Anda di halaman 1dari 6

OPTIMALISASI PENGGUNAAN BENDERA ISYARAT VISUAL

DI MV. AMMAR PT. GURITA LINTAS SAMUDERA


1*
David Adhi Susanto, 2* Gita Kusumawardani, 3*Eni Tri Wahyuni
1
Alumnus, Politeknik Bumi Akpelni
1&2
Program Studi Nautika, Politeknik Bumi Akpelni
Jl. Pawiyatan Luhur II/17, Bendandhuwur, Semarang
e-mail : davidadhisusanto@gmail.com

Abstrak

Tujuan dari kajian ini adalah untuk menganalisa tentang bagaimana caranya menghindari suatu
miscommunication terutama yang di sebabkan olehkurangnya kesadaran perwira dalam
penggunaan bendera isyarat visual di atas kapal MV. Ammar, dan karena tidak adanya sanksi
tegas dari Nakhoda bila tidak dikibarkanya bendera isyarat visual.
Adapun metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu menggunakan metode kualitatif dan
analisis deskriptif, serta pengumpulan data juga dilakukan dengan cara menggunakan metode
observasi, metode dokumentasi dan metodi studi pustaka. Pengamatan ini dilakukan selama
penulis berada di atas kapal MV. Ammar PT. Gurita Lintas Samudera selama praktek laut
dalam 1 tahun. Dari pembahasan, diperoleh bahwa agar miscommunicationdapat terhindari,
maka pemberian familiarisasi pada setiap perwira oleh Nakhoda tentang tugas dan tanggung
jawab di atas kapal harus di selenggarakan. Selain itu, Nakhoda memberikan sanksi tegas
apabila di temukan pelanggaran atau tidak digunakanya bendera isyarat visual. Sanksi-sanksi
yang di buat oleh Nakhoda harus memberikan efek jera pada setiap perwira. Dari diskusi ini,
dapat disimpulkan bahwa bendera isyarat visual adalah syarat mutlak untuk menjamin seluruh
operasional kapal berjalan dengan baik, serta sedapat mungkin untuk menghindari
miscommunication, karena hal ini merupakan suatu hal yang sangat tidak diinginkan oleh
pihak manapun.

Kata kunci: Bendera, Isyarat Visual, dan Optimaliasi

PENDAHULUAN tidaknya sebuah pekerjaan ditentukan oleh


Di bidang transportasi laut khususnya managerial yang dilakukan untuk membuat
pengangkutan barang atau muatan, telah perencanaan, mengorganisasikan,
ditetapkannya peraturan penggunaan menempatkan dan mengendalikan anak
bendera isyarat visual untuk memberikan buahnya untuk kesuksesan pekerjaannya.
cara-cara dan sarana-sarana berkomunikasi Perwira di atas kapal juga bertanggung
dalam situasi yang ada hubunganya dengan jawab atas tugas dan tanggungjawabnya
keselamatan pelayaran dan orang-orang terhadap isyarat yang harus diberikan
khususnya apabila terdapat kesulitan kepada kapal lain agar tidak terjadi
bahasa. Kode isyarat visual di atas kapal kesalahpahaman sejak kapal lepas dari
pada dasarnya dimaksudkan untuk dermaga maupun pada saat melakukan
memberikan isyarat kepada kapal-kapal lain kegiatan yang berhubungan dengan
agar mengetahui aktifitas yang dilakukan di penggunaan bendera isyarat visual. Melihat
atas kapal tersebut. Kode ini juga diadakan pentingnya masalah diatas, maka dalam
dengan memperhatikan kenyataan terutama Penulisan ini akan membahas tentang
ketika tidak ada kesulitan dalam bahasa. permasalahan penggunaan bendera isyarat
Oleh karena itu, disusunlah suatu aturan visual yang sesuai dengan prosedur untuk
yang sederhana agar komunikasi dapat mencegah terjadinya suatu hal yang tidak
dilakukan secara efektif. Dalam suatu diinginkan yang dapat mengganggu
pekerjaan apapun, manusia selalu amannya suatu pelayaran dan suksesnya
memegang peranan paling penting. Dimana operasional kapal. Adapun tujuan dari
apabila sumber daya manusia berkedudukan penulisan yang dituangkan dalam research
sebagai manager menentukan sukses atau ini adalah untuk meningkatan tugas dan

179
tanggung jawab perwira di atas kapal melalui pengelihatan) adalah sebuah
tentang penggunaan bendera isyarat visual, rangkaian proses penyampaian informasi
dan untuk meningkatkan kepedulian atau pesan kepada pihak lain dengan
Nakhoda terhadap crew MV. AMMAR menggunakan media penggambaran yang
terhadap penggunaan bendera isyarat visual hanya terbaca oleh indra pengelihatan.
yang ada di atas kapal. Komunikasi visual mengkombinasikan
seni, lambang, tipografi, gambar dan warna
LANDASAN TEORI dalam penyampaiannya. Dalam dunia
Pengertian Optimal pelayaran khususnya kode isyarat
Menurut Kamus Bahasa Indonesia, W.J.S internasional pada dasarnya dimaksudkan
Poerdwa Darminta (2008:753) untuk memberikan cara-cara dan sarana-
dikemukakan bahwa “Optimal adalah hasil sarana berkomunikasi dalam situasi yang
yang dicapai sesuai dengan keinginan. Jadi ada hubungannya dengan keselamatan
optimalisasi merupakan pencapaian hasil pelayaran dan orang-orang, khususnya
sesuai harapan secara efektif dan efisien. apabila terdapat kesulitan dalam bahasa,
”Optimal banyak juga diartikan sebagai maka digunakanlah isyarat visual.
ukuran dimana semua kebutuhan dapat
dipenuhi dari kegiatan – kegiatan yang METODE
dilaksanakan. Menurut Winardi (2005 : Dalam pengumpulan data dan analisis data,
363) Optimal adalah ukuran yang penulis menggunakan Pendekatan
menyebabkan tercapainya tujuan sedangkan kualitatif. Menurut Saryono (2010:1)
jika dipandang dari sudut usaha, Optimal penelitian kualitatif adalah penelitian yang
adalah usaha memaksimalkan kegiatan menggambarkan suatu kualitas yang tidak
sehingga mewujudkan keuntungan yang bisa diukur dengan menggunakan angka
diinginkan atau dikehendaki. dan hanya bisa diukur dengan kata-kata.
Dalam hal ini data yang digunakan adalah
Bendera berbentuk statement atau kata-kata, dan
Menurut kamus besar bahasa Indonesia Penulis menggunakan deskripsi kualitatif
pengertian bendera adalah sepotong kain, yaitu Penulis memberikan penjabaran
sering dikibarkan di tiang, umumnya terhadap hasil penelitian yang diperoleh.
digunakan secara simbolis untuk
memberikan sinyal atau identifikasi. Hal Jenis dan Teknik pengumpulan data
ini paling sering digunakan untuk Dalam mengumpulkan data Penulis
melambangkan suatu hal kegiatan maupun menggunakan metode studi pustaka, dan
hal lainya. observasi. Data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah data primer dan
Isyarat Visual sekunder. Data primer berasal observasi
Menurut Clark(1990), bahasa isyarat ialah sedangkan data sekunder bersal dari buku-
satu kaidah komunikasi yang buku dan internet. Di samping itu, penulis
menggungakan simbol-simbol tanpa juga melakukan observasi atau pengamatan
menggunakan suara atau dikenali sebagai pada MV. AMMAR, merekam,
non-verbal comunication. Simbol – simbol menghitung, mengukur, menganalisa, dan
yang digunakan boleh merupakan mencatat solusi permasalahan yang terjadi.
pergerakan tangan dan anggota badan yang
lain, mimik muka, gambar, simbol – simbol Teknik Analisah data
atau isyarat yang mempunyai makna Dalam menganalisah data, penulis
tertentu dan boleh difahami oleh kedua menggunakan analisis isi atau content
pihak yaitu penutur dengan penerima. analysis. Menurut Afifudin,Et.al
Menurut ensklopedia bebas Wikipedia (2015:165) Bahwa analisis isi adalah suatu
Indonesia, komunikasi visual (komunikasi penelitian bersifat pembahasan mendalam

180
seputar informasi tertulis. Analisa ini bisa termasuk dalam klas IV muatan berbahaya
digunakan dalam media cetak, buku, dll. menurut SOLAS 1974 (flammable solids).
Dalam penelitian ini penulis menjabarkan Seharusnya kapal ini mengibarkan bendera
data yang dikumpulkan lalu membuat suatu isyarat visual “B” sebagai kode agar kapal
kesimpulan. lain yang berada di sekeliling kapal ini
megetahui bahwa kapal tersebut sedang
HASIL DAN PEMBAHASAN mengangkut muatan berbahaya. Pelayaran
Hasil dilakukan selama satu setengah hari, saat
Ketika penulis melaksanakan tugas praktik itu kapal tiba di area anchor Paiton pada
laut (Prala) di atas kapal MV. AMMAR, tanggal 26 Mei 2017. Perwira jaga yang
penulis terus melakukan pengamatan- jaga pada saat jam tersebut melakukan
pengamatan dan pengumpulan data yang laporan pada pihak kepanduan Paiton.
berhubungan dengan penggunaan bendera Kepanduan merencanakan naik di atas
isyarat visual. Dalam hal ini penulis kapal MV. Ammar sekitar 3 jam lagi. Di
memfokuskan pada faktor tanggung jawab area anchor Paiton juga ada beberapa kapal
seorang perwira terhadap penggunaan cargo yang bermuatan batu bara sedang
bendera isyarat visual di atas kapal sebagai berlabuh jangkar. Sedangkan jarak kapal
mana mestinya. Dari pengamatan tersebut, satu dengan yang lainya rata-rata kurang
penulis mendapat beberapa temuan dari 5 cable. Disini terjadi
observasi. Bendera merupakan salah satu misscommunication antara pihak kepanduan
hal penting sebagai kode atau isyarat untuk dengan pihak kapal. Pihak pandu yang akan
kapal lain maupun pihak lain agar naik di atas kapal mengalami kebingungan
mengetahui aktivitas apa yang sedang di saat mencari kapal di karenakan koordinat
lakukan kapal tersebut. Di sini sumber posisi kapal yang diberikan kepada pihak
daya manusia sangat memegang peranan kepanduan kurang akurat. Padahal dalam
penting karena sebagai manageryang pemahaman dan penggunaan bendera
dituntut untuk mempunyai kecakapan yang isyarat visual berdasarkan hukum
handal terutama dalam permasalahan International Code of Signal dan Standard
bernavigasi yang baik, menguasai semua Marine Naviagtional Vocabolary (
peralatan bantu navigasi juga kemampuan Standard Marine Communication Phrases
berbahasa dan komunikasi yang baik. Dari 1995 ) di dalam aturan tersebut dijelaskan
uraian-uraian yang telah dijelaskan bahwa pengertian bendera “G” adalah
sebelumnya, bahwa upaya peningkatan “Saya butuh pandu”. Tetapi pihak kapal
pengetahuan para perwira tentang tidak menaikkan atau menggunakan
bagaimana kecakapan seorangperwira bendera isarat visual tersebut karena kapal
dalam hal bernavigasi terutama dalam tidak terbiasa menggunakannya.
penggunaan bendera isyarat visual pada
saat bendera tersebut memang harus PEMBAHASAN
digunakan. Penggunaan bendera isyarat Permasalahan
visual dalam suatu pelayaran sangat Dari data dan fakta-fakta yang ditemui di
diwajibkan guna mendukung kelancaran atas, jelaslah bahwa isyarat visual adalah
operasional kapal. Berikut penulisberikan salah satu kompenen penting yang harus
gambaran permasalahan dari beberapa diprioritaskan oleh setiap perwira agar
contoh kasus yang terjadi di atas kapal terhindar dari kesalahpahaman antara pihak
tempat taruna melakukan praktik laut. Pada penerima dan pihak pengirim signal. Untuk
saat melakukan pelayaran pada tanggal 24 itu permasalahan yang timbul adalah: 1).
Mei 2017, ketika kapal berlayar dari Adang Kurangnya kesadaran perwira dalam
Bay menuju ke pelabuhan Paiton. Saat itu penggunaan bendera isyarat visual di MV.
kapal memuat batu bara, padahal batu bara AMMAR. Saat kapal memuat muatan batu
adalah salah satu muatan berbahaya bara perwira tidak mengibarkan bendera

181
isyarat visual “B” padahal disini jelas ketika memasuki pelabuhan tiba, dan
bahwa batu bara adalah salah satu muatan dikodekan dengan bendera isyarat,
berbahaya berbentuk padat yang mudah sehingga semua kegiatan dapat dikontrol
terbakar. Bendera isyarat ini dikibarkan dengan baik dan benar sesuai dengan
bertujuan agar di ketahui oleh kapal lain prosedur yang ada. Perwira jaga maupun
yang sedang melintas, bahwa kapal ini anak buah kapal harus memperhatikan
memuat muatan berbahaya. Selain bendera setiap kegiatan yang akan menggunakan
“B” permasalahan yang ditemui di MV. bendera isyarat. Perwira juga harus
Ammar adalah tidak dipasangnya bendera melakukan prosedur peggunaan bendera
isyarat “G” saat kapal membutuhkan pandu, isyarat saat kapal akan membutuhkan
hal tersebut terjadi di area labuh jangkar pandu seperti :
karang jamuang surabaya. Pada hal tersebut a. Saat kapal mau tiba di anchor station
karena dari pihak kapal tidak memasang kapal lapor pada pihak agen
bendera isyarat “G” maka pandu tidak bisa mengenai rencana sandar.
mencari kapal MV. Ammar yang b. Apabila agen memberikan info kapan
membutuhkan pandu. 2). Tidak adanya rencana sandar dan kapal harus drop
sanksi tegas dari nakhoda bila tidak anchordulu kemudian dilanjutkan
dikibarkannya bendera isyarat visual. Perwira kapal memberi laporan
Selama ini dari pihak nakhoda sebagai kepada pihak kepanduan bahwa kapal
pemimpin diatas kapal tidak memberi akan drop anchor.
sanksi yang tegas untuk perwira dan crew c. Ketika kapal sudah drop anchor
kapal saat melakukan pelanggaran, dengan perwira melaporkan posisi anchor
hal tersebut perwira dan crew akan terus kapal saat itu.
melakukan pelanggaran yang sama. d. Setelah pihak kapal sudah mengetahui
rencana sandar, perwira lapor kepada
Pemecahan Permasalahan kepanduan untuk request pandu.
1. Mengadakan peningkatan dalam e. Selama kapal menunggu pandu naik
pemberian familirisasi pada setiap di atas kapal kita, pihak kapal
perwira oleh Nakhoda tentang tugas dan menaikkan bendera isyarat “G” yang
tanggung jawab di atas kapal. Selain itu artinya “kami butuh pandu”
mengadakan penyuluhan ke Perwira dan f. Kemudian setelah pandu naik di atas
Crew deck guna mengetahui tugas-tugas kapal, bendera isyarat “G” di ganti
penggunan bendera isyarat visual yang dengan bendera isyarat “H” yang
berlaku sewaktu kapal sedang artinya “Ada Pandu di atas kapal
beroperasi. Mereka dipersyaratkan untuk kami”Dalam pemecahan masalah ini,
meningkatkan kecakapan, dan selain prosedur penggunaan bendera
melaporkan kepada perwira jaga jika ada isyarat visual saat kapal
peralatan bendera isyarat yang sudah membutuhkan pandu berikut prosedur
tidak layak dipakai. Nakhoda penggunaan bendera isyarat visual
memberikan familiarisasi pada setiap saat kapal memuat muatan berbahaya
perwira di atas kapal tentang tugas dan :
tanggung jawabnya agar tidak terjadi 1. Pada saat kapal melakukan
ketidakpahaman penggunaan bendera bongkar muat di dermaga, ataupun
isyarat, memberikan suatu kejelasan setelah kapal lepas tali dari
akibat dari tidak pahaman pengguna dermaga hingga kapal selesai
bendera isyarat di atas kapal. loading muatan dan hendak
Pengawasan Nakhoda dilakukan pada bertolak meninggalkan pelabuhan
saat adanya kegiatan kapal menuju pelabuhan selanjutnya,
membutuhkan pandu pada saat akan pihak kru kapal harus
sandar, memuat barang berbahaya,

182
memancangkan bendera isyarat c. Pelaporan (SP 3) Dalam SP3 ini
visual untuk muatan berbahaya. perwira dan crew kapal yang telah
2. Kapal yang mengangkut muatan mendapatkan poin mencapai 50 maka
berbahaya harus mengibarkan Nakhoda berhak melaporakan ke
bendara isarat visual “B”. pihak perusahaan pelayaran PT.
3. Kapal harus tetap mengibarkan Gurita Lintas Samudera, atas
bendara “B” saat melakukan peraturan yang telah dilanggar.
pelayaran. Persetujuan ini sudah disetujui oleh
4. Bendera isyarat visual “B” bisa di semua pihak perwira dan crew MV.
turunkan apabila kapal telah Ammar dengan menandatangani
selesai bongkar muatan dan sebagai tanda bahwa aturan tersebut
berganti ke muatan yang tidak telah berlaku dan disahkan oleh
berbahaya. nakhoda.
2. Nakhoda memberikan sanksi tegas
apabila ditemukan pelanggaran atas KESIMPULAN
tidak digunakannya bendera isyarat Berdasarkan permasalahan yang ada, maka
visual. Nakhoda sebagai pemimpin penulis dapat menyimpulkan beberapa hal
diatas kapal memberikan sanksi apabila sebagai berikut :
ditemukan pelanggaran kepada perwira 1. Kesadaran perwira terhadap tugas dan
atau crew kapal deck yang tidak tanggung jawabnya di atas kapal MV.
melaksanakan tugas dalam penggunaan Ammar masih sangat minim, terutama
bendera isyarat sesuai prosedur pada saat tugasnya dalam penggunaan bendera
akan sandar membutuhkan pandu, isyarat visual di atas kapal, perwira
memuat barang berbahaya, dan saat tidak melakukan pengecekan dan
kapal akan memasuki negara lain yang pemasangan bendera isyarat visual “G”
telah ditetapkan didalam hukum saat kapal standbay menunggu pandu
International Code of Signal dan serta tidak menggunakan bendera isyarat
Standard Marine Naviagtional visual “B” saat kapal memuat batu bara.
Vocabolary (Standard Marine 2. Tidak adanya sanksi tegas dari pihak
Communication Phrases 1995). Dalam Nakhoda terhadap kelalaian perwira saat
pelaksanaanya dikapal MV. Ammar tidak memperhatikan penggunaan
Nakkoda memberi sanksi berupa : bendera isyarat visual. Selama ini dari
a. Peneguran (SP 1) Setiap perwira dan pihak nakhoda sebagai pemimpin diatas
crew kapal deck yang melanggar dan kapal tidak memberi sanksi yang tegas
tidak memasang bendera isyarat pada untuk perwira dan crew kapal saat
saat kapal membutuhakan pandu dan melakukan pelanggaran, dengan hal
memuat barang berbahaya maka tersebut perwira dan crew akan terus
nakhoda akan memberikan sanksi melakukan pelanggaran yang sama.
berupa teguran secara langsung oleh Berdasarkan kesimpulan yang ada di atas,
nakhoda dan akan ditindaklanjuti diberikan saran-saran untuk berbagai pihak
dengan pemberian poinkedisiplinan yang terlibat langsung maupun tidak
yang telah diterapkan kapal MV. langsung sebagai berikut:
Ammar.
b. Penilaian Poin (SP 2) Setiap perwira Untuk pihak Kapal
dan crew kapal yang membuat 1. Nakhoda memberikan familiarisasi pada
kesalahan dalam melanggar aturan setiap perwira di atas kapal tentang tugas
akan mendapatkan poin. Apabila poin dan tanggung jawabnya agar
tersebut terkumpul dengan jumlah 50 menggunakan bendera isyarat visual saat
maka perwira dan crew kapal akan memang di perlukanya pengunaan
mendapatkan SP3. bendera isyarat visual. Hal ini digunakan

183
agar tidak adanya kesalah pahaman Winardi 2005. Optimalisasi.
antara pihak kapal sendiri dengan kapal https://www.scribd.com>mobile>do
lainya maupun dari pihak pihak lain. c. Diakses tgl 13 Februari 2018 Jam
2. Nakhoda memberikan sanksi tegas 20.25 Wib
kepada perwira yang sekiranya tidak
melakukan hal tersebut. Hal ini
dilakukan agar memberi efek jera kepada
setiap perwira sehingga penggunaan
bendera isyarat visual dapat di terapkan
dengan sebagaimana mestinya.

Untuk Pihak Perusahaan


1. Pihak perusahaan harus mengadakan
seleksi yang lebih ketat, teliti dan
independent (bebas KKN) dalam
memilih calon-calon Perwira yang akan
ditempatkan di atas kapal.
2. Pihak perusahaan perlu untuk
mengadakan program-program pelatihan
mengenai permasalahan dalam pekerjaan
dan tanggung jawab sebagai salah satu
program Safety Management System
yang diberikan perusahaan sebelum
Perwira itu berlayar atau selama dalam
pelayaran yang pelaksanaannya
diserahkan kepada Nahkoda.

DAFTAR PUSTAKA
Afifudin,Et.al, 2015. Metodelogi Penelitian
Kualitatif. Bandung. Pustaka Setia
Darminta, W.J.S Poerdwa. 2008.Optimal.
Bandung, Ilham Jaya.
Kementrian Perhubungan Badan
Pengembangan Sumber Daya
Manusia Perhubungan Dan
Peningkatan Ilmu Pelayaran,2016.
Isyarat Visual (Komunikasi).
Jakarta.
Poerwadaminta2003. Kamus Umum
Bahasa Indonesia. Jakarta, Balai
Pustaka.
Saryono. 2010. Metodologi Penelitian
Kualitatif. Bandung: Tarsito
Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008
Tentang Pelayaran.
Clark1990. Isyarat Visual.
https://witaisma.wordpress.com.
Diakses tgl 13 Februari 2018 Jam
20.00 Wib

184

Anda mungkin juga menyukai