Tarif adalah harga jasa dari setiap jenis pelayanan yang terdapat didalam pelabuhan (port pricing). Tarif
jasa pelabuhan terjadi karena ada pihak yang memberikan/ menyediakan pelayanan (oleh penyelenggara
pelabuhan) oleh sebab itu tariff harus jelas besarannya, jenis pelayanan yang diberikan/ disediakan dan
bagaimana pemberlakuannya.
Dalam penetapan besaran tarif, biasanya didasarkan pada seberapa besar produksi telah/ akan dibentuk,
sehingga perlu mempertimbangkan beberpa prinisp pokok untuk dijadikan dasar sebagai kerangka
pengutan kepadan pengguna jasa.
Ketentuan mengenai jenis, struktur dan golongan tariff jasa pelabuhan yang diberikan di pelabuhan
ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah.
Dengan berdasarkan pada jenis, struktur dan golongan tariff yang ditetapkan oleh pemerintah,
penyelenggara pelabuhan penetapan tarif dengan memperhatikan keseimbangan antara kepentingan
untuk kelangsungan dan penyeimbangan usaha pelabuhan dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan
dan kepentingan pengguna jasa pelabuhan.
1. Untuk kunjungan kapal niaga, selama 30 hari hanya dikenakan tarif labuh satu kali dengan ketentuan, apabila
kapal selama masa hari ke-31 masigh berada di pelabuhan untuk kunjungan itu dikenakan pungutan uang labuh
baru.
2. Kapal yang berkunjung bertindak bukan niaga dikenakan uang labuh sebesar 50% dari tarif yang berlaku.
3. Kapal yang menunggu naik dok atau dalam perbaikan (floating repair) di perairan pelabuhan dikenakan uang
labuh sebesar 75% dari tarif labuh yang berlaku.
4. Kapal yang melakukan kegiatan kerja tetap dalam wilayah perairan pelabuhan dan kapal perairan daratan,
dikenakan tarif labuh tersendiri yang diperhitungkan untuk setiap bulan almanak.
5. Pembebasan uang labuh diberikan kepada :
A. Kapal perang RI maupun kapal perang negara sahabat dan kapal negara yang tidak mengutamakan
untuk mengangkut penumpang barang dagangan dan hewan yang tidak memungut uang tambang.
B. Kapal yang baru dibuat atau yang diangkut sebagai barang muatan selama di pelabuhan tidak
diturunkan ke dalam air dan tidak menurunkan atau mengangkut penumpang, barang dagangan, dan
yang lainnya.
C. Perahu pesiar yang dianggap tidak tetap tinggal di pelabuhan menurut pandangan Direksi Perum
Pelabuhan.
D. Kapal-kapal yang hanya berlayar pada permukaan air yang masuk perairan pelabuhan untuk
meneruskan perjalanannya.
E. Kapal yang dilabuhkan karena tidak dipakai lagi atau bangunan-bangunan terapung yang telah
mendapat persetujuan menyewa permukaan air di wilayah perairan pelabuhan.
1. Uang tambat dikenakan terhadap kapal yang bertambat pada tambatan dermaga beton. dermaga besi/kayu,
pinggiran, pelampung, dolphin, serta kapal yang sedang tambat dan merapat pada kapal lain yang sedang
bersandar di dermaga.
3. Biaya kapal yang bertambat melebihi batas waktu tersebut diatas akan dikenakan uang tambat 200% dari tarif
dasar.
4. Tarif uang dihitung sekurang-kurangnya untuk 1/4 etmal (6 jam dengan pembulatan) :
A. Pemakaian uang tambat kurang dari 6 jam dihitung 1/4 etmal.
B. Lebih dari 6 jam – 12 jam dihitung 1/2 etmal.
C. Labih dari 12 jam – 18 jam dihitung 3/4 etmal.
D. Pemakaian lebih dari 18 jam – 24 jam dihitung 1 etmal.
5. Uang kapal yang sedang bertambat pada dermaga dan memakai pelampung hanya dikenakan uang tambat pada
dermaga saja.
6. Uang tambat untuk kapal yang melakukan kegiatan tetap dalam wilayah perairan pelabuhan dapat dibayar
sekaligus satu bulan almanak sekali. Dan pembayarannya diperhitungkan hanya sebanyak 15 etmal dikali tarif
dasar tambatan yang digunakan.
7. Untuk kapal yang bertambat pada lambung kapal lain yang sedang bertambat dikenakan tarif dasar tambatan
yang digunakan.
8. Tarif jasa tambat ditetapkan oleh Departemen Perhubungan.
9. Untuk kapal yang bertambat pada pelampung termasuk juga benda apung lainnya yang berfungsi sebagai
pengganti pelampung, pengenaan tarif tambat tanpa batasan waktu.
10. Untuk kapal yang bertambat pada breasting dolphin tidak dikenakan pembatasan waktu.
1. Derah perairan pandu meliputi perairan pelayaran dalam batas-batas bandar dan alur pelayaran wajib pandu
sesuai ketetapanya yang berlaku di masing-masing pelabuhan.
2. Kapal-kapal ukuran kurang dari batas minimal wajib pandu tidak dikenakan wajib pandu dengan ketentuan
kewajiban memberitahukan kapal masuk dan atau keluar daerah perairan pandu harus tetap dilakukan.
3. Kapal-kapal sebagaimana yang dimaksud dalam pasal 6 ayat (2) Keputusan Dinas Kepanduan (Loodsdients
Besluit) tidak dikenakan biaya pandu.
4. Kapal ferry yang secara tetap menyinggahi pelabuhan wajib pandu atas persetujuan Menteri Perhubungan dapat
dibebaskan dari pemanduan.
5. Direksi Perum Pelabuhan berwenang memberikan pembebasan seluruhnya atau sebagian dari pembayaran
tambahan uang pandu untuk kelambatan gerak apabila keberangkatan ke laut mengalami kemunduran waktu
dikarenakan keadaan atau cuaca yang buruk
1. Kapal-kapal yang berhenti di daerah pelabuhan untuk pertimbangan keselamatan dikenakan wajib tunda dengan
ketentuan :
A. Untuk Panjang sampai dengan 70 m dibebaskan dari wajib tunda.
B. Panjang 71 m – 100 m wajiba ditunda minimal 1 kapal tunda dengan jumlah daya 600 PK – 3.400 PK.
C. Panjang 101 m – 150 m wajib tunda minimal 2 kapal tunda dengan jumlah daya 1.700 PK – 3.400 PK.
D. Untuk Panjang 151 m – 200 m wajib ditunda minimal 2 kapal tunda dengan jumlah daya 3.400 PK –
5000 PK.
E. Panjang 201 m – 300 m wajib ditunda minimal 3 kapal tunda dengan jumlah daya 5000 PK – 10.000
PK.
2. Pengenaan uang tunda di daerah perairan pelabuhan didasarkan atas GRT kapal yang ditunda dan jam
pemakaian.
3. Pelaksanaan penundaan kapal wajib tunda di daerah perairan pelabuhan ditetapkan sebagai berikut :
A. Pemakaian kapal tunda pada hari kerja dan dalam jam kerja dikenakan uang tunda sebesar tarif dasar.
B. Pemakaian kapal tunda di luar jam kerja atau pada hari libur resmi dikenakan uang tunda sebesar 125%
dari tarif dasar.
C. Pembatalan permintaan pelayanan kapal tunda yang telah dikirim ke lokasi kapal dikenakan uang
tunda sesuai dengan tarif yang berlaku minimal untuk pemakain 1 jam.
D. Dalam pelaksanaan kapal tunda sekaligus termasuk pekerjaan kepil yang dilakukan oleh regu kepil.
E. Jam pemakaian kapal tunda dihitung sejak kapal tunda berangkat dari pangkalan sampai kembali ke
pangkalan.
Struktur tarif pelayanan jasa kepelabuhanan merupakan kerangka perhitungan biaya pokok dikaitkan
dengan tatanan waktu dan satuan ukuran atas pengenaan tariff setiap pelayanan yang diberikan.
Sedangkan biaya pokok setiap jenis jasa kepelabuhanan merupakan hasil pembagian antara total biaya
dengan produksi pada tingkat normal, meliputi :