Anda di halaman 1dari 7

5.

Terminal Handling Charge dan Container Handling Charge


a. Latar Belakang dan Pengertian THC
Terminal Handling Charge (THC) pertama kalil dikenal di eropa pada tahun 1980-an
atas permintaan para pemilik barang untuk menciptakan transparansi dan keseragaman tarif
diantara pelabuhan-pelabuhan di Eropa. Selanjutnya THC diberlakukan juga di Asia seperti di
China, Jepang, Hongkong, Korea Selatan, Taiwan, Singapura, Malaysia, Thailand,
Philipinnes, dan Indonesia. Pengenaan THC di terminal peti kemas di dunia saat ini
merupakan praktik umum dalam angkutan laut peti kemas secara internasional.
THC di Terminal Peti Kemas (TPK) terdiri dari Container Handling Charge (CHC)
dan Surcharge yang dipungut oleh perusahaan angkatan laut asing dari pemilik barang
melalui perusahaan keagenan.
Tarif THC ditentukan oleh conference yakni perhimpunan perusahaan perusahaan
angkutan peti kemas utama (ocean liner conference) secara regional diantaranya Far Eastern
Freight Conference (FEFC). Inta Asia Discussion Agreement (IADA), Asia North- America
Eastbound Rate Agreement (ANERA), dan Transpasific Westbound Rate Agreement (TWRA)
berdasarkan kesepakatan bersama sebagai pedoman tarif untuk menutup biaya penanganan
peti kemas di sisi darat (terminal). Namun, belum satupun perusahaan pelayaran nasional
yang bergabung sebagai anggota conference dengan alasan kepemilikan serta kekuatan
armada yang harus memenuhi persyaratan conference.
b. Ketentuan Legalitas THC
Berdasarkan Permenhub No. 72 Tahun 2005 Pasal 10B mengatur antara lain, bahwa :
Tarif yang dipungut oleh agen atau perwakilan perusahaan angkutan laut asing (owners
representative) yang bukan pendapatan jasa Badan Usaha Pelabuhan (BUP) merupakan
tambahan tarif jasa pelabuhan resmi, dikonsultasikan dan diusulkan secara tertulis oleh agen
atau perwakilan perusahaan angkutan perusahaan angkutan laut asing yang bersangkutan
setelah diaudit dan mendapat persetujuan tertulis pengguna jasa TPK. Menteri memberikan
arahan dan pertimbangan secara tertulis sekaligus mewajibkan agen yang bersangkutan
memberikan laporan kepada menteri.
Beberapa arahan menteri berkenaan dengan THC diterbitkan tahun 2005, No.
AL.306/I/I.PHB-2005 tanggal 30 September 2005. Perihal Penegasan Pemerintah tentang
THC dan No. PR. 302/1/14 Phb-2005 Perihal penurunan Tarif Pelayanan Peti Kemas sebagai
persetujuan atas usul Direksi PT.PELINDO I, II, III, dan IV yakni : (a) penurunan tarif
stevedoring peti kemas FCL 20 dari US$ 93 menjadi US$ 70 dan FCL 40 dari US$ 139
menjadi US$ 105; (b) Penurunan Peti Kemas kosong dari 90 % menjadi 70 % dari peti kemas

isi; (c) tarif (a) dan (b) sudah termasuk pajak berlaku; dan (d) biaya pengurusan dokumen Rp.
100.000,- per B/L dan Rp. 100.000,- per DO.
Arahan Menteri berikutnya dengan surat No. PR.302/2/9. Phb-2008 tanggal 8 Agustus
2008 tentang penyesuaian tarif Pelayanan Jasa Keperluan sebagai persetujuan atas usul dari
Dirut PELINDO II, yakni besaran CHC di Pelabuhan Tanjung Priok FCL 20 naik dari US$
70 menjadi US$ 83 dan FCL 40naik dari US$ 105 menjadi US$ 124,5. Sedangkan tarif THC
FCL 20 tetap US$ 95 dan FCL 40 sebesar US$ 145.
c. Besaran THC dan CHC pelabuhan Kelas Utama
Besaran tarif THC dan CHC pada beberapa TPK di pelabuhan Indonesia sebagaimana
dikemukakan diatas, dapat ditunjukan dalam Tabel 15.6 di bawah ini.

THC dipungut dari pemilik barang (shipper) oleh perusahaan angkutan laut asing
melalui perusahaan angkutan laut nasional sebagai agen; sementara itu CHC adalah tarif
paket jasa bongkar muat peti kemas dibayarkan oleh perusahaan pelayaran asing melalui
agennya kepada operator pelabuhan.
6. Tarif Jasa Bongkar Muat
Perusahaan Bongkar Muat (PBM) sebagai perusahaan yang khusus didirikan untuk
melaksanakan kegiatan memindahkan barang dari atas kapal ke dermaga dan/atau dari
dermaga ke atas kapal mengenakan tarif yang dikenal terminologi OPP/OPT, yakni Ongkos
Pelabuhan Pemuatan dan Ongkos Pelabuhan Tujuan.
Pedoman untuk menentukan besaran biaya OPP/OPT ditentukan oleh pemerintah
seperti keputusan Menteri Perhubungan NO. KM. 25 tahun 2022 tentang pedoman Dasar
Perhitungan Tarif Pelayanan Jasa Bongkar Muat Barang dari dan ke Kapal di Pelabuhan.
a.

Pengertian dan Jenis Kegiatan


Tarif OPP/OPT adalah biaya pelaksanaan bongkar muat barang umum muatan kapal

yang terdiri dari ; (a) Stevedoring (b) Cargodoring dan (c) Receiving dan Delivery

Stevedoring adalah pekerjaan membongkar barang dari geladak/palkah kapal ke


dermaga, truk, kereta api, tongkang, dan/atau memuat barang dari dermaga dari dermaga
truk, kereta api, tongkang, ke geladak/palkah kapal dengan menggunakan derek kapalmatau
derek yang disediakan terminal.
Cargodoring adalah pekerjaan mengeluarkan barang dari jaring atau sling diatas
dermaga, mengangkat dari dermaga ke gudang, menyusun didalam gudang lini1 atau
dilapangan dilapangan penumpukan lini 1 ; dan/atau sebaliknya.
Receiving & Delivery adalah pekerjaan mengambil barang dari gudang lini 1 dan
menyerahkan sampai ke atas kendaraan yang disediakan consigner dan/atau sebaliknya.
Pekerjaan Receiving & Delivery dapat juga dilaksanakan tanpa melalui gudang atau
lapangan lini 1, yakni langsung ke dermaga disisi lambung kapal; kegiatan seperti ini lazim
disebut Ship Side Receiving & Delivery atau Direct Delivery atau Truck Lossing/Londing
atau Barge Lossing/Loading.
b. Tarif Berdasarkan Kebijakan Pemerintah
Sebagaimana telah dikemukakan di atas, pemerintah menentukan dasar-dasar yang
dipedomani dalam penetapan tarif jasa bongkar muat. Kebijakan pemerintah yang
tertuang dalam keputusan menteri, antara lain menyatakan:
1) Besarnya tarif pelayanan jasa bongkar muat barang dari dan ke kapal ditetapkan
atas kesepakatan bersama antara penyedia jasa bongkar muat (Koperasi Tenaga
Kerja Bongkar Muat beserta Serikat Pekerja TKBM/Serikat buruh TBKM) dan
pengguna ajsa bongkar muat atau Perusahaan Bongkar Muat (PBM)
2) Perhitungan tarif pelayanan jasa bongkar muat barang dari dan ke atas kapal
dipelabuhan berdasarkan satuan ukuran berat (ton) atau isi dalam manifest atau
realisasi bongkar muat.
3) Unsur biaya bagian TKBM terdiri dari upah Harian/Borongan, Alat Pelindung
Diri, Pelatihan, THR, Tunjangan Perumahan, Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK),
Jaminan Hari Tua (JHT), Jaminan Kematian (JK), dan Jaminan Pemeliharaan
Kesehatan (JPK)
4) Unsur biaya bagian PBM terdiri dari tenaga pelaksana stevedore, quay supervisor,
chief tally, foreman, tally clerk, mistry, dan watchman, dan peralatan non mekanis
ship side net, rope sling, wire sling, rope net, wire net, gerobak dorong, dan untuk
kegiatan bongkar muat dengan gerobak dorong diganti dengan pallet.
5) Pelaksanaan kegiatan bongkar muat perhari dapat dilakukan dalam 3 shift, dengan
jam kerja yang ditetapkan untuk setiap gilir kerja hari Senin sampai dengan hari
Minggu selama 8 jam termasuk istirahat 1 jam, kecuali hari Jumat siang istirahat 2
jam.

6) Tarif B/M langsung (truck lossing/loading atau barge lossing/loading), B/M


langsung dengan conveyor, B/M melalui Pipa dan B/M di Rede, besarnya
ditetapkan bedasarkan kesepakatan bersama antara penyedia jasa dan pengguna
jasa bongkar muat.
7) Tarif bongkar muat untuk kegiatan-kegiatan yang tidak termasuk dalam kegiatan
stevedoring,

cargodoring,

dan

receiving/delivery

seperti

shifting,

lashing/unlashing, dunnaging, sweeping, bagging/unbagging, restowage, sorting,


trimming, dan cleaning dikenakan biaya tambahan atau tarif tersendiri.
c. Besaran Tarif OPP/OPT
Suatu arif kesepakatan sebagaimana digariskan melalui kebijakan pemerintah, dapat
disajikan pada Tabel 15.7 di bawah ini.

Harga tersebut dalam tabel 15.7 (a) terbentuk dari rumusan yang disesuaikan dengan
pedoman dasar. Pengenaannya berdasarkan diferensiasi golongan barang, satuan, dan
kondisi/terms. Kondisi atau terms dibedakan 2 (dua) kategori, yakni (1) FIOS, dan (2) Liner.

Untuk

jelasnya

dapat

diperiksa

pada

Tabel

15.

1) Harga pada kolom FIOS dalam tabel 15.7 adalah penjumlahan STV + CD + RD;
sedangkan untuk FIOS T/L adalah penjumlahan STV + 50% CD + 50% RD
2) Harga pada kolom LINER dalam tabel 15.7 adalah penjumlahan CD + RD;
sedangkan untuk LINER T/L adalah penjumlahan 50% CD + 50% RD. Harga
STV pada kondisi LINER ditanggung operator kapal.
Contoh 1. Perhitungan OPP/OPT Kondisi FIOS
Diketahui : Dua partai barang dibongkar dari MV. Teratai 1. Partai A break bulk
80 Ton dan partai B bagging 110 Ton seluruhnya via gudang pada kondisi FIOS.
Masa penumpukan kedua partai 9 hari. Pada kegiatan CD dan RD dipakai FLT 3
Ton.
Ditanya : Hitunglah biaya bongkar di pelabuhan tujuan!
Hitungan : Pelaksanaan bongkar berlangsung sebagaimana Gambar 15.7 berikut
ini

Berdasarkan tarif dalam tabel 15.7 a dan b, dan gambar 15.7 maka,

OPT kondisi FIOS sebesar = ((80xRp. 59.310)+(110xRp. 53.103)) = Rp.


10.586.130,Jasa dermaga sebesar = ((80 + 110)xRp. 1.775)= Rp. 337.250,Jasa Gudang sebesar = ((80 + 110) x Rp. 2.750 x 5 hari masa I)
= Rp. 2. 612. 500,Jasa mekanik (FLT 3 T) untuk pekerjaan Cargodoring + Delivery sebesar
= (((80 + 110) x Rp. 7.735) + ((80 + 110) x Rp. 7.735))
= Rp. 2.612.500,Ongkos Pelabuhan tujuan dala, pekerjaan pembongkaran 2 partai barang ex
MV. Teratai I adalah sebesar Rp. 16.475.180,- sebelum pajak (PPN 10%), jasa
kebersihan, dan biaya administrasi.
Contoh 2. Perhitungan OPP/OPT Kondisi LINER
Diketahui : Sama dengan contoh 1 terdahulu
Ditanya : Hitunglah biaya bongkar di pelabuhan tujuan secara direct delivery
atau truck lossing dan pada kondisi LINER
Hitungan : Pelaksanaan bongkar berlangsung sebagaimana Gambar 15.8 berikut
ini.

Berdasarkan tarif dalam tabel 15.7 a dan b, dan Gambar 15.8 maka,
OPT kondisi LINER T/L = ((80 x Rp. 18.901) + (110 x Rp. 17.116)
= Rp. 3.394.840,Jasa dermaga sebesar = ((80 + 110) x Rp. 1.775) = Rp. 337.250,Jasa gudang/lapangan = 0
Jasa Mekanik
=0
Ongkos Pelabuhan Tujuan dalam pekerjaan pembongkaran 2 partai barang ex
MV. Teratai I adalah sebesar = Rp. 3.372.090,- sebelum pajak (PPN 10%), jasa
kebersihan, dan biaya administrasi.
7. Ringkasan
Prinsip-Prinsip penentuan jenis tarif yakni (a) Simplicity, jenis tarif harus terbatas
dalam jumlah serta mudah dimengerti (b) Differentiation, jenis tarif dibedakan menurut tipe

tipe pelayaran (c) Logical, jenis tarif harus terkait kepada pelayanan spesifik; dan (d)
Functional, jenis tarif terkait kepada tujuan dan target.
Tarif jasa kepelabuhan di pelabuhan yang diusahakan komersil ditetapkan Direksi
Badan Usaha Pelabuhan setelah menerima arahan dan pertimbangan menteri; sedangkan
dipelabuhan yang non-komersil diberlakukan tarif yang diatur pemerintah melalui kebijakan
perihal Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP).
Perumusan

besaran

tarif

pelayanan

jasa

kapal

dan/atau

pelayaran

jasa

barang/penumpang dengan rumus T = Cu x Ls didasarkan pada analisis tentang ;


a) Hasil perhitungan biaya pokok ( unit cost ), perbandingan tarif berlaku dengan biaya
pokok, kualitas pelayanan yang diberikan, dan perbandingan dengan tarif yang
berlaku di luar negeri; dan
b) Analisis serta justifikasi usulan kenaikan tarif kenaikan tarif terhadap beban pengguna
jasa; mengukur secara kuantitatif pengaruh kenaikan tarif terhadap permintaan jasa
fasilitas kepelabuhan.
Diferensiasi tarif paket dan non paket jasa Peti Kemas di Terminal Peti Kemas
(TPK) didasarkan pada (a) status Full Container Load (FCL), Less than Container
Load ( LCL); (b) Pergerakan Transhipment, Shifting, Extra Movement, (d) Jenis
Komoditas ekspor- impor, antar pulau, reefer, hazardous,; dan (e) masa penumpukan
peti kemas (duration).
THC di Terminal Peti Kemas ( TPK ) terdiri dari Container Handling Charge
(CHC) dan Surcharge yang dipungut oleh perusahaan angkutan laut asing dari pemilik
barang melalui perusahaan keagenan. CHC dipungut sesuai tarif resmi sebagai
penerimaan TPK, sedangkan Surcharge adalah pungutan tambahan atas peti kemas
internasional untuk perusahaan angkutan laut asing.
Biaya untuk melaksanakan kegiatan memindahkan barang dari atas kapal ke
dermaga dan/ atau dari dermaga ke atas kapal dikenal dengan terminology OPP/OPT,
yakni ongkos Pelabuhan Pemuatan dan Ongkos Pelabuhan Tujuan.
Pedoman dasar untuk menentukan besaran biaya OPP/OPT diatur melalui kebijakan
pemerintah seperti Keputusan Menteri Perhubungan No. KM. 25 Tahun 2002 tentang
pedoman Dasra Perhitungan Tarif Pelayanan Jasa Bongkar muat Barang dari dan ke
Kapal di Pelabuhan.
Unsur-unsur biaya yang terkalkulasi menjadi OPP/OPT diantaranya bagian
yang menjadi hak perusahaan bongkar muat, dan bagian yang menjadi hak Tenaga
Kerja Bongkar Muat (TKBM) melalui koperasi/serikat pekerja TKBM di pelabuhan.

Anda mungkin juga menyukai