Anda di halaman 1dari 4

Aku masih menutup mataku.

Tapi aku tidak seperti akan dicium oleh Niall, aku malah
merasa seperti akan mati karena kehabisan napas. Apa aku terkena asma dadakan? Tapi
dikeluargaku tidak ada riwayat asma dari siapapun. Aku mencoba mengambil napas sebanyak
yang aku bisa.Aku mulai membuka mataku saat ada seseorang yang memanggil dan
meneriaki namaku. Itu seperti suara Tere.

“MANDAA!!”

Aku belum tersadar sepenuhnya, tak salah lagi Tere berada didepanku saat ini.
Tunggu tunggu.. bukankan tadi aku sedang bersama Niall? Ah sial apakah tadi aku hanya
bermimpi? Dan aku sadar ternyata Tere yang membangunkanku dengan mencubit hidungku,
pantas saja aku jadi kesusahan bernapas.

“Tereee kenapa lo bangunin gue?” Aku merengek seperti anak kecil. Dia menaikkan
alisnya seakan bertanya apa yang kumaksud.

“Kenapa Man? Astaga gue khawatir sama lo, sekarang lagi hujan gue takut lo
kelaperan terus mampir ke Abang tukang pecel lele. Terus karena hujannya deres banget eh
lo ketiduran ditempat abang pecel lele kan gak lucu. Apalagi kalau si abangnya sampai
mutilasi lo karena punya dendam yang terpendam selama ini terus potongannya dikirim ke
rumah gue serem tau Man.” Aku melotot kepadanya. Tere bercerita dengan mimik muka
yang sumpah demi apapun pengen ditimpuk pakai heels kayaknya, bisa – bisanya dia
berpikiran seperti itu.

“Kayaknya lo pengen banget ya gue cepet mati? Ya kalo abangnya mau mutilasi
orang dan punya dendam kesumat itu harusnya ke lo Ter. Udah sering utang ke abangnya,
mana sering juga bikin kerusuhan sampai si abang nyebut tiap liat kita berdua bhakks.” Aku
tertawa dan menyilangkan tanganku di depan dada.

“Seenggaknya gue itu cantik.” Tere nyengir kearahku.

“Apa hubungannya Ter?”

“Ya gak ada sih Man. Kalo disambung pake kabel sama lem kira- kira bisa gak ya?
Nanti gue coba tanya sama mbah buyut gue dulu deh.” Tere terkekeh karena kekonyolannya
sendiri.

“Sumpah Ter itu gak ada hubungannya ya antara lo cantik apa gak sama abang pecel
lele, astaga sekali- kali otak lo perlu dipermak biar bener dikit. Kalo punya utang ya dibayar
Ter jangan ngeles mulu kaya bajaj.” Seketika Tere melotot kearahku.

“Yaudahlah gak usah ngungkit masalah utang gue bisa gak sih. Lagian kasian tau
sama abangnya pasti sekarang kupingnya lagi gatel karena kita omongin.”

“Semerdeka lo aja Ter, mau abangnya kegatelan, kepanasan kan yang ngurusin juga
istrinya, gua mah ogah ngurusinnya. Lagian mau gue ngomong sampai berbusa pun lo gak
bakalan pernah serius. Whatever. Dan kayaknya lo lupa kalo gue masih marah sama lo.” Aku
mengerucutkan bibirku dan Tere malah mengerutkan dahinya bingung.
“Ya abisnya lo bangunin gue disaat yang gak tepat tau gak? Lo udah gagalin Niall
yang mau nyium gue, padahal gue tadinya mau ngajak Niall ngedate sebelum gue sadar
ternyata semua itu cuma mimpi. Sakit Ter di php in sama Niall. Coba aja lo diposisi gue
sekarang. Nyessek moment tau.” Aku bercerita dengan raut wajah yang kubuat- buat seakan
disini aku yang tersakiti. Tere yang sedari tadi mendengar rengekanku malah cekikikan tak
jelas lalu menempelkan punggung tangannya kedahiku.

“Kenapa Ter?”

“Kayanya lo panas Man, pantesan lo mimpi begituan haha. Lagian baru aja kemaren
Niall ngajak nikah gue di Paris. Mana pas jemput gue dia pake Gojek langganan papi gue lagi
kan berasa ada manis- manisnya gitu man.” Aku sudah jengkel dan tidak tahan dengan sikap
Tere dan dengan refleks slingbag ku pun sudah melayang ke kepala Tere.

Tere menjulurkan lidahnya ke arahku “Mending sekarang kita pulang aja yuk udah
mepet banget nih nanti keburu doi yang nyampe duluan kan ribet.”

“TERESIAAA.” Aku berteriak ke arahnya, ia nyengir dan malah lari menjauhiku.


Sungguh sepertinya Tere perlu dimuseumkan.

***

Author’s POV

“Eh itu harusnya disitu.”


“Tere kenapa lo belum siap- siap?”
“Yaampun kalian ini salah.”
“Ah gila!”
Amanda mengurusi semua hal hari ini. Bahkan ia akan mengecek semua persiapan
untuk pesta ini. Ia tak akan beranjak dari tempat itu sebelum merasa semua benar- benar
sempurna. Ia memang seseorang yang memperhatikan sesuatu sampai detail terkecilnya. Tere
yang dari tadi memperhatikan tingkah laku sahabatnya hanya menggeleng. Ia tau Amanda
sudah menunggu hari ini sejak dua tahun lalu ketika Awan, seseorang yang menjadi pengisi
hatinya telah pergi jauh darinya. Walaupun Tere baru mengenal Amanda satu tahun terakhir
ini ia tahu bahwa Amanda masih sangat menyayangi sosok bernama Awan.
“Man biar gue yang handle ini, lo siap- siap aja ya.”
“Tapi Ter...”
“Saya tidak menerima penolakan dalam bentuk apapun nona.”
“Ya terserah yang penting semuanya bisa se- perfect yang gue bayangin.”
“Siap boss. Udah udah gue bisa lo andalin kalo cuma urusan beginian.”
Amanda yang mendengar ocehan dari Tere pun langsung beringsut menuju kamarnya
untuk bersiap- siap. Tapi ia seketika berhenti karena suara getaran dari handphone yang dari
tadi ia pegang. Ia terlihat sumringah setelah melihat siapa yang mengirim pesan kepadanya.
Namun raut wajahnya berubah ketika melihat isi dari pesan tersebut, dan setetes air mata pun
keluar dari mata indahnya.
“SEMUANYA BUBAR! SEMUANYA KELUAR!” Amanda berteriak dan membuat
semua orang yang berada di ruangan itu pun langsung menghentikan semua aktifitas yang
mereka kerjakan. Sejurus kemudian Amanda sudah naik keatas dan membanting pintu
dengan keras. Tere yang melihat semua itu pun langsung khawatir kepada Amanda. “Biar gue
susul Amanda dulu, kalian tunggu disini bentar ya.” Tere pun langsung berlari menuju kamar
Amanda yang sudah tertutup rapat akibat bantingannya tadi.
“Man gue masuk ya, please.” Tere bicara dari luar pintu kamar Amanda. Ia sangat
khawatir dengan keadaan sahabatnya yang sedang berada di dalam sana. Dengan sangat hati-
hati ia membuka knop pintu dan masuk kedalam kamar. Dengan sigap ia langsung
merengkuh Amanda kedalam pelukan hangatnya dan mencoba menenangkan Amanda.
Amanda sesenggukan dalam tangisan diamnya. Setelah dirasa Amanda sudah agak tenang,
Tere pun dengan hati- hati menanyakan sebenarnya apa yang terjadi yang membuat Amanda
menangis seperti ini.
“Kenapa lo nangis Man? Cerita sama gue biar lo gak sendirian.” Amanda menatap
Tere dalam diam, Ia hanya tidak tahu mau berkata apa. Dengan masih menghapus sisa- sisa
air mata tangisan cinanya tadi, Amanda menyerahkan Handphone berisi pesan dari seseorang
yang langsung membuat Tere kaget seketika dan memeluk Amanda lagi.

From: Kak Awan


“Saya gak jadi datang ke Jogja, dan jangan pernah menunggu saya pulang dan kembali
karena saya tidak mau membuat kamu menangis untuk kedua kalinya.”

Tere mengelus punggung Amanda pelan, ia tak habis pikir bagaimana seseorang yang
sering diceritakan Amanda sebagai sosok yang Amanda cintai telah menyakiti sahabatnya
untuk kedua kalinya. “Mungkin kak Awan lagi sibuk disana Man. Gue yakin kok Kak Awan
gak bermaksud bikin nangis lo kayak gini.” Kata Tere meyakinkan Amanda.
“Gak mungkin Ter, kalau emang kayak gitu kenapa dia bilang seakan- akan dia
emang gak bakalan balik kesini dan udah gak mau ketemu sama gue. Padahal selama ini gue
udah nunggu dia sampai 2 tahun. Gue... Gue...” Ucap Amanda terbata dan dengan suara
serak.
“Sssttt... Udah Man, gue tau lo sayang banget sama Kak Awan tapi untuk apa lo
nungguin sesuatu yang jelas- jelas udah nyakitin lo bahkan sampai dua kali kayak gini. Entah
sengaja atau gak sama aja, lagian Dia yang udah mutusin semua hubungan yang berhubungan
sama lo. Dia udah mutusin benang yang udah kalian rangkai buat mengikat hubungan kalian
dalam suatu hubungan. Gue ngerti kalo misalnya lo belum bisa ngelupain dia, tapi jangan
biarin lo terus berada dalam jeratan pesonanya. Jangan biarin dia ketawa liat lo nangis disini,
buktiin ke dia kalo lo bisa buat hidup tanpa adanya dia disini.”
“Semua itu butuh waktu Ter, gue gak bisa secepet itu ngelupain Kak Awan.” Jawab
Amanda yang langsung dibalas Tere dengan memegang kedua tangan Amanda dan
menggenggemnya. “Lo punya gue, dan inget gue gak bakalan ngebiarin lo sendirian.”
“Tapi lo janji kan buat gak ninggalin gue.”
“Iya Amanda, gue janji.” Tere tersenyum kepada Amanda yang kemudian langsung
disambut dengan pelukan. Mereka berpelukan cukup lama sampai Tere bergumam lagi.
“Eh by the way tadi siang lo kemana sih sampai ketiduran dibawah pohon.” Tere
mencoba mencairkan suasana yang sedang canggung saat ini.
“Biasa Ter gue ambil barang pesenan gue. Tadi gue ambil bantal yang bisa custom
sendiri gambarnya. Untung masih buka kantornya, kalo gak gue bisa bolak- balik kesana.”
Amanda sudah tersenyum dan sepertinya Tere berhasil.
“Terus bantal lo mana? Pengen liat dong kali aja gue naksir.” Ucap Tere dengan tawa
khasnya. Amanda terdiam sejenak, mengerutkan keningnya seakan berpikir keras. “Astaga
barangnya ketinggalan di bawah pohon deh Ter kayaknya. Sial gara- gara gue ketiduran jadi
lupa. Gimana nih, gue itu pake uang jajan gue seminggu kedepan.” Kini perhatian Amanda
sepertinya sudah teralihkan dengan bantal yang tertinggal atau mungkin hilang entah kemana.
“Dasar nenek! Besok kita cari kesana lagi semoga aja gak hilang.”
“Semoga aja Ter. Besok lo bantuin gue nyari ya.” Tere mengangguk, dan keheningan
menyapa mereka.
“Gue kangen Mama, besok gue pulang.”
“lo yakin Man?”
“Iya.” Jawab Amanda tegas.

Anda mungkin juga menyukai