku

Baku Tidak Baku Baku Tidak Baku

aktif aktive, aktip manajer manager

aktivitas aktifitas manajemen managemen

apotek apotik mengubah merubah

analisis analisa mengesampingkan mengenyampingkan

antre antri menyontek mencontek

asas azas memesona mempesona

asasi asasi, azazi mengkritik mengeritik

atlet atlit metode metoda

atmosfer atmosfir mesti musti

autopsi otopsi motif motip

audigram odiogram nasihat nasehat

aerobik erobik November Nopember

cenderamata cinderamata peletakan perletakan

definisi defenisi, difinisi putra putera

desain disain putri puteri

diesel disel produktivitas produktifitas

dolar dollar rezeki rejeki, rizki

ekstrem ekstrim risiko resiko

ekspor eksport roboh rubuh

Februari Pebruari saksama seksama

film filem, pilem sekretaris sekertaris

foto fhoto silakan silahkan

fotokopi photo copi sistem sistim

formal formil standardisasi standarisasi

hakikat hakekat subjektif subyektif

hipotesis hipotesa sejarawan sejarahwan

hierarki hirarki sutera sutra

hemoglobin haemoglobin sumatra sumatera

hidraulik hidrolik survei survai

ilmuwan ilmiawan stasiun setasiun

ijazah ijasah syukur sukur

insaf insyaf telentang terlentang

isap hisap telepon telfon

Teks Eksposisi 8
Baku Tidak Baku Baku Tidak Baku

izin ijin teoretis teoritis

jadwal jadual tradisional tradisionil

jenazah jenasah trotoar trotoir

jenderal jendral teknik tekhnik

kaidah kaedah terampil trampil

karisma kharisma tim team

karier karir varietas varitas

konduite kondite wasalam wasallam

konkret kongkrit wujud ujud

khotbah khutbah zaman jaman

kualitas kwalitas zona zone

kuitansi kwitansi

lembap lembab

lubang lobang

b. Ejaan adalah kaidah cara menggambarkan bunyi-bunyi (kata, kalimat, dsb.) dalam
bentuk tulisan (huruf-huruf) serta penggunaan tanda baca. Teks eksposisi ditulis
dengan kaidah ejaan bahasa Indonesia yang benar misalnya penulisan huruf
kapital, huruf miring, angka dan lambang bilangan, akronim dan singkatan, tanda
baca (titik, koma, titik dua, dan lain-lain), penulisan partikel (–lah, -tah, -kah, -pun),
dan gabungan kata. Pada bagian ini kita hanya akan membahas beberapa tanda
baca yang produktif.

1.) Tanda Titik (.)

a.) Tanda titik dipakai untuk memisahkan bilangan ribuan atau kelipatannya.
Misalnya:
Kampung itu berpenduduk 23.555 orang.
Gempa yang terjadi semalam menewaskan 1.321 jiwa.

b.) Tanda titik tidak dipakai untuk memisahkan bilangan ribuan atau
kelipatannya yang tidak menunjukkan jumlah.
Misalnya:
Bejo lahir pada tahun 1982 di Padang.
Lihat halaman 1153 dan seterusnya.

Teks Eksposisi 9
2.) Tanda baca koma (,)

a.) Tanda baca koma dipakai di antara unsur-unsur dalam suatu perincian
atau pembilangan.
Misalnya:
Saya membeli kertas, pena, dan tinta.

b.) Tanda koma dipakai untuk memisahkan suatu kalimat setara yang satu
dari kalimat setara berikutnya yang didahului oleh kata seperti sedangkan,
tetapi, dan melainkan.
Misalnya:
Daya beli masyarakat akan kendaraan terus meningkat, sedangkan solusi
tepat dalam mengatasi kemacetan belum ditemukan.

c.) Tanda koma dipakai untuk memisahkan anak kalimat dari induk kalimat
jika anak kalimat itu mendahului induk kalimat.
Misalnya:
Kalau kegiatan belajar mengajar di sekolah tidak ada permainan, siswa
cenderung akan bosan.

d.) Tanda koma dipakai di belakang kata atau ungkapan penghubung


antarkalimat yang terdapat pada awal kalimat.
Misalnya:
Oleh karena itu, …
Jadi, …

e.) Tanda koma dipakai untuk mengapit keterangan tambahan yang sifatnya
tidak membatasi.
Misalnya:
Ketua OSIS di sekolahku, Rani, pandai dan humoris.

3.) Tanda Hubung (-)

a.) Tanda hubung menyambung unsur-unsur kata ulang.


Misalnya:
Anak-anak, berulang-ulang.

b.) Tanda hubung boleh dipakai untuk memperjelas (i) hubungan bagian-
bagian kata atau ungkapan, dan (ii) penghilangan bagian-bagian kelompok
kata.
Misalnya: ber-evolusi, dua puluh lima-ribuan (20 x5000)
Bandingkan: be-revolusi, dua-puluh-lima-ribuan (1X25.000)

Teks Eksposisi 10
c.) Tanda hubung dipakai untuk merangkaikan (i) se- dengan kata berikutnya
yang dimulai dengan huruf kapital, (ii) ke- dengan angka, (iii) angka dengan
–an, (iv) singkatan berhuruf kapital dengan imbuhan atau kata, dan (v)
nama jabatan rangkap.
Misalnya: se-Indonesia, se-Jawa Barat, hadiah ke-2, tahun 50-an, mem-
PHK-an, sinar-X, Menteri-Sekretaris

d.) Tanda hubung dipakai untuk merangkaikan unsur bahasa Indonesia


dengan unsur bahasa Asing.
Misalnya: di-smash, pen-tackle-an.

4.) Tanda Pisah (--)


Tanda pisah dipakai untuk hal-hal berikut ini.

a.) Pengapit keterangan tambahan dalam kalimat.


Misalnya:
Rangkaian temuan ini—evolusi, teori kenisbian, dan kini juga pembelaan
atom – telah mengubah konsepsi kita tentang alam semesta.

b.) Menyatakan makna ‘sampai dengan’ atau ‘sampai ke’ di antara bilangan,
tanggal, tempat.
Misalnya:
1910—1945, tanggal 5—10 April 1970, Jakarta— Bandung.

D. Argumentasi dan Pola Penalaran


Sebelumnya telah dipelajari bahwa dalam teks eksposisi, diungkapkan suatu gagasan
berdasarkan argumentasi yang kuat. Gagasan tersebut berbentuk pendapat atau opini.
Lalu, apa yang dimaksud argumentasi? Argumentasi merupakan alasan yang digunakan
oleh seseorang untuk memperkuat atau menolak suatu pendapat, pendirian, atau
gagasan. Jadi, keberadaan argumentasi dalam teks eksposisi itu mutlak.

Apa kaitan antara argumentasi dan penalaran? Penalaran adalah proses mengutarakan
jangkauan pemikiran yang berkaitan dengan cara berpikir logis yang menghubungkan
kerasionalan antara gagasan dan argumen. Bentuk argumen yang diutarakan dapat
berupa data temuan atau hasil penelitian, pendapat pribadi, pendapat ahli, dan
sebagainya. Oleh karena itu, penyampaian argumentasi dalam teks eksposisi pasti
berkaitan dengan penalaran karena diperlukan kerasionalan dalam mengutarakan
argumen yang mendukung gagasan.

Teks Eksposisi 11
Ada beberapa pola dalam penalaran. Pola-pola tersebut dapat kita gunakan dalam
menyusun argumentasi. Berikut ini adalah pola-pola argumentasi.

1. Generalisasi
Pola penalaran ini menggunakan pernyataan-pernyataan yang memiliki ciri tertentu
mengenai suatu hal yang merujuk pada suatu simpulan. Simpulan dalam penalaran
ini harus spesifik. Selain itu, ada hal-hal yang harus diperhatikan agar argumen yang
disampaikan dapat meyakinkan, yaitu data-data yang dipaparkan mewakili peristiwa
secara menyeluruh dan data yang dipaparkan memiliki jumlah yang memadai.

Contoh:

Banyak kalangan yang menggunakan vlog sebagai media untuk menyalurkan


kreativitas atau kemampuannya. Selain itu, banyak juga orang yang
menggunakan media sosial untuk berbagi berbagai konten menarik yang
mendidik. Berbagai aplikasi yang bermanfaat pun dapat kita akses pada ponsel.
Dengan demikian, teknologi memiliki dampak yang posistif bila digunakan
dengan bijak dan benar.

Paragraf di atas merupakan contoh paragraf yang dikembangkan dengan pola


penalaran generalisasi. Ketiga kalimat awal pada paragraf tersebut memaparkan
data-data yang merujuk pada suatu simpulan, yaitu teknologi memiliki dampak yang
posistif bila digunakan dengan bijak dan benar.

2. Analogi
Pola penalaran ini menggunakan perbandingan antara dua hal yang mempunyai sifat
sama. Cara penalaran ini menggunakan cara berpikir yang mengasumsikan bahwa
dua hal yang memiliki persamaan pada suatu sisi pasti memiliki persamaan pada sisi
lainnya.

Contoh:

Seseorang yang sedang berada di puncak kesuksesan pasti mendapatkan


ujian yang lebih berat bila dibandingkan dengan orang lain yang belum
sesukses dirinya. Ibarat pohon yang tinggi, pohon tersebut akan mendapatkan
terpaan angin yang sangat kencang. Berbeda dengan pohon yang masih
rendah, terpaan angin yang didapatkan pohon tersebut tentu lebih pelan bila
dibandingkan dengan pohon yang tinggi. Jadi, ujian yang dihadapi seseorang
yang berada di puncak kesuksesan dapat kita ibaratkan sebagai pohon yang
tinggi.

Teks Eksposisi 12
Paragraf di atas merupakan contoh paragraf analogi. Dalam paragraf tersebut
dibandingkan dua hal yang memiliki kesamaan, yaitu seseorang yang berada di
puncak kesuksesan dan pohon yang tinggi.

3. Kausalitas
Pola penalaran ini menggunakan rangkaian peristiwa yang memiliki hubungan
sebab-akibat. Dalam penalaran ini, penulis dapat memilih untuk menyampaikan
sebab terlebih dulu atau akibatnya terlebih dulu. Jadi, polanya dapat disajikan sebab-
akibat atau akibat-sebab.

Contoh:

Anak-anak di zaman sekarang sudah melek teknologi. Bagaimana tidak, sejak


kecil mereka telah diperkenalkan dengan berbagai jenis gawai. Selain itu,
tontonan yang disiarkan di televisi atau media lainnya pun banyak mengenalkan
berbagai teknologi kepada anak-anak. Fasilitas itulah yang menyebabkan
mereka mengenal teknologi sejak dini.

E. Kata Sifat, Kata Turunan, dan Kalimat Verbal


Kata sifat, kata turunan, dan kalimat verbal sering digunakan dalam berbagai macam
teks, termasuk dalam teks eksposisi. Apa yang dimaksud kata sifat, kata turunan, dan
kalimat verbal? Berikut ini penjelasannya.

1. Kata Sifat
Kata sifat memiliki istilah lain, yaitu adjektiva. Kata sifat merupakan kata yang
menerangkan sifat dari suatu kata benda. Ciri bahwa suatu kata termasuk dalam
adjektiva adalah kata tersebut bisa diawali kata sangat, lebih, atau imbuhan ter-
bermakna paling.

Contoh:
Perhatikan kata-kata berikut!

Adjektiva
No. Kata Keterangan
(Ya / Tidak)

1. Aneh Ya Bisa diawali kata sangat, lebih, atau


imbuhan ter- bermakna paling
(Teraneh = paling aneh)

Teks Eksposisi 13
Adjektiva
No. Kata Keterangan
(Ya / Tidak)

2. Lari Tidak Tidak bisa diawali kata sangat, lebih,


atau imbuhan ter- bermakna paling
(Sangat lari)

3. Ramah Ya Bisa diawali kata sangat, lebih, atau


imbuhan ter- bermakna paling
(Sangat ramah)

4. Aturan Tidak Tidak bisa diawali kata sangat, lebih,


atau imbuhan ter- bermakna paling
(Lebih aturan)

2. Kata Turunan
Kata turunan adalah kata dasar yang telah mengalami perubahan, baik mengalami
pengimbuhan, pemajemukan, maupun pengulangan. Kata turunan mencakup kata
berimbuhan, kata ulang, dan kata majemuk.

a. Kata Berimbuhan
Kata berimbuhan adalah kata dasar yang mendapatkan imbuhan (baik awalan,
sisipan, akhiran, maupun awalan dan akhiran) yang membuat kata tersebut
berubah secara bentuk dan makna. Selain bentuk dan makna, imbuhan pada
suatu kata juga dapat mengubah jenis suatu kata menjadi jenis lain, contohnya
kata dasar berjenis kata sifat (adjektiva) dapat berubah menjadi kata turunan
berjenis kata benda (nomina).

Contoh:

No. Kata Dasar Kata Turunan Keterangan

1. Tari Penari Imbuhan pe-


Perubahan dari kata benda
tari bermakna gerakan badan,
tangan, dsb. yang berirama dan
biasanya diiringi musik menjadi
kata benda penari bermakna
orang yang (pekerjaannya)
menari

Teks Eksposisi 14
No. Kata Dasar Kata Turunan Keterangan

2. Sepeda Bersepeda Imbuhan ber-


Perubahan dari kata benda
sepeda bermakna kendaraan
beroda dua atau tiga yang
mempunyai serang, tempat
duduk, dan sepasang pengayuh
yang digerakkan kaki untuk
menjalankannya menjadi kata
kerja bersepeda bermakna
mengendarai sepeda

3. Nakal Kenakalan Imbuhan ke-an


Perubahan dari kata sifat
nakal bermakna kurang
baik atau buruk kelakuannya
menjadi kata benda kenakalan
bermakna perbuatan nakal

4. Makan Makanan Imbuhan -an


Perubahan dari kata kerja
makan bermakna memasukkan
sesuatu ke dalam mulut dan
menelannya menjadi kata
benda makanan bermakna
segala sesuatu yang dapat
dimakan

5. Gerlap Gemerlap Imbuhan -em-


Perubahan dari kata sifat
gerlap bermakna kerlap,
kilat, kilau menjadi kata sifat
gemerlap bermakna berkilap-
kilap, berkilauan

b. Kata Ulang
Kata ulang adalah kata yang terbentuk karena proses pengulangan kata dasar.
Perubahan kata dasar menjadi kata ulang tentu akan mengubah bentuk serta

Teks Eksposisi 15
maknanya. Ada banyak jenis kata ulang berdasarkan bentuknya, antara lain kata
ulang utuh (dwilingga), kata ulang sebagian (dwipurwa), kata ulang berubah bunyi
(dwilingga salin suara), kata ulang berimbuhan, dan kata ulang semu.

Contoh:

Kata Dasar Kata Turunan Jenis Makna Kata Ulang

rumah rumah-rumah dwilingga banyak

merah kemerah- kata ulang agak


merahan berimbuhan

mobil mobil-mobilan kata ulang menyerupai


berimbuhan

sayur sayur-mayur dwilingga salin bermacam-


suara macam

maaf bermaaf- kata ulang saling


maafan berimbuhan

balik bolak-balik dwilingga salin terus-menerus/


suara berulang

baik sebaik-baiknya kata ulang paling/kualitas


berimbuhan

tamu tetamu dwipurwa banyak

− lumba-lumba kata ulang semu −

c. Kata Majemuk
Kata majemuk adalah kelompok kata (gabungan antara dua kata atau lebih)
yang membentuk makna baru. Jadi, dalam pembentukan kata majemuk, dua atau
lebih kata dasar membentuk makna baru yang bukan makna dari kata-kata dasar
tersebut. Kata majemuk memiliki bentuk yang tetap.

Kata majemuk memiliki ciri-ciri: tidak bisa disisipi dengan kata lain, tidak
bisa diperluas dengan imbuhan awal atau akhir, serta letak/posisi kata yang
membentuk kata majemuk tidak dapat ditukar.

Teks Eksposisi 16
Contoh:

Kata Majemuk Makna

darah biru keturunan bangsawan

panjang tangan suka mencuri

rumah sakit gedung yang digunakan sebagai


tempat untuk merawat orang yang
sakit

buah bibir hal yang menjadi bahan


pembicaraan

buku tulis buku untuk menulis

3. Kalimat Verbal
Kalimat verbal adalah kalimat yang predikatnya berjenis kata kerja (verba), bukan
jenis kata lainnya. Kalimat ini setidaknya terdiri atas subjek (S) dan predikat (P) berjenis
kata kerja. Artinya, kalimat verbal juga bisa memuat unsur lainnya, seperti objek (O),
pelengkap (Pel), dan keterangan (Ket). Dengan demikian, kita bisa menyimpulkan
bahwa penanda bahwa suatu kalimat berjenis verbal adalah predikatnya yang
berupa kata kerja (verba). Kata kerja adalah kata yang menyatakan suatu perbuatan,
tindakan, atau kegiatan.

Contoh:
Dia bernyanyi.
S P

Adikku menceritakan pengalamannya.


S P O

Rena membuat vlog dengan teman-temannya.


S P O K

Gani diantar kakaknya.


S P Pel

Teks Eksposisi 17
Latihan Soal

Bacalah dengan saksama penggalan teks eksposisi di bawah ini untuk menjawab soal
nomor 1—2.

… Apapun maksud pembedaan itu, satu hal perlu ditegaskan di sini yaitu bahwa
pengajaran dan pendidikan bisa dibedakan, tetapi tak pernah bisa dipisahkan.
Alasannya, pengajaran yang diajarkan di sekolah tak dimaksudkan hanya untuk
menjadi transfer pengetahuan. Pengajaran memang bertujuan menyampaikan
pengetahuan, tetapi pengetahuan yang ditransfer itu harus menjadi sarana bagi
pendidikan anak didik, dan unsur dalam membentuk kepribadian mereka.

Soal 1

Penggalan teks ekposisi tersebut merupakan struktur teks eksposisi bagian ….

A. tesis
B. argumentasi
C. penegasan ulang pendapat
D. tujuan
E. pernyataan umum

Soal 2

Pada penggalan teks eksposisi tersebut terdapat kesalahan penulisan ejaan. Perbaikannya
di bawah ini kecuali ….
A. Kata apapun seharusnya ditulis apa pun.
B. Sebelum kata yaitu diberi tanda koma.
C. Tidak menggunakan tanda koma sebelum dan.
D. Kata tak seharusnya ditulis tidak.
E. Kata membentuk seharusnya ditulis pembentukan.

Soal 3

Apakah kritik dan kreativitas, disiplin dan kebebasan, metodologi dan imajinasi, menjadi
perhatian di sekolah-sekolah kita sekarang, dan dikembangkan dalam perimbangan
yang optimal, itulah pertanyaan dasar tentang pendidikan kita di Indonesia sekarang.

Teks Eksposisi 18
Penggalan teks eksposisi tersebut merupakan struktur teks eksposisi bagian ….

A. tesis
B. argumentasi
C. penegasan ulang pendapat
D. tujuan
E. pernyataan umum

Soal 4

Beberapa kesalahan itu terlihat dalam proses belajar yang lebih banyak … tuntutan
perkembangan kapasitas akademik anak sehingga anak tak … pengalaman belajar yang
… berdasarkan … sosial dan budaya yang terjadi di tengah-tengah kehidupannya.

Kata-kata yang tepat untuk mengisi bagian rumpang pada teks eksposisi tersebut adalah
….
A. mendominasi, memeroleh, otentik, kontek
B. didominasi, memperoleh, autentik, konteks
C. mendominan, diperoleh, outentik, konteks
D. didominasi, memeroleh, autentik, kontek
E. di dominasi, memperoleh, autentik, konteks

Soal 5

Kita yakin dan percaya, jargon tersebut tepat karena yang asalnya dari rakyat dan
dikerjakan oleh rakyat pastilah hasilnya dinikmati rakyat bukan orang lain.

Pada penggalan teks eksposisi tersebut terdapat verba yang menyatakan persepsi dan
konjungsi sebab akibat, yaitu ….

A. percaya, karena
B. dan, dari
C. yakin, dan
D. percaya, oleh
E. yakin, yang

Soal 6

Pada kenyataannya kegiatan ekonomi rakyat, bukanlah perkebunan atau peternak besar
atau MNC pertanian dan sejenisnya melainkan didominasi oleh perdagangan

Teks Eksposisi 19
Pada kutipan teks eksposisi tersebut terdapat konjungsi yang menghubungkan fakta-
fakta supaya tersaji runtut, yaitu …

A. atau
B. dan
C. pada kenyataannya
D. –nya
E. -lah

Bacalah teks eksposisi di bawah ini untuk menjawab soal nomor 7 –10.

Saya sering memberikan pertanyaan kepada guru dan siswa tentang makna
pengalaman belajar (learning experience). Rata-rata jawaban mereka ialah
kurangnya kegembiraan dalam belajar. Memang, baik guru maupun siswa
mengenal istilah fun learning, tetapi implementasinya jauh dari memadai. Banyak
guru sekedar mencari kesenangan dalam belajar dengan cara mengajak siswa
bermain, menari, dan bernyanyi, tetapi jarang sekali dari mereka memahami
hakikat kegembiraan dalam belajar (joyful learning). Pasalnya, apa yang mereka
rekayasa dalam bentuk permainan tidak nyambung (out of context) dengan bidang
studi yang diajarkan.

Soal 7

Penggalan teks tersebut merupakan struktur teks eksposisi bagian ….

A. tesis
B. argumentasi
C. penegasan ulang pendapat
D. tujuan
E. aspek yang dilaporkan

Soal 8

Dalam petikan teks eksposisi di atas, kata –nya pada implementasinya merujuk kepada
….

A. guru
B. siswa
C. fun learning
D. learning experience
E. makna pengalaman belajar

Teks Eksposisi 20
Soal 9

Pronomina persona yang terdapat dalam penggalan teks eksposisi tersebut adalah ….

A. guru, siswa
B. saya, mereka
C. –nya
D. dan, tetapi
E. kepada, ialah

Soal 10

Pada teks ekposisi tersebut terdapat kata serapan yang penulisannya tidak baku, yaitu
….

A. hakikat
B. sekedar
C. implementasi
D. studi
E. pasalnya

Teks Eksposisi 21

Anda mungkin juga menyukai