Anda di halaman 1dari 6

Anda kini tengah bekerja pada suatu organisasi swasta yang bergerak pada industri

consumer goods, bernama Blackberry. Dulu, BLACKBERRY dikenal sebagai


salah satu perusahaan yang handal dan memiliki profitabilitas yang relatif besar.
Namun beberapa tahun belakangan ini, tepatnya sejak tahun 1998, BLACKBERRY
mengalami penurunan laba bersih yang cukup dramatis (lihat tabel 1). Profil ringkas
mengenai BLACKBERRY dapat dilihat pada bagian profil.

Table 1. Laba Bersih Blackberry (Rp. dalam milyar)

Tahun 1998 1999 2000 2001


Laba bersih 234 200 172 154

Selain disebabkan oleh krisis moneter, tren penurunan laba ini juga dipicu oleh
persaingan yang makin ketat dan kondisi internal perusahaan yang memburuk.
Sejumlah karyawan yang menjadi tulang punggung perusahaan satu persatu
mengundurkan diri dan memilih untuk bekerja ditempat lain, bahkan ada yang pindah
ke perusahaan pesaing. Sementara itu, moral dan semangat karyawan mengalami
penurunan yang cukup dramatis.

Untuk mengatasi situasi kritis tersebut, Managing Director BLACKBERRY, yakni


saudara John Adiwiyoto bermaksud untuk melakukan suatu tindakan komprehensif
guna mengembalikan posisi BLACKBERRY sebagai organisasi yang berkembang
secara sehat. Untuk ini ia telah menyewa konsultan independen guna melakukan
semacam kajian menyeluruh mengenai kondisi internal di BLACKBERRY. Berikut
adalah ringkasan dari hasil kajian tersebut :

Aspek Budaya Organisasi


 Dalam aspek ini, hasil analisa memperlihat adanya kecenderungan yang kuat
tumbuhnya 'raja-raja kecil' pada masing-masing departemen. Masing-masing
kepala departemen yang memiliki level manager cenderung lebih mementingkan
kepentingan departemennya masing-masing, dan acap gagal melihat

1
kepentingan perusahaan secara menyeluruh. Dalam kondisi seperti ini, budaya
untuk saling berbagi informasi dan budaya kerjasama lintas departemen menjadi
sulit tumbuh. Sebaliknya, komunikasi dan koordinasi antar departmen menjadi
amat lemah; demikian juga konflik kepentingan menjadi sering muncul akibat
masing-masing departemen melihat suatu persoalan dari perspektif
kepentingannya masing-masing. Akibatnya, sejumlah inisiatif strategis seperti
pengembangan produk baru; program peningkatan mutu, dan perluasan saluran
distribusi menjadi tidak berjalan secara optimal karena konflik kepentingan ini.
 Aspek budaya lain yang juga menonjol adalah kultur birokratis yang lebih peduli
pada aspek prosedural yang bertele-tele dan lamban; dan bukan berorientasi
pada 'result' dan keberanian mengambil resiko. Berdasar analisa, kultur ini
muncul akibat 1) struktur organisasi yang terlalu hirarkis 2) tiadanya sistem atau
infrastruktur yang mendorong para manajer untuk bertindak inovatif, kreatif serta
berani mengambil resiko. Pada sisi lain, terdapat kecenderungan dari para
manajer untuk menjadi 'safety player' dan kurang menunjukkan keberanian untuk
melakukan terobosan yang signifikan.

Aspek Gaji dan Tunjangan


 Analisa menunjukkan bahwa tingkat gaji yang diberikan oleh BLACKBERRY
kepada para karyawannya tergolong cukup kompetetif; dalam arti tidak kalah
dengan tingkat gaji yang diberikan oleh perusahaan pesaingnya. Demikian juga
dalam hal tunjangan, baik tunjangan transport, asuransi kesehatan, maupun
tunjangan lainnya. Selain itu, karyawan BLACKBERRY juga memperoleh fasilitas
dana pensiun dari perusahaan yang tergolong cukup besar.
 Pada sisi lain, analisa menunjukkan bahwa sistem pemberian bonus yang
dilakukan oleh BLACKBERRY kurang mengacu pada prestasi. Dalam hampir
semua kasus yang dikaji, besarnya bonus sama saja antara karyawan yang
berprestasi dengan karyawan yang prestasinya biasa-biasa saja.

2
Aspek Ketrampilan (skill) dan Pengembangan Karyawan
 Analisa yang dilakukan menunjukkan bahwa pengembangan ketrampilan
karyawan, baik melalui pelatihan reguler, on-the-job-training, maupun proses
coaching tidak berjalan secara optimal. Program pelatihan yang ada hanya
diijalankan berdasar rutinitas; dan bukan berdasar analisa kebutuhan yang
nyata. Selain itu, pelatihan yang dilakukan juga sama sekali tidak diikuti dengan
proses tindak lanjut yang terencana, sehingga materi pelatihan menjadi sulit
diaplikasikan karena tiadanya dukungan perencanaan dan sistem yang
memadai. Pada sisi lain, proses coaching untuk memberikan umpan balik kinerja
pada karyawan juga tidak pernah dilakukan. Proses penilaian kinerja yang
dilakukan tiap semester hanya dilakukan demi formalitas; dan bukan diarahkan
sebagai mekanisme untuk meningkatkan kemampuan kinerja karyawan.

Aspek Personalia
 Analisa menunjukkan bahwa penumpukan karyawan (redudant employees)
terutama dalam bagian administrasi. Sebagai contoh, staf yang menangani tugas
surat menyurat bisa berjumlah tiga orang; meski sesungguhnya bisa dikerjakan
oleh satu personel. Banyaknya karyawan dalam bagian-bagian yang tidak
bersifat inti ini menyebabkan sebagian diantara mereka tidak bisa mencapai
produktivitas yang tinggi.
 Pada sisi lain, analisa juga menunjukkan tidak adanya kejelasan dalam
perencanaan karir karyawan (employee career planning). Sejumlah karyawan
mengaku tidak tahu mengenai prospek karirnya, dan merasa stagnan dalam
posisinya.
 Dalam enam bulan terakhir, juga terdapat gejala makin tingginya jumlah
karyawan yang mengundurkan diri. Analisa juga menunjukkan bahwa karyawan
yang keluar ini rata-rata memiliki prestasi kerja yang bagus (excellent).

3
Aspek Produk
 Survei yang dilakukan kepada para customer memperlihatkan adanya
kecenderungan dari para customer untuk beralih kepada produk pesaing. Hal ini
terjadi karena customer melihat tidak adanya fitur-fitur inovatif pada produk yang
dihasilkan seperti halnya yang secara agresif telah dilakukan oleh para pesaing.
Produk-produk dari Blackberry dianggap telah 'ketinggalan zaman' dan kurang
responsif terhadap perubahan selera pasar.

Untuk merespon Laporan Analisa ini, Mr. John telah menunjuk anda sebagai Ketua Tim
Penyempurnaan Organisasi. Dalam hal ini Anda ditugaskan untuk membuat Rencana
Aksi yang detil untuk merespon dan sekaligus mengatasi setiap masalah yang ada
dalam laporan tersebut. Rencana aksi yang anda gagas ini selanjutnya akan dijadikan
blue-print bagi program penyempurnaan organisasi BLACKBERRY.

Waktu untuk menyelesaikan tugas ini adalah 90 menit.

4
PROFIL RINGKAS BLACKBERRY

Blackberry adalah sebuah perusahaan yang bergerak dibidang consumer goods.


Terdapat tiga lini produk yang dihasilkan yakni :

1. Ice cream
2. Makanan ringan (beragam aneka snack)
3. Produk cepat saji berupa mie instan

Blackberry memiliki total karyawan sebesar 3400 orang, dengan tiga pabrik dan
semuanya berlokasi didaerah Tangerang. Produk-produk Blackberry dipasarkan ke
seluruh Indonesia. Laba bersih perusahaan disumbang hampir secara merata oleh tiga
lini produk mereka (masing-masing rinciannya adalah : produk ice cream menyumbang
sekitar 38 %; produk makanan ringan menyumbang 35 % dan produk cepat saji
menyumbang sekitar 27 %.

Secara keseluruhan, data demografi karyawan di Blackberry adalah sbb:

 Pendidikan
 S-2 1 %
 S-1 18 %
 D-3 24 %
 SLTA 57 %

 Usia Karyawan
 20 – 30 25 %
 31 – 40 40 %
 > 41 35 %

5
6

Anda mungkin juga menyukai