Anda di halaman 1dari 10

TEKNIK PENANGANAN PASCA PANEN

TONASE
D
I
S
U
S
U
N
OLEH :
1.DELFI RAHMI
2.NURUL FADILA
3.SUCI PRADITA

SMK NEGERI 1 KUOK


KUOK
2018
I. PENDAHULUAN

Latar Belakang
Tonase kotor adalah perhitungan volume semua ruang yang terletak di bawah
geladak kapal di tambah dengan volume ruangan tertutup yang terletak di atas
geladak di tambah dengan isi ruangan beserta semua ruangan tertutup yang
terletak di atas geladak paling atas.

Tujuan dan Manfaat


Tujuan yang hendak di capai dari penulisan ini adalah :

1.mengetahui peran mikroorganisme ,khususnya bakteri karang dalam mendapatkan


senyawa MCPA,yang merupakan bahan polutan diperairan pantai utara Jakarta

2.Bagaimana proses penguraian senyawa MCPA oleh bakteri karang terjadi .

3. Faktor apa saja yang mempengaruhi proses degradasi senyawa MCPA tersebut .
II. ISI

TONASE KOTOR
Tonase kotor (Bahasa inggris :gross tonnage ,disingkat GT ) adalah
perhitungan volume semua ruang yang terletak di bawah geladak
kapal di tambah dengan volume ruangan tertutup yang terletak
diatas geladak ditambah dengan isi ruang beserta semua ruangan
tertutup yang terletak di atas geladak paling atas ( superstructure ).

Tonase kotor dinyatakan dalam ton yaitu suatu unit volume sebesar
100 kaki kubik yang setara dengan 2,83 kubik meter .

PERHITUNGAN
Perhitungan tonase kotor dijelaskan didalam regulation 3 dari annex
1 dalam the international convention on tonnage measurement of
ships ,1969.tergantung dari 2 variabel :
1.v ,adalah total volume dalam meter kubik atau (M3 ) .
2.K ,adalah factor pengali berdasarkan volume kapal .

Factor pengali K mempengaruhi persentase vplume kapal yang


dinyatakan sebagai tonase kotor .untuk kapal yang kecil nilai k lebih
kecil ,sedangkan untuk kapal besar nilai K lebih besar .nilai K
bervariasi pada rentang antara 0.22- 0.32 dan di hitang dengan
rumus :

K = 0.2 + 0.02 * log 10 (v)


Setelah V dan K diketahui ,tonase kotor dapat dihitung dengan
menggunakan rumus :
GT = K *V
Sebagai contoh ,kita dapat menghitung tonase kotor suatu kapal
dengan vplume sebesar 10.000 m3 .
K = 0,2 + 0,02 * log 10 (v)
= 0,2 + 0,02 * log 10 ( 10.000 )
=0.2 +0.02 * 4
= 0.2 + 0.08
= 0.28
Jadi ,besarnya tonase kotor / GT adalah :
GT = K*V
= 0.28 * 10.000
= 2.800 tons

TONASE BERSIH
Tonase bersih atau lebih dikenal sebagai Net Tonnage (NT) adalah
perhitungan ruang dalam kapal untuk muatan cargo .dinyatakan
dalam ton yang merupakan representasi dari 100 kubik kaki yang
setara dengan 2,83 m3 .

PERHITUNGAN
Untuk kapal dengan penumoang 12 orang atau kurang .
Dasar perhitungan tonase bersih adalah regulation 4 of annex 1 of
the international convention on tonnage measurement of
ships ,1969. Yang tergantung kepada variable berikut :
1. V ,adalah total volume cargo dalam meter kubik ( m3 ).
2. D , adalah jarak bagian atas lunas sampai bagian tepi bawah
geladak dalam meter .
3. d , adalah draft dalam meter .

Langkah pertama dalam menghitung NT adalah menghitung nilai K2,


yang tergantung kepada Vc. Yang diperoleh dengan menggunakan
rumus berikut:

K2 = 0.2 + 0.02 × log10(Vc)

Selanjutnya dengan menggunakan ketiga nilai tersebut perhitungan


NT diperoleh dari rumus :

NT = Vc × K2 × (4d/3D)2

di mana faktor (4d/3D)2 tidak boleh melebihi 1, dan nilai Vc × K2 ×


(4d/3D)2 tidak melebihi 0.25 GT, dan nilai akhir NT tidak boleh
diterima bila hasilnya kurang dari 0.30 GT.
Untuk kapal dengan penumpang 13 orang atau lebih

Dalam menghitung NT untuk kapal-kapal yang diizinkan untuk


mengangkut 13 atau lebih penumpang digunakan tambahan 3 variabel
lain :

 GT, Tonase kotor kapal


 N1, jumlah penumpang di dalam kabin dengan tidak lebih dari 8
tempat.
 N2, jumlah penumpang lainnya,

Pertama sekali dihitung pengali K3 atas dasar GT dengan


menggunakan rumus berikut:

1.25 × (GT + 10,000)


K3 = --------------------
10,000

Selanjutnya dapat dihitung tonase bersih:

NT = Vc × K2 × (4d/3D)2 + K3 × (N1 + N2/10)

Di mana faktor (4d/3D)2 tidak boleh melebihi 1, sehingga Vc × K2 ×


(4d/3D)2 tidak akan lebih dari 0.25 GT, dan nilai akhir dari NT tidak
boleh diterima kalau kurang dari 0.30 GT.

KAPAL CARGO
Tonase kapal yang merupakan hasil dari pengukuran volume-volume
ruangan-ruangan tertutup pada kapal sangatlah penting untuk
diketahui karena besarnya tonase  kapal erat kaitannya dengan
pengoperasian kapal tersebut nantinya. Dari segi ekonomi, tonase
kapal akan berpengaruh pada besarnya pengeluaran oleh pemilik
kapal dan besarnya pendapatan pajak pemerintah dari pajak
terhadap kapal tersebut yaitu pada saat kapal akan didocking atau
pada saat tambat di pelabuhan.

Adapun besarnya tonase kapal yang didesain dengan tonase kapal


yang didapat setelah dilakukan pengukuran oleh ahli ukur tidak boleh
terlalu jauh perbedaannya karena akan menyebabkan kerugian, baik
kerugian untuk pemilik kapal atau pemerintah.

Tonase pada kapal ada dua macam, yaitu:

1. Gross Tonnage (GT)


2. Netto Tonnage (NT)

Dalam menghitung Tonase Kotor (GT) kapal berdasarkan Peraturan


Menteri Perhubungan Nomor: KM 6 Tahun 2005 , maka:
 
1. Untuk pengukuran Dalam Negeri, yaitu pengukuran untuk kapal-
kapal yang panjangnya kurang dari 24 (dua puluh empat) meter, isi
ruangan di bawah geladak atas (geladak ukur) adalah perkalian
majemuk dari panjang, lebar dan dalam, dikalikan suatu faktor.

Isi ruangan di bawah geladak = P x L x D x f

P = panjang kapal, adalah jarak mendatar dari belakang kapal tinggi


buritan yang diukur pada tingkatan geladak atas atau bagian sebelah
atas dari rimbat tetap
L = lebar kapal, adalah jarak mendatar diukur antara kedua sisi luar
kulit lambung kapal pada tempat yang terbesar, tidak termasuk
pisang-pisang.

D = dalam kapal, jarak tegak lurus di tempat terbesar, diukur dari sisi
bawah geladak dasar sampai sisi bawah geladak atau sampai pada
ketinggian garis khayal melintang melalui sisi atas dari lambung
tetap.

F = faktor, ditentukan menurut bentuk penampang melintang dan


atau jenis kapal Tonase Bersih (NT) ditetapkan sebesar 30% dari
Tonase Kotor (GT).

2. Untuk perhitungan Internasional yang diperuntukan untuk kapal-


kapal yang memiliki panjang 24 (dua puluh empat) atau lebih, rumus
yang digunakan adalah:

          GT = K1 x V

dimana :
K1  = 0.2 + 0.02 log V
V = Jumlah ruangan dibawah geladak atas (geladak ukur) dan isi
ruangan-ruangan diatas geladak atas yang tertutup sempurna yang
berukuran tidak kurang dari 1 m3.
III BAB PENUTUP
Kesimpulan :

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, penulis menarik


kesimpulan;

1.Pengaturan hukum tentang kedudukan dan kontribusi uang


denda kelebihan tonase pada dasarnya telah memenuhi
kebutuhan untuk pengendalian kelebihan .
muatan angkutan barang pada lalu lintas dan angkutan jalan.
Peraturan Daerah
Provinsil Lampung Nomor 5 Tahun 2011 telah secara lengkap
mengatur
tentang ketertiban operasional angkutan barang, pengawasan,
pengendalian,
penyelenggaraan penimbangan, pelanggaran kelebihan muatan,
tata cara
pengenaan denda dan ketentuan pidana. Namun, pada
pelaksanaannya belum
sepenuhnya berjalan dengan benar sesuai ketentuan yang
berlaku.

2.Pelaksanaan dan pengawasan kelebihan muatan angkutan


barang bertujuan
untuk mewujudkan kelancaran, ketertuiban, kenyamanan berlalu
lintas serta menjaga kondisi jalan dari kerusakan yang
disebabkan oleh pengangkutan
barang yang melebihi muatan. Pelaksanaan dan pengawasan
pemungutan uang
denda kelebihan tonase dilakukan melalui unit penimbangan
dan/atau pembatasan lalu lintas mobil barang pada koridor atau
kawasan tertentu parluas jalan provinsi. Faktor penghambat
dalam pelaksanaan pemungutan uang
denda tonase pada angkutan barang pada lalu lintas terjadi lebih
karena disebabkan karena pertama, kurangnya kesadaran supir
truk dalam membawa
mobil angkutan yang melebihi muatan.Kedua,pihak pemerintah
yaitu petugas
penjaga jembatan timbang tersebut, yaitu menjadikan jembatan
timbangan
sebagai lahan pungutan liar dengan mengenakan denda yang
bervariasi tidak sesuai dengan ketentuan dalam peraturan daerah
yang berlaku. Ketiga,Pengawasan yang kurang dari pe
merintah dalam pelaksanaan pungutan uang denda
kelebihan tonase menyebabkan fungsi dan tujuan
keberadaan jembatan
timbang tidak berjalan sebagaimana mestinya.

Saran

Berdasarkan uraian pembahasan dan kesimpulan, penulis


memberikan saran
sebagai berikut:
1.Pengaturan hukum tentang pengawasan dan
pengendalian kelebihan muatan
angkutan barang perlu perubahan pada pengaturan
tentang sanksi denda agar
pihak angkutan barang merasa jera. Sehingga mencari
solusi agar kendaraan
bermotor yang digunakan sebagai penga
ngkutan barang tidak melebihi batas
muatan sehingga dapat merugikan perusahaan.
2.Pelaksanaan pemungutan uang denda kelebihan tonase
untuk lebih efektif
sebaiknya dibuatkan prosedur dan tata cara tersendiri dan
pengawasan
sebaiknya dilakukan lebih tegas agar pelaksanaan
pemungutan uang denda
kelebihan tonase berjalan benar sebagaimana m
estinya sehingga tujuan dan
fungsi jembatan timbang dapat terlaksana.
Pengawasan dan pengendalian perlu
ditingkatkan agar keberadaan jembatan timbang
dapat sesuai fungsi dan tujuan.
Seharusnya uang denda kelebihan muatan atau tonase
pada jembatan timbang
yang berada di Kabupaten Lampung Selatan dapat
memberikan kontribusi
khususnya bagi daerah Kabupaten Lampung Selatan.
Sebab keberadaan jembatan
timbang tersebut menghambat lalu lintas dan
mengakibatkan kerusakan jalan
daerah Kabupaten Lampung Selatan .

Anda mungkin juga menyukai