Pedoman Pelayanan Igd - Terbaru
Pedoman Pelayanan Igd - Terbaru
PENDAHULUAN
A. Latar balakang
Pasien yang masuk ke IGD rumah sakit tentunya butuh pertolongan yang cepat dan
tepat. Keberhasilan penanggulangan penderita gawat darurat antara lain ditentukan oleh
tersedianya sumber daya yang sesuai dengan standar dan terlaksananya sistem
penangulangan gawat darurat, karena keadaan tersebut memerlukan waktu tanggap
(respon time) yang sangat terbatas. Untuk itu perlu adanya standar dalam memberikan
pelayanan gawat darurat sesuai dengan kompetensi dan kemampuannya sehingga dapat
menjamin suatu penanganan gawat darurat dengan response time yang cepat dan
penanganan yang tepat.
B. Tujuan
Tujuan dari disusunnya Pedoman Pelayanan Instalasi Gawat Darurat adalah untuk
menata Instalasi Gawat Darurat RS. Ketergantungan Obat agar dapat meningkatkan
kemampuan dan mutu pelayanan yang sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi kesehatan, perubahan peraturan perundang-undangan yang diberlakukan,
dan harapan masyarakat.
C. Ruang Lingkup
1. Pelayanan Pendaftaran Pasien
2. Informasi Pelayanan Gawat Darurat
3. Pengaturan Jaga
4. Pelayanan Triase
5. Transportasi Pasien
6. Sistem Komunikasi
7. Pelayanan False Emergency
8. Sistem Rujukan
D. Batasan Operasional
2. Bekerja purna waktu adalah bekerja secara penuh waktu di Instalasi Gawat Darurat.
Triase adalah suatu konsep pengkajian yang cepat dan terfokus dengan suatu
cara yang memungkinkan pemanfaatan sumber daya manusia, peralatan serta
fasilitas yang paling efisien dengan tujuan untuk memilih atau menggolongkan
semua pasien yang memerlukan pertolongan dan menetapkan prioritas
penanganannya. Kegiatan pemilahan dalam menentukkan katagori
kegawatdaruratan untuk menentukkan prioritas penanganan pasien berdasarkan
penilaian tanda tanda vital ABCD dengan metode ATS (Australasian Triage Scale
in Emergency Departement dan Australasian College of Emergency Medicine)
Kategori I : Pasien dalam keadaan kritis dan mengancam nyawa atau anggota
badannya menjadi cacat bila tidak segera mendapat pertolongan atau tindakan
darurat.(Gawat Darurat)
Kategori II : Pasien berada dalam keadaan gawat, akan menjadi kritis dan
mengancam nyawa bila tidak segera mendapat pertolongan atau tidakan darurat.
(Gawat Tidak Darurat) .
Kategori III : Pasien berada dalam keadaan tidak stabil, dapat berpotensi
1
menimbulkan masalah serius tetapi tidak memerlukan tindakan darurat, dan tidak
mengancam nyawa.(Darurat Tidak Gawat) memerlukan tindakan medis
Kategori IV : Pasien datang dengan keadaan stabil, tidak mengancam nyawa,
dan tidak memerlukan tindakan segera.(Tidak gawat tidak darurat)
Kategori V : Pasien datang dengan keadaan stabil, tidak mengancam nyawa,
tidak memerlukan tindakan segera, hanya membutuhkan perawatan lanjutan
4. Visum et repertum adalah laporan tertulis yang dibuat oleh dokter atau permintaan
tertulis dari pihak yang berwajib mengenai apa yang dilihat/diperiksa berdasarkan
keilmuan dan sumpah dokter untuk kepentingan peradilan.
5. DOA (Death on arrival) merupakan kejadian kematian pada saat pasien sampai di
IGD.
6. Keselamatan pasien (patient safety) merupakan suatu sistem di mana rumah sakit
membuat asuhan pasien lebih aman.
8. Respon time adalah waktu yang di butuhkan untuk penanganan pasien gawat darurat
dimulai dari diterimanya informasi permintaan bantuan / diketemukannya pasien
sampai dilakukannya pertolongan pertama.
10. ACLS ( Advance Cardiac Life Support ) adalah pelatihan tentang penanganan
pasien gawat darurat jantung yang diberikan kepada dokter umum yang bertugas di
IGD.
E. Landasan Hukum
1. Undang-undang No. 36 tahun 2009 tentang kesehatan
2. Permenkes No. 340/Menkes/PER/III/2010 tentang klasifikasi rumah sakit
3. Permenkes No. 417/Menkes/PER/II/2011 tentang akreditasi rumah sakit.
4. Permenkes No. 856/Menkes/SK/IX/2009 tentang standar instalasi gawat darurat
rumah sakit
BAB II
2
STANDAR KETENAGAAN
B. Distribusi ketenagaan
3
c. Untuk Dinas Malam :
yang bertugas sejumlah 2 ( dua ) orang dengan standar minimal bersertifikat BLS
Kategori :
1 (satu) orang Penanggung Jawab Shift, bertugas dari jam 21.00 – 08.00 WIB
1 (satu) orang Pelaksana, bertugas dari jam 21.00 – 08.00 WIB
C. Pengaturan jaga
I. Pengaturan Jaga Perawat IGD
Pengaturan jadwal dinas perawat IGD dibuat dan di pertanggung jawabkan oleh
Kepala Ruang (Kepala ruangan) IGD dan disetujui oleh Kepala Seksi Pelayanan
Keperawatan Rawat Jalan
Jadwal dinas dibuat untuk jangka waktu satu bulan dan direalisasikan ke perawat
pelaksana IGD setiap satu bulan..
Untuk tenaga perawat yang memiliki keperluan penting pada hari tertentu, maka
perawat tersebut dapat mengajukan permintaan dinas pada buku permintaan.
Permintaan akan disesuaikan dengan kebutuhan tenaga yang ada (apa bila tenaga
cukup dan berimbang serta tidak mengganggu pelayanan, maka permintaan
disetujui).
Setiap tugas jaga / shift harus ada perawat penanggung jawab shift ( PJ Shift)
dengan syarat pendidikan minimal D III Keperawatan dan masa kerja minimal 2
tahun, serta memiliki sertifikat tentang kegawatdaruratan.
Jadwal dinas terbagi atas dinas pagi, dinas sore, dinas malam, lepas malam, libur
dan cuti.
Apabila ada tenaga perawat jaga karena sesuatu hal sehingga tidak dapat jaga
sesuai jadwal yang telah ditetapkan ( terencana ), maka perawat yang bersangkutan
harus memberitahu Kepala ruangan IGD : 2 jam sebelum dinas pagi, 4 jam sebelum
dinas sore atau dinas malam. Sebelum memberitahu Kepala ruangan IGD,
diharapkan perawat yang bersangkutan sudah mencari perawat pengganti, Apabila
perawat yang bersangkutan tidak mendapatkan perawat pengganti, maka Kepala
Ruangan IGD akan mencari tenaga perawat pengganti yaitu perawat yang hari itu
libur.
Apabila ada tenaga perawat tiba – tiba tidak dapat jaga sesuai jadwal yang telah
ditetapkan ( tidak terencana ), maka Kepala Ruangan IGD akan mencari perawat
pengganti yang hari itu libur. Apabila perawat pengganti tidak di dapatkan, maka
perawat yang dinas pada shift sebelumnya wajib untuk menggantikan.
4
III. Pengaturan Jadwal Dokter Konsulen
Pengaturan jadwal jaga dokter konsulen menjadi tanggung jawab SMF Spesialis
Jadwal jaga dokter konsulen dibuat untuk jangka waktu 3 bulan serta sudah
diedarkan ke unit terkait dan dokter konsulen yang bersangkutan 1 minggu
sebelum jaga di mulai.
Apabila dokter konsulen jaga karena sesuatu hal sehingga tidak dapat jaga sesuai
dengan jadwal yang telah di tetapkan maka :
o Untuk yang terencana, dokter yang bersangkutan harus menginformasikan ke
Manager Pelayanan atau ke petugas sekretariat paling lambat 3 hari sebelum
tanggal jaga, serta dokter tersebut wajib menunjuk dokter jaga konsulen
pengganti.
o Untuk yang tidak terencana, dokter yang bersangkutan harus
menginformasikan ke Manager Pelayanan atau ke petugas sekretariat dan di
harapkan dokter tersebut sudah menunjuk dokter jaga konsulen pengganti,
apabila dokter jaga pengganti tidak didapatkan, maka Manager Pelayanan
wajib untuk mencarikan dokter jaga konsulen pengganti.
5
BAB III
STANDAR FASILITAS
A. Denah Ruang
R. Observasi
Instalasi Gawat Darurat RS Ketergantungan Obat terletak dibagian depan rumah sakit
berdekatan dengan Instalasi rawat jalan dan berhubungan dengan Instalasi rawat inap
Bidadari dan HCU.
B. Standar Fasilitas
Instalasi gawat darurat RS. Ketergantungan Obat Jakarta mempunyai tugas pokok
menangani kegawatdaruratan . Penanganan yang dapat dilakukan antara lain ;
pelayanan gawat darurat medis dan psikiatri, evakuasi pasien, serta penanggulangan
bencana. Fasilitas dan sarana instalasi gawat darurat RS Ketergantungan Obat
Jakarta mengacu kepada Keputusan Menteri Kesehatan No 856 tahun 2009 tentang
Standar Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit. RSKO Jakarta sebagai rumah sakit tipe
B, sesuai tipe tersebut maka Instalasi Gawat Darurat RSKO Jakarta masuk dalam
Standar minimal level III.
6
Persyaratan Fisik Bangunan
1. Luas bangunan IGD disesuaikan dengan beban kerja RS dengan
memperhitungkan kemungkinan penanganan korban massal / bencana.
2. Lokasi gedung harus berada dibagian depan RS, mudah dijangkau oleh
masyarakat dengan anda-tanda yang jelas dari dalam dan luar Rumah Sakit.
3. Harus mempunyai pintu masuk dan keluar yang berbeda dengan pintu utama
(alur masuk kendaraan/pasien tidak sama dengan alur keluar) kecuali pada
klasifikasi IGD level I dan II.
4. Ambulans/ kendaraan yang membawa pasien harus dapat sampai di depan
pintu yang areanya terlindung dari panas dan hujan (catatan: untuk lantai IGD
yang tidak sama tinggi dengan jalan ambulans harus membuat ramp).
5. Pintu IGD harus dapat dilalui oleh brankar.
6. Memiliki area khusus parkir ambulans yang bisa menampung lebih dari 2
ambulans (sesuai dengan beban RS)
7. Susunan ruang harus sedemikian rupa sehingga arus pasien dapat lancer dan
tidak “cross infection”, dapat menampung korban bencana sesuai dengan
kemampuan RS, mudah dibersihkan dan memudahkan control kegiatan oleh
perawat kepala jaga.
8. Area dekontaminasi ditempatkan di depan/diluar IGD atau terpisah dengan
IGD.
9. Ruang triase harus dapat memuat minimal 2 (dua) brankar.
10. Mempunyai ruang tunggu untuk keluarga pasien.
11. Apotik 24 jam tersedia dekat IGD.
12. Memiliki ruang untuk istirahat petugas (dokter dan perawat)
7
Fasilitas/prasarana medis dan penunjang yang di IGD RSKO berdsarkan IGD
level III dan jenis serta jumlah kasus yang ditangani.
8
Lidokain + harus + sesuai
Dextrose 50 % + + sesuai
diresepkan
Aminophilin + + sesuai
ATS , TT + + sesuai
Trombolitik + -
Amiodaron (inotropik) + -
APD : masker,sarung tangan + + sesuai
,kacamata google
Manitol + + sesuai
Furosemid + + sesuai
3 Ruang Tindakan Bedah
Tempat tidur tindakan + Minimal 3 + sesuai
Dressing set + Minimal 10 + sesuai
Infusion set + Minimal 1 + sesuai
Vena Section set + Minimal 1 -
Torakosintetis set + Minimal 1 -
Metal kauter + Minimal 1 + sesuai
Film Viewer + Minimal 1 + sesuai
Tiang Infus + Minimal 6 + sesuai
Lampu Operasi + Minimal 3 + sesuai
Thermometer + Minimal 1 + sesuai
Stetoskop + Minimal 1 + sesuai
Suction + Minimal 1 + sesuai
Sterilisator + Minimal 1 - CSSD
Bidai + Minimal 1 + sesuai
Splint + Minimal 1 -
OBAT-OBATAN DAN ALAT HABIS PAKAI
Analgetik + Selalu Tersedia + sesuai
Antiseptik + + sesuai
dalam jumlah
Cairan kristaloid + -
Lidokain + yang cukup di + sesuai
Wound dressing + IGD tanpa + sesuai
Alat-alat anti septic + + sesuai
ATS + harus + sesuai
Anti Bisa Ular + diresepkan -
Anti Rabies + -
Benang jarum + + sesuai
APD : masker,sarun tangan, + + sesuai
kacamata google
9
Film Viewer + Minimal 1 + sesuai
OBAT – OBATAN DAN BAHAN MEDIS HABIS PAKAI
Cairan Infus Koloid + Selalu Tersedia -
Cairan Infus Kristaloid + + sesuai
dalam jumlah
Adrenalin + + sesuai
Sulfas Atropin + yang cukup di + sesuai
Kortikosteroid + IGD tanpa + sesuai
Lidokain + + sesuai
Aminophilin / ß 2bloker + harus + sesuai
Pethidin + diresepkan -
Morfin + -
Anti convulsion + + sesuai
Dopamin + -
Dobutamin + + sesuai
ATS + + sesuai
Trombolitik + -
Amiodaron (inotropik) + -
APD : masker, sarung + + sesuai
tangan,kacamata google
Manitol + - Dapat
diakses 24
jam
Furosemid + + sesuai
4 RUANG PENUNJANG MEDIS
1. Ruang Radiology
Mobile X-ray Minimal Bisa tersendiri dapat 1 tersendiri
1
diakses 24 jam dapat
Film Viewer Minimal 1
1 diakses 24
jam
2. Ruang Laboratorium
a. Lab. Standar
- Lab. Rutin + Dapat diakses 24 + Dapat
- Elektrolit + +
jam diakses
- Kimia Darah + +
- Analisa Gas Darah + + 24 jam
- CKMB (jantung) +/- -
b. Lab. Khusus
3. Bank Darah ( BDRS ) + Dapat diakses 24 - Ke PMI
jam
4. Ruang Sterilisasi
- Basah + Minimal 1 + CSSD
- Autoclave + Minimal 1 +
10
- Papan Tulis + + sesuai
Ambulance
Untuk menunjang pelayanan terhadap pasien RSKO saat ini memiliki 2 ( dua ) unit
ambulance, 1 (satu) unit ambulance transfortasi dan 1 (satu) unit ambulance gawat darurat
yang kegiatannya berada dalam koordinasi IGD dan bagian rumah tangga dan
perlengkapan.
PASIEN
PROSES
ADMINISTRASI
TRIAGE
11
SEGERA 2-5 MENIT 30 MENIT 60 MENIT 120 MENIT
12
Setelah selesai semua tindakan, perawat mengisi SIM RS pasien sesuai dengan
tindakan yang diberikan. Pengantar atau keluarga pasien disarankan untuk ke kasir
untuk menyelesaikan Administrasi.
13
II. Perangkat Kerja
Formulir Persetujuan Tindakan
III. Tata Laksana Informed Consent
Dokter IGD yang sedang bertugas menjelaskan tujuan dari pengisian informed
consent pada pasien / keluarga pasien disaksikan oleh perawat
Pasien menyetujui, informed consent diisi dengan lengkap disaksikan oleh
perawat.
Setelah diisi dimasukkan dalam status medik pasien.
14
3. Petugas rekam medik menyerahkan status medis pasien kepada dokter jaga yang
menangani pasien terkait
4. Setelah visum et repertum diselesaikan oleh rekam medik maka lembar yang asli
diberikan pada pihak kepolisian
2. Pemeriksaan Diagnostik
Pasien / keluarga pasien dijelaskan oleh dokter jaga mengenai tujuan
pemeriksaan diagnostik, bila setuju maka keluarga pasien harus mengisi
informed consent
Perawat IGD menghubungi rumah sakit rujukan
Perawat IGD menghubungi petugas ambulan RSKO Jakarta
3. Spesimen
Pasien / keluarga pasien dijelaskan mengenai tujuan pemeriksaan specimen
Bila keluarga setuju maka harus mengisi inform consent
Dokter jaga mengisi formulir pemeriksan, dan diserahkan kepetugas
laboratorium
Petugas laboratorium melakukan rujukan ke laboratorium yang dituju
15
BAB V
LOGISTIK
2. Kebutuhan ATK
Kebutuhan ATK didapat dengan cara membuat permohonan sesuai dengan form yang
telah ada, ditanda tangani oleh pemohon, Kepala Instalasi, dan diverifikasi oleh
Ka.Sub.Bag. rumah tangga. ATK dapat diambil dibagian inventaris.
16
3. Kebutuhan Obat, Alat kesehatan dan barang habis pakai
Kebutuhan obat, alat kesehatan dan barang habis pakai didapat dengan cara membuat
permohonan sesuai dengan formulir yang telah ada, ditanda tangani oleh pemohon dan
Kepala Instalasi Gawat Darurat. Setelah diverifikasi oleh petugas Instalasi Farmasi, maka
permintaan segera diberikan sesuai kebutuhan.
BAB VI
KESELAMATAN PASIEN
A. Pengertian
Keselamatan pasien adalah suatu sistem di mana rumah sakit membuat asuhan
pasien lebih aman. Hal ini termasuk asesmen risiko, identifikasi dan pengelolaan hal
yang berhubungan dengan risiko pasien, pelaporan dan analisis insiden, kemampuan
belajar dari insiden dan tindak lanjutnya serta implementasi solusi untuk meminimalkan
timbulnya risiko.
Sedangkan insiden keselamatan pasien adalah setiap kejadian atau situasi yang dapat
mengakibatkan atau berpotensi mengakibatkan harm (penyakit, cidera, cacat, kematian,
dan lain-lain) yang tidak seharusnya terjadi.
17
B. Tujuan
Tujuan sistem ini adalah mencegah terjadinya cidera yang disebabkan oleh
kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang
seharusnya diambil. Selain itu sistem keselamatan pasien ini mempunyai tujuan agar
tercipta budaya keselamatan pasien di rumah sakit, meningkatkannya akuntabilitas
rumah sakit terhadap pasien dan masyarakat, menurunnya kejadian tidak diharapkan di
rumah sakit, dan terlaksananya program-program pencegahan sehingga tidak terjadi
pengulangan kejadian tidak diharapkan.
18
2. KEJADIAN NYARIS CEDERA ( KNC )
Near Miss : Adalah suatu kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan (
commission ) atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil (omission ),
yang dapat mencederai pasien, tetapi cedera serius tidak terjadi :
Karena “ keberuntungan”
Karena “ pencegahan ”
Karena “ peringanan ”
3. KESALAHAN MEDIS
Medical Errors: Adalah kesalahan yang terjadi dalam proses asuhan medis yang
mengakibatkan atau berpotensi mengakibatkan cedera pada pasien.
4. KEJADIAN SENTINEL
Sentinel Event : Adalah suatu KTD yang mengakibatkan kematian atau cedera yang
serius; biasanya dipakai untuk kejadian yang sangat tidak diharapkan atau tidak dapat
diterima, seperti : operasi pada bagian tubuh yang salah.
Pemilihan kata “sentinel” terkait dengan keseriusan cedera yang terjadi ( seperti,
amputasi pada kaki yang salah ) sehingga pencarian fakta terhadap kejadian ini
mengungkapkan adanya masalah yang serius pada kebijakan dan prosedur yang
berlaku.
19
5. Baca ulang dengan jelas, bila perintah mengandung nama obat LASA, alfabeth
obat LASA harus dieja satu persatu hurufnya dengan phonetic alfabeth
intrnasional.
20
BAB VII
KESELAMATAN KERJA
Undang-Undang Nomor 36 tahun 2009 pasal 164 ayat (1) menyatakan bahwa upaya
kesehatan kerja ditujukan untuk melindungi pekerja agar hidup sehat dan terbebas dari
gangguan kesehatan serta pengaruh buruk yang diakibatkan oleh pekerjaan. Rumah Sakit
adalah tempat kerja yang termasuk dalam kategori seperti disebut di atas, berarti wajib
menerapkan upaya keselamatan dan kesehatan kerja. Program keselamatan dan
kesehatan kerja di tim pendidikan pasien dan keluarga bertujuan melindungi karyawan dari
kemungkinan terjadinya kecelakaan di dalam dan di luar rumah sakit.
Dalam Undang-Undang Dasar 1945 pasal 27 ayat (2) disebutkan bahwa “Setiap
warganegara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan”.
Dalam hal ini yang dimaksud pekerjaan adalah pekerjaan yang bersifat manusiawi, yang
21
memungkinkan pekerja berada dalam kondisi sehat dan selamat, bebas dari kecelakaan
dan penyakit akibat kerja, sehingga dapat hidup layak sesuai dengan martabat manusia.
Keselamatan dan kesehatan kerja atau K3 merupakan bagian integral dari
perlindungan terhadap pekerja dalam hal ini Instalasi Gawat Darurat dan perlindungan
terhadap Rumah Sakit. Pegawai adalah bagian integral dari rumah sakit. Jaminan
keselamatan dan kesehatan kerja akan meningkatkan produktivitas pegawai dan
meningkatkan produktivitas rumah sakit. Undang-Undang Nomor 1 tahun 1970 tentang
Keselamatan Kerja dimaksudkan untuk menjamin:
a. Agar pegawai dan setiap orang yang berada di tempat kerja selalu berada dalam
keadaan sehat dan selamat.
b. Agar faktor-faktor produksi dapat dipakai dan digunakan secara efisien.
c. Agar proses produksi dapat berjalan secara lancar tanpa hambatan.
Faktor-faktor yang menimbulkan kecelakaan dan penyakit akibat kerja dapat digolongkan
pada tiga kelompok, yaitu :
a. Kondisi dan lingkungan kerja
b. Kesadaran dan kualitas pekerja, dan
c. Peranan dan kualitas manajemen
Dalam kaitannya dengan kondisi dan lingkungan kerja, kecelakaan dan penyakit akibat
kerja dapat terjadi bila :
- Peralatan tidak memenuhi standar kualitas atau bila sudah aus
- Alat-alat produksi tidak disusun secara teratur menurut tahapan proses produksi
- Ruang kerja terlalu sempit, ventilasi udara kurang memadai, ruangan terlalu panas
atau terlalu dingin
- Tidak tersedia alat-alat pengaman
- Kurang memperhatikan persyaratan penanggulangan bahaya kebakaran dan lain-lain.
22
d. Ruang untuk membersihkan instrumen bekas rawat luka, pembersihan alat-
alat kesehatan lain yang perlu dilakukan pembersihan, pembersihan pispot
dan urinal
e. Tersedia ruang istirahat untuk dokter jaga, perawat jaga, ruang pertemuan
petugas Instalasi Gawat Darurat
f. Tersedia ruang tunggu keluarga pasien Instalasi Gawat Darurat
g. Penerangan dan ventilasi yang cukup memenuhi syarat
2. Adanya pengawasan kerja yang dilakukan oleh penanggung jawab dan
terciptanya lingkungan kerja yang baik oleh pegawai
3. Pekerjaan yang ditugaskan hendaknya sesuai kemampuan pegawai
4. Volume kerja yang dibebankan hendaknya sesuai jam kerja yang ditetapkan, dan
pegawai diberi istirahat setelah 3 jam bekerja, karena kecelakaan sering terjadi
setelah pegawai bekerja lebih dari 3 jam
5. Pemeliharaan peralatan dilakukan secara kontinyu, agar peralatan tetap dalam
kondisi layak pakai
6. Adanya pelatihan mengenai keselamatan kerja bagi pegawai
7. Adanya alat pelindung, pertolongan pertama, ada petunjuk penggunaan alat.
BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU
23
7. Kejadian Pasien Observasi lebih dari 6 jam
8. Implementasi sasaran keselamatan pasien
Kejadian Komunikasi lisan melalui telepon yang kurang efektif antar pemberi
pelayanan tentang pelaporan kembali hasil pemeriksaan dan kondisi pasien
Kejadian pasien jatuh
9. Kepuasan pelanggan
Dalam pelaksanaan indikator mutu menggunakan kurva harian dalam format tersendiri dan
dievaluasi serta dilaporkan setiap bulan pada panitia mutu dan Direktur Medik dan
Keperawatan.
BAB IX
PENUTUP
Demikian telah disusun suatu Pedoman Pelayanan Instalasi Gawat Darurat, yang
dapat dipakai sebagai acuan di dalam pelayanan gawat darurat untuk meningkatkan
kualitas pelayanan secara keseluruhan di RS Ketergantungan Obat. Pedoman ini akan
mengalami perbaikan dalam upaya peningkatan kualitas dari waktu ke waktu sehingga
diperlukan suatu evaluasi secara teratur dan berkelanjutan dalam hal pemantauannya.
24
Lampiran
25
Numerator Jumlah pasien yang dilayani di IGD dalam 1 bulan
Denominator -
Sumber Data Rekam medik instalasi gawat darurat
Standar -
Penanggung jawab Kepala Instalasi Gawat Darurat
Pengumpulan data
26
Penanggung jawab Kepala Instalasi Gawat Darurat
Pengumpulan data
27
membutuhkan pengawasan dan perawatan lebih lanjut sesuai
indikasi namun belum mendapatkan ruang perawatan
Frekuensi Setiap bulan
Pengumpulan
Data
Periode Analisa Tiga bulan sekali
Numerator Jumlah pasien observasi lebih dari 6 jam dalam bulan tersebut
Denominator Jumlah pasien observasi dalam bulan tersebut
Sumber Data Buku catatan merujuk
Standar -
Penanggung jawab Kepala Instalasi Gawat Darurat
Pengumpulan data
28
Sumber Data Rekam medik
Standar 0
Penanggung jawab Kepala Instalasi Gawat Darurat
Pengumpulan data
29
terhadap pelayanan yang di berikan
Frekuensi Setiap bulan
Pengumpulan
Data
Periode Analisa Tiga bulan sekali
Numerator Jumlah kumulatif rerata penilaian kepuasan pasien Gawat
Darurat yang di survey
Denominator Jumlah seluruh pasien Gawat Darurat yang di survey
(minimal n = 50)
Sumber Data Survey
Standar 70%
Penanggung jawab Kepala Instalasi Gawat Darurat
Pengumpulan data
30