Anda di halaman 1dari 12

TUGAS KAJIAN

MATA KULIAH PENGETAHUAN KAPAL DAN KEAGENAN


STUDI KASUS PERHITUNGAN UKURAN BERAT GROSS
TONNAGE, DEADWEIGHT, DAN MUAT KEGIATAN
DIPELABUHAN DAN KAPAL

Disusun Oleh :
1. Fajar Dwi Hermawan (21A303005001)
DOSEN PENGAJAR:
CAPT. SJAHRIAL NASUTION DIPL MS, SE, MSI

MATA KULIAH PENGETAHUAN KAPAL DAN


KEAGENAN
UNIVERSITAS TRISAKTI INSTITUTE OF TRANSPORTATION AND LOGISTICS

1
KATA PENGANTAR

Assalamuallaikum Wr. Wb

Puji Syukur Penulis Panjatkan Kehadirat Allah SWT. Karena atas Karunia, dan
Rahmat-Nyalah penulis dapat menyelesaikan makalah untuk memenuhi salah syarat MK
Pengetahuan dan Keagenan Kapal.

Kepada yang terhormat selaku Dosen MK Pengetahuan dan Keagenan Kapal.Semoga


Allah SWT melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya atas bantuan dan bimbingan yang telah di
berikan kepada penulis. Semoga makalah ini dapat bermanfaat dan menambah wawasan bagi
pembaca dan umumnya bagi penulis sendiri khususnya.

Apabila terdapat kata-kata yang salah, penulis mohon maaf dan terima kasih.

Jakarta, Agustus 2021

2
DAFTAR ISI

Contents
KATA PENGANTAR...........................................................................................................................2
PENDAHALUAN.................................................................................................................................3
BAB I....................................................................................................................................................3
Latar Belakang Permasalahan............................................................................................................3
a. Permasalahan.............................................................................................................................3
b. Rumusan Masalah......................................................................................................................3
c. Analisa dan Evaluasi..................................................................................................................3
d. Kesimpulan dan Rekomendasi...................................................................................................3
Tinjauan Pustaka...................................................................................................................................3
Pembahasan Masalah.............................................................................................................................3
Kesimpulan............................................................................................................................................3
Daftar Pustaka.......................................................................................................................................3

3
BAB I

Latar Belakang Permasalahan

a. Permasalahan
Indonesia merupakan negara maritim yang terdiri dari pulau-pulau yang terbentang dari
Sabang sampai Merauke, dengan jumlah pulau sebanyak 17.508. Jarak antarpulau tersebut
tentunya memerlukan konektivitas pendukung untuk menunjang stabilitas perekonomian
bangsa secara merata.

Berdasarkan data Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman, Indonesia memiliki luas


wilayah 5,180,053 km² dengan luas daratan 1,922,570 km² (37.11%) dan luas perairan
3,257,483 km² (62.89%). Data tersebut jelas memperlihatkan bahwa sebagian besar wilayah
Indonesia terdiri dari perairan. Melihat hal tersebut, konektivitas sangat diperlukan mengingat
kondisi geografis Indonesia yang sebagian besar adalah perairan.

Pengertian Tonase kotor adalah perhitungan volume semua ruang yang terletak di bawah
geladak kapal ditambah dengan volume ruangan tertutup yang terletak di atas geladak
ditambah dengan isi ruangan beserta semua ruangan tertutup yang terletak di atas geladak
paling atas.

Istilah Gross Tonnage (GT) dulunya adalah Gross Register Tonnage (GRT) atau dalam
bahasa Indonesia disebut sebagai tonase kotor. Gross tonnage adalah jumlah seluruh volume
ruangan di bawah geladak (under deck) dan ruangan-ruangan tertutup yang ada di atasnya
(over deck), ditambah dengan isi ruangan beserta semua ruangan tertutup, termasuk ruangan
tertutup yang letaknya di atas geladak paling atas (superstructure).

GT menggambarkan total volume ruang yang tertutup dari sebuah kapal mulai dari lunas
kapal hingga cerobong asap/Funnel. Sebagai satuan volume, tonase dapat juga disebut 1 RT
(satuan register) yang menunjukkan suatu ruangan sebesar 100 ft³ atau 1/0,353 m³ atau sama
dengan 2,8328 m³ (1 m3 = 35,3165 cf).

Pengertian Tonase bobot mati adalah jumlah bobot/berat yang dapat ditampung oleh kapal
untuk membuat kapal terbenam sampai batas yang diizinkan dinyatakan dalam long ton atau
metrik ton. Batas maksimum yang diizinkan ditandai dengan garis plimsoll pada lambung
kapal. 

4
Fungsi dari Gross Tonnage dan Deadweight Tonnage adalah untuk menghitung bobot
tertentu dari bagian sebuah kapal, dan di Indonesia ada 1 Organisasi untuk mengecek dan
menginspeksi kapal apakah layak untuk beroperasi atau tidak, yaitu Biro Klasifikasi
Indonesia (BKI) yang berkantor di Jakarta. Badan organisasi ini akan menerbitkan sertifikat
klasifikasi untuk mengkelaskan kapal niaga berbendera Indonesia.

Jadi, DWT adalah bobot mati yang berisikan penjumlahan dari berat muatan barang, bahan
bakar, minyak pelumas, air tawar, ballast, provisi (perbekalan), barang berupa konsumsi,
penumpang dan anak buah kapal (ABK).

DWT dinyatakan dalam ton. Pengertian lain dari DWT adalah total berat yang dapat diangkut
atau dipindahkan oleh suatu kapal.

Jadi, dapat disimpulkan bahwa Dead weight tonnage (DWT) adalah ukuran seberapa berat
sebuah kapal untuk mampu dimuati (max load) sampai pada sarat summer draft pada plimsoll
mark (merkah kembangan) pada garis air dengan berat jenis 1,025 kg/m3 (air dimana kapal
itu mengapung). Sehingga semua yg dapat dimuati berupa semua kargo yang diangkut di atas
kapal itu total berat semuanya disebutlah DWT, akan tetapi tidak termasuk berat kapalnya.

Perusahaan selaku pemilik kapal pasti akan berusaha untuk mendapatkan berat bersih muatan
(pay load) yang terbesar pada saat klasifikasi yang dilakukan oleh Badan Klasifikasi
Indonesia (BKI). Untuk menghasilkan berat bersih muatan (pay load) terbesar tersebut tak
jarang pihak perusahaan melakukan kecurangan. Karena dengan berat bersih muatan yang
besar maka keuntungan yang didapatkan oleh pemilik kapal juga semakin besar.

Untuk mendapatkan keuntungan biasanya kapal didesain dengan LWT (berat baja dan
machinery) maksimal 30% dari displacement karena jika lebih dari angka tersebut, maka
kurang menguntungkan.

5
b. Rumusan Masalah

Dari beberapa uraian pemikiran yang telah penulis rangkum pada latar belakang
diatas terdapat permasalahan sebagai berikut :

1. Bagaimana masalah perhitungan Gross Tonnage dalam meningkatkan volume yang


efisien?

2. Bagaimana strategi cara perhitungan Deadweight Tonnage dalam meningkatkan volume


yang efisien ?

3.Apa faktor mempengaruhi di kegiatan Pelabuhan dan muat dikapal ?

c. Analisa dan Evaluasi

c.1. Analisa

1. Perhitungan Gross Tonnage

6
Perhitungan gross tonnage dapat dibaca dalam Regulation 3 Annex 1 dalam The International
Convention on Tonnage Measurement of Ships, 1969. Gross tonnage ini tergantung dari dua
variabel, yaitu:

 V = total volume kapal (m³), 


 K1 = faktor pengali berdasarkan volume kapal.
Variabel K1 ini mempengaruhi persentase volume kapal yang dinyatakan sebagai gross
tonnage. Kapal kecil menunjukkan nilai K1 lebih kecil, sedangkan untuk kapal besar
menunjukkan nilai K1lebih besar. 
Adapun rumus untuk menghitung K1 ini adalah sebagai berikut:
K1 = 0.2 + 0.02 log10(V)
Setelah V dan K1 diketahui, kamu dapat menghitung gross tonnage dengan menggunakan
rumus:
GT = K1V

Sebagai contoh, diketahui suatu kapal memiliki volume sebesar 100.000 m³. Berapakah GT
kapal tersebut?

Jawabannya adalah sebagai berikut:

K1 = 0.2 + 0.02 × log10(V) 


      = 0.2 + 0.02 × log10(100,000 )
      = 0.2 + 0.02 × 5 
      = 0.2 + 0.1
      = 0.3
Jadi besarnya tonase kotor/GT adalah: GT = K1 × V =  0.3 × 100.000= 30.000 tons

2. Perhitungan DWT

Sebuah kapal yang bernama Oceania Indonesia memiliki panjang 70 m, dengan lebarnya 10
m, mempunyai sarat kapal kosong (light draft) 0.5 m dan sarat muatan penuh (load draft) 4
m. Block coefficient of fitness kapal Oceania Indonesia adalah 0.6 pada light draft dan 0.75m
pada load draft.

7
Hitunglah : DWT (Dead Weight Ton) kapal Oceania Indonesia tersebut ?

 Light Displacement = L x B x light draft x Cb


  70 x 10 x 0.5 x 0.6
                                 = 210 m³
 Load Displacement  = L x B x load draft x Cb
                                 = 70 x 10 x 4 x 0.75
                                 = 2100 m³
 DWT = ( Load Displacement – Light Displacement) x 1,025
          = ( 2100 – 210 ) x 1,025
          = 1937,25 ton.

3. Faktor yang mempengaruhi dipelabuhan

 Kapal masuk dan sudah berada di tambatan kapal dan bahkan sudah mau berangkat
baru dilaporkan kepada kantor otoritas pelabuhan
 Kewenangan kantor otoritas pelabuhan itu tidak berdaulat atau dipatuhi oleh agen
kapal dan manajemen terminal dermaga pelabuhan

 Setelah kapal berlabuh maka satu-satu dokumen negara yang absah untuk
menggerakan kapal ke posisi tambatan adalah surat perintah olah gerak

 Kondisi di lapangan pada saat ini kapal sudah berada di tambatan dermaga tanpa surat
perintah olah gerak yang disebut dengan direct berthing

 Sekalipun kapal sudah memiliki surat perintah olah gerak namun kapal belum bisa
ditambatkan yang disebabkan pengelolaan dermaga itu bersifat eksklusif berdasarkan
kontrak B2B antara PBM (perusahaan bongkar muat) dengan manajemen terminal
dermaga pelabuhan. Artinya: sekalipun area dermaga kosong tetapi tidak boleh
digunakan oleh kapal lain yang “tidak berkepentingan”.

 Kondisi ini menjadikan kapal berlama-lama di area labuh dengan muatan barangnya
karena tidak memiliki kepastian mengenai tanggal dan jam ditarik oleh divisi
kepanduan menuju area tambatan. Ini sebenarnya sudah masuk hitungan lamanya

8
barang di pelabuhan; dan belum termasuk perhitungan dwelling time (lamanya barang
di lini I quay yard). dan ini menjadikan biaya logistik kita tertinggi di Asean.

Berdasarkan kegiatan studi kasus perhitungan ukuran berat Gross Tonnage,


Deadweight, dan muat kegiatan dipelabuhan dan kapal,yang telah dilakukan oleh penulis
selama kurun waktu 1 minggu banyak sekali ilmu dan pengalaman yang penulis dapatkan
setiap harinya. Penulis melaksanakan kegiatan di Pelabuhan Tanjung Priok sebagai Second
Officer. Penulis melaksanakan kegiatan ini untuk mendapatkan ilmu serta pengalaman.
Penulis dapat memahami detail dari pekerjaan serta kegiatan yang terlibat di Pelabuhan untuk
menambah pengalaman serta wawasan penulis

Sehingga penulis belajar sikap disiplin dan tanggung jawab terhadap tugas-tugas yang
diberikan, bila memasuki dunia kerja, penulis dapat bersaing dan mampu bekerja dengan
baik. Pada kegiatan studi kasus perhitungan ukuran berat Gross Tonnage, Deadweight, dan
muat kegiatan dipelabuhan dan kapal, penulis mendapatkan pengalaman yang belum pernah
didapatkan sebelumya disaat mengikuti pelatihan. Dengan mengamati perkerjaan-pekerjaan
yang dilakukan crew setiap harinya, dapat memberikan gambaran kepada penulis bagaimana
proses bekerja di kapal dan dipelabuhan tersebut.

Dengan terlaksananya kegiatan studi kasus perhitungan ukuran berat Gross Tonnage,
Deadweight, dan muat kegiatan dipelabuhan dan kapal yang telah dilaksanakan oleh penulis
dalam kurun waktu selama 1 minggu di Pelabuhan maka penulis dapat menarik kesimpulan
sebagai berikut:

1. Pelabuhan Tanjung Priok adalah Pelabuhan pemerintah yang menjalankan ekspor impor
yaitu dengan mengelola jalannya suatu perusahaan dan tenaga kerja sesuai dengan kebijakan
umum yang telah digariskan oleh pemerintah

2. Dapat sebagai pembelajaran dan pedoman untuk dapat masuk kedalam dunia kerja yang
sebenar-benarnya.

3. Dapat mengaplikasikan ilmu pengetahuan serta teori yang didapat selama kegiatan bekerja
dikapal

9
4. Memperoleh ilmu pengetahuan yang luas untuk dapat digunakan sebagai pengembangan
diri penulis.

5. Belajar akan disiplin dan tanggung jawab.

6. Memperoleh pembelajaran dalam melakukan Kerjasama antar crew atau anggota tim.

d. Kesimpulan dan Rekomendasi

d.1.Kesimpulan

Dari berbagai kesimpulan dan pembahasan, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. . Untuk dimensi tangible tiga variabel yang mampu menentukan persepsi pelayanan
pelabuhan adalah jumlah krane yang disediakan oleh pihak pelabuhan, kecukupan lapangan
penumpukan dan tata ruang yang mendukung sirkulasi barang dalam wilayah pelabuhan.
Perbandingan kemampuan ketiga variabel dalam menjelaskan persepsi pelayanan pelabuhan
adalah bahwa tersedianya jumlah krane lebih mampu menjelaskan persepsi terhadap
pelayanan pelabuhan dibandingkan dengan dua variabel lainnya. Sementara itu
kecukupan lapangan penumpukan lebih mampu menjelaskan persepsi pelayanan pelabuhan
dibandingkan dengan tata ruang yang baik dalam mendukung kelancaran sirkulasi
barang dalam pelabuhan. Sementara itu ketersediaan lapangan penumpukan lebih mampu
menjelaskan persepsi pelayananan pelabuhan dibandingkan dengan adanya tata ruang
yang baik dalam mendukung sirkulasi barang di area pelabuhan. Dalam meningkatkan
pelayanan pelabuhan terkait dengan dimensi tangible maka perlu peningkatan jumlah dan
kapasitas krane sehingga mampu melakukan bongkar secara secara cepat. Kemudian
pelabuhan harus mampu meningkatkan kapasitas lapangan penumpukan dengan
mengoptimalkan wilayah pelabuhan khususnya penataan pergudangan yang selama ini
fungsinya kurang optimal. Penataan lapangan penumpukan merupakan satu kesatuan
penataan tata ruang kawasan dalam memperlancar alur sirkulasi barang dalam kawasan
pelabuhan.

10
d.2.Rekomendasi

Adapun rekomendasi penulis yang ingin disampaikan ke Pelabuhan dan kapal di Tanjung
Priok adalah sebagai berikut :

1. Setiap crew perlu meningkatkan kedisiplinan dan keloyalan dalam melakukan pekerjaan
guna mencapai visi dan misi perusahaan.

2 Setiap crew harus mempertahankan Kerjasama yang baik dan tepat demi terelealisasikan
suatu tujuan pekerjaan.

3 Harus bisa menjaga keharmonisan, kekompakkan setiap crew serta layanan loyalitas satu
sama lain

11
Daftar Pustaka

https://supplychainindonesia.com/faktor-faktor-yang-mempengaruhi-pengiriman-barang-di-
pelabuhan/

https://www.pengadaan.web.id/2021/07/apa-itu-deadweight-tonnage-dwt.html

https://www.pengadaan.web.id/2021/06/perbedaan-gross-tonnage-dan-net-tonnage.html

12

Anda mungkin juga menyukai