Anda di halaman 1dari 22

Nama: Maryam Yoanda Gita Okta Fillia

NIM: 06021381621032

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

Nama Sekolah : SMA Negeri 15 Palembang

Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia

Kelas/Semester : X/1

Jumlah Pertemuan : 2JP

Alokasi Waktu : 2 x 45 menit

A. Kompetensi Inti
1. Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya
2. Menunjukkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli (gotong royong, kerja
sama, toleransi, damai), santun, responsive, dan proaktif sebagai bagian dari solusi
atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan
social dan alam serta menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan
dunia
3. Memahami, menerapkan, menganalisis pengetahua faktual, konseptual, prosedural,
berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya,
dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan
peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan
prosedural pada bidang kajian spesifik dengan bakat dan minatnya untuk
memecahkan masalah.
4. Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait
dengan pengembangan dari apa yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, dan
mampu menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan.

B. Kompetensi Dasar dan Indikator


KD 3.3
3.3 Menganalisis struktur, isi (tesis, argumentasi, dan rekomendasi), kebahasaan teks
eksposisi yang didengar dan atau dibaca.

Indikator
3.3.1 Menentukan struktur teks eksposisi yang dibaca dan didengar
3.3.2 Menentukan unsur kebahasaan pada teks eksposisi
3.3.3 Menulis kembali kerangka struktur teks eksposisi berdasarkan teks yang dibaca

C. Tujuan Pembelajaran
Melalui kegiatan pembelajaran ini siswa dapat,
1. Menentukan struktur teks eskposisi
2. Menentukan unsur kebahasaan teks eksposisi
3. Menulis kembali teks eksposisi berdasarkan kerangka struktur teks yang dibaca
D. Materi Pembelajaran
1. Contoh teks eksposisi
2. Konsep
a. Struktur teks eksposisi:
1. Pernyataan tesis (pendapat tentang suatu permasalahan);
2. Argumen (data, fakta, dan pendapat untuk menguatkan tesis); dan
3. Pernyataan ulang.
b. Kebahasaan:
1. kalimat nominal dan
2. kalimat verbal (aktif transitif dan aktif intransitif)
3. kalimat konjungsi

E. Pendekatan, Metode, dan Model Pembelajaran


1. Pendekatan : Scientifik Learning
2. Metode : Tanya jawab, penugasan, diskusi
3. Model : Discovery Learning

F. Media dan Alat Pembelajaran


1. Media
a. Tels Eksposisi dalam bentuk print out
b. Materi teks eksposisi dalam power point
c. Lembar Kerja Siswa
d. Buku siswa
2. Alat/Bahan : Lcd Proyektor, Laptop, Penggaris, spidol, papan tulis dll.

G. Sumber Belajar
1. Suherli, dkk. 2017. Buku Siswa Bahasa Indonesia Kelas X Revisi Tahun 2017.
Jakarta: Pusat Kurikulum dan Perbukuan, Balitbang, Kemendikbud.
2. Suherli, dkk. Buku Guru Bahasa Indonesia Kelas X Revisi Tahun 2017. Jakarta:
Pusat Kurikulum dan Perbukuan, Balitbang, Kemendikbud.
H. Kegiatan Pembelajaran (2JP)

Kegiatan Deskripsi Alokasi Waktu

Pendahuluan 1. Guru mengucapkan salam dilanjutkan


dengan mengondisikan kelas untuk siap
belajar (seperti memeriksa kebersihan kelas
dan kehadiran peserta didik).

2. Guru juga mengajak siswa bertanya jawab


tentang pembelajran sebelumnya dan
pembelajaran yang akan disampaikan,

(1) apakah masih ada yang ingat apa


pengertian teks.... yang telah kita pelajari
10 Menit
seblumnya?

(2) apakah ada yang tau apa itu teks


eksposisi?

3. Guru memberikan beberapa kata motivasi


belajar untuk siswa.

4. Guru mengemukakan tujuan pembelajaran


yang ingin dicapai dari kegiatan
pembelajaran yang akan dilaksanakan

Kegiatan Inti 1. Guru memberikan siswa contoh teks eksposisi


yang berjudul Upaya Melestarikan
Lingkungan Hidup. Siswa diminta membaca
dan memahami contoh teks eksposisi tersebut.

2. Guru memberikan waktu untuk siswa 70 Menit


menanyakan hal-hal yang berkaitan dengan
struktur, ciri, kaidah yang berkenaan dengan
teks eksposisi dan kebahasaannya

3. Guru menjelaskan beberapa poin penting


mengenai materi teks eksposisi (ciri, struktur
dan kaidah kebahasaan) yang ditampilkan di
Power Point pada layar LCD.
4. Guru membagi siswa menjadi beberapa
kelompok dan siswa diminta untuk
mengidentifikasi struktur dan kebahasaan pada
teks eksposisi yang guru bagikan dan
menuliskannya pada lembar yang kerja yang
dibagikan.

5 Siswa mempresentasikan hasil kerja tersebut


di depan kelas. Kelompok lain dapat memberi
tanggapan.

6 Guru memberikan apresiasi kepada siswa


yang kinerjanya baik. Dilanjutkaan dengan
guru memperbaiki kekurangan pada
kesimpulan siswa tersebut.

7 Selanjutnya guru memberikan tugas evaluasi


berupa menulis kerangka teks eksposisi
(struktur dan isi) berdasarkan contoh teks
eksposisi dengan judul Pembangunan dan
Bencana Lingkungan, dan menuliskannya di
lembar kerja yang telah dibagikan.

8 Guru memilih perwakilan kelompok untuk


mempresentasikan hasil kerja mereka di
depan kelas, siswa lain dapat menangggapi.
9 Guru melakukan penilaian.

Penutup
1. Siswa bersama guru menyimpulkan butir-
10 Menit
butir pokok materi yang telah dipelajari.

2. Siswa bersama guru melakukan refleksi


untuk mengevaluasi, yaitu siswa bertanya
materi yang belum paham.
3. Guru memberikan tugas kepada peserta didik
untuk membuat teks eksposisi dengan tema
lingkungan.

4. Siswa diberikan informasi rencana kegiatan


pembelajaran untuk pertemuan berikutnya.

5. Guru menutup pelajaran dan mengucapkan


salam penutup.
INSTRUMEN PENILAIAN
Nama Sekolah : SMA Negeri 15 Palembang
Kelas/Semester : X/1
Materi Pokok : Teks Eksposisi
Alokasi Waktu : 2x45 menit (2JP)
Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia

Kompetensi Dasar dan Indikator


KD 3.3
3.3 Menganalisis struktur, isi (tesis, argumentasi, dan rekomendasi), kebahasaan
teks eksposisi yang didengar dan atau dibaca.

Indikator
3.3.4 Menentukan struktur teks eksposisi yang dibaca dan didengar
3.3.5 Menentukan unsur kebahasaan pada teks eksposisi
3.3.6 Menulis kembali kerangka teks eksposisi berdasarkan teks yang dibaca

F. Tujuan Pembelajaran
Melalui kegiatan pembelajaran ini siswa dapat,
4. Menentukan struktur teks eskposisi
5. Menentukan unsur kebahasaan teks eksposisi
6. Menulis kembali teks eksposisi berdasarkan kerangka struktur teks yang dibaca

Penilaian Sikap
Aspek yang Dinilai

Nama Tanggung Percaya


No. Kejujuran Disiplin Santun Peduli Diri
Siswa Jawab
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

1.

2.

3.

4.

5.

Keterangan penskoran:
1: apabila tidak konsisten menunjukkan sikap sesuai aspek sikap
2: apabila kadang-kadang konsisten menunjukkan sikap sesuai aspek sikap
3: apabila sering konsisten menunjukkan sikap sesuai aspek sikap
4: apabila selalu konsisten menunjukkan sikap sesuai aspek sikap
INSTRUMEN PENILAIAN KOMPETENSI PENGETAHUAN

Nama Sekolah : SMA Negeri 15 Palembang

Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia

Kelas/Semester : X/1

Kompetensi Dasar : Menganalisis struktur, isi (tesis, argumentasi, dan rekomendasi),

kebahasaan teks eksposisi yang didengar dan atau dibaca.

Indikator : 1. Menentukan struktur teks eksposisi

2. Menentukan struktur kebahasaan pada teks eksposisi

3. Menulis kembali teks eksposisi berdasarkan kerangka struktur teks.

Materi : 1. Contoh teks eksposisi

2. Struktur teks eksposisi

3. Unsur kebahasaan teks eksposisi

Instrumen:

1. Analisislah struktur teks eksposisi Pembangunan dan Bencana Lingkungan!


2. Tentukan struktur pada teks eksposisi Pembangunan dan Bencana Lingkungan!
3. Tentukan struktur kebahasaan teks eksposisi Pembangunan dan Bencana Lingkungan!
Pedoman penyekoran:

No Deskripsi Skor Skor


soal Maksimal

1 Menjawab dengan benar 3 bagian struktur teks eksposisi dengan 13 25


tepat.

Menjawab dengan benar 2 bagian struktur teks eksposisi dengan 8


tepat.

Menjawab dengan benar 1 bagian struktur teks eksposisi dengan 4


tepat.

2 Menemukan 3 unsur kebahasaan teks eksposisi dengan tepat 13 25

Menemukan 2 unsur kebahasaan teks eksposisi dengan tepat 8

Menemukan 1 unsur kebahasaan teks eksposisi dengan tepat 4

3 Menuliskan 3 struktur teks eksposisi dengan tepat 13 25

Menuliskan 2 struktur teks eksposisi dengan tepat 8

Menuliskan 1 struktur teks eksposisi dengan tepat 4

JUMLAH SKOR 100

Skor akhir = Skor yang diperoleh x 100 : Skor Maksimal

Palembang, Juni 2019

Mengetahui,

Dosen Pebimbing Guru Mata Pelajaran

Dra. Hj. Nurbaya, M. Pd Maryam Yoanda Gita, S.Pd.

NIP 19540815198503 2001 NIM 06021381621032


LEMBAR KERJA SISWA (LKS)

Nama Siswa :
Sekolah : SMA Negeri 15 Palembang
Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia
Kelas/Semester : X/Ganjil
Materi Pelajaran : Teks Eksposisi

Tugas I
Menentukan Struktur Teks Eksposisi
1. Bacalah teks eksposisi yang berjudul Upaya Melestarikan Lingkungan Hidup. Temukan
struktur teksnya dan tulis kembali pada kolom yang ada di bawah ini!

Bagian Struktur Kutipan Teks


Tugas II

Menentukan unsur kebahasaan Teks Eksposisi

1. Bacalah dan cermati teks eksposisi yang berjudul Upaya Melestarikan Lingkungan
Hidup. Setelah membaca, tentukan makna istilah yang terdapat dalam teks tersebut!

Teks : Upaya Melestarikan Lingkungan Hidup

No Istilah Makna

1 Rekonsiliasi

2 Efek

2. Temukan kata sifat yang terdapat dalam teks eksposisi Upaya Melestarikan Lingkungan
Hidup. Carilah maknanya dengan menggunakan KBBI dan isikan jawabanmu pada kolom
yang telah disediakan pada tabel berikut!

Teks : Upaya Melestarikan Lingkungan Hidup

Kata Sifat Makna Leksikal/Kamus


Tugas Evaluasi

Bacalah teks berikut dan tentukan struktur teks yang terdapat di dalamnya. Tuliskan
jawabanmu pada tabel yang sudah di sediakan!

Struktur Kutipan Teks

Tesis

Argumentasi

Penegasan
Ulang
Teks I

Upaya Melestarikan Lingkungan Hidup

Permasalahan seputar lingkungan hidup selalu terdengan mengemuka. Kejadian demi


kejadian dialami di dalam negeri telah memberi dampak yang sangat besar. Tidak sedikit
kerugian yang dialami, termasuk nyawa manusia juga. Namun, hal yang perlu dipertanyakan,
apakah pengalaman tersebut sudah cukup menyadarkan manusia untuk melihat kesalahan
dalam dirinya? Ataukah manusia justru merasa lebih nyaman dengan sikap menghindar dan
menyelamatkan diri dengan tidak memberikan solusi yang lebih baik dan lebih tepat lagi?

Banyak usaha yang seharusnya dilakukan oleh manusia dalam upaya pelestariaan
lingkungan hidup. Upaya yanng dimaksud oleh manusiaa dalam upaya rekonsiliasi,
perubahan konsep atau pemahamaan tentang alam dan menanamkan budaya pelestari.

Upaya Rekonsiliasi

Kerusakan lingkungan hidup dan efeknya terus berlangsung dan terjadi. Manusia
cenderung untuk menangisi nasibnya. Lama-kelamaan tangisan terhadap nasib itu terlupakan
dan dianggap sebagai embusan angin yang berlalu. Bekas tangisan karena efek dari
kerusakan lingkungan yang dialaminya hanya tinggal menjadi suatu memori untuk
dikisahkan. Namun, perlu diingat bahwa tidaklah cukup jika manusia hanya sebatas
menangisi nasibnya, tetapi pada kenyataannya tidak pernah sadar bahwa semua kejadian
tersebut adalah hasil dari suatu perilaku dan tindakan yang patut diperbaiki dan diubah.

Setiap peristiwa dan kejadian alam yang diakibatkan oleh kerusakan lingkungan hidup
merupakan suatu pertanda bahwa manusia mesti sadar dan berubah. Upaya rekonsiliasi
menjadi suatu sumbangan positif yang perlu disadari. Tanpa sikap rekonsiliasi, kejadian-
kejadian alam sebagai akibat kerusakan lingkungan hidup hanya akan menjadi langganan
yang terus-menerus dialami.

Lalu, usaha manusia untuk selalu menghindarkan diri dari akibat kerusakan
lingkungan hidup tersebut hendaknya bukan dipahami sebagai suatu kenyamanan saja. Akan
tetapi, justru kesempatan itu menjadi titik tolak untuk memulai suatu perubahan. Perubahan
untuk dapat mencegah dan meminimalisasi efek yang lebih besar. Jadi, sikap rekonsiliasi dari
pihak manusia dapat memungkinkannya melakukan perubahan demi kenyamanan di tengah-
tengah lingkungan hidupnya.

Perubahan Konsep Manusia tentang Alam

Salah satu akar permasalahan seputar kerusakan lingkungan hidup adalah terjadinya
pergeseran pemahaman manusia tentang alam. Berbagai fakta kerusakan lingkungan hidup
yang terjadi di tanah air adalah hasil dari suatu pergeseran pemahaman manusia tentang alam.
Cara pandang tersebut melahirkan tindakan yang salah dan membahayakan. Misalnya,
konsep tentang alam sebagai objek. Konsep ini memberi indikasi bahwa manusia cenderung
untuk mempergunakan alam seenaknya. T indakan dan perilaku manusia dalam
mengeksplorasi alam terus terjadi tanpa disertai suatu pertanggungjawaban bahwa alam perlu
dijaga keutuhan dan kelestariannya.

Banyak binatang yang seharusnya dilindungi justru menjadi korban perburuan


manusia yang tidak bertanggung jawab. Pembalakan liar yang terjadi pun tak dapat
dibendung lagi. Pencemaran tanah dan air sudah menjadi kebiasaan yang terus dilakukan.
Polusi udara sudah tidak disadari bahwa di dalamnya terdapat kandungan toksin yang
membahayakan. Jadi, alam merupakan objek yang terus menerus dieksploitasi dan
dipergunakan manusia.

Berdasarkan kenyatan demikian, diperlukan suatu perubahan konsep baru. Konsep


yang dimaksud adalah melihat alam sebagai subjek. Konsep alam sebagai subjek berarti
manusia dalam mempergunakan alam membutuhkan kesadaran dan rasa tanggung jawab. Di
sini seharusnya manusia dalam hidupnya dapat menghargai dan mempergunakan alam secara
efektif dan bijaksana. Misalnya, orang Papua memahami alam sebagai ibu yang memberi
kehidupan. Artinya alam dilihat sebagai ibu yang darinya manusia dapat memperoleh
kehidupan. Oleh karena itu, tindakan merusak lingkungan secara tidak langsung telah
merusak kehidupan itu sendiri.
Teks II

Pembangunan dan Bencana Lingkungan

Bumi saat ini sedang menghadapi berbagai masalah lingkungan yang serius. Enam
masalah lingkungan yang utama tersebut adalah ledakan jumlah penduduk, penipisan sumber
daya alam, perubahan iklim global, kepunahan tumbuhan dan hewan, kerusakan habitat alam,
serta peningkatan polusi dan kemiskinan. Dari hal itu dapat dibayangkan betapa besar
kerusakan alam yang terjadi karena jumlah populasi yang besar , konsumsi sumber daya alam
dan polusi yang meningkat, sedangkan teknologi saat ini belum dapat menyelesaikan
permasalahan tersebut.

Para ahli menyimpulkan bahwa masalah tersebut disebabkan oleh praktik


pembangunan yang tidak memperhatikan kelestarian alam atau disebut pembangunan yang
tidak berkelanjutan. Seharusnya, konsep pembangunan adalah memenuhi kebutuhan manusia
saat ini dengan mempertimbangkan kebutuhan generasi mendatang dalam memenuhi
kebutuhannya.

Penerapan konsep pembangunan berkelanjutan pada saat ini ternyata jauh dari
harapan. Kesulitan penerapannya terutama terjadi di negara berkembang. Salah satunya
Indonesia. Sebagai contoh, setiap tahun di negara kita diperkirakan terjadi penebangan hutan
seluas 3.180.243 ha (atau seluas 50 kali luas kota Jakarta). Hal ini juga diikuti oleh punahnya
flora dan fauna langka. Kenyataan ini sangat jelas menggambarkan kehancuran alam yang
terjadi saat ini yang diikuti bencana bagi manusia.

Pada tahun 2005-2006 tercatat terjadi 330 bencana banjir, 69 bencana tanah longsor, 7
bencana letusan genung berapi, 241 gempa bumi, dan 13 bencana tsunami. Bencana longsor
dan banjir itu disebabkan oleh perusakan hutan dan pembangunan yang mengabaikan kondisi
alam.

Bencana alam lain yang menimbulakan jumlah korban banyak terjadi karena praktik
pembangunan yang dilakukan tanpa memerhatikan potensi bencana. Misalnya, banjir yang
terjadi di Jakarta pada Febuari 2007, dapat dipahami sebagai dampak pembangunan kota
yang mengabaikan kerusakan lingkungan dan bencana alam.

Menurut tim ahli Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Air., penyebab
utama banjir di Jakarta ialah pembangunan kota yang mengabaikan fungsi daerah resapan air
dan tampungan air. Hal ini diperparah dengan saluran drainase kota yang tidak terencana dan
tidak terawat serta tumpukan sampah dan limbah di sungai. Akhirnya debit air hujan yang
tinggi menyebabkan bencana banjir yang tidak terelakan.

Masalah lingkungan di atas merupakan masalah serius yang harus segera diatasi.
Meskipun tidak mungkin mengatasi keenam masalah utama lingkungan tersebut, setidaknya
harus dicari solusi untuk mencegah bertambah buruknya kondisi bumi.
Kunci jawaban:

Teks Model

Upaya Melestarikan Lingkungan Hidup

Permasalahan seputar lingkungan hidup selalu terdengan mengemuka. Kejadian demi


kejadian dialami di dalam negeri telah memberi dampak yang sangat besar. Tidak sedikit
kerugian yang dialami, termasuk nyawa manusia juga. Namun, hal yang perlu dipertanyakan,
apakah pengalaman tersebut sudah cukup menyadarkan manusia untuk melihat kesalahan
dalam dirinya? Ataukah manusia justru merasa lebih nyaman dengan sikap menghindar dan
menyelamatkan diri dengan tidak memberikan solusi yang lebih baik dan lebih tepat lagi?

Banyak usaha yang seharusnya dilakukan oleh manusia dalam upaya pelestariaan
lingkungan hidup. Upaya yanng dimaksud oleh manusiaa dalam upaya rekonsiliasi,
perubahan konsep atau pemahamaan tentang alam dan menanamkan budaya pelestari.

Upaya Rekonsiliasi

Kerusakan lingkungan hidup dan efeknya terus berlangsung dan terjadi. Manusia
cenderung untuk menangisi nasibnya. Lama-kelamaan tangisan terhadap nasib itu terlupakan
dan dianggap sebagai embusan angin yang berlalu. Bekas tangisan karena efek dari
kerusakan lingkungan yang dialaminya hanya tinggal menjadi suatu memori untuk
dikisahkan. Namun, perlu diingat bahwa tidaklah cukup jika manusia hanya sebatas
menangisi nasibnya, tetapi pada kenyataannya tidak pernah sadar bahwa semua kejadian
tersebut adalah hasil dari suatu perilaku dan tindakan yang patut diperbaiki dan diubah.

Setiap peristiwa dan kejadian alam yang diakibatkan oleh kerusakan lingkungan hidup
merupakan suatu pertanda bahwa manusia mesti sadar dan berubah. Upaya rekonsiliasi
menjadi suatu sumbangan positif yang perlu disadari. Tanpa sikap rekonsiliasi, kejadian-
kejadian alam sebagai akibat kerusakan lingkungan hidup hanya akan menjadi langganan
yang terus-menerus dialami.

Lalu, usaha manusia untuk selalu menghindarkan diri dari akibat kerusakan
lingkungan hidup tersebut hendaknya bukan dipahami sebagai suatu kenyamanan saja. Akan
tetapi, justru kesempatan itu menjadi titik tolak untuk memulai suatu perubahan. Perubahan
untuk dapat mencegah dan meminimalisasi efek yang lebih besar. Jadi, sikap rekonsiliasi dari
pihak manusia dapat memungkinkannya melakukan perubahan demi kenyamanan di tengah-
tengah lingkungan hidupnya.

Perubahan Konsep Manusia tentang Alam

Salah satu akar permasalahan seputar kerusakan lingkungan hidup adalah terjadinya
pergeseran pemahaman manusia tentang alam. Berbagai fakta kerusakan lingkungan hidup
yang terjadi di tanah air adalah hasil dari suatu pergeseran pemahaman manusia tentang alam.
Cara pandang tersebut melahirkan tindakan yang salah dan membahayakan. Misalnya,
konsep tentang alam sebagai objek. Konsep ini memberi indikasi bahwa manusia cenderung
untuk mempergunakan alam seenaknya. T indakan dan perilaku manusia dalam
mengeksplorasi alam terus terjadi tanpa disertai suatu pertanggungjawaban bahwa alam perlu
dijaga keutuhan dan kelestariannya.

Banyak binatang yang seharusnya dilindungi justru menjadi korban perburuan


manusia yang tidak bertanggung jawab. Pembalakan liar yang terjadi pun tak dapat
dibendung lagi. Pencemaran tanah dan air sudah menjadi kebiasaan yang terus dilakukan.
Polusi udara sudah tidak disadari bahwa di dalamnya terdapat kandungan toksin yang
membahayakan. Jadi, alam merupakan objek yang terus menerus dieksploitasi dan
dipergunakan manusia.

Berdasarkan kenyatan demikian, diperlukan suatu perubahan konsep baru. Konsep


yang dimaksud adalah melihat alam sebagai subjek. Konsep alam sebagai subjek berarti
manusia dalam mempergunakan alam membutuhkan kesadaran dan rasa tanggung jawab. Di
sini seharusnya manusia dalam hidupnya dapat menghargai dan mempergunakan alam secara
efektif dan bijaksana. Misalnya, orang Papua memahami alam sebagai ibu yang memberi
kehidupan. Artinya alam dilihat sebagai ibu yang darinya manusia dapat memperoleh
kehidupan. Oleh karena itu, tindakan merusak lingkungan secara tidak langsung telah
merusak kehidupan itu sendiri.

Kunci jawaban:

Struktur teks eksposisi dengan judul Upaya Melestarikan Lingkungan Hidup

Tesis/ Permasalahan seputar lingkungan hidup selalu terdengar mengemuka.


Kejadian demi kejadian yang dialami di dalam negeri telah memberi
Pernyataan dampak yang sangat besar. Tidak sedikit kerugian yang dialami,
Pendapat termasuk nyawa manusia.
Namun, hal yang perlu dipertanyakan, apakahpengalaman tersebut sud
ah cukup menyadarkanmanusia untuk melihat kesalahan dalam dirinya
?Ataukah manusia justru merasa lebih
nyamandengan sikap menghindar dan menyelamatkandiri dengan tidak
memberikan solusi yang lebihbaik dan lebih tepat lagi?

Banyak usaha yang seharusnya dilakukan olehmanusia dalam upaya p


elestarian lingkunganhidup. Upaya yang dimaksud adalah upayarekons
iliasi, perubahan konsep atau pemahamantentang alam dan menanamk
an budaya pelestari.

Argumentasi Kerusakan lingkungan hidup dan efeknya terus berlangsung


dan terjadi. Manusiacenderung untuk menangisi nasibnya. Lama-
kelamaan tangisan terhadap nasib itu terlupakan dan dianggap sebag
ai embusan angin yangberlalu. Bekas tangisan karena efek darikerusak
an lingkungan yang dialaminya hanyatinggal menjadi suatu memori un
tuk dikisahkan.Namun, perlu diingat bahwa tidaklah cukup jikamanu
sia hanya sebatas menangisi nasibnya, tetapipada kenyataannya tidak p
ernah sadar bahwa
semua kejadian tersebut adalah hasil dari perilaku dan tindakan ya
ng patut diperbaiki dandiubah.
Setiap peristiwa dan kejadian alam yangdiakibatkan oleh kerusakan li
ngkungan hidupmerupakan suatu pertanda bahwa manusia mestisadar
dan berubah. Upaya rekonsiliasi menjadisuatu sumbangan positif yang
perlu disadari.Tanpa sikap rekonsiliasi, kejadian-
kejadian alamsebagai akibat kerusakan lingkungan hiduphanya akan m
enjadi langganan yang terus-menerus dialami.

Argumentasi
Lalu, usaha manusia untuk selalumenghindarkan diri dari akibat ke
rusakanlingkungan hidup tersebut hendaknya bukandipahami sebagai s
uatu kenyamanan saja. Akantetapi, justru kesempatan itu menjadi titi
k tolakuntuk memulai suatu perubahan. Perubahanuntuk dapat menceg
ah dan meminimalisasi efekyang lebih besar. Jadi, sikap rekonsiliasi
daripihak manusia dapat memungkinkannyamelakukan perubahan dem
i kenyamanan ditengah-tengah lingkungan hidupnya.

Argumentasi Salah satu akar permasalahan seputar kerusakan lingkungan hidup ad


alah terjadinyapergeseran pemahaman manusia tentang alam.Berbagai f
akta kerusakan lingkungan hidup yangterjadi di tanah air adalah hasil dar
i suatupergeseran pemahaman manusia tentang alam.Cara pandang terse
but melahirkan tindakan yangsalah dan membahayakan. Misalnya, ko
nseptentang alam sebagai objek. Konsep ini memberiindikasi bahwa m
anusia cenderung untukmempergunakan alam seenaknya. Tindakan dan
perilaku manusia dalam mengeksplorasi alamterus terjadi tanpa disertai
suatupertanggungjawaban bahwa alam perlu dijagakeutuhan dan kelestar
iannya.

Argumentasi Banyak binatang yang seharusnya dilindungi justrumenjadi korban perburu


an manusia yang tidakbertanggung jawab. Pembalakan liar yang terjadi punt
ak dapat dibendung lagi. Pencemaran tanah dan airsudah menjadi kebiasaan ya
ng terus dilakukan. Polusiudara sudah tidak disadari bahwa di dalamnyater
dapat kandungan toksin yang membahayakan.Jadi, alam merupakan objek
yang terus menerusdieksploitasi dan dipergunakan manusia.
Penegasan Berdasarkan kenyatan demikian, diperlukan suatu perubahan konsep ba
Ulang dan ru. Konsep yangdimaksud adalah melihat alam sebagai subjek.Konsep alam
rekomendasi sebagai subjek berarti manusia dalammempergunakan alam membutuhk
an kesadaran dan rasa tanggung jawab. Di sini seharusnya manusia da
lam hidupnya dapat menghargai danmempergunakan alam secara efekti
f danbijaksana. Misalnya, orang Papua memahami alamsebagai ibu yang
memberi kehidupan. Artinyaalam dilihat sebagai ibu yang darinya man
usiadapat memperoleh kehidupan. Oleh karena itu, tindakan merusak
lingkungan secara tidaklangsung telah merusak kehidupan itu sendir

Tugas II

Unsur kebahasaan Upaya Melestarikan Lingkungan Hidup.

No Istilah Makna

1. Rekonsiliasi Perbuatan/ tindakan memulihkan hubungan


persahabatan pada keadaan semula;

3. Efek Akibat, pengaruh

4. Konsep ide atau pengertian yang diabstrakkan dari peristiwa


konkret

5. Indikasi Tanda-tanda yang menarik perhtian, petunjuk.

6. Pembalakan Kegiatan menebang pohon untuk mendapatkan kayu


bulat

7. Toksin zat racun yang dibentuk dan dikeluarkan oleh


organisme yang menyebabkan kerusakan radikal
dalam struktur atau faal, merusak total hidup atau
keefektifan organisme pada satu bagian.

8. Dieksploitasi Didayagunakan

9. Solusi Pemecahan masalah

10. Potensi Kemampuan yang mungkin untuk dikembangkan


Kunci jawaban:

Teks proses

Pembangunan dan Bencana Lingkungan

Bumi saat ini sedang menghadapi berbagai masalah lingkungan yang serius. Enam
masalah lingkungan yang utama tersebut adalah ledakan jumlah penduduk, penipisan sumber
daya alam, perubahan iklim global, kepunahan tumbuhan dan hewan, kerusakan habitat alam,
serta peningkatan polusi dan kemiskinan. Dari hal itu dapat dibayangkan betapa besar
kerusakan alam yang terjadi karena jumlah populasi yang besar , konsumsi sumber daya alam
dan polusi yang meningkat, sedangkan teknologi saat ini belum dapat menyelesaikan
permasalahan tersebut.

Para ahli menyimpulkan bahwa masalah tersebut disebabkan oleh praktik


pembangunan yang tidak memperhatikan kelestarian alam atau disebut pembangunan yang
tidak berkelanjutan. Seharusnya, konsep pembangunan adalah memenuhi kebutuhan manusia
saat ini dengan mempertimbangkan kebutuhan generasi mendatang dalam memenuhi
kebutuhannya.

Penerapan konsep pembangunan berkelanjutan pada saat ini ternyata jauh dari
harapan. Kesulitan penerapannya terutama terjadi di negara berkembang. Salah satunya
Indonesia. Sebagai contoh, setiap tahun di negara kita diperkirakan terjadi penebangan hutan
seluas 3.180.243 ha (atau seluas 50 kali luas kota Jakarta). Hal ini juga diikuti oleh punahnya
flora dan fauna langka. Kenyataan ini sangat jelas menggambarkan kehancuran alam yang
terjadi saat ini yang diikuti bencana bagi manusia.

Pada tahun 2005-2006 tercatat terjadi 330 bencana banjir, 69 bencana tanah longsor, 7
bencana letusan genung berapi, 241 gempa bumi, dan 13 bencana tsunami. Bencana longsor
dan banjir itu disebabkan oleh perusakan hutan dan pembangunan yang mengabaikan kondisi
alam.

Bencana alam lain yang menimbulakan jumlah korban banyak terjadi karena praktik
pembangunan yang dilakukan tanpa memerhatikan potensi bencana. Misalnya, banjir yang
terjadi di Jakarta pada Febuari 2007, dapat dipahami sebagai dampak pembangunan kota
yang mengabaikan kerusakan lingkungan dan bencana alam.

Menurut tim ahli Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Air., penyebab
utama banjir di Jakarta ialah pembangunan kota yang mengabaikan fungsi daerah resapan air
dan tampungan air. Hal ini diperparah dengan saluran drainase kota yang tidak terencana dan
tidak terawat serta tumpukan sampah dan limbah di sungai. Akhirnya debit air hujan yang
tinggi menyebabkan bencana banjir yang tidak terelakan.

Masalah lingkungan di atas merupakan masalah serius yang harus segera diatasi.
Meskipun tidak mungkin mengatasi keenam masalah utama lingkungan tersebut, setidaknya
harus dicari solusi untuk mencegah bertambah buruknya kondisi
BAHAN AJAR

1. Pengertian Teks ekposisi


Pengertian teks Eksposisi adalah paragraf atau karangan yang terkandung sejumlah
informasi dan pengetahuan yang disajikan secara singkat, padat, dan akurat. Pendapat lain
menyatakan bahwa Teks Eksposisi adalah jenis atau ragam teks yang memiliki fungsi
menyampaikan gagasan-gagasan berupa pemikiran tentang suatu topik. Paragraf eksposisi
ini bersifat Ilmiah atau dapat dikatakan non fiksi. Ragam teks Eksposisi ini sering
digunakan dalam konteks komunikasi sehari-hari secara lisan, maupun tulisan. Misalnya,
ketika kalian melakukan diskusi dalam forum seminar, seseorang yang menyampaikan
argumen dalam debat pendapat dan sebagainya.
Untuk memperjelas uraian, dapat dilengkapi dengan grafik, gambar atau statistik.
Sebagai catatan, tidak jarang eksposisi ditemukan hanya berisi uraian tentang
langkah/cara/proses kerja. Eksposisi demikian lazim disebut paparan proses. Teks
Eksposisi layaknya teks yang lain, yakni memiliki struktur.

2. Ciri-ciri teks eksposisi


Ciri Umum Teks Eksposisi
1. Singkat
2. Padat
3. Akurat
4. Berusaha menjelaskan sesuatu
5. Gaya bersifat informatif
6. Fakta dipakai sebagai alat distribusi
7. Fakta dipakai sebagai alat konkritasi
8. Umumnya menjawab pertanyaan apa,siapa,kapan,di mana,mengapa,bagaimana

3. Struktur teks eksposisi


a. Pernyataan Umum atau Tesis
Bagian ini berfungsi untuk memperkenalkan topik sekaligus menempatkan
pembaca pada posisi tertentu. Karena dengan teks yang digunakan penulis itu
ingin mengemukakan pendapat, maka pembaca bisa berada pada posisi yang
sependapat atau pada posisi yang bersebrangan dengannya.

b. Argumentasi atau alasan


Bagain dari teks Eksposisi adalah argumen atau alasan. Panjang dan
pendeknya bagian ini tergantung pada jumlah argumen yang telah kalian kenalkan
secara garis besar di dalam pernyataan umum, kemudian kalian menyebutkan
ulang dan menjabarkan argumen tersebut dalam paragraf-paragraf. Pengembangan
argumen menjadi paragraf ini dilakukan melalui penyajian contoh dan alasan.
c. Penegasan Ulang Pendapat (Simpulan).
Pengulangan tersebut dilakukan dengan berdasarkan pada argumen yang telah
disajikan di dalam bagian sebelumnya. Pengulangan opini bersifat pilihan,
sehingga tidak semua teks Eksposisi mempunyainya.

4. Kaidah penulisan teks eksposisi


Beberapa langkah tersebut, sebagai berikut.
1. Menentukan topik yang akan disajikan
Langkah pertama yang harus dilakukan saat membuat teks eksposisi adalah
menentukan tema. Dengan menentukan tema, pada saat menulis kita lebih terfokus
pada tema tersebut sehingga dapat lebih menjiwai tulisan yang dibuat. Adapun sifat
topik-topik yang dikembangkan dalam teks eksposisi, sebagai berikut.

2. Menentukan tujuan eksposisi


Setelah menentukan topik yang akan dipaparkan, kita harus memiliki tujuan
yang nantinya akan memberikan penjelasan dan pemahaman kepada pembaca.

3. Memilih data yang sesuai dengan tema


Setelah menentukan tema dan tujuan penulisan, langkah selanjutnya yang
harus dilakukan adalah mengumpulkan data atau bahan yang diperlukan dalam
penulisan teks eksposisi. Bahan dapat diperoleh dari buku, majalah, pencarian di
internet, surat kabar, maupun wawancara langsung.

4. Membuat kerangka karangan


Sebelum pembuatan karangan eksposisi, terlebih dahulu membuat
kerangkanya secara lengkap dan sistematis.

5. Pembahasan dengan mengembangkan kerangka karangan


Setelah kerangka karangan tersusun, mengembangkan secara lebih lengkap
lagi agar ciri-ciri eksposisi dapat tersalurkan, eksposisi yang bersifat informatif,
objektif, dan logis. Dalam karangan ini, pengarang lebih menjelaskan maksud dari
topiknya itu dengan menyertakan bukti-bukti yang konkret sebagai penunjang dari
pembahasan itu.

6. Membuat simpulan
Sesuai dengan tujuan menuliskan sebuah karangan eksposisi, kesimpulan
harus sejalan, bahkan harus memperkuat tesis tersebut.

5. Unsur kebahasaan teks eksposisi


1. Pronomina
Pronomina atau kata ganti adalah jenis kata yang menggantikan nomina atau
frasa nomina. Pronomina dapat diklasifikasikan menjadi dua macam yaitu pronomina
persona dan pronomina nonpersona.
Pronomina Persona (kata ganti orang) yaitu Persona Tunggal. Contohnya
seperti ia, dia, anda, kamu, aku, saudara, -nya, -mu, -ku, si-., dan Persona Jamak
Contohnya seperti kita, kami, kalian, mereka, hadirin, para.
Pronomina Nonpersona (kata ganti bukan orang) yaitu Pronomina Penunjuk
contohnya seperti ini, itu, sini, situ, sana. dan pronomina penanya contohnya seperti
apa, mana, siapa.

2. Nomina dan Verba


Nomina (kata benda) Merupakan kata yang mengacu pada benda, baik nyata
maupun abstrak. Dalam kalimat berkedudukan sebagai subjek. Dilihat dari bentuk dan
maknanya ada yang berbentuk nomina dasar maupun nomina turunan. Nomina dasar
contohnya gambar, meja, rumah, pisau. Nomina turunan contohnya perbuatan,
pembelian, kekuatan, dll.
Verba (kata kerja) Merupakan kata yang mengandung makna dasar perbuatan,
proses, atau keadaan yang bukan sifat. Dalam kalimat biasanya berfungsi sebagai
predikat.

3. Konjungsi
Kata penghubung (konjungsi). Contohnya pada kenyataannya, kemudian,
lebih lanjut. Untuk memperkuat argumentasi, kata hubung atau konjungsi dapat
dimanfaatkan. Dalam konteks pengajuan pendapat tentang kebijakan bahasa ASEAN
itu, penulis menghubungkan argumentasi dengan kata hubung pada kenyataannya,
kemudian, dan lebih lanjut. Idealnya, argumentasi tidak disajikan secara acak. Kata
hubung seperti itu dapat digunakan untuk menata argumentasi dengan cara
mengurutkan dari yang paling kuat menuju ke yang paling lemah atau sebaliknya.

Anda mungkin juga menyukai