Anda di halaman 1dari 5

LAPORAN HASIL WAWANCARA

Identitas pewawancara :

Nama :

1.Nimas firdayanti

2. Khoirina Kamila

3.Fauzi Tazqia Al qifahri

Pendidikan : Mahasiswa IAIN kudus

Semester : 7 (Tujuh)

Alamat : Tumpangkrasak

Identitas Narasumber

Nama : Mbah Suratman

Alamat : Tumpangkrasak Rt1 Rw5

Usaha : Pengrajin ban bekas

Tanggal wawancara : 13 September 2021

Jam : 08.30-selesai
Hasil wawancara

Pertanyaan

1. Sudah berapa lama mendirikan usaha ini?


2. Bagaimana latar belakang berdirinya UMKM ini?
3. Adakah strurktur organisasi UMKM ini?
4. Bagaimana aktivitas operasional/produksi dalam UMKM ini?
5. Berapa kisaran harga produk yang dijual di pasaran?
6. Dalam menjalankan bisnis ini adakah orang yang ikut membantu mengembangkan
UMKM ini?
7. Selama menjalankan bisnis ini, apakah ada pihak eksternal yang ikut menanam modal
sebagai tambahan modal bisnis ini?
8. Dari berbagai jenis produk, mana yang paling diminati konsumen?
9. Bagaimana proses pemasaran produk tersebut?
10. Bagaimana pengetahuan (owner) terkait pencatatan keuangan di UMKM ini?
11. Apa saja jenis transaksi yang yang sering digunakan UMKM ini?
12. Kira-kira berapa penghasilan per bulan dari bisnis tersebut?
13. Laporan keuangan apa saja yang telah di pakai UMKM ini?
14. Terkait bisnis yang dijalankan, menurut (owner) apakah kita penting jika menyusun
laporan keuangan secara rinci/sederhana?
15. Dalam menjalankan bisnis ini adakah kendala apa saja yang dihadapi?
16. Dalam UMKM ini memiliki jumlah karyawan dan adakah tugas tersendiri?
17. Apakah SDM karyawan di UMKM tersebut sudah paham tentang pencatatan keuangan
dalam usaha?
18. Bagaimana cara (owner) mensejahterakan agar tetap bertahan?
19. Banyak pesaing bisnis yang berlomba-lomba melakukan inovasi baru, adakah strategi
untuk mensiasati bisnis yang sama agar tetap bertahan
Hasil Wawancara

Mbah Suratman adalah seorang pemilik usaha yang menjalankan bisnis kerajinan ban
bekas. Usaha ini berlokasi di desa Tumpangkrasak rt1 rw5 gang 4. Dengan memanfaatkan teras
rumahnya, Mbah Suratman dapat menghasilkan berbagai kerajinan ban yang menjadi mata
pencahariannya sampai saat ini. Menurut keterangan, Mbah Suratman memulai bisnis ini pada
tahun 1978. Sebelumnya beliau bekerja di pabrik gula rendeng, dan setelah keluar dari
pekerjaannya beliau mulai merintis usaha kerajinan ban ini. Setelah keluar dari pekerjaannya dan
mengalami kecelakaan, beliau akhirnya memutuskan untuk merintis usaha kerajinan ini. Di umur
yang tidak lagi muda, tidak membuat beliau berhenti membuat kerajian ban. Sampai saat ini
beliau masih terlihat semangat dalam menjalankan usahanya, beliau masih mampu dan kuat
dalam membuat berbagai kerajinan yang jumlahnya cukup banyak. Mbah Suratman dalam
mengelola usaha kerajinan ban juga dibantu oleh kedua anaknya.

Mbah Suratman menyebutkan beberapa faktor yang menyebabkan penurunan jumlah


peminat sandal ban, yaitu karena adanya sandal swallow dan sandal karet dari cina yang lebih
diminati oleh konsumen zaman sekarang. Beliau banyak mengalami pasang surut dalam
menjalankan usaha ini, beliau dapat bertahan sampai sekarang dengan cara tetap
mempertahankan kualitas kerajinan yang dibuatnya. Mbah suratman mendapatkan suplai ban
bekas dari dalam kota maupun luar kota, untuk modal awal beliau tidak mengatakan berapa
jumlahnya, tapi modal memang berasal dari beliau sendiri bukan dari pihak eksternal. Beliau
tidak hanya membuat kerajinan sandal ban, namun juga kerajinan lainnya yang terbuat dari ban
contohnya : ember ban, timba air dan tong sampah. Menurut Mbah Suratman, kerajinan yang
paling diminati adalah sandal ban. Mbah Suratman tidak mengatakan tentang omset yang bisa
didapatkan perbulannya, beliau hanya mengatakan bahwa usahanya sudah dapat untuk
menyambung kehidupannya sehari-hari. Kirasaran harga kerajinan dari Mbah Suratman, sebagai
berikut:

 Sandal ban : Satuan (Rp. 15.000 ) dan Grosir ( Rp. 10.000/Rp. 12.000 )
 Tong sampah : (Rp. 55.000)
 Timba air : (Rp. 22.000)
Untuk proses pembuatan kerajinan ban, beliau masih menggunakan cara yang tradisoinal.
Dimulai dari menggambar pola dan mengukur ukuran sandal yang diinginkan. Kemudian pola
gambar tersebut dipotong menggunakan pisau, kemudian pemberian lubang pada sandal ban nya,
setelah itu proses pemasangan serampat pada lubang yang telah dilubangi. Ujung serampat
kemudian dilapisi selang yang ukurannya kira-kira 5cm, selang tersebut digunakan untuk
membuat ujung tali serampat tegak. Yang terakhir, tali serampat di pasang paku kecil dibagian
kanan kiri sandal sebagai pengait tali sandal. Setelah mengetahui cara pembuatan sandal ban,
ternyata relatif cukup mudah untuk dibuat, cukup memerlukan kesabaran, ketekunan, dan
ketelitian.

Untuk memasarkan kerajinan nya, beliau hanya menunggu pesanan dari pelanggan dengan
jumlah besar/grosir dan satuan. Jadi, beliau tidak menjual hasil kerajinannya dipasar secara
langsung atau secara online seperti di marketplace, Shopee, Lazada, Tokopedia, dll. Untuk
kedepannya Mbah Suratman ingin usaha kerajinan bannya dapat diteruskan oleh anak beliau,
dengan dapat memproduksi banyak kerajinan yang lebih beraneka ragam dan dapat
memproduksi dengan jumlah yang banyak dan harapan beliau semoga usahanya dapat
berkembang semakin besar dan dapat dikenal oleh banyak orang.

Anda mungkin juga menyukai