Inilah awal perjuangan usaha Tonton. Pada bulan Oktober 1999, ia mendirikan
Rattanland Furniture. Modal yang dikeluarkannya untuk memulai usaha ini adalah
satu buah komputer lengkap dengan fasilitas Internet. ”Modal awal saya kira-kira Rp
5juta,”kataTonton.
Tonton memanfaatkan modalnya untuk membuat website sendiri. Selama tiga bulan
dia berkutat dengan komputer dan tidak keluar rumah atau bergaul dengan teman
seusianya. Alhasil, ibu Tonton, Erna Ma’soem, kerap menegru dan memarahinya.
Sang ayah, Ruchimat Samsudi, juga meragukan keberhasilan bisnis anaknya.
”Mereka sering bilang: masa cari uang lewat komputer sih?” ujar Tonton, sembari
menirukanperkataankeduaorangtuanya. Namun, keraguan orangtuanya itu
terpatahkan. Pesanan dari luar negeri akhirnya mampir ke website Tonton:
Hanya, Tonton yang saat itu belum mengerti soal dokumen ekspor memilih untuk
menjadi calo mebel rotan. Selama setahun, Tonton menjalankan pekerjaan sebagai
calo, tapi ia tetap belajar mengenai produksi dan ekspor rotan. ”Saya belajar dari
perusahaan eksportir rotan rekanan saya,” tutur suami Hilda D. Syafei ini sambil
tertawa.
Nah, pada tahun 2000, Tonton memberanikan diri untuk terjun langsung sebagai
eksportir. Tapi, langkah nekatnya tidak berjalan mulus.
Pertama kali mengirim produk ke luar negeri, ternyata konsumennya langsung
mengajukan klaim. Pembeli Tonton itu menganggap kualitas mebel rotan buatannya
buruk. Jadi, Tonton wajib mengganti setiap produk yang rusak. Kalim ini merupakan
pukulan besar bagi Tonton. Mau tak mau, ia harus berhutang guna menutupi
penggantian itu. ”Sedih sekali, rasanya ingin mundur dari bisnis ini,” kenang Tonton.
Walaupun sempat putus asa, Tonton tetap berusaha. Ia yakin bahwa masa depan
cerah akan menanti bisnisnya. ”Jika saya tetap tekun berusaha, saya pasti
mendapatkan berkah,” tandas Tonton. Doa Tonton pun terjawab. Pesanan sebanyak
empat kontainer menghampiri Rattandland. Berkat pesanan itu, seluruh utang dan
kerugian yang sebelumnya diderita Tonton bisa terbayar lunas. ”Wah, saya senang
sekali. Semangat saya pun bertambah,” kata Tonton.
Tapi, Tonton masih mendapat pengalaman buruk lain. Ia pernah ditipu pembelinya
dari Arab Saudi. Pasalnya, ”Waktu itu saya belum paham soal posisi tawar dalam
masalah pembayaran,” ungkap pria yang gemar jogging ini.
Setelah kejadian itu, Tonton pun mewajibkan para konsumennya untuk melakukan
pembayaran uang muka terlebih dahulu. ”Kalau ada uang muka, produk baru
dikerjakan,” ucap lulusan Fakultas Teknik Universitas Parahyangan ini.
Biar sudah sukses, Tonton tak berhenti bermimpi. Obsesi Tonton yang terpendam
adalah menaikkan jumlah kontainer untuk ekspor. ”Harapan saya, di tahun 2008,
target ekspor bisa mencapai 30 kontainer per bulan,” katanya. Untuk mencapai
target itu, Tonton tak segan-segan terus belajar mengenai rotan. Ia juga selalu
mencoba hal baru, misalnya saja mengombinasikan rotan dengan pelepah pisang,
rumput laut, abak dan enceng gondok untuk mebelnya. Tak lupa, menurut Tonton, ia
harus mengikuti perkembangan desain dam kebutuhan pasar yang ada.
Selain itu, Tonton memberikan garansi. ”Berapa pun unit yang rusak, pasti saya
ganti dan tidak dipungut biaya apa pun,” tandasnya dengan tegas
Dari cerita diatas dapat saya simpulkan bahwa yang membuat Tonton sukses adalah rasa
semangat pantang menyerah yang dimiliki Tonton.Tonton selalu berusaha atas semua yang
terjadi, saat ia terjatuh ia tidak langsung menyerah akan tetapi berusaha agar menjadi lebih baik.
Ia juga memberi garansi yaitu berapa pun unit yang rusak, pasti saya ganti dan tidak dipungut
biaya, garansi ini juga salah satu faktor yang membuat diri nya sukses dikarenakan dengan adanya
garansi ini, pembeli tidak akan ragu untuk memesan.