Anda di halaman 1dari 25

Kami juga menyediakan dokumen di

siberfobia.wordpress.com

kunjungi kami sekarang.

KODE ETIK
PROFESI
KESEHATAN
DAFTAR ISI

COVER

DAFTAR ISI..............................................................................................

BAB I : PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah..........................................................

B. Rumusan Masalah...................................................................

C. Tujuan Penulisan.....................................................................

BAB II: PEMBAHASAN

A. Pengertian Etika, Profesi, dan tenaga kesehatan................

B. Macam-macam Kode Etik Profesi Kesehatan......................

C. Sanksi Pelanggaran Kode Etik................................................

BAB III: PENUTUP

A. Kesimpulan...............................................................................

B. Saran.........................................................................................

DAFTAR PUSTAKA..................................................................................

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Kata etik (atau etika) berasal dari kata ethos (bahasa Yunani) yang
berarti karakter, watak kesusilaan atau adat. Sebagai suatu subyek,
etika akan berkaitan dengan konsep yang dimilki oleh individu ataupun
kelompok untuk menilai apakah tindakan-tindakan yang telah
dikerjakannya itu salah atau benar, buruk atau baik.
Etika akan memberikan semacam batasan maupun standar yang
akan mengatur pergaulan manusia di dalam kelompok sosialnya.
Dalam pengertiannya yang secara khusus dikaitkan dengan seni
pergaulan manusia, etika ini kemudian dirupakan dalam bentuk aturan
(code) tertulis yang secara sistematik sengaja dibuat berdasarkan
prinsip prinsip moral yang ada.
Pada saat yang dibutuhkan akan bisa difungsikan sebagai alat
untuk menghakimi segala macam tindakan yang secara logika-rasional
umum (common sense) dinilai menyimpang dari kode etik. Dengan
demikian etika adalah refleksi dari apa yang disebut dengan “self
control”, karena segala sesuatunya dibuat dan diterapkan dari dan
untuk kepentingan kelompok sosial (profesi) itu sendiri.
Tanpa etika profesi, apa yang semula dikenal sebagai sebuah
profesi yang terhormat akan segera jatuh terdegradasi menjadi sebuah
pekerjaan pencarian nafkah biasa (okupasi) yang sedikitpun tidak
diwarnai dengan nilai-nilai idealisme dan ujung-ujungnya akan berakhir
dengan tidak adanya lagi respek maupun kepercayaan yang pantas
diberikan kepada para elite profesional ini.

B. Rumusan Masalah
1. Apakah Etika, Profesi, dan Tenaga Kesehatan?
2. Bagaimana Kode Etik Masing-masing Profesi Kesehatan?
3. Bagaimana Konsekuensi Bagi Pelanggar Kode Etik?

1
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian Etika, Profesi, dan Tenaga
Kesehatan
2. Untuk mengetahui Kode Etik Masing-masing Profesi Kesehatan.
3. Untuk mengetahui Konsekuensi Bagi Pelanggar Kode Etik

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Etika, Profesi, dan Tenaga Kesehatan


Etika merupakan cerminan dari sebuah mekanisme kontrol yang
dibuat dan diterapkan oleh dan untuk kepentingan suatu kelompok
sosial atau profesi. Kehadiran organisasi profesi dengan kode etik
profesi diperlukan untuk menjaga martabat serta kehormatan profesi,
dan di sisi lain melindungi masyarakat dari segala bentuk
penyimpangan maupun penyalah-gunaan keahlian.
Profesi merupakan kelompok lapangan kerja yang khusus
melaksanakan kegiatan yang memerlukan ketrampilan dan keahlian
tinggi guna memenuhi kebutuhan yang rumit dari manusia, di
dalamnya pemakaian dengan cara yang benar akan ketrampilan dan
keahlian tinggi, hanya dapat dicapai dengan dimilikinya penguasaan
pengetahuan dengan ruang lingkup yang luas, mencakup sifat
manusia, kecenderungan sejarah dan lingkungan hidupnya; serta
adanya disiplin etika yang dikembangkan dan diterapkan oleh
kelompok anggota yang menyandang profesi tersebut.
Tenaga Kesehatan adalah setiap individu yang bekerja atau
mengabdi di bidang kesehatan, cukup pengetahuan dan keterampilan
serta pernah menempuh pendidikan di bidang kesehatan.

B. Macam-macam Kode Etik Profesi Kesehatan


1. Kode Etik Kedokteran
Berikut adalah Kode Etik Kedokteran yang terdiri dari beberapa
pasal, antara lain:
a. KEWAJIBAN UMUM
1. Setiap dokter harus menjunjung tinggi, menghayati dan
mengamalkan Sumpah Dokter.
2. Seorang dokter harus senantiasa berupaya melaksanakan
profesinya sesuai dengan standard profesi yang tertinggi.
3. Dalam melakukan pekerjaan kedokterannya, seorang
dokter tidak boleh dipengaruhi oleh sesuatu yang
mengakibatkan hilangnya kebebasan dan kemandirian
profesi.
4. Setiap dokter harus menghindarkan diri dari perbuatan
yang bersifat memuji diri.

3
5. Tiap perbuatan atau nasehat yang mungkin melemahkan
daya tahan psikis maupun fisik hanya diberikan untuk
kepentingan dan kebaikan pasien, setelah memperoleh
persetujuan pasien.
6. Setiap dokter harus senantiasa berhati hati dalam
mengumumkan dan menerapkan setiap penemuan tehnik
atau pengobatan baru yang belum diuji kebenarannya dan
hal hal yang dapat menimbulkan keresahan masyarakat.
7. Seorang dokter hanya memberi surat keterangan dan
pendapat yang telah diperiksa sendiri kebenarannya.
a. Seorang dokter harus, dalam setiappraktek medisnya,
memberikan pelayanan medis yang kompeten dengan
kebebasan teknis dan moral sepenuhnya, disertai rasa
kasih sayang ( compassion ) dan penghormatan atas
martabat manusia.
b. Seorang dokter harus bersikap jujur dalam berhubungan
dengan pasien dansejawatnya, dan berupaya untuk
mengingatkan sejawatnya yang dia ketahui memiliki
kekurangan dalam karakter atau kompetensi, atau yang
melakukan penipuan atau penggelapan, dalam
menangani pasien.
c. Seorang dokter harus menghormati hak hak pasien, hak
hak sejawatnya, dan hak tenaga kesehatan lainnya, dan
harus menjaga kepercayaan pasien.
d. Setiap dokter harus senantiasa mengingat akan
kewajiban melindungi hidup mahluk insani.
8. Dalam melakukan pekerjaannya seorang dokter harus
memperhatikan kepentingan masyarakat dan
memperhatikan semua aspek pelayanan kesehatan yang
menyeluruh ( promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif ),
baik fisik maupun psiko-sosial, serta berusaha menjadi
pendidik dan pengabdi masyarakat yang sebenar
benarnya.
9. setiap dokter dalam bekerja sama dengan para pejabat
dibidang kesehatan dan bidang lainnya serta masyarakat,
harus saling menghormati.

4
b. KEWAJIBAN DOKTER TERHADAP PASIEN
10. Setiap dokter wajib bersikap tulus ikhlas dan
mempergunakan segala ilmu dan ketrampilannya untuk
kepentingan pasien. Dalam hal ini ia tidak mampu
melakukan suatu pemeriksaan atau pengobatan, maka
atas persetujuan pasien, ia wajib merujuk pasien kepada
dokter yang mempunyai keahlian dalam penyakit tersebut.
11. Setiap dokter harus memberikan kesempatan kepada
pasien agar senantiasa dapat berhubungan dengan
keluarga dan penasehatnya dalam beribadat dan atau
dalam masalah lainnya.
12. Setiap dokter wajib merahasiakan segala sesuatu yang
diketahuinya tentang seorang pasien, bahkan juga setelah
pasien itu meninggal dunia.
13. Setiap dokter wajib melakukan pertolongan darurat
sebagai suatu tugas perikemanusiaan, kecuali bila ia yakin
ada orang lain bersedia dan mampu memberikannya.

c. KEWAJIBAN DOKTER TERHADAP TEMAN SEJAWAT


14. Setiap dokter memperlakukan teman sejawatnya
sebagaimana ia sendiri ingin diperlakukan.
15. Setiap dokter tidak boleh mengambil alih pasien dari
teman sejawat, kecuali dengan persetujuan atau
berdasarkan prosedur yang etis.

d. KEWAJIBAN DOKTER TERHADAP DIRI SENDIRI


16. Setiap dokter harus memelihara kesehatannya, supaya
dapat bekerja dengan baik.
17. Setiap dokter harus senantiasa mengikuti perkembangan
ilmu pengetahuan dan tehnologi kedokteran/kesehatan.

2. Kode Etik Profesi Perawat


Berikut ini adalah Kode Etik dari profesi perawat :
a. Perawat dan Klien
1. Perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan
menghargai harkat dan martabat manusia, keunikan klien,
dan tidak terpengaruh oleh pertimbangan kebangsaan,
kesukuan, warna kulit, umur, jenis kelamin, aliran politik,
dan agama yang dianut serta kedudukan social.

5
2. Perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan
senantiasa memelihara suasana lingkungan yang
menghormati nilai-nilai budaya, adat istiadat dan
kelangsungan hidup beragama dari klien.
3. Tanggung jawab utama perawat adalah kepada mereka yang
membutuhkan asuhan keperawatan.
4. Perawat wajib merahasiakan segala sesuatu yang diketahui
sehubungan dengan tugas yang dipercayakan kepadanya
kecuali jika diperlukan oleh berwenang sesuai dengan
ketentuan hukum yang berlaku.

b. Perawat dan Praktik


5. Perawat memelihara dan meningkatkan kompetisi dibidang
keperawatan melalui belajar terus menerus.
6. Perawat senantiasa memelihara mutu pelayanan
keperawatan yang tinggi disertai kejujuran professional yang
menerapkan pengetahuan serta keterampilan keperawatan
sesuai dengan kebutuhan klien.
7. Perawat dalam membuat keputusan didasarkan pada
informasi yang akurat dan mempertimbangkan kemampuan
serta kualifikasi seseorang bila melakukan konsultasi,
menerima delegasi dan memberikan delegasi kepada orang
lain.
8. Perawat senantiasa menjunjung tinggi nama baik profesi
keperawatan dengan selalu menunjukkan perilaku
professional.

c. Perawat dan Masyarakat


9. Perawat mengemban tanggung jawab bersama masyarakat
untuk memprakarsai dan mendukung berbagai kegiatan
dalam memenuhi kebutuhan dan kesehatan masyarakat.

d. Perawat dan Teman Sejawat


10. Perawat senantiasa memelihara hubungan baik dengan
sesama perawat maupun dengan tenaga kesehatan
lainnya, dan dalam memelihara keserasian suasana
lingkungan kerja maupun dalam mencapai tujuan
pelayanan kesehatan secara menyeluruh.

6
11. Perawat bertindak melindungi klien dari tenaga kesehatan
yang memberikan pelayanan kesehatan secara tidak
kompeten, tidak etis dan illegal.

e. Perawat dan Profesi


12. Perawat mempunyai peran utama dalam menentukan
standar pendidikan dan pelayanan keperawatan serta
menerapkannya dalam kegiatan pelayanan dan pendidikan
keperawatan.
13. Perawat berperan aktif dalam berbagai kegiatan
pengembangan profesi keperawatan.
14. Perawat berpartisipasi aktif dalam upaya profesi untuk
membangun dan memelihara kondisi kerja yang kondusif
demi terwujudnya asuhan keperawatan yang bermutu
tinggi.

3. Kode Etik Kedokteran Gigi


Kode Etik Kedokteran Gigi Indonesia
a. KEWAJIBAN UMUM
1. Dokter Gigi di Indonesia wajib menghayati, mentaati dan
mengamalkan Sumpah / Janji Dokter Gigi Indonesia dan
Kode Etik Kedokteran Gigi Indonesia
2. Dokter Gigi di Indonesia wajib menjunjung tinggi norma-
norma kehidupan yang luhur dalam menjalankan
profesinya.
3. Dalam menjalankan profesinya Dokter Gigi di Indonesia
tidak boleh dipengaruhi oleh pertimbangan untuk mencari
keuntungan pribadi
4. Dokter Gigi di Indonesia harus memberi kesan dan
keterangan atau pendapat yang dapat
dipertanggungjawabkan.
5. Dokter Gigi di Indonesia tidak diperkenankan menjaring
pasien secara pribadi, melalui pasien atau agen.
6. Dokter Gigi di Indonesia wajib menjaga kehormatan,
kesusilaan, integritas dan martabat profesi dokter gigi.
7. Dokter Gigi di Indonesia berkewajiban untuk mencegah
terjadinya infeksi silang yang membahayakan pasien, staf
dan masyarakat.

7
8. Dokter Gigi di Indonesia wajib menjalin kerja sama yang
baik dengan tenaga kesehatan lainnya.
9. Dokter Gigi di Indonesia dalam rangka meningkatkan
derajat kesehatan masyarakat, wajib bertindak sebagai
motivator, pendidik dan pemberi pelayanan kesehatan
(promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif).

b. KEWAJIBAN DOKTER GIGI TERHADAP PASIEN


10. Dokter Gigi di Indonesia wajib menghormati hak pasien
untuk menentukan pilihan perawatan dan rahasianya.
11. Dokter Gigi di Indonesia wajib melindungi pasien dari
kerugian.
12. Dokter Gigi di Indonesia wajib mengutamakan kepentingan
pasien.
13. Dokter gigi di Indonesia wajib memperlakukan pasien
secara adil.
14. Dokter Gigi di Indonesia wajib menyimpan, menjaga dan
merahasiakan Rekam Medik Pasien.

c. KEWAJIBAN DOKTER GIGI TERHADAP TEMAN SEJAWAT


15. Dokter Gigi di Indonesia harus memperlakukan teman
sejawatnya sebagaimana ia sendiri ingin diperlakukan.
16. Dokter Gigi di Indonesia apabila mengetahui pasien sedang
dirawat dokter gigi lain tidak dibenarkan mengambil alih
pasien tersebut tanpa persetujuan dokter gigi lain tersebut
kecuali pasien menyatakan pilihan lain.
17. Dokter Gigi di Indonesia, dapat menolong pasien yang
dalam keadaan darurat dan sedang dirawat oleh dokter
gigi lain , selanjutnya pasien harus dikembalikan kepada
Dokter Gigi semula, kecuali kalau pasien menyatakan
pilihan lain.
18. Dokter Gigi di Indonesia apabila berhalangan
melaksanakan praktik, harus membuat pemberitahuan
atau menunjuk pengganti sesuai dengan aturan yang
berlaku.
19. Dokter Gigi di Indonesia seyogianya memberi nasihat
kepada teman sejawat yang diketahui berpraktik di bawah
pengaruh alkohol atau obat terlarang. Apabila dianggap
perlu dapat melaporkannya kepada Organisasi Profesi.

8
d. KEWAJIBAN DOKTER GIGI TERHADAP DIRI SENDIRI
20. Dokter Gigi di Indonesia wajib mempertahankan dan
meningkatkan martabat dirinya.
21. Dokter Gigi di Indonesia wajib mengikuti secara aktif
perkembangan etika, ilmu pengetahuan dan teknologi
khususnya di bidang kedokteran gigi, baik secara mandiri
maupun yang diselenggarakan oleh Organisasi Profesi.
22. Dokter Gigi di Indonesia tidak boleh menyelenggarakan
kegiatan pendidikan dan pelatihan kedokteran gigi tanpa
izin dari Organisasi Profesi.
23. Dokter Gigi di Indonesia wajib menjaga kesehatannya
supaya dapat bekerja dengan optimal.

4. Kode Etik Profesi Bidan


Secara umum kode etik tersebut berisi 7 bab yang dapat
dibedakan menjadi tujuh bagian, yaitu :

1. Kewajiban bidan terhadap klien dan masyrakat (6 butir)


a. Setiap bidan senantiasa menjujung tinggi, menghayati dan
mengamalkan sumapah jabatannya dalam melaksanakan
tugas pengabdiannya.
b. Setiap bidan dalam menjalankan tugas profesinya
menjunjung ringgi harkat dan martabat kemanusiaan yang
utuh dan memlihara citra bidan.
c. Setiap bidan dalam menjalankan tugasnya senantiasa
berpedoman pada. Peran, tugas, dan tanggung jawab
sesuai dengan kebutuhan klien, keluarga dan masyrakat.
d. Setiap bidan dalam menjalankan tugasnya senantiasa
mendahulukan kepentingan kliery menghormati hak klien
dan menghormati nilai-nilai yang berlaku dimasyarakat.
e. Setiap bidan dalam menjalankan tugasnya senantiasa
mendahulukan kepentingan klien, keluarga dan
masyarakat dengan identitas yang sama sesuai dengan
kebutuhan berdasarkan kemampuan yang dimilikinya.
f. Setiap bidan senantiasa menciptakan suasana yang serasi
dalam hubungan pelaksanaan tugasnya, dengan
mendorong partisipasi masyarakat untuk meningkatkan
derajat kesehatannya secara optimal.

9
2. Kewajiban bidan terhadap tugasnya (3 butir)
a. Setiap bidan senantiasa memberikan pelayanan paripurna
kepada klien, keluarga dan masyarakat sesuai dengan
kemampuan profesi yang dimilikinya berdasarkan
kebutuhan klien, keluarga dan masyarakat.
b. Setiap berhak memberikan pertolongan dan mempunyai
kewenangan dalam mengambil keputusan dalam tugasnya
termasuk keputusan mengadakan konsultasi dan atau
rujukan.
c. Setiap bidan harus menjamin kerahasiaan keterangan yang
dapat dan atau dipercayakan kepadanya, kecuali bila
diminta oleh pengadilan atau diperlukan sehubungan
dengan kepentingan klien.

3. Kewajiban bidan terhadap sejawat dan tenaga kesehatan (2


butir)
a. Setiap bidan harus menjalin hubungan dengan teman
sejawatnya untuk menciptakan suasana kerja yang sesuai.
b. Setiap bidan dalam melaksanakan tugasnya harus saling
menghormati baik terhadap sejawatnya maupun tenaga
kesehatan lainnya.

4. Kewajiban bidan terhadap profesinya (3 butir)


a. Setiap bidan harus menjaga nama baik dan menjunjung
tinggi citra profesinya dengan menampilkan kepribadian
yang tinggi dan memberikan pelayanan yang bermutu
kepada masyarakat.
b. Setiap bidan harus senantiasa mengembangkan diri dan
Kebidanan Komunitas meningkatkan kemampuan
profesinya sesuai dengan perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi.
c. Setiap bidan senantiasa berperan serta dalam kegiatan
penelitian dan kegiatan sejenisnya yang iapat
meningkatkan mutu dan citra profesinya.

5. Kewajiban bidan terhadap diri sendiri (2 butir)


a. Setiap bidan harus memeiihara kesehatannya agar dapat
melaksanakan tugas profesinya dengan baik.

10
b. Setiap bidan seyogyanya berusaha untuk meningkatkan
pengetahuan dan keterampilan sesuai dengan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

6. Kewajiban bidan terhadap pemerintah, nusa bangsa dan tanah


air (2 butir)
a. Setiap bidan dalam menjarankan tugasnya, senantiasa
melaksanakan ketentuan-ketentuan pembrintah dalam
bidang kesehatan, khususnya dalam pelayanan KIA/KB dan
kesehatan keluarga.
b. Setiap bidan melalui profesinya berpartisipasi dan
menyumbangkan pemikirannya kepada pemeriniah untuk
meningkatkan mutu jangkauan pelayanan kesehatan
terutama pelayanan KIA/KB dan kesehatan keluarga.

7. Penutup (1 butir)
a. Sesuai dengan kewenangan dan peraturan kebijaksanaan
yang berlaku bagi bidan, kode etik merupakan pedoman
dalam tata cara keselarasan dalam pelaksanaan pelayanan
kebidanan profesional.

5. Kode Etik Profesi Apoteker


Kode Etik Apoteker Indonesia, yaitu:
a. KEWAJIBAN UMUM
1. Setiap Apoteker harus menjunjung tinggi, menghayati dan
mengamalkan Sumpah Apoteker.
2. Setiap Apoteker harus berusaha dengan sungguh-sungguh
menghayati dan mengamalkan Kode Etik Apoteker
Indonesia.
3. Setiap Apoteker harus senantiasa menjalankan profesinya
sesuai kompetensi Apoteker Indonesia serta selalu
mengutamakan dan berpegang teguh pada prinsip
kemanusiaan dalam melaksanakan kewajibannya.
4. Setiap Apoteker harus selalu aktif mengikuti
perkembangan di bidang kesehatan pada umumnya dan di
bidang farmasi pada khususnya.
5. Di dalam menjalankan tugasnya setiap Apoteker harus
menjauhkan diri dari usahamencari keuntungan diri
semata yang bertentangan dengan martabat dan tradisi
luhur jabatan kefarmasian.

11
6. Seorang Apoteker harus berbudi luhur dan menjadi contoh
yang baik bagi orang lain.
7. Seorang Apoteker harus menjadi sumber informasi sesuai
dengan profesinya.
8. Seorang Apoteker harus aktif mengikuti perkembangan
peraturan perundang-undangan di Bidang Kesehatan pada
umumnya dan di Bidang Farmasi padakhususnya.

b. KEWAJIBAN APOTEKER TERHADAP PENDERITA


9. Seorang Apoteker dalam melakukan pekerjaan
kefarmasian harus mengutamakan kepentingan
masyarakat dan menghormati hak asazi penderita dan
melindungi makhluk hidup insani.

c. KEWAJIBAN APOTEKER TERHADAP TEMAN SEJAWAT


10. Setiap Apoteker harus memperlakukan Teman Sejawatnya
sebagaimana ia sendiri ingin diperlakukan.
11. Sesama Apoteker harus selalu saling mengingatkan dan
saling menasehati untukmematuhi ketentuan-ketentuan
Kode Etik.
12. Setiap Apoteker harus mempergunakan setiap kesempatan
untuk meningkatkan kerjasama yang baik sesama Apoteker
di dalam memelihara keluhuran martabat jabatan
kefarmasian, serta mempertebal rasa saling mempercayai
di dalammenunaikan tugasnya.

d. KEWAJIBAN APOTEKER/FARMASIS TERHADAPSEJAWAT


PETUGAS KESEHATAN LAINNYA
13. Setiap Apoteker harus mempergunakan setiap kesempatan
untuk membangun dan meningkatkan hubungan profesi,
saling mempercayai, menghargai dan menghormati
Sejawat Petugas Kesehatan.
14. Setiap Apoteker hendaknya menjauhkan diri dari tindakan
atau perbuatan yang dapat mengakibatkan
berkurangnya/hilangnya kepercayaan masyarakat kepada
sejawat petugas kesehatan lainnya.

e. PENUTUP
15. Setiap Apoteker bersungguh-sungguh menghayati dan
mengamalkan Kode Etik Apoteker Indonesia dalam
menjalankan tugas kefarmasiannya sehari-hari. Jika

12
seorang Apoteker baik dengan sengaja maupun idtak
sengaja melanggar atau tidak mematuhi Kode Etik
Apoteker Indonesia, maka Apoteker tersebut wajib
mengakuidanmenerima sanksi dari pemerintah,
Ikatan/Organisasi Profesi Farmasi yang menanganinya
yaitu ISFI dan mempertanggungjawabkannya kepada
Tuhan Yang Maha Esa.

6. Kode Etik Profesi Kesehatan Masyarakat


a. KEWAJIBAN UMUM
1. Setiap profesi Kesehatan masyarakat harus menjunjung
tinggi, menghayati, dan mengamalkan etika profesi
kesehatan masyarakat.
2. Dalam Melaksanakan tugas dan fungsinya profesi
kesehatan masyarakat lebih mementingkan kepentingan
umum daripada kepentingan pribadi.
3. Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya, hendaknya
menggunakan pronsip efektifitas-efisiensi dan
mengutamakan penggunaan teknologi tepat guna.
4. Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya, tidak boleh
membeda – bedakan masyarakat atas pertimbangan –
pertimbangan agama, suku, golongan, sosial politik, dan
sebagainya.
5. Dalam melaksanakan fungsi dan tugasnya ahanya
melaksanakan profesi dan keahliannya.

b. KEWAJIBAN TERHADAP MASYARAKAT


6. Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya, selalu
berorientasi kepada masyarakat sebagai satu kesatuan
yang tidak terlepas dari aspek sosial, ekonomi, politik,
psikologis dan budaya.
7. Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya, harus
mengutamakan pembinaan kesehatan yang menyangkut
orang banyak.
8. Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya, harus
mengutamakan pemerataan dan keadilan.
9. Dalam pembinaan kesehatan masyarakat harus
menggunakan pendekatan menyeluruh, multidisiplin dan
lintas sektoral serta mementingkan usaha – usaha
promotif, preventif, protektif dan pembinaan kesehatan.

13
10. Upaya pembinaan kesehatan masyarakat hendaknya
didasarkan kepada fakta – fakta ilmiah yang diperoleh dari
kajian – kajian atau penelitian – penelitian.
11. Dalam Pembinaan kesehatan masyarakat, hendaknya
mendasarkan kepada prosedur dan langkah – langkah
yang profesional yang telah diuji melalui kajian – kajian
ilmiah.
12. Dalam mennjalankan tugas dan fungsinya harus
bertanggung jawab dalam melindungi, memlihara dan
meningkatkan kesehatan penduduk.
13. Dalam menjalankan tugas dan fungsinya harus
berdasarkan antisipasi ke depan, baik dan menyangkut
masalah kesehatan maupun masalah lain yang
berhubungan atau mempengaruhi kesehatan penduduk.

c. KEWAJIBAN TERHADAP PROFESI KESEHATAN LAIN DAN


PROFESI DI LUAR BIDANG KESEHATAN
14. Dalam melakukan tugas dan fungsinya, harus bekerjasama
dalam saling menghormati dengan anggota profesi lain,
tanpa dipengaruhi oleh pertimbangan – pertimbangan
keyakinan, agama, suku, golongan, dan sebagainya.
15. Dalam melakukan tugas dan fungsinya bersama-sama
dengan profesi lain, hendaknya berpegang pada prinsip-
prinsip: kemitraan, kepemimpinan, pengambilan prakarsa
dan kepeloporan.

d. KEWAJIBAN TERHADAP PROFESINYA


16. Ahli Kesehatan masyarakat hendaknya bersikap proaktif
dan tidak menunggu dalam mengatasi masalah.
17. Ahli kesehatan masyarakat hendaknya senantiasa
memelihara dan meningkatkan profesi kesehatan
masyarakat.
18. Ahli kesehatan masyarakat hendaknya senantiasa
berkomunikasi, membagi pengalaman dan saling
membantu di antara anggota profesi kesehatan
masyarakat.

14
e. KEWAJIBAN TERHADAP DIRI SENDIRI
19. Profesi Kesehatan masyarakat harus memelihara
kesehatannya agar dapat melaksanakan tugas dan
profesinya dengan baik.
20. Ahli kesehatan masyarakat senantiasa berusaha untuk
meningkatkan pengetahuan dan Keterampilannya sesuai
dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

f. PENUTUP
21. Setiap anggota profesi kesehatan masyarakat dalam
melaksanakan tugasnya sehari-hari harus berusaha
dengan sungguh-sungguh memegang teguh kode etik
kesehatan masyarakat Indonesia ini.

7. Kode Etik Profesi Sanitarian


a. KEWAJIBAN UMUM
1. Seorang sanitarian harus menjunjung tinggi, menghayati
dan mengamalkan profesi sanitasi dengan sebaik-baiknya.
2. Seorang sanitarian harus senantiasa berupaya
melaksanakan profesinya sesuai dengan standar profesi
yang tertinggi.
3. Dalam melakukan pekerjaan atau praktek profesi sanitasi,
seorang sanitarian tidak boleh dipengaruhi sesuatu yang
mengakibatkan hilangnya kebebasan dan kemandirian
profesi.
4. Seorang sanitarian harus menghindarkan diri dari
perbuatan yang bersifat memuji diri sendiri.
5. Seorang sanitarian senantiasa berhati-hati dalam
menerapkan setiap penemuan teknik atau cara baru yang
belum teruji kehandalannya dan hal-hal yang dapat
menimbulkan keresahan masyarakat.
6. Seorang hanya memberi saran atau rekomendasi yang
telah melalui suatu proses analisis secara komprehensif.
7. Seorang sanitarian dalam menjalankan profesinya, harus
memberikan pelayanan yang sebaik-baiknya dengan
menjunjung tinggi kesehatan dan keselamatan manusia,
serta kelestarian lingkungan.
8. Seorang sanitarian harus bersikap jujur dalam
berhubungan dengan klien atau masyarakat dan teman
seprofesinya, dan berupaya untuk mengingatkan teman

15
seprofesinya yang dia ketahui memiliki kekurangan dalam
karakter atau kompetensi, atau yang melakukan penipuan
atau kebohongan dalam Menangani masalah klien atau
masyarakat.
9. Seorang sanitarian harus menghormati hak-hak klien atau
masyarakat, hak-hak teman seprofesi, dan hak tenaga
kesehatan lainnya, dan harus menjaga kepercayaan klien
atau masyarakat.
10. Dalam melakukan pekerjaannya seorang sanitarian harus
memperhatikan kepentingan masyarakat dan
memperhatikan seluruh aspek kesehatan lingkungan
secara menyeluruh, baik fisik, biologi maupun sosial, serta
berusaha menjadi pendidik dan pengabdi masyarakat yang
sebenar-benarnya.
11. Seorang sanitarian dalam bekerja sama dengan para
pejabat di bidang kesehatan dan bidang lainnya serta
masyarakat, harus saling menghormati.

b. KEWAJIBAN SANITARIAN TERHADAP KLIEN / MASYARAKAT


12. Seorang sanitarian wajib bersikap tulus ikhlas dan
mempergunakan segala ilmu dan keterampilannya untuk
kepentingan penyelesaian masalah klien atau masyarakat.
Dalam hal ia tidak mampu melakukan suatu pemeriksaan
atau penyelesaian masalah, maka ia wajib berkonsultasi,
bekerjasama dan atau merujuk pekerjaan tersebut kepada
sanitarian lain yang mempunyai keahlian dalam
penyelesaian masalah tersebut.
13. Seorang sanitarian wajib melaksanakan profesinya secara
bertanggung jawab.
14. Seorang sanitarian wajib melakukan penyelesaian masalah
sanitasi secara tuntas dan keseluruhan.
15. Seorang sanitarian wajib memberikan informasi kepada
kliennya atas pelayanan yang diberikannya.
16. Seorang sanitarian wajib mendapatkan perlindungan atas
praktek pemberian pelayanan.

c. KEWAJIBAN SANITARIAN TERHADAP TEMAN SEPROFESI


17. Seorang sanitarian memperlakukan teman seprofesinya
sebagai bagian dari penyelesaian masalah.

16
18. Seorang sanitarian tidak boleh saling mengambil alih
pekerjaan dari teman seprofesi, kecuali dengan
persetujuan, atau berdasarkan prosedur yang ada.

d. KEWAJIBAN SANITARIAN TERHADAP DIRI SENDIRI


19. Seorang sanitarian harus memperhatikan dan
mempraktekan hidup bersih dan sehat supaya dapat
bekerja dengan baik.
20. Seorang sanitarian harus senantiasa mengikuti
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi kesehatan
lingkungan, kesehatan dan bidang-bidang lain yang terkait.

8. Kode Etik Ahli Gizi


a. KEWAJIBAN UMUM.
1. Ahli Gizi berperan meningkatkan keadaan gizi dan
kesehatan serta berperan dalam meningkatkan.
kecerdasan dan kesejahteraan rakyat
2. Ahli Gizi berkewajiban menjunjung tinggi nama baik profesi
gizi dengan menunjukkan sikap, perilaku, dan budi luhur
serta tidak mementingkan diri sendiri
3. Ahli Gizi berkewajiban senantiasa menjalankan profesinya
menurut standar profesi yang telah ditetapkan.
4. Ahli Gizi berkewajiban senantiasa menjalankan profesinya
bersikap jujur, tulus dan adil.
5. Ahli Gizi berkewajiban menjalankan profesinya
berdasarkan prinsip keilmuan, informasi terkini, dan dalam
menginterpretasikan informasi hendaknya objektif tanpa
membedakan individu dan dapat menunjukkan sumber
rujukan yang benar.
6. Ahli Gizi berkewajiban senantiasa mengenal dan
memahami keterbatasannya sehingga dapat bekerjasama
dengan fihak lain atau membuat rujukan bila diperlukan.
7. Ahli Gizi dalam melakukan profesinya mengutamakan
kepentingan masyarakat dan berkewajiban senantiasa
berusaha menjadi pendidik dan pengabdi masyarakat yang
sebenarnya.
8. Ahli Gizi dalam berkerjasama dengan para profesional lain
di bidang kesehatan maupun lainnya berkewajiban
senantiasa memelihara pengertian yang sebaik-baiknya.

17
9. Ahli gizi berkewajiban membantu pemerintah dalam
melaksanakan upaya-upaya perbaikan gizi masyarakat. Gizi
merupakan salah satu unsur kesehatan artinya orang yang
kekurangan atau kelebihan gizi akan mengganggu
kesehatan yang merupakan salah satu ukuran dari
kesejahteraan.

b. KEWAJIBAN TERHADAP KLIEN.


10. Ahli Gizi berkewajiban sepanjang waktu senantiasa
berusaha memelihara dan meningkatkan status gizi klien
baik dalam lingkup institusi pelayanan gizi atau di
masyarakat umum.
11. Ahli Gizi berkewajiban senantiasa menjaga kerahasiaan
klien atau masyarakat yang dilayaninya baik pada saat klien
masih atau sudah tidak dalam pelayanannya, bahkan juga
setelah klien meninggal dunia kecuali bila diperlukan untuk
keperluan kesaksian hukum.
12. Ahli Gizi dalam menjalankan profesinya senantiasa
menghormati dan menghargai kebutuhan unik setiap klien
yang dilayani dan peka terhadap perbedaan budaya, dan
tidak melakukan diskriminasi dalam hal suku, agama, ras,
status sosial, jenis kelamin, usia dan tidak menunjukkan
pelecehan seksual.
13. Ahli Gizi berkewajiban senantiasa memberikan pelayanan
gizi prima, cepat, dan akurat.
14. Ahli Gizi berkewajiban memberikan informasi kepada klien
dengan tepat dan jelas, sehingga memungkinkan klien
mengerti dan mau memutuskan sendiri berdasarkan
informasi tersebut.
15. Ahli Gizi dalam melakukan tugasnya, apabila mengalami
keraguan dalam memberikan pelayanan berkewajiban
senantiasa berkonsultasi dan merujuk kepada ahli gizi lain
yang mempunyai keahlian.
16. Menjaga kerahasiaan. Seorang ahli gizi baru diambil
sumpah untuk tidak mengungkap rahasia klien, baik
kepada teman maupun keluarga pasien. Hal-hal yang
sangat penting dapat diungkapkan langsung kepada klien.
17. Mengakui adanya keterbatasan kita sendiri Meskipun kita
adalah tenaga profesi, namun harus diakui pula

18
keterbatasan kita. Kalau memang tidak tahu, maka
sebaiknya kita mengakui keterbatasan itu.
18. Mencari konsultasi. Konsultasi adalah bersifat sangat
pribadi, senantiasa tingkatkan pengetahuan dan
keterampilan melakukan konsultasi.
19. Melayani klien sebagaimana anda ingin dilayani. Setiap
orang berhak dilayani dengan penuh respek, keramahan,
dan kesejajaran.
20. Memperhatikan perbedaan individual dan kebudayan.
Misalnya suatu diet tidak begitu saja dapat diberlakukan
umum semata-mata karena diagnosanya sama. Untuk itu
seorang ahli gizi perlu mempelajari budaya klien dan
kebiasaan yang selama ini dianut oleh klien.

c. KEWAJIBAN TERHADAP MASYARAKAT.


21. Ahli Gizi berkewajiban melindungi masyarakat umum
khususnya tentang penyalahgunaan pelayanan, informasi
yang salah dan praktek yang tidak etis berkaitan dengan
gizi, pangan termasuk makanan dan terapi gizi/diet. ahli
gizi hendaknya senantiasa memberikan pelayanannya
sesuai dengan informasi faktual, akurat dan dapat
dipertanggungjawabkan kebenarannya.
22. Ahli Gizi senantiasa melakukan kegiatan pengawasan
pangan dan gizi sehingga dapat mencegah masalah gizi di
masyarakat.
23. Ahli Gizi berkewajiban senantiasa peka terhadap status gizi
masyarakat untuk mencegah terjadinya masalah gizi dan
meningkatkan status gizi masyarakat.
24. Ahli Gizi berkewajiban memberi contoh hidup sehat
dengan pola makan dan aktifitas fisik yang seimbang
sesuai dengan nilai paktek gizi individu yang baik. Dalam
bekerja sama dengan profesional lain di masyarakat.
25. Ahli Gizi berkewajiban hendaknya senantiasa berusaha
memberikan dorongan, dukungan, inisiatif, dan bantuan
lain dengan sungguh-sungguh demi tercapainya status gizi
dan kesehatan optimal di masyarakat.
26. Ahli Gizi dalam mempromosikan atau mengesahkan
produk makanan tertentu berkewajiban senantiasa tidak

19
dengan cara yang salah atau, menyebabkan salah
interpretasi atau menyesatkan masyarakat
27. Dalam masyarakat ahli gizi berkewajiban untuk
memberikan bimbingan terhadap masyarakat dalam
upaya-upaya mengatasi masalah gizi dan kesehatan.

d. KEWAJIBAN TERHADAP TEMAN SEPROFESI DAN MITRA KERJA


28. Ahli Gizi dalam bekerja melakukan promosi gizi,
memelihara dan meningkatkan status gizi masyarakat
secara optimal, berkewajiban senantiasa bekerjasama dan
menghargai berbagai disiplin ilmu sebagai mitra kerja di
masyarakat.
29. Ahli Gizi berkewajiban senantiasa memelihara hubungan
persahabatan yang harmonis dengan semua organisasi
atau disiplin ilmu/profesional yang terkait dalam upaya
meningkatkan status gizi, kesehatan, kecerdasan dan
kesejahteraan rakyat.
30. Ahli Gizi berkewajiban selalu menyebarluaskan ilmu
pengetahuan dan keterampilan terbaru kepada sesama
profesi dan mitra kerja.

e. KEWAJIBAN TERHADAP PROFESI DAN DIRI SENDIRI.


31. Ahli Gizi berkewajiban mentaati, melindungi dan
menjunjung tinggi ketentuan yang dicanangkan oleh
profesi.
32. Ahli Gizi berkewajiban senantiasa memajukan dan
memperkaya pengetahuan dan keahlian yang diperlukan
dalam menjalankan profesinya sesuai perkembangan ilmu
dan teknologi terkini serta peka terhadap perubahan
lingkungan.
33. Ahli Gizi harus menunjukan sikap percaya diri,
berpengetahuan luas, dan berani mengemukakan
pendapat serta senantiasa menunjukan kerendahan hati
dan mau menerima pendapat orang lain yang benar.
34. Ahli Gizi dalam menjalankan profesinya berkewajiban
untuk tidak boleh dipengaruhi oleh kepentingan pribadi
termasuk menerima uang selain imbalan yang layak sesuai
dengan jasanya, meskipun dengan pengetahuan
klien/masyarakat (tempat dimana ahli gizi diperkerjakan).

20
35. Ahli Gizi berkewajiban tidak melakukan perbuatan yang
melawan hukum, dan memaksa orang lain untuk melawan
hukum.
36. Ahli Gizi berkewajiban memelihara kesehatan dan keadaan
gizinya agar dapat bekerja dengan baik.
37. Ahli Gizi berkewajiban melayani masyarakat umum tanpa
memandang keuntungan perseorangan atau kebesaran
seseorang.
38. Ahli Gizi berkewajiban selalu menjaga nama baik profesi
dan mengharumkan organisasi profesi.

C. Sanksi Pelanggaran Kode Etik


Ada dua sanksi yang diberikan kepada pelanggaran kode etik:
1. Sanksi Sosial
Merupakan skala relatif kecil, dipahami sebagai kesalahan yang
dapat “dimaafkan”.

2. Sanksi Hukum
Merupakan skala besar, merugikan hak pihak lain. Hukum pidana
menempati prioritas utama, diikuti oleh hukum Perdata.

21
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Kode etik profesi adalah pedoman sikap, tingkah laku dan
perbuatan dalam melaksanakan tugas dan dalam kehidupan sehari-
hari. Kode etik kesehatan mencakup dua hal penting. Yaitu, hal
kemampuan penampilan kerja dan hal perilaku manusiawi. Kode etik
yang berkaitan dengan penampilan kerja merupakan respons
terhadap tuntutan profesi, yang mengharapkan bahwa sesuatu yang
dilakukan oleh tenaga kesehatan memenuhi standar pelayanan yang
telah ditetapkan. sedangkan kode etik yang berkaitan dengan perilaku
manusiawi merupakan reaksi terhadap tekanan dari luar, yang
biasanya adalah individu atau masyarakat yang dilayani.

B. Saran
Saya menyadari bahwa penyusunan makalah masih jauh dari
kata sempurna. Kedepannya saya akan lebih fokus dan detail dalam
menjelaskan tentang Kode etik Profesi kesehatan dengan sumber-
sumber yang lebih banyak, Sehingga dapat dipergunakan dengan
sewajarnya.

22
DAFTAR PUSTAKA

Eryati Darwin, DKK, Etika Profesi Kesehatan, (Yogyakarta: Deepublish,

2014)

Undang-undang Nomor 36 Tahun 2014 Tentang Tenaga Kesehatan

23

Anda mungkin juga menyukai