PENDAHULUAN
Salah satu kasus yang sering terjadi adalah saat para rekayasawan dan sejumlah ahli
lebih sering bekerja dengan sejumlah data diskret yang diperoleh dari penelitian. Yaitu
menentukan nilai di antara titik-titik diskret tersebut tanpa melakukan pengukuran lagi.
Salah satu solusinya yaitu dengan menari fungsi yang mencocokkan titik-titik data di dalam
tabel. Pendekatan seperti ini dalam metode numerik disebut Pencocokan Kurva. Walaupun
fungsi yang diperoleh dari cara ini adalah fungsi hampiran (nilainya hanya mendekati nilai
sejatinya) tapi cara ini sangat bermanfaat.
Munir, Rinaldi “Pencocokan kurva adalah sebuah metode yang mencocokkan titik
data dengan sebuah kurva fungsi.” Salah satu metode dalam pencocokan kurva adalah
Interpolasi, dimana interpolasi sendiri biasa dipakai untuk data yang memiliki tingkat
ketelitian sangat tinggi. Dalam penyelesaian dengan interpolasi ini, fungsi cocokan yang
sering dipakai adalah polinom interpolasi, karena dengan bentuk ini fungsi yang awalnya
terlihat rumit menjadi lebih sederhana.
Merujuk pada persoalan Interpolasi Polinom, ada banyak jenis polinom yang
dipakai, namun pada makalah kali ini akan ditekankan pada pembahasan Polinom
Interpolasi Newton dan Polinom Interpolasi Lagrange.
BAB II
PEMBAHASAN
A. BENTUK UMUM POLINOM LAGRANGE
Kita mengingat kembali bentuk umum persamaan polinomial orde n, yaitu:
f(x) = a0 + a1.x + a2.x2 + ….. + an.xn
Untuk n+1 titik data, hanya terdapat satu polinomial orde n atau kurang yang melalui
semua titik. Ilustrasi grafik :
dapat ditulis =[ , ].
Untuk polinom dengan orde lebih dari 1 (misal 2) jika dinyatakan dalam bentuk
polinom biasa adalah ( ) = + ( − ) + ( − )( − )
Dalam kasus ini, nilai a0, a1, dan a2 merupakan representasi nilai selisih-terbagi
dengan nilai berturut-turut ( ), [ , ], [ , , ] , sehingga bentuk umum polinom Newton
dapat dinyatakan dalam bentuk :
()=( )+( − )[ , ]+( − )( − )[ , , ]+…
+( − )( − ) …( − )[ , ,…, , ]
Akan dipakai metode interpolasi Newton dan Lagrange untuk menaksir debu
yang terbawa (polusi yang hilang) pada curah hujan 3,8.
clc;clear
; syms
x;
disp('Program Interpolasi
Lagrange')
disp('============================'
) disp('by. Yuni Embriani D.U')
disp(' ')
%menginputkan masing-masing
titik for i=1:b
fprintf('x%d',i)
bx(i)=input(' = ');
fprintf('y%d',i)
by(i)=input(' = '); end
%inisialisasi fx
fx=0;
fprintf('\n\n');
disp('Nilai masing-masing L(x)');
% mulai proses pencarian q(x), qx1, lx, dan
px for i=1:b %inisialisasi qx qx=1;
%perulangan untuk mencari
qx for j=1:b if (i~=j)
qx=qx*(x-bx(j)); end
end
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
1. Jumlah komputasi Polinom Newton lebih sedikit dibanding dengan komputasi pada
Polinom Lagrange.
2. Taksiran galat untuk polinom Lagrange tidak dapat dihitung secara langsung karena
tidak tersedia rumus taksirannya.
DAFTAR PUSTAKA