Anda di halaman 1dari 5

1.

WIRAUSAHA TELA - TELA Singkong Eropa " FRIED CASSAVA "

. 1. Rumusan Masalah Rumusan masalah dari makalah ini adalah: 1. Bagaimana awal bisnis Tela-Tela? 2. Apa saja permasalahan yang dihadapi serta usaha yang dilakukan? 3. Apa upaya kreasi dan inovasi yang dilakukan dalam pengembangan usaha? 2 Tujuan Penulisan Tujuan dari penulisan ini adalah: 1. Mengetahui salah satu contoh kewirausahaan 2. Mengetahui bagaimana solusi dalam menghadapi permasalahan yang ada 3. Mengetahui kreasi dan inovasi yang dilakukan dalam mengembangkan wirausaha 2. Kajian Kasus 2.1 Awal Bisnis Tela-Tela Adalah 4 sekawan Febri Triyanto (27), Fat Aulia Muhammad (31), Ashary Tamimi (31), dan Eko Yulianto (32) pendiri dan pencetus waralaba Tela-Tela. Mereka adalah empat orang pemuda asal Yogya yang memiliki minat yang sama terhadap bisnis dan sudah lama saling mengenal sejak mereka masih sama-sama kuliah. Sebelum serius mengembangkan usaha Tela-Tela, mereka juga pernah mencoba belajar beberapa bisnis, hanya saja faktor keberuntungan mungkin belum berpihak kepada mereka. Berkali-kali usaha yang mereka jalankan berakhir dengan kegagalan. Hebatnya mereka tidak pernah menyerah, dengan modal spirit bisnis yang memang sudah kuat, mereka terus bereksperimen dan berkarya, Tela-Tela adalah buah sukses perjuangan mereka. Pada tahap awal mereka membuat singkong goreng dengan empat macam bumbu. Mereka juga menyeleksi jenis singkong yang cocok. Lalu ditawarkan ke sejumlah rekannya di kampus untuk mencicipi. Setelah ketemu rasa yang kira-kira menjual, mulailah berjualan pada pertengahan 2005 di depan rumah. Kebetulan di kawasan itu banyak mahasiswa kos. Keripik singkong dengan aneka rasa dijual dengan harga murah meriah. Gerobaknya diberi nama Tela Tela. Sambutannya ternyata meriah.Pokoknya membuat mereka optimistis melanjutkannya. Tiga bulan kemudian mereka menambah dua outlet (gerobak). Modalnya diambil dari uang hasil penjualan televisi dan sebagainya hingga terkumpul Rp 1,5 juta. Setelah itu upaya mengembangkan pasar dilakukan. Termasuk ikut bazar yang berlangsung lima hari di acara yang diselenggarakan Universitas Atma Jaya Yogyakarta. "Dalam sehari kami bisa menghabiskan 1 kuintal singkong di acara tersebut. Ini mengagetkan," ujar Eko. Berarti dalam lima hari mereka harus menggoreng 500 kg singkong hanya untuk memenuhi acara tersebut. Dari kegiatan ini juga ada orang yang ingin menjadi mitra Tela Tela. Tawaran itu disambutnya dengan membuat gerobak dengan biaya Rp 2,5 jutaan. Bumbu "rahasianya" mereka pasok. Saat

itu mereka belum membuat sistem kerjasamanya. Setelah itu tawaran kerjasama berlangsung dari mulut ke mulut. Tak terasa jumlah gerai Tela-Tela sudah mencapai 21 gerobak pada awal 2006. 2.Wirausaha Mandiri Bengkel Motor Dengan Modal Kecil

Pembahasan tentang wirausaha hampir tak habis untuk dibicarakan, namun pada prinsipnya wirausaha adalah bagaimana kita mulai mewujudkan usaha yang dilakukan dengan kemampuan sendiri untuk membuatnya menjadi usaha nyata yang nantinya bisa membuat kehidupan kita menjadi lebih baik. Dengan menjadi seorang wirausaha maka segala susuatu yang berkaitan dengan kegitan usaha tersebut operasionalnya sepenuhnya di tangan kita. Banyak sekali jenis wirausaha di dunia ini yang bisa kita wujudkan baik dalam bentuk usaha produksi maupun usaha jasa. Salah satu bentuk peluang wirausaha modal kecil yang akan kita bahas adalah wirausaha jenis jasa seperti usaha jasa bengkel motor dengan mulai dari modal kecil. Usaha jasa bengkel motor dengan modal kecil saat ini sangat banyak digarap oleh masyarakat umum, hal ini karena pasar dari peluang usaha bengkel motor dengan modal kecil sangat terbuka luas seiring dengan pertambahan jumlah kendaraan bermotor setiap tahunnya. Mewujudkan wirausaha jasa bengkel motor ini tidaklah semudah yang kita bayangkan, dan juga tidak sesulit yang dibayangkan banyak orang apabila dikerjakan. Tentunya untuk memulai wirausaha bengkel sepeda motor melalui beberapa proses tahapan mulai dari tahapan ide/ mimpi, kemudian merencanakan, mengorganisasikan mengoperasikan, evaluasi/control membutuhkan waktu tergantung kita menyikapinya. Sebagai seorang calon wirausahawan kita harus memiliki motivasi sendiri untuk mewujudkan ide kita untuk menjadi nyata, dan biasanya hambatan terbesar saat kita akan mewujudkan ide tersebut justru datang dari diri kita sendiri. Kalau boleh saya sebutkan hambatan itu datang dari dalam maupun dari luar diri kita. Hambatan seorang calon wirausaha yang datangnya dari dalam diri sendiri misalnya pertanyaanpertanyan yang akan muncul seperti:

apakah saya bisa mewujudkan usaha ini dengan layak? apakah setelah operasi bisa berjalan normal? apakah ada yang akan membeli produk atau jasa yang saya jual nanti?

Dan segudang pertanyaan lain yang selalu muncul dalam benak seorang calon wirausaha. Hambatan yang datang dari luar diri kita yaitu dari masyarakat sekitar sebagaimana pengalaman saya waktu mulai mewujudkan usaha bengkel motor dengan modal usaha yang kecil. Banyak sekali masyarakat yang bertanya sinis, apa layak dan laku menjual jasa seperti ini ditempat

seperti ini. Pertanyaaan sinis seperti ini yang biasanya melemahkan energi kita sehingga mempengaruhi power kita sebagai seorang calon wirausaha. Tapi kalau kita sudah memiliki motivasi dari dalam diri kita sendiri sebagai seorang calon wirausaha tidak akan bergeming dengan sindiran atau nada pesimis yang ditujukan kepada kita sebagai calon wirausaha yang mulai dari bisnis modal kecil. Karena sudah terbayang bahwa apa yang akan kita kerjakan akan membawa kita pada kehidupan masa depan yang lebih baik.

3.Empuknya Bisnis Jamur

Siapa yang ingin berpenghasilan besar tapi tak membutuhkan kerja ekstra keras. Lupakan cita cita jadi PNS karena Anda harus bersaing dengan ribuan orang untuk menjadi pegawai rendahan sekalipun. Peluang itu adalah wirausaha. Layaknya komoditas yang menjadi produk Anda, jamur yang empuk, enak dan dicari banyak orang menjanjikan bisnis berlimpah rupiah. Dalam sebulan, dengan modal Rp 500 ribu dapat menghasilkan keuntungan tiga kali lipat. Tak perlu memeras otak dan tenaga karena bisnis jamur tiram mudah dijalankan. Buat saya wirausaha yang penting semangatnya, ujar Safril Hamdi (32 tahun), warga Presak Timur, Kelurahan Pagutan, kota Mataram. Mengapa demikian? Karena menurut Safril jika wirausaha terlalu fokus pada pengembalian modal apalagi untung maka wirausaha aka cepat gulung tikar. Sejak enam bulan lalu, Safril yang mantan pegawai swasta ini mengaku jatuh cinta dengan usaha jamur tiram yang dijalankannya. Mulai dengan hanya sekadar menanam dan menjual hasil panen jamur tiram di lahan miliknya, Safril mulai melirik budidaya jamur tiram agar pasokan produk di pasar dapat selalu tersedia. Dikatakannya, saat ini antara permintaan dan pasokan belum seimbang karena masalah bibit. Sedangkan beberapa pemasok bibit jamur di Mataram terkadang tak mau menjual ataupun mensyaratkan pola kemitraan. Padahal lanjut Safril, pasar produk jamur yang besar membutuhkan ketersediaan produk yang terus menerus. Itulah alasannya kenapa saya sekarang mulai melakukan budidaya dengan melakukan pembibitan. Selain untuk kebutuhan sendiri, mudah mudahan kalau berhasil bisa membantu teman teman yang ingin terjun di usaha jamur tiram, ungkap Safril. Ia bercerita, dari modal awal sebanyak 300 biji kantong bibit jamur tiram yang ditanamnya selalu habis terjual setiap panen. Dalam waktu sebulan setelah menanam, jamur tiram akan dipanen setiap pagi dan tidak terlalu sulit dipasarkan karena peminat yang masih menjamur di setiap sudut kota. Begitupula dengan perawatan dan budidaya jamur tiram yang mudah dipelajari dan tidak ribet. Kalau hanya menanam bibit jamur untuk dijual yang terpenting adalah menjaga suhu lokasi tanaman agar tetap stabil. Tidak perlu setiap waktu karena kalau sudah cukup lembab jamur akan tumbuh. Kalau (suhu) terlalu panas cukup disiram air, terang Safril. Sedikit berbeda dengan budidaya jamur tiram, prosesnya dimulai dengan menyiapkan bibit jamur yang akan ditanam. Safril yang selama ini membeli bibit jamur dari pihak lain kesulitan jika tanaman jamurnya tak lagi tumbuh. Dikatakannya, satu kantong bibit jamur hanya dapat dipanen selama empat bulan. Setelah itu, bibit jamur dan wadahnya harus diganti baru untuk mendapatkan panen maksimal. Jadi setiap empat bulan, ia harus membeli bibit baru dari pemasok atau harus memesan dahulu jika tak ingin usahanya mati karena kekurangan bibit. Belum lagi, bibit jamur yang gagal panen karena berbagai hal. Namun demikian ia meyakinkan, tanaman jamur adalah komoditas yang tumbuh secara alami dan tidak memerlukan perawatan berlebihan.

Baginya, jalan keluar masalah bibit jamur adalah dengan membudidayakan bibit jamur sendiri. Dalam dunia perjamuran, dikenal istilah bibit F0 sampai F4. Bibit F0 adalah bibit jamur yang berupa ekstrak atau biji jamur tiram berupa gel. Sedangkan F4 adalah bibit jamur tiram yang berupa wadah tanam berbentuk botol dengan potongan bagian bagian jamur tiram yang sudah ditanam dalam wadah botol berisi campuran serut kayu, pupuk dan kalsium sebagai media tanam. Nah, dalam wadah terbungkus plastic inilah, potongan jamur disebar. Tinggal menunggu sebulan lagi, jamur akan tumbuh serupa kapas putih. Setiap kantong bisa menghasilkan sampai seper empat kilogram jamur tiram setiap hari. Jika harga per ons jamur tiram dihargai sampai Rp 2500 tinggal menghitung berapa keuntungan yang didapat dari setiap kantong dikalikan jumlah kantong jamur tiram. Tapi untuk panen pertama biasanya hasilnya sedikit. Baru stelah panen berikutnya, hasilnya banyak asalkan suhu tetap stabil, tegas Safril. Mengenai budidaya jamur tiram yang sekarang tengah diusahakannya, Safril mengaku menghabiskan modal awal sampai Rp 2 juta. Ini untuk membeli bahan media tanam dan kuali pemanas saja. Kuali berdiameter besar itu digunakan untuk mencampur seluruh bahan media tanam seperti disebutkan diatas dan memanaskannya sampai suhu seratus derajat. Setelah panas, barulah bahan media tanam dimasukkan ke dalam kantong untuk disimpan ke dalam ruangan steril sebelum ditanami jamur tiram. Kalau seluruh proses ini dilakukan kurang cermat, jamur takkan mau tumbuh. Kantong media tanam berikut bibit jamur tiram ini dijual dengan harga Rp 5000 di tempat penjualan bibit. Soal pemasaran, Safril menegaskan peluang masih terbuka lebar. Asalkan bisa kontinyu memasok. Paling tidak dua atau tiga pelanggan saja sudah untung, tegasnya. Zammi Suryadi

4.wirausaha batik

Omzet pengusaha batik di Surakarta meningkat hingga 300 persen selama libur Hari Raya Idul Fitri. Pengusaha batik Gunawan Setiawan mengatakan pengunjung mulai ramai sejak hari pertama buka pasca Lebaran. Saya mulai buka pada Minggu. Dan pembelinya sangat ramai, katanya kepada Tempo, hari ini. Menurut dia, tanggal jatuhnya Lebaran sangat pas karena memberikan waktu untuk pemudik berbelanja. Tidak seperti tahun lalu, yang terasa pendek. Tahun ini, rasanya libur saat Lebaran lebih panjang, katanya. Jenis batik yang banyak dibeli seperti batik tulis warna alam dan batik tulis warna sintetis. Gunawan menerangkan batik tulis warna alam paling murah dijual Rp 250 ribu. Yang warna sintetis Rp 100-150 ribu, ujar pria yang juga Ketua Komunitas Pengusaha Batik di Kauman. Warna alam lebih mahal karena prosesnya lebih sulit, termasuk mencari bahan baku pewarnaan. Meski lebih mahal, justru malah paling laku, ucapnya. Dia memperkirakan ramainya pembeli akan berakhir akhir pekan ini, bersamaan dengan selesainya libur anak sekolah. Selain penjualan, tokonya juga ramai dengan wisatawan yang ingin belajar membatik. Biasanya mereka menghabiskan waktu dua jam dalam sehari untuk belajar. Mereka penasaran. Ingin tahu

proses membatik seperti apa, katanya. Jika di hari biasa tidak mesti ada yang belajar, maka saat liburan kali ini tiap harinya ada 20-30 orang. Biayanya Rp 15 ribu per orang per dua jam, katanya. Terpisah, Ketua ASITA (Association of the Indonesia Tours and Travel Agencies) Surakarta Suharto mengatakan bahwa Surakarta memang sudah dikenal sebagai kota wisata belanja. Utamanya batik, terangnya. Menurutnya, potensi Surakarta sebagai wisata belanja batik harus terus digalakkan. Apalagi sudah ada dua kampung batik, Kauman dan Laweyan. Juga ada pasar penjualan batik di Pasar Klewer, lanjutnya. Selain batik, wisatawan yang datang ke Surakarta juga dapat membeli oleholeh dan suvenir khas Surakarta seperti abon dan wayang. 5.Wirausaha Bakso gepeng

Setelah sekian lama Bakso Gepeng Rawamangun (Sopeng) hanya beroperasi daerah Bekasi saja akhirnya sejak Oktober 2011, Sopeng telah melebarkan usahanya hingga di daerah lain di wilayah Jabodetabek. Mulai dari Bekasi, Bogor, Depok, Tangerang hingga di Jakarta Timur, Jakarta Pusat, Jakarta Utara dan terakhir di Jakarta Selatan. Mendekati ulang tahun Sopeng yg ke 3 pada Februari 2012, sopeng telah membuka gerainya hingga ke 80. Ini tentu tak terlepas dari dukungan dan kepercayaan yang sangat besar dari para mitra investor, pelanggan dan tentunya segenap karyawan dan manajemen sopeng. Selamat dan semoga makin sukses..... Cabang-cabang baru yang 2 bulan ini baru dibuka ada di Cililitan, Jatibening, Ciputat, Pondok Pinang, Ciledug dan di Cinere. Kepada para pelanggan yang kebetulan berada disekitar lokasi tersebut dipersilahkan untuk mampir.

Makanan yang disajikan tetap dengan kualitas yang sangat baik. Bakso dari daging segar dan rendah lemak sehingga masih cocok buat pelanggan yang selama ini takut bakso karena tingginya lemak. Disamping itu juga dijamin baksonya tanpa pengawet, pewarna dan bahanbahan yang membahayakan tubuh kita. Saos yang biasanya dijual oleh bakso kaki lima dengan bahan2 yang kurang sehat, di sopeng tetap menggunakan bahan yang premium. Walau bahanbahan yang dijual kualitas sangat baik namun harganya masih sangat terjangkau kalau boleh disebut murah. Harga jual di Sopeng untuk Bakso Tahu hanya sebesar Rp. 8.000,- Bakso Spesial Rp. 11.000,kalau Mie Ayam bahkan dimulai dari harga Rp. 7.500,Ayo ajak temen-temen untuk mencicipi di lokasi terdekat....

Anda mungkin juga menyukai