Anda di halaman 1dari 34

Hasil kerja Tarski yang sedang berkembang, yang berpegang pada kebenaran dan logika,

kemungkinan menjadi sebuah kontribusi terbesar bagi semantik modern. Definisi yang berulang
dalam hal kepuasan dan jalan induktif, yaitu definisi bertahap dari logika sintaks yang
mendasari. Ide dari model semantic, definisi dari prinsip kebenaran dan logika, adalah inti dari
teori-teori semantic jaman sekarang. Semantic model teoritis (logis abstrak), semantic posibiliti
dunia, beberapa teori pemaknaan seperti dari Davidson dan yang lain-lain, semantic Montague
dan bahkan model logika, sebuah cabang dari sintaks generative, yang tergabung dari prinsip-
prinsip Trskian. Teori tarski, bagaimanapun adala sebuah semantic logika, yang seperti
istilahnya, adalah pembagian penting antara logis dan ekstralogis. Pada tahun 50-an, generalisasi
dari istilah-istilah logis membawa pada ekspansi substansial dari semantic tarskian dengan
kelanjutan logis yang berharga, dan yang lebih baru lagi yaitu linguistic. Secara filosofi,
generalisasi baru telah hadir yang menyediakan jawaban untuk beberapa pertanyaan penting
tentang semantic logika dan hubungannya dengan generalisasi yang mengikuti usaha untuk
menjawab beberapa pertanyaan filosofi yang berikutnya.

1. Semantic Tarski sebelum 1957

Pada “Konsep kebenaran pada bahasa terformalisasi” (1933), Tarski meneliti bahwa tugas dari
definisi kebenaran dari suatu bahasa dengan banyak kalimat sangatlah rumit. Kita tidak bisa
mereferensi kalimat tak terbatas yang banyak secara langsung pada wacana terbatas, dimana hal
ini disebut metode tidak langsung. Metode yang diulang-ulang secara alami. Metodi ini membuat
kita bisa mendifinisikan predikat pada gaya yang terbatas yang tersedia pada domain objek yang
memberi jarak pada hal-hal yang bisa didefinisikan pada pengertian tertentu. Terutama, jika kita
membangun bidang objek secara induktif. Contohnya, hasil dari spesifikasi langsung “dasar”
(tatanan objek yang tidak kosong) oleh arti dari operasi angka logika terbatas, -if.Terlebih lagi,
area itu secara bebas dihasilkan oleh konstruksi ini. (contoh: objek yang tidak bisa terkonstruksi
lebih dari satu cara) dan if (jika), pada akhirnya, kita membatasi diri kita untuk mempredikasi hal
yang mana yang merupakan struktur induktif dari objek yang terlibat. Kemudian kita bisa
mendefinisikan ekstensi dari beberapa predikat atas domain yang diberikan secara berulang-
ulang. Diberi sebuah setelan S dengan dasar B dan mengatakan, dua operasi generasi bebas, f1
dan g2, definisi berulang dari sebuah predikat P(i) yang menetapkan setiap element terkecil
apakah hal tersebut memenuhi P atau tidak, (ii) yang menyediakan aturan berulang pada setiap
operator generative: sebuah aturan yang menunjukkan apakah f(a) memenuhi ‘P berdasarkan
apakah a memenuhi ‘P, dan aturan apakah g(a,b) memenuhi ‘P berdasarkan apakah a, b
memenuhi ‘P. pada semantic Tarski, domain objek adalah satu set formula, dan formula yang
kompleks digenerasikan dari yang sederhana dulu dari arti operator logika tertentu. Istilah logika
lain (identitas) masuk pada konstruksi formula terkecil, walaupun formula tersebut tidak secara
umum membutuhkan istilah logis. Definisi dari kebenaran (dalam hal yang memenuhi)
menetapkan bagaimana kebenaran dari formula yang kompleks di tentukan oleh kebenaran dari
konstituennya subformula dan operasi logika yang terlibat. Pada dasarnya, klausa tak berulang
termasuk pada aturan spesifik untuk formula yang kecil yang mengandung istilah logis sebagai
konstituen. Dan sebuah aturan umum untuk semua formula kecil. Secara gamblangnya, definisi
dari sintaks dan semantics adalah sebagai berikut (saya membatasi disini sebagai pengatur
bahasa pertama tanpa fungsi yang terus-menerus)

1.1 Sintaks

Jadikan L sebagai bahasa pertama. Kita bedakan L berdasarkan kesatuan non-logisnya:


individual, c1, . . . .cj,. Dan k,-tempatnya predikat, Pk11, . . , Pkmm, dimana j, m>0 dan k >0.
(variable-variabel, symbol logika, dan tanda baca (tanda kurung) adalah yang paling familiar,
dan mereka yang paling sering digunakan pada bahasa pertama.)

1.1.1 definisi induktif dari formula yang tersusun sempurna (wff) dari L

dasar:

a. jika Pn adalah predikat constant non-logis dan t1, . . . .tn adalah istilah sendiri (kesatuan
tersendiri atau variable), maka Pt1, . . . .tn adalah sebuah formula yang tersusun sempurna
(wff)
b. jika t1, t2 adalah istilah tersendiri, maka t1 = t2 adalah formula yang tersusun sempurna
(wff)

klausa induktif:

a. jika  adalah wff, maka ~ adalah wff


b. jika ,  adalah wffs, maka V juga wff
c. jika  adalah wff dan x adalah variable tersendiri, maka Ɐx dan Эx adalah wffs
d. hanya beberapa ekspresi yang tercapai oleh seseorang dari dasar atau klausa induktif
diatas yang merupakan wffs.
1.2 Semantik untuk L

1.2.1 definisi berulang atas pemenuhan “L” (versi modern)

Jadikan A sebagai diskorsi umum (bukan set kosong atau individual) dan d sebuah fungsi
denotative yang memberikan tiap kesatuan c tersendiri dari L sebagai anggota A dan ke setiap
tempat n yang non-logis sebagai predikat konstan (menyatu), Pn dari L, sebuah pengganti dari An
(sebuah tempat yang berhubungan dengan n atas A atau pengganti A ketika n = 1). Jadikan G
sebagai kumpulan dari semua set fungsi variable dari L ke A. untuk tiap g  G biarkan g menjadi
ekstensinya pada semua istilah individu atas t ke L: g(t) = g(t) jika t adalah sebuah variable, g(t)
= d(t) jika t adalah sebuah kesatuan. Kemudia hubungkan ke A dan d, pemenuhan pada wff 
oleh a g  G – atau, seperti saya akan tunjukkan disisni, nilai kebenaran  dibawah g, v([g]),
(dimana v([g])  [T,F]) didefinisikan berulang seperti contoh dibawah ini

Dasar:

Klausa berulang:

1.2.2 definisi kebenaran

Sebuah kalimat (ditutup dengan wff) o adalah sejati (terhubung pada A,d) jika nilai kebenaran
dibawah setiap (atau beberapa) g G (hal iu dating dari hal yang sama) adalah T.

Untuk mendefinisikan nosi dari kebenaran dan penyebab yang logis, semantic tarski
memperkenalkan model sebagai peraga. Diberi bahasa L seperti diatas, sebuah model U untuk L
adalah sebuah pasangan (A,d) dimana A adalah sebuah hal yang umum (bukan sebuah objek
kosong) dan d adalah denotasi fungsi yang didefinisikan ke A seperti diatas. Definisi dari
kebenaran dan pemenuhan atas contoh diatas adalah sama. Hanya A sebagai hal umum yang
diberikan dan d adalah denotasi fungsinya.

1.2.3 Definisi kebenaran logis dan sebab logis:

- sebuah kalimat o dari L adalah sebuah sebab logis dari set I dari kalimat L jika tidak ada model
U untuk L dimana semua kalimat dari I adalah benar dan o salah
- sebuah kalimat o dari L adalah kebenaran logis jika itu merupakan sebab logis dari set kalimat
L (persamaan: jika itu benar pada setiap model U untuk L)

2. Pertanyaan yang belum terjawab

Hasil kerja Tarsi pada semantic membawanya pada kepada sebuah aliran filosofi tertulis, tetapi
beberapa hal penting yang berkaitan dengan asal semantic logika dan semantic dalam hal umum
telah muncul sebelumnya. Pada khususnya, peran, sekop, da nasal dari istilah-istilah logis di
semantic tarski setara dengan hubungan antara semantic logis dan nonlogis yang tidak pernah
cukup jelas terjabarkan.

(A )Peran dari istilah-istilah logis di semantic tarski bersifat kritis. Konstruksi dari sintak
sebanding dengan definisi kebenaran via pemenuhan yang berdasarkan dari fungsi yang telah
paten, dan mengkorespondensi beberapa hal yang konstan – identitas, konseksi atau penghubung
yang mengacu pada kebenaran, dan hadirnya keterangan jumlah umum. Hal ini biasanya diabil
dari hal yang menjamin beberapa konstan tersebut logis. Lebih jauh lagi, beberapa darinya
adalah kontan yang sepenuhnya logis. Dengan pengecualian dari Tarski, para pelaku logika
terdahulu, dan banyak penerus mereka adalah selaras dengan hal ini. tidak ada satupun yang
mencoba justifikasi langsung untuk pilihan keterangan jumlah ini, meskipun beberapa hasilnya
terdapat pula justifikasi tidak langsung. Oleh karena itu Frege an Russel percaya bahwa bahwa
semua hal matematis bis atereduksi ke logika dengan standar dari istilah logika, dan Quine
(mungkin yang paling mempengaruhi logika filosofi percaya bahwa “remarkable concurrence”
dari semantic adalah bukti dari definisi teoritis dari logika kebenaran dan sebab di standar logika
pertama- kelengkapan – justifikasi yang menarik batas pada standar yang ada. Tetapi pertanyaan
secara alami muncul ketika matematika tidak dapat direduksi oleh logika, dengan menggunakan
istilah-istilah logika dan cara lain. System logika sangatlah rumit. (memang kita telah
mengetahui beberapa system standar yang menarik). Freege mereferensikan standar kuatifier
sebagai ekspresi dari generalitas, dan pada banyak buku, logika dikarakterisasi sebagai hal yang
umum dan topic yang netral. Dan kebenaran logika adalah hal yang penting. Tetapi ketidak
hadiran kriteria yang cukup untuk generalitas, topic yang netral, dan kebutuhan, mengapa kita
memikirkan bahwa tidak, atau, adalah, semua, dan derivative lain adalah pembawa hal yang
umum, bertopik netral, dan secara kebutuhan, disebut benar? Terlebih lagi, mengapa kita harus
memikirkan bahwa atribut dari generalitas, topic netral dan kebutuhan cukup unik untuk
mengidentifikasi kebenaran logis (lebih dari inklusif, atau lebih sempitnya, kategori
kebeanaran)?

Pada 1936, Tarski menyadari bahwa isu istilah logika cukup krusial di dunia semantic:

Mengarisbawahi konstruksi kita [dari definisi semantic sebab logika] adalah pembagian dari
semua istilah bahasa yang dibahas pada logika dan ekstra logika. Pembagian ini tidak terlalu
sewenang-wenang. Jika, contohnya kita memasukkan tanda eksta logika, atau kuantifier umum,
kemudian definisi dari konsep dari konsekuensi akan membawa kita pada penggunaan yang
kontradiktif. Disisi lain, tidak ada tujuan yang saya ketahui memperbolehkan menarik batas yang
tajam diantara dua grup. Itu menunjukkan bahwa diantara istilah logika, yang biasanya
diperhatikan para ahli logika tanpa kehilangan sebab dari logika tersebut pada penggunaan biasa.
Pad hal yang ekstrim kita bisa memperhatikan semua istilah dari bahasaa sebagai logika. (Tarski,
1936a:418-9)

Pada hal yang ekstrim, Tarski mereferensikan salah satu batas antara logika dan material
mungkin saja menghilang. Seperti material argument valid “Bush kehilangan pemilihan presiden
America 1992; sehingga Clinton menjadi presiden di 1994” secara logika, valid. Untuk
menghindari hal ini, sebuah perbedaan diantara istilah logika dan ekstra logika yang sulit untuk
dibedakan. Secra jelas, tugas untuk membangun hal ini sngatlah penting. Selama beberapa tahun,
bagaimanapun, para filosofer mengambil standar pembedaan yang tertuang. Ini tidak begitu
krusial sebagai sebuah pilihan, tetapi hal atas ketidaktahuan bagaimana membangun perbedaan
harus beralasan.

(B ) para Tarskian mendefinisikan kebenaran dalam bentuk yang ada diatas (atau beberapa dalam
bentuk biasa) sebenarnya tidak informative: secara penting, definisi dari  atau benar jika 
adalah benar, bebeapa x adalah x adalah benar jika beberapa individual terpenuhi x, dan
seterusnya. Jika or pada  atau  atau some pada some x adalah x tidak jelas, ambigu, atau
tidak tepat definisi diatas tidak dapat membantu kita untuk mengklarifikasi logika. Pada akhir-
akhir ini di jaman modern, fitur pembeda ditentukan oleh kebenaran fungsional, dan berdasarkan
fitur ini, koneksi logika diidentifikasikan dengan beberapa fungsi matematika yang dinamakan
Boolean fungsi kebenaran: negasi yang diidentifikasi dengan satu fungsi f, dimana f_(T) = F dan
f_(F)=T, = f,(F,T) = T dan f,(F,F) = F, dan seterusnya. Identifikasi semantic dari koneksi logika
dengan fungsi Boolean membawa pada kriteria berikut ini:

(LC) sebuah istilah koneksi logis jika ada nomor asli n dan fungsi Boolean f c;{T,F}n
{T,F} yang terbentuk n o1, . . . on, C(oy. . . . ,on) adalah kalimat yang tersusun sempurna dan
logikanya ditentukan fungsi dimana 1<i<n v(o) adalah nilai yang benar dari o1

Kriteria ini memberikan presisi dan informasi untuk menjawab pertanyaan: “apakah itu logika
terkoneksi?”, “apakah semua logika terkoneksi?”. Itu memutuskan kecukupan dari seleksi
konektif yang diberikan (~dan V merupakan sebuah seleksi lengkap tetapi & dan V tidak: kita
bisa mendefinisikan semua fungsi kebenaran koneksi dalam istilah ~ dan V, tetapi tidak dalam
istilah & dan v). hal itu membuat kita bisa memberi akun informasi lebih pada kondisi
sebenarnya dari gabungan kalimat:

- v (~ g)) = T iff f.(v(g) = T

-v (V (g)) = T iff f. (v((g)), v ((g)) = T

Mengingat pada versi yang sebelumnya, penggambaran sederhana mensimulai kumpulan


penggambaran umum, disini penggambaran tersebut menyangkut cara membawakan yang
informative di akhir. (sehingga, jika ungkapan or adalah ambigu diantara membaca esklusif dan
inclusive, fungsi Boolean mengasosiasi dengan or untuk menghindari ambiguitas.

Tidak seperti beberapa koneksi logika, predikat dan kuantifier logis biasanya didefinisikan
sebagai enumerasi dan meta-teoritikal yang lebih menerjemahkan kedalam bahasa percakapan.
Itu benar jika penggunaan yang sering dalam matematik telah membuatnya rinci, tetapi tidak ada
identifikasi sistematik dari predikat dan kuantifier logis dengan fungsi matematika pada kriteria
umum dari kelogisan yang ada.

(C ) definisi berulang Tarski atas kebenaran sebenarnya terbatas pada kalimat yang dijabarkan
oleh makna operasi logika. Pada definisi ini, setiap istilah logis menerima treatment khusus,
tetapi tidak semua istilah logis yang diberikan secara grammatical diperlakukan secara “en
masse”. Pertanyaan secara alami muncul ketika ahli semantic Tarski melekat logikanya. Secara
jelas, kami tertarik pada studi kontribusi dari struktur logika pada kebenaran dari suatu kalimat,
tetapi pembelajaran kontribusi struktur logika tidak hanya dari factor benar atau tidaknya kalimat
tersebut. Sejauh mana metode Tarski membatasi semantic logis? Haruskah kita berpikir akan
bahasa alami dari semantic sebagai ekstensi lurus dari teori Tarski?

Pertanyaan-pertanyaan ini, kemudian menunggu jawabannya: (a) apakah ada basis filosofi atas
perbedaan istilah logis dan nonlogis? (b) bisakah kita membangun matematika berpresisi untuk
krieria logika konstan, dan atas dasar itu, sebuah definisi kebenaran yang informative? (c) apa
hubungan antara semantic logika dan semantic umum? Sebelum 1957, sulit menjawab dua
pertanyaan pertama karena tidak ada penelitian sistematis dari istilah logika yang ada. Tetapi
generalisasi dari standar kuantifier oleh Mostowski (1957) mengubah situasi yang ada: itu
menciptakan sebuah kerangka yang didalamnya membangun, membandingkan, dan
menginvestigasi jawaban alternative dari pertanyaan tentang istilah logis.

3 Generalisasi Mostowski atas kuantifier logis dan perkembangan yang lebih jauh

Pada makalahnya di tahun 1957, “On a generalization of quantifiers,” Mostowski memaparkan


kriteria semantic atas kuantifier yang membawa pada nosi baru dari istilah logika, yang bisa
dipertimbangkan lebih luas daripada yang standar. Sebelum saya deskripsikan kriteria
Mostowski, saya terlebih dahulu memperkenalkan klasifikasi semantic-sintaksis dari yang istilah
primitive yang independen dari status logikanya.sehubungan dengan klasifikasi ini, kita akan
bisa melihat generalisasi Mostowski sebagai langkah pertama dalam menjawab pertanyaan
“dalam istilah apa kategori-kategori itu logis, dan mengapa?”

Mengadopsi dari konsep freagan atas kuantifier sebagai property (relasi) dari property (relasi)
individual, saya akan mempresentasikan klasifikasi sintaksis dalam hal susunan dan tipe
berdasarkan pertimbangan semantic. Susunan istilah-istilah tersebut berdasarkan dari apakah itu
sebuah ekstensi ataukah denotasi (ini bisa disebut “model tujuan”) yang individual, sebuah set
atau n-tuple dari individual, sebuah set atau beberapa set dari individuals, dan seterusnya. (saya
bersumsi bahwa nosi dari set kosong dari individual dibedakan dari sebuah relasi kosong dari
individual, atau relasi kosong dari beberapa) saya tinggalkan istilah funsional dan konektor
kalimat, untuk sebuah hal yang lebih sederhana, akhir, karena masalah dari menyediakan kriteria
rinci dari kelogisan atas koneksi punya arti tersendiri yang independen. (lihat diatas)

Susunan:

- Sebuah istilah individu primitive (sebuah istilah menjelaskan individual), t. susunan 0


- Sebuah istilah predikat n (istilah dimana ekstensi adalah set atau relasi), P (dimana n
> 0): susunan m+1, dimana m adalah susunan dari argument tertinggi dari P.

Pada klasifikasi ini, sebuah system penyusunan pertama terdiri dari istilah-istilah primitive (atau
representasi sistematik dari istilah primitive) dari susunan 0, 1, dan 2, dimana semua cariabel
adalah susunan 0 dan semua istilah primitive dari susunan ke 2 adalah logis. Seperti contoh,
sebuah system susunan pertama diman variablenya tetap non-logis memliki susunan <1. Istilah
primitive dari susunan 0 disebut individual konstan, yang tersusun 1 - predikat dan 2 – kuantifier.
Hal ini membatasi kita untuk terus-menerus menyusun 0, 1, dan 2, kita dapat memutuskan
tempatnya di hirairki dengan unik dengan klasifikasi sederhana ke dalam beberapa tipe.

Tipe:

Tipe istilah primitive memberi kita informasi tentang argument

- Sebuah istilah individu primitive, t, tanpa tipe (tanpa argument)


- Sebuah istilah predikat n, P: tipe (t 1, . . . tn) dimana untuk 1<i<n, t= jumlah argument
dari yang ke I dari P

Predikat merupakan tipe (t1, . . . tn), dimana semua 1<i<n, t=0; kuantifier adalah tipe (t1, . . . tn),
dimana setiap 1<i<n, t>0, dan setidaknya satu 1<i<n, t>0. Identitas merupakan tipe (0,0)’
eksistensi dan keumuman kuantifier adalah tipe (1). Bahasa alami secara terus menerus
diklasifikasikan sebagai berikut: “John” – bukan tipe; “is tall” – tipe (0); “loves” – tipe (0,0).
Matematika konstan menerima klasifikasi berikut ini : “satu” – tanpa tipe; “ada setidaknya satu”
– tipe (1); “there are finitely many” – tipe (1); “most . . . are---“ – tipe (1,1); “is a well ordering”
– tipe (2); predikat anggota susunan pertama dalam set teori (e.g. ZF) – tipe (0,0); predikat
anggota susunan kedua – tipe (0,1) dan seterusnya.

Generalisasi Mostowski dapat dilihat dari jawaban pertanyaan: “istilah primitive apa dari tipe (1)
(seperti kuantifier tipe (1)) yang logis?” jawaban yang dapat diberikan adalah kriteria semantic
berikut ini.

(M) “kuantifier (logis) harus tidak membolehkan kita untuk memisahkan antar elemen yang
berbeda (pada umumnya).” Mostowski 1957:13)
Dua pertanyaan muncul: (1) apakonten yang tepat dari (M)? secara khusus: apa yang tidak
membedakan antar elemen? (2) apa justifikasi tidak sengaja untuk melihat kuantifier logis dalam
(M)? Mastowski tidak memberi jawaban untuk yang ke(2), tetapi dia memberi jawaban rinci
pada yang ke (2). Saya akan mulai dengan sintaksis Motowski sebagai kuantifier.

Secara sintaksis, beberapa predikat dari tipe (1) dapat disusun sebagai tempat pertama pengikat
operator dengan mengartikan sebagai variabelnya, seperti sebagai kuantifier. Sebuah kuantifier
(dari tipe (1)) memenuhi (M) adalah kuantifier logis. Untuk memasukkan kuantifier tempat
pertama di sintaks susunan pertama, kita mengganti masukan kuantifikasi pada standar definisi
oleh:

- Jika  adalah wff, x adalah variable dan Q adalah kuantifer logika jadi Qx
ADALAH WFF

Melepaskan diri dari nosi “model termaksud”, kita dapat melihat kuantifier secara semantic,
sebagai fungsi yang menempatkan setiap hal yang umum A, sebuah kuantifier A, demana hal itu
adalah sebuah set atau subset dari A atau sebuah fungsi dari subset A ke (T,F). sehingga, hal-hal
umum difungsikan sebagai QⱯ, atau lebih pendeknya, Ɐ, seperti beberpa set obyek, A,Ɐ(A) =
ⱯA:P(A)(T,F), dimana P(A) adalah set (set dari semua subset) dari A. ⱯA didefinisikan oleh
diberikan sebuah subset B dari A, ⱯA(B)=A. A (B)=T iff B . Mostowski menginterpretasikan
kondisi semantic (M) sebagai berikut:

(M*) sebuah kuantifier A adalh logis jika itu tidak bervariasi dibawah permutasi dari A (atau,
lebih tepatnya, permutasi dari P(A) terinduksi dari permutasi A).

Contohnya, QAadalah logis jika pada setiap permutasi p dari A dan beberapa subset B dari A, Q A
(B) = QA(P’(B)), dimana p’ adalah permutasi dari P(A) yang terinduksi oleh p. (M) bisa juga
diformulasikan pada istilah (lemah) automorpisme (isomorpis dari struktur A)

(M**) sebuah kuantifier A logis jika tidak bervariasi dibawah automorpisme dari struktur A

Sebagai contoh, QA itu logis jika diberi set yang tidak kosong dari A dan B, B’ < A: jika (A,(B))
= (A,(B’)) ((A,(B)) dan (A,(B’)) termasuk isomorpis), kemudian QA(B) = QA(B’). sebenarnya
mudah untuk melihat bahwa standar kuantifier memenuhi kondisi dari Mostowski.
Sekarang, dalam logika berkalimat, Mostowski dapat menjelaskan kondisi (yang memenuhi)
kebenaran dari kuantifier A dengan mengkorelasikan mereka dengan fungsi matematika tertentu.
Diberikan sebuah kuantifier A, Mostowski menemukan bahwa kondisi kebenarannya selaras
dengan bubset cardinal (bertingkat) dari A dan pelengkapnya (pada A) dan tidak ada yang lain.
Berdasarkan pada hal itu, A dan ⱯA dapat didefinisikan dengan cara-cara sebagai berikut:
diberikan set B < A, A (B) = T iff |B| > 0, ⱯA (B) = T iff dengan fungsi cardinal, |A| dan Ɐ|A| dari
pasangan cardinal (,) sehingga  +  = |A| ke T dan F, yang didefinisikan : |A|(,)= T iff  =
0. Lebih besar

Seberapa dangkal kita memperpanjang (M) untuk kuantifier logika dari tipe (1). Pada umumnya,
tak terlarang pada A? Motowski tidak mengarah melebihi kuantifier A, tetapi kita bisa dengan
mudah memperpanjang kriteria berdasarkan pertimbangan berikut ini:

a. Ini alami untuk melihat kuantifier Q sebagai logis jika ppada tiap hal umum A Q a logis
pada kuantifier A
b. Ini alami untuk mencapai logika kuantifier Q untuk dikorelasikan dengan kuantifier
pada dua hal umum di cardinal yang sama
(a) Dan (b) membawa kita pada ekstensi (M**):

(M***) sebuah kuantifier Q (Predikat tipe 1 logis jika tidak bermacam dibawah isomorpis dari
struktur set

Sebagai contoh , Q logis jika setiap A, kemudian AA’B<A dan B’<A’;if (A,B)) = (A’,B’))
kemudian QA(B) = QA(B’) kuantifier pemenuhan (M***) Sering disebut Mostowskian atau
kuantifier cardinal. Diantara kuantifier ada kategori M, yang berada pada beberpa rumus
matematika pada ungkapan most, jika most diambil more than half, kemudian didefinisikan oleh
M(B,) = T iff B > kuantifier mostowski yang lain adalah !.. terdiri dari tepatnya !dan
didefinisikan !(B,) = T iff B = ,E terdiri dari setiap angka genap didefinisikan oleh E(B,)
= T iff B Bahkan integr positif, setengah terdiri dari half didefinisikan oleh !1/2(B,) = T iff B
dan F terdiri dari terbatas dan banyak dan didefinisikan oleh F(B,) = T iff B kuantifier tersebut
muncul pada kalimat banyak hal yang berbeda dari yang kamu pikirkan mereka. Ada mungkin
dua pensil di dalam kantung saya. Ada sebuah angka genap dalam alphabet inggris, setengahnya
untukmu, mereka secara terbatas ada banyak pada table kebenaran ( /2x) Yx dan (x) [Tx
(Fy)Ryx] , Dengan bacaan yang jelas, D, P, L, Y, T dan R. Kita dapat mengganti kuantifier
dalam definisi semantic Taski tentang kebenaran seperti dibawah ini: misalnya bidang wacana
mempunyai A kardinalitas a> 0

 V( Qx  [g]) = T jika dan hanya jika Q a (,) = T, dimana  = | {a  A: v ({g(a/x)]) =


T}| dan = |{a  A: v ({g(a/x)}) = F

Secara tidak langsung, definisi ini mengatakan bahwa Qxx benar dalam model
….dengan bidang wacana A mempunyai kardinalitas  jika dan hanya jika jumlah objek A
memenuhi x dan jika jumlah objek pada A tidak memenuhi x, seperti apa yg dikatakan Q.
Generalisasi Montowski dikembangkan lebih jauh pada 1966 oleh Lindsrtom dan Traski (saling
bergantung satu dengan yang lain). Kriteria yang lebih luas diterapkan pada semua istilah urutan
0-2, tanpa memperhatikan jenis. Ikuti latihan di bawah ini, saya memeberi nama kriteria setelah
Lindstrom:

(L) istilah akan logis jika dan hanya jika invarian dibawah struktur isomorfik

dimana struktur itu sama dengan n+ 1- tuple, <A,<D 1, . . . ,Dn>>, A  dan Di, 1 i  n, adalah
anggota dari A, kelompok dari a atau hubungan dari A. Intinya, secara umum, apabila istilahnya
logis tidak akan membedakan antara pendapat yang mirip secara struktur. Misalnya jika <A,<D 1,
. . . ,Dn>><A’,<D’1, . . . ,D’n >> maka pendapat yang logis menetapkan kebenaran nilai yang
sama untuk ,<D1, . . . ,Dn>dalam bidang wacana A seperti ,<D’1, . . . ,D’n >pada bidang wacana
A. Karena istlah indivdu tidak mempunyai pendapat, mereka tidak bisa dikatakan memberi nilai
kebenaran yang sama pada pendapat yang mirip secara struktural dan kita menetapkan bahwa
mereka tidak memenuhi kriteria (L). Dari beberapa predikat yang termasuk pada kriteria
Lindstrom adalah, sebagai tambahan dari kuantifier Montowskian, urutan pertama dari hubungan
identitas dan urutan kedua pasangan predikat ‘most/kebanyakan’ (tipe 11). Muncul pada kalimat
seperti ‘kebanyakan siswa lulus tes.’ Dan disimbolkan (M1-1x) (Sx,Px). Secara tidak langsung,
(M1-1x) (Sx,Px)benar jika dan hanya jika kebanyakan S’s dalam bidang discourse/wacana adalah
P’s. dengan kata lain, jika dan hanya jika pasangan (S,P) dimana S,P adalah perluasan dari Sx,
Px, berurutan memenuhi ‘kebanyakan. “Kebanyakan” akan menjadi logis berdasarkan (L) karena
untuk beberapa bidang wacana A dan A’. dan S,P  A, S’, P’A’ : jika
<A,<S,P>><A’,<S’,P’>>, kemudian P memnuhi ‘kebanyakan’ jika dan hanya jika (S’.P’)
memenuhi syarat tsb. Istilah lain untuk memenuhi (L) termasuk urutan ke 2 predikat golongan ke
3. “lebih dari ---adalah *** (jenis <1,1,1>) seperti pada kalimat ‘lebih banyak perempuan yang
lulus tes daripada laki laki’ disimbolkan dengan (M 1-1-1x)(Gx,Bx,Px) (G…P) urutan kedua
predikat keanggotaan dimana ‘t adalah anggota dari B” disimbolkan dengan (MEM 0-1x)(t,Bx) ,
urutan kedua predikat hubungan ‘berurutan dengan baik’ dimana ‘R berurutan dengan baik’
disimbolkan (WO 2xy)Rxy, dan lain2.

Dari predikat-predikat yang tidak memenuhi (L) adalah predikat tipe 1 yang gagal untuk
memenuhi (M***), predikatnya ‘tinggi’, urutan pertama predikat keanggotaan, yang kedua
urutan predikat ‘ hubungan diantara manusia’ (tipe 2), dan banyak lagi. Dibandingkan dengan
dua predikat kenggotaan 0-0dan0-1

Kita melihat perbedaan dari mereka sebagai berikut : t 10-0 t2 benar dalam bidang wacana
A jika dan hanya jika dua individu ditetapkan menjadi t 1 dan t1 pada A, a1, dan a2, sehingga a2 =
(a2, . . . ). Tetapi, sebgai anggota dari A (sebagai individu) a 1 dan a2 adalah inti objek. Jadi
struktur <A,<a1,a2>> dan <A,<a2,a1>> merupakan isomorfem dan tidak ada istilah memenuhi (L)
yang membedakan mereka. Misalnya untuk berbagai istilah dari tipe (O,O), C 0-0, memenuhi
(L):CA 0-0 (a1,a2)=T jika dan hanya jika CA 0-0 (a2,a1). Karena0-0membedakan struktur <A,<a2,a1>>
(jika a1A0-0 a2) dan<A,<a2,a1>> (jika a1A0-0 a2kemudian a2A0-1 a1)0-0 tidak memenuhi (L).
Situasinya berbeda dengan 0-1 : A0-1 yang memegang antara anggota dan kelompok dari A,
bukan antar anggota dari A. Jadi, masalah yang diduga sebelumnya tidak muncul <A,<a,B>>
tidak akan pernah isomorfim dengan <A,<B,a>>. Mudah untuk meihat bahwa A memenuhi (L):
dengan tidak ada kelompok kosong A dan A’, jika <A,<a,B>><A’,<a’,B;>> kemudian aB
jika dan hanya jika a’  B’,yaitu A0-1 (a,B)=T jika dan hanya jika A0-1(a’,B’)=T
Kriteria Lindstrom memenuhi kondisi Montwoski sebelumnya (M) : istilah invariant
dibawah struktur isomorfim termasuk struktur matematika dari argumen dalam bidang wacana
saja. Karena individu, secara semantic, adalah bagian inti, mereka hampir sama secara struktur,
dan perbedaan mereka tidak terdeteksi dari istilah logis(struktural). Mengambil criteria
Lindstrom sebagai titik awal, saya sekarang akan beralih pada 3 pertanyaan yang ada pada bab
2.1. Saya akan memulai dengan yang kedua pertanyaan metalogis: adakah definisi yang
informatif dan constructif dari istilah logis yang memamerkan kebenarannya (pemenuhan)
kondisi yang berhubungan dengan (L) dan menunjukkan bagaimana membangun perluasan yang
memenuhi permintaan mereka?. Dalam bagian 6 saya akan mengajukan jawaban dari pertanyaan
yang berhubungan dengan landasan filosofis dari perbedaan istilah logis dan tidak logis, dan di
bagian 7 saya akan memberikan komentar singkat saya tentang hubungan antara logika dan
semantik kebahasaan.

4. Definisi konstruktif dari istilah logis

Jawaban saya untuk pertanyaan metalogis kedua adalah positif. Saya akan menunjukkan
dua definisi konstruktif dari istilah logis: (a) definisi dari n- tempat kuantifier kardinal,
berdasarkan Lindstrom (1966), dan definisi dari istilah logis secara umum , berdasarkan Sher
(1991).

4.1. Definisi konstruktif dari n- tempat kuantifier cardinal

Dalam makalah nya tahun 1966, Lindstrom mengembangkan definisi konstruktif


Montowski tentang cardinal kunatifier secara umum. Lindstrom membuktikan bahwa jika istilah
logis sari tipe (1,1…) memenuhi (L), maka semua butuh pertimbangan bahwa kardinalitas dari 2 n
terdapat pada bidang wacana yg berbeda. Secara khusus, jika kuantifier Q1-1 memenuhi (L) maka
kebenaran dari ‘Q1-1 B’s adalah C’s ditentukan oleh kardinalitas B-C, C-B, BC dan A- (BC)
dimana B dan C adalah perluasan dari B dan C’, dan A adalah bidang wacana. (secara
matematis, kondisi kebenaran Q1-1 tergantung pada ukuran inti dari aljabra Boolean disebabkan
oleh B dan C dalam A). Sehingga, kita bisa mengidentifikasi Q1-1, secara semantik, dengan
sebuah fungsi, Q11, dari angka kardinal  (ukuran dari bidang wacana) pada  kuantifier Q,
dimana Q merupakan fungsi tingkat 4 dari cardinal (,,,) yang jumlah  dalam bentuk (T,F) .
(jika  menunjukkan ukuran A, maka,,, menunjukkan kardinalitas dr B-C dan C-B, B  C
dan A-(BC), secara berturut turut, dimana B dan C adalah anggota dari A). Contohnya, kita
mengidentifikasi kebanyakan1-1 dengan M1-1, didefinisikan : untuk semua cardinal , Ma1-1
(,,,) = T jika dan hanya jika >. Jumlah dari 4-tempat kardinalitas berfungsi sebagaimana
ditentukan dari keseluruhan pasangan kuantifier kardinalitas, dan setiap fungsi kardinalitas
menyimpan sekelompok petunjuk untuk membangun sebuah n-tuple kelompok sehingga (B,C)
memenuhi M1-1 pada A, kita membagi A menjadi 4 bagian A1,A2,A3,A4 seperti |A3|>|A1| dan kita
biarkan B =A1 A3 dan C= A2A3).

Kita menggabungkan kuantifier kardinalitas 2-tempat pada urutan pertama sistem Tarskian
dengan memasukkan masukan baru pada sintaks dan semantiknya.

 Jika , adalah wffs, x adalah variable dan Q1-1 adalah kuantifier 2-tempat, kemudian Q
1-1
x (,) adalah wff.
 V(Q1-1x(, )[g]) = T jika dan hanya jika Qa (,,,) = T, dimana =|{a A: v([g]
(a/x)]) = F dan v([g(a/x)]) = T)|,= |a  A : v ([g(a/x)]) = T}| dan = |{aA : v
([g(a/x]}) = v ( {g(a/x)=F}|.

4.2 Definisi konstruktif dari istilah logis secara umum


Tidak semua istilah logis memenuhi (L) adalah kuantifier kardinalitas, sehingga definisi
umum dari istilah logis memerlukan metode yang berbeda dari yang telah disebutkan diatas.
Segera saya akan memberi kerangka dari definisi yang umum. Untuk tujuan demosntrasi saya
akan membatasi diri saya pada istilah istilah tipe (0,0), (1), (2) . Laporan ini akan disampaikan
dari bawah ke atas : dimulai dari bidang wacana A, saya akan menggambarkan metode untuk
menentukan (membangun) perluasan dari istilah istilah logis A. Metode ini akan menghasikan
sekelompok gambaran teoritis dari istilah logis secara umum. Saya akan mengolahnya dalam 4
tahap.
Langkah 1. Ambil model ..dengan bidang wacana A kardinalitas  dan pertimbangkan tiga
kelompok : S1 – kelompok dari pasangan-pasangan individu dari A (S1=A x A) , S2 – kelompok
dari anggota anggota A (S2= P(A)) , dan S3 – kumpulan dari semua kumpulan pasangan
pasangan individual dai A (S3= P(AxA)). Anggota S1 mengganti perluasan istilah tipe <0,0>
(misalnya) pada A, anggota dari S2 mengganti perluasan istilah tipe (1) (misalnya  dan
kebanyakan ) pada A, anggota S3 merupakan perluasan dari istilah tipe (2) (isimetrik) pada A.
Tugas pertama kita untuk membangun perluasan dari istilah logis dari tipe-tipe ___

Langkah 2. Kita tau bahwa istilah logis tidak membedakan objek (pasangan individu, tempat,
dan hubungan) yang secara structural hampir sama. Jadi kita bisa berfikir tentang istilah logis
dengan cara-cara ini: jika istilah logis memegang objek dengan struktur___pada___ kemudian
memegang semua objek dengan struktur___ pada __Sehingga, diberi anggota S1, S2, atau S3
kita mengembangkan hingga pada perluasan logis (dari tipe <0,0>, <1> atau <2> dengan
menuup itu dibawah automorfem. Contohnya, jika A=(a,b,c,d) dan S  S2 = {{a}, {b,c}},maka,
karena <A,<{a}>><A,<{b}>><A,{c}>><A, {d}>> dan <A,<{b,c}>><A,
{a,b}>><A,<a,d}>><A,<{b,d}>><A, {c,d}>> penutup dari S, S* adalah {{a},{b},{c},{d},
{a,b},{a,c},{b,c},{b,d}, {c,d}}. Dengan catatan, S* memenuhi kondisi invariant (L) untuk
struktur A (struktur dimana A sebagai bidang wacananya), sehingga S* merupakan perluasan
dari beberapa istilah logika dari semua model dalam bidang wacana A, disebut kuantifier logika
“baik satu atau dua”, atau, singkatnya, “1-2_” dimana hubungan sintaksis terlihat di rumus (1-
21x)x Pada cara ini penutup dar setiap anggota S1, S2, S3 mengganti perluasan beberapa
kalimat logis dibatasi pada A.

Langkah 3. Istilah logis, bagaimanapun juga, memenhi kondisi invarians (L) tidak
hanyaberhubungan pada satu bidang wacana tapi juga antar bidang wacana. Jadi, istilah logis
__Tidak seharusnya disusun dari unsur A, tapi dari unsur netral, unsur yang bisa digunakan
untuk mengidentifikasi perluasan pada bidang wacana kardinalitas = |A|. Salah satu cara untuk
memnuhi syarat ini adalah dengan menyusun istilah logis menggunakan indeks anggota dari A
sebagai blok bangunan kita. Kita bisa mengambil  itu sendiri, yaitu sekelompok ordinal yang
lebih kecil dari  sebagai indeks kelompok. Kita bisa mulai dengan menentukan indeks untuk
unsur A dengan beberapa istilah indeks fungsi I dari A menjadi . Kemudian kita mengganti
perluasan dari istilah logis melebihi …oleh indeks mereka. Jadi pada contoh diatas, kita
menentukan a,b,c,d, indeks 0,1,2,3 dan kita mengganti S* menjadi S*= {{0},{1},{2},{3},{0,1},
{0,2},{0,3},{1,2},{1,3},{2,3}}. Hasilnya, adalah seuah perluasan dari istilah logis, daam hal ini,
kuantifier logis. 1-2a. Kita bisa mengatakan a BS2 memenuhi 1-2a (pada..) jika dan hanya jika
beberapa indeks dari A oleh , indeks dari B adalah dalam perluasan dari 1-2a (yaitu anggota dri
S*). Dalam cara yang sama, kita menyusun instilah logis  dari tipe <0,0> dan <2>.

Langkah 4. Akhirnya kita menyusun istilah ogis yang tidak terbatas dengan mengelompokkan
istilah logis  pada kelas-kelasnya, dimana setiap kelas berisi tepatnya satu istilah logis  untuk
tiap kardila . Setiap kelas adalah istilah logis (istilah logis tak terbatas) , dan penyusunan dari
setiap istilah logis menyimpan gambaran struktural dari objek yang memenuhi tiap modelnya.
Walaupun demikian, gambaran dari setiap istilah logika termasuk petunjuk untuk penyusunan
perluasannya pada model yang sudah ditentukan, dengan tetap menghormati atutan tiap unsur
(pada contoh kita, sepasang individu, anggota dari bidang wacana, atau pasangan dari bidang
wacana) entah itu memenuhi istilah ogis yang diberikan pada model itu atau tidak. Secara teknis,
saya akan menyusun dua istilah logis  dan istilah logis(tanpa batas) sebagaimana fungsinya.
Istilah logis menentukan untuk setiapa cardinal  dan istilah logis , dan sebuah istilah logis 
menentukan untuk tiap element dari  pada tipe yang tepat (sepasang ordinal, sekelompok
ordinal, sekelompok pasangan ordinal,, dst) sebuah nilai kebenaran , T atau F. sehingga, jika  =
4, 1-21({1}) = 1- 2 1a.({0,3}) = T dan 1- 2 1a () = 1-2 1 a({0,1,2}) = F.
Ini melengkapi penyusunan saya, penyusunannya yang ideal, menggunakan sumber
(kelas yang tepat) yang bisa melampaui teori-teori yang sudah ada. Tapi yang memberi kita
definisi yang analogis pada definisi Boolean tentang hubungan logis, yaitu definisi yang
menyimpan aturan dalam menentukan apa yang memenuhi istilah logika yang ada. Secara logika
kalimat, istilah logika tidak membedakan antara kalimat dengan nilai kebenaran yang sama,
sehingga kaliamat yang ditunjukkan nilai kebenaran dan istilah logika didefinisikan sesuai
fungsinya dalam nilai kebenaran. Dalam (Lindstrom) urutan pertama istilah logika tidak
memebedakan antara objek (makna sebenarnya an perluasan ekspresi) dengan matematika yang
sama ( seperangkat aturan) struktur dan istilah logika didefinisikan sebagaimana fungsinya
dalam struktur kalimat. Penyusunan semantic dari istilah logika Lindstrom tentu lebih rumit dari
istilah logis secara kalimat, tapi itu yang diharapkan.

Untuk memasukkan istilah logis dari tipe <0,0>, <1>, dan <2> dalam urutan pertama
sistem Tarskian, kita menyesuaikan sintaksis dan semantic dengan cara berikut ini:

4.3 Sintaksis
 Jika R0-0 adalah istilah logika dari tipe <0,0> dan t1, t2 istitah individual, maka R0-0 t1, t2
adalah wff
 Jika Q1 adalah istilah logika dari tipe <1>adalah wff dan x adalah variable, dan (Q1 x)
adalah wff
 Jika Q2 adalah istilah logika dari tipe <2>adalah wff dan x,y adalah variable, maka
(Q2xy) adalah wff
4.4 Semantik

Merujuk pada bidang wacana A kardinalitas , fungsi denotasi/ makna sebenarnya d, tugas g,
dan indeks I dari A oleh 

 v(R0-0 t1t2 [g]) =T jika dan hanya jika Ra0-0 (i(g(t1)),i(g(t2))), dimana I (g(t1)), i(g(t2)) adalah
indeks dari (t1), g (t2) berurutan.
0-0
Secara informal, g memenuhi R t1 t2 jika dan hanya jika Ra0-0 menentukan nilai T pada
pasangan indeks individu yang ditentukan oleh t1 dan t2 oleh g/d.
 v((Q1x)[g]) =T jika dan hanya jika Q1a, (1(a  A: v([g(a/x)]) = T, dimana I {….}
adalah sekelompok indeks dari semua anggota dari {…}
Secara informal: g memenuhi (Q1x) x jika dan hanya jika Q1a menentukan nilai T pada
sekelompok indeks dari semua aA sehingga g(a/x) memenuhix.
 v(Q2xy)[g]).=T jika dan hanya jika Qa (I[<a,b> A x A : v([g(a/x)(b/y)]) = T}) = T.
Secara informal : g memenuhi (Q2xy)xy jika dan hanya jika Q a2menentukan nilai T
untuk sekelompok dari semua pasangan indeks dari a, bA sehingga g (a/x)(b/y)
memenuhixy
Hal 525

Sementara kriteria Lindstrom tidak menuntun pada definisi istlah logis (kebenaran) yang
informative dan rinci, tidak ada dasar pemikiran yang ditawarkan untuk criteria ini. Benar,
gagasannya tentnag istilah logis memenuhi syarat Mosttowski bahwa istilah logis tidak
membedakan identitas (individualitas) dari objek dalam bidang wacana, tapi mengapa harus
menerima syarat Mostowski sebai criteria dari logikalitas? pembenaran yang berpihak
diungkapkan oleh Traski yang datang membawa criteria yang smaa dengan Lindstrom.
Mengambil isyarat dari Klein program untuk mengklasifikasikan disiplin geometri berdasarkan
perubahan ruang dimana konsep mereeka dibwah invariant, Tarski menyarankan.

…andai kita melanjutkan gagsan itu, dan mempertimbangkan masih ada kelas kelas
perubahan yang lebih luas. Dalam kasus yang ekstrim, kita harus mempertimbangkan
kelas dari semua satu per satu perubahan dari ruang, atau bidang wacana, atau dunia,
pada dirinya sendiri. Ilmu apa yang berhubungan dengan gagasan invariant dibawah kelas
perubahan yang luas. Saya menyarankan bahwa mereka merupakan gagasanyang logis,
kita menyebut suatu gagasan logis apabila invariant dalam semua kemungkinan satuper
satu perubahan dari dunia pada dirinya snediri. (Tarski, 2986/1966:149)

Dalam membenarkan teorinya, Tarski berkata “ saran ini mungkin terdengar aneh- satu staunya
cara untuk melihat apakah saran ini masuk akal adalah dengan mendiskusikan konsekuensinya,
untuk melihat apa yang akan terjadi, apa yang harus kita percayai jika kita setuju untuk
menggunakan istilah logis dalam arti ini.”(tarski 1966/1966:149-50) Dan criteria apa yang akan
kita percayai, Tarski melanjutkan bahwa tidak ada individu tetap yang menunjukkan ggasan
logis, satu-satunya pasangan logis dari hubungan urutan 1 adalah hubungan universal, hubungan
yang kosong, identitas, dan perbedaan: adalah satu-satunya gagasan logis dari urutan 2, tipe <t 1
=1, . . .tn .> adalah gagasan cardinal, dimana semua gagasan matematika klasik adalah berurutan
>1 adalah gagasan logis, dll. Keseluruhan gagsan logis dibawah criteria ini bertepatan dengan
keseluruhan istilah yang bis didefinisikan dengan ‘arti logis yang murni’ dalam sistem Principia
Matematica, sehingga, Tarski menyimpulkan bahwa kriteria tetap ada dengan persetujuan, jika
tidak dengan semua penggunaan istilah gagasan logika yang berlaku ‘, setidaknya dengan satu
penggunaan yang sebenarnya dijumpai dalam prateknya.” (Traski 1986/1966:145) Tarski
bagaimanapun juga, tidak menceritakan mengapa atau setidaknya penggunaan ini seharusnya
lebih dipilih oleh yang lain. Mengapa kita tidak seharusnya memilih penggunaan yang dibatasi?
Yang lebih bebas? Dan yang penggunaan yang berbeda?

Setidaknya, satu filsuf Etchemedy (1990) mengatakan bahwa logika Tarski tidak
menyimpan kriteria yang masuk akal untuk istilah logika, pada faktanya, semua istilah bisa
disebut sebagai istilah logika pada logika Tarski. Konsekuensi yang tidak bisa dielakkan adalah
perbedaan mendasar antara kebenaran logis dan tidak logis (konsekuensi). (Anggap ‘manusia’
dan ‘mati’ termasuk pada sistem Tarskia sebagai sistem istilah logis, berdasarkan aturan
semantik berikut ini:

 V (adalah manusia (t) (g) = T jika dan hanya jika g(t) A: a adalah manusia)
 V ( adalah mati (t) (g) = T jika dan hanya jika g(t) A: a adalah mati)

Kemudian kalimat yang secara logis tidak ditentukan “semua manusia akan mati” keluar menjadi
kalimat yang benar dan logis.

Pertanyaan lain yang berhubungan dengan perbedaan antara istilah logis dan tidak logis berasal
dari linguistic, khususnya teori linguistik dari kuantifier umum.

5. Teori linguistik tentang kuantifier umum

Ahli bahasa menemukan bahwa teori logika dari kuantifier umum adalah lahan ynag
susbur untuk penerapannya. Kita bisa membagi gelombang investigasi linguistic dari kuantifier
umum menjadi 2 gelombang. Dalam gelombang pertama linguistic determiner dihubungkan
dengan kuantifier kardinalitas 2 tempat: pada ragam linguistic ke 2 penyusunan dianalisis
sebagai kuantifier ‘polyadic’. Gelombnag pertma dimulai dengan Barwise dan Cooper (1981),
Higginbotham dan May (1981) dan Keenan dan Stavi (1986/1981). Dipengaruhi oleh analisis
Montegau tentang frase kata benda sebagai entitas urutan kedua dalam satu pihak, dan oleh
Montowski tentang generalisasi dari kuantifier logis, disisi lain Brwise dan Cooper berpendapat
bahwa frase kata benda secara umum adalah kuantifier umum. Kuantifier logis sesuai dengan
penentu linguistik, dan kuantifier linguistic adalah frase kata benda. Rumus didapat dari dua
langkah: pertama, determiner ditambahkan pada rumus terbuka untuk membentuk kuantifier, lalu
kuantifier ditambahkan pada rumus terebuka untuk membentuk rumus yang terukur. Kombinasi
dari “kebanyakan’ (determiner) dan “siswa” (rumus terbuka, ‘x adalah siswa’), hasil dari
kuantifier ‘kebanyakan siswa’ dan kobinasi dari “kebanyakan siswa” dan “lulus tes” (rumus
terbuka) x (x) Secara semantic, determiner didefinisikan sebagaimana fungsinya dari
kelompok kuantifier (diterangkan sebagai seperangkat) misalnya kebanyakan({}) = kebanyakan-
siswa (seperangat kelompok yang mempunyai siswa sebagai anggota). Kuantifier didefinisikan
sebabgaimana fungsinya dari kelompok untuk nilai kebenaran. Sebagai contoh, kebanyakan
siswa ({x:x lulus tes})= T/F. (kebanyakan siswa (X) = T jika dan hanya jika X kebanyakan
siswa). Bebrapa determiner sudah logis, bebrapa yang lain tidak. Determiner mengungkapkan
standar gagasan logis (seperti semua, beberapa, tidak, bukan, sekecil-kecilnya, sebesar-besarnya,
jelas 2”) termasuk logis; determiner yang mengungkapkan gagasan lain (seperti kebanyakan,
banyak, beberapa, semua keculai John”) termasuk tidak logis. Kuantifier secara umum termasuk
tidak logis: kebanyakan siswa, kebanyakan guru, semua anak-anak, semua gajah.” Karena frase
kata benda secara umum adalah kuantifier, proper name (Nama orang, tmpat dll) juga kuantifier:
“Merkuri adalah planet” mempunya bentuk “merkuri x(x adlah sebuah planet). Kaliamat ini
menjadi benar jika dan hanya jika kuantifier Merkuri (seperangkat dari semua yang memasukkan
Merkuri sebagai anggota) menentukan nilai T pada sekelompok planet. Hal ini juga
membutuhkan hitungan dengan rumus terbuka tunggal. Pada “ sesuatu berwarna biru,” sebagai
contoh, “some” merupakan determiner, “thing” merupakan rumus terbuka dan “some (thing)”
merupakan kuantifier. Kalimat ini disimbolkan Some(thing)x[Blue(x)]

Aturan satu satunya yang diterapkan pada kuantifier (kesatuan yg tidak logis) sebagai
bagian dari logika.” Berdasarkan Barwise dan Cooper kondisi dimana sesuatu sedang hidup. Kita
bisa mengungkapkan aturan ini dalam Kuantifier menurut ahli bahasa: D (B)[C]= T jika dan
hanya jika D(B)[B  C]=T, dan dalam pandangan ahli logika : Q (B,C) = T jika dan hanya jika
Q(B,B C)=T. Para pengungkap teori konservatifitas (hidup) menyatakan bahwa seperangkat
pertama (perluasan dari rumus terbuka yang ada) dalam hitungan inguistik menentukan bidang
wacana yang berhubungan. “Semua”, “Beberapa” “Kebanyakan”, termasuk konservatif
(“Kebanyakan siswa lulus tes”), sedangkan “hanay” dan “ada lebih dari…” bukan merupakan
konservatif (Hnaya wanita ynag dibolehkan di Club) kalimat ini tidak sama dengan “wanita
hanya wanita jika dibolehkan masuk ke club”) .
Sedangkan Barwise dan Cooper hanya menerima determiner yang didefinisikan sebagai
hanya standar kuantifier logika yang termasuk logis, ahli bahasa lain dan ahli logika (Keenan&
Stavi 1986/1981, van bethem 1983, Westerstahl 1985) menganggap kriteria Lindstrom sebagai
criteria untuk determiner logis, melihat invarians dibawah struktur isomorfim sebagai
pengunggap gagasan dimana istilah logika merupakan topik netral (van Benthem and
Westerstahl). Akan tetapi, menurut beberapa dari peneliti ini, berbagai kondisi membatasi
cakupan determiner logis (dan tidak logis). Diantara semua ini, sebagai tambahan untuk
konservatifitas, (a) kesinambungan (van Bethem. 1983) : determiner D menentukan nilai T
“selanjutnya” contohnya jika C1 C C2 dan D (B)[C1]=D(B)[C2] kemudian D (B) [C1]=D(B)
[C] = D (B) [C2]=. Hal ini khusus dalam tahap: “determiner tidak boleh terlalu sering merubah
pikirannya.”(457) (ii) ketetapan (Westerstahl 1985) jika AA’ dan D adalah determiner, maka D
adalah determiner, lalu DA dan DA bertepatan dengan A. (iii) keseragaman (Van Bethem, 1983) :
“perilaku dari D harus teratur (‘sama”) dalam semua bidang wacana (457), dimana “teratur
(sama)” terbuka dari urutan dari interpretasi. Tidak ada satupun syarat ini dipenuhi kuantifier
pasangan Montowski: “hanya” tidak konservatif, “nomor genap dari..” tidak berkelanjutan,
“separuh objek pada bidang wacana …dan….” Tidak tetap, dan kuantifier Q didefinisikan Q()=
kebanyakan jika  genap dan Beberapa jika  ganjil atau tidak terhingga, ini tidak seragam.

Gelombang kedua penerapan linguistic dari logika umum berpusan pada kuantifier
polyadik, kuantifier mengikat rumus, atau urutan rumus yang terbatas, dalam kasus dua atau tiga
variable. (liahta, disbanding yang lain, Higginbotham & May 1981, Keenan 1987b, May 1989,
van Benthem 1989, Sher 1991). Pada 1981 Higginbotham dan May telah menyatakan bahwa
kuantifier poliadik akan membantu kita menyelesaikan masalah referensi silang dan bijective
pertanyaan WH. Sehingga dengan memposisikan poliadik, kuantifier “semua beberapa” pada dua
variabel, kita bisa menjelaskan hubungan anaphora pada acuan silang (Bach, Peter) kalimat
seperti “setiap pilot yang menembak pada sasaran beberapa Mig mengejar mereka.” Analisi
apoliadik juga bisa menjelaskan bagaimana pertanyaan dengan frase wh memiliki interpretasi
bijektif, contohnya bagaimana kalimat “lelaki mana melihat wanita mana?” menuntun pada
jawaban bijektif “John melihat Jane, dan Ron melihat Nancy.”

Halaman (528)
Contoh lain dari susunan polyadik dlam bahasa alami yaitu “Beda siswa, beda jawaban di
ujian.” (Keenan 1987b), “tidak ada seseorang mencintai tidak ada seseorang” (May 1989),
“Untuk setiap rintik hujan yang jatuh, bunga tumbuh.” (Boolos 1981), dst. Kuantifier bercabang,
atau kuantifier prefiks yang tidak berurutan, bisa juga disebut sebagai kuantifier poliadik (Van
Benthem 1989). Contoh pernyataan yang dianalisis pada sastra sebagai cabang kualifikasi yaitu
“bebrapa saudara dari orang desa dan beberapa saudara dari orang kota benci satu sama lain.”
(Hintikka, 1973), “Sedikit lelaki di kelasku dan kebanyakan perempuan dikelasmu sudah pernah
berkencan satu sama lain.” (barwise 1979). “Kebanyakan temanku mengambil sedikit program
sarjana yang sama.” Dan “Kebanyakan sarung tangan kananku dan kebanyakan sarung tangan
kiriku cocok (satu dengan yang lain)” (Sher 1990). Apa yang membedakan dari kalimat-kalimat
ini adalah kejadian dari dua atau lebih kuantifier Montowskian bukan dalam cakupan yang lain.

Tidak ada kondisi yang disebutkan diatas bertahan dari determiner ke kuantifier poliadik:
pembatas satu satunya pada kuantifier poliadik adalah logikalitas (kemasuk akalan), diterangkan
sebagai invarian. Tapi, asal dari invarian (invarian dibawah apa?) merupakan pertanyaan terbuka.
Beberapa telah menginterpretasikan invariant pada gagasan Lindstorm (Keenan 1987b, van
Benthem 1989), akan tetapi yang lain mempertanyakan jenis invariant yang termasuk
didalamnya. Sehingga, Higginbotham dan May (1981) menanyakan apakah untuk pasangan
kuantifier poliadik, kondisinya invariant dibawah isomorfim berdasarkan permutasi individu
(Lindstrom), permutasi dari pasangan individual, permutasi dari pasangan-pasangan individu
dengan pembeda unsur pertama atau kedua dsb.

Mostowski, Lindstrom, Tarski, Etchemedy, ahli bahasa yang mengkaji kuantifier bahasa
alami, dan yang lain (Tharp 1875, Peacovcke 1976, Hacking 1979, Mc Carthy 1981, dll) telah
sampai dengan anak panah pandangan (sudut pandang) tentang keberadaan dan isi dari kriteria
logikalitas/kemasuk akalan. Satu cara untuk mendekati masalah itu dengan memprediksi pada
pertanyaan yang lebih mendasar, misalnya (Tharp 1975): “apa tugas logika? (inti, kontribusi
yang diinginkan)” jika kita bisa mengidentifikasi tugas utama dari logika dan menentukan apa
peran istilah logika dalam menjalankan tugas ini, kita akan bisa memandang perbedaan dari
istilah logis dan tidak logis sebagai perbedaan antara istilah yang bisa dan istilah yang tidak bisa
memenuhi peran ini, atau istilah yang akan dan istilah aynag tidaka akan berkontribusi pada
proyek lohika dengan ‘berperan’ sebagai istilah logika. Dibawah ini, saya akan menunjukkan
solusi saya pada pertanyaan berdasar logikalitas, pada bagian Sher 1991. Walaupun pendekatan
umum dipengaruhi oleh Tharp, analisis dan solusi sesudah itu sangat berbeda dari dia.

6. Dasar Filosofis dari perbedaan antara istilah logis dan tidak logis

Tugas utama logika sering dipahami sebagai perkembangan dari metode untuk mengidentifiasi
konsekuensi logis, kebenaran logis menjadi kasus khusus. Tapidiberikan konsep ini, pertanyaan
yang muncul adalah: “Konsekuensi yang seperti apa yang dianggap logis?” Banyak yang
berpendapat bahwa konsekuensi yang logis didasarkan pada struktur kalimat, dimana struktur
adalah fungsi dari istilah-istilah logika khusus dan penyusunannya. Oleh karena itu, Quine
(1970: 48) mengatakan bahwa: “Implikasi lgika (konsekuensi) berdasarkan pada bagaimana
fungsi kebenaran, pengukur-pengukur, dan variabel-variabel. Implikasi logika seluruhnya
berdasarkan pada apa yang kita bisa panggil, dalam bahasanya, struktur yang logis pada kalimat-
kalimat.” Pengkarakteran ini, bagaimanapun, menimbulkan pertanyaan: “Istilah-istilah mana
yang logis?” (Apa struktur yang logis dari kalimat yang diberikan?)” Jadi, menurut pandangan
terkini (berdasarkan esensi istilah logis) pendekatan ini tidak membantu sama sekali. Apa yang
kita perlukan, agar membataasi istilah-istilah logis, adalah sebuah pengkarakterisasian secara
intuisi pada konsekuensi logis yang independen dalam batasan-batasan tersebut di atas.
Pengkarakterisasian konsekuensi logis yang sesuai dengan syarat-syarat ini dijelaskan
oleh Taski dalam “Pada Konsep Konsekuensi Logis” (1936a). Berdasarkan Tarski, sebuah
konsekuensi adalah logika jika hal itu memenuhi 2 kondisi yang fundamental: (a) kebutuhan, dan
(b) formalitas. Dalam istilah Tarski: “Pertimbangan tertentu akan sebuah esensi intuisi akan
membentuk starting point kita. Mempertimbangkan banyak kelas adalah K dari kalimat-kalimat
dan sebuah kalimat adalah X yang mengikuti dari kalimat-kalimat dari kelas tersebut. Dari
sebuah dasar yang intuitif, hal tersebut tidak pernah bisa terjadi dimana kedua kelas K hanya
terdiri dari kalimat-kalimat benar dan kalimat X adalah yang salah. Lebih dari pada itu, ….kita
focus pada konsep logika, seperti halnya formal, konsekuensi….(Tarski, 1936a:414). Dalam
beberapa akun keperluan konsekuensi logis, tetapi tidak formal, disebutkan sebagai elemen
utama (liat Etchemendy, 1991, dan beberapa referensi disana). Tetapi di akun ini, tarski
menceritakan bahwa kehilangan fitur-fitur pembeda pada logika, seperti ditolak oleh tipe-tipe
konsekuensi lainnya. Konsekuensi logika lebih memperkuat sebuah kondisi yang keras dari pada
keperluan belaka: konsekuensi logis adalah formal dan penting.
Menggunakan karakter yang diberikan Tarski sebagai starting point, saya ingin berbicara
bahwa sedikit kata tentang formalitas. Sangat umum untuk melihat formalitas sebagai kondisi
syntak: formalitas dari konsekuensi logis diperoleh dari bermacam-macam definisi dari syntax
itu sendiri, sedangkan keperluannya diperoleh dari definisi semantic. Saya percaya bahwa
pendekatan tersebut sangat salah. Esense intuitif dari konsekuensi logis meliputi sebuah ide yang
konsekuensi logisnya sangat penting atau dibutuhkan dalam sebuah cara yang formal. Untuk
memperoleh esensi yang diinginkan pada konsekuensi logis, akun semantic tidak dapat
meninggalkan istilah formal pada konsekuensi logis yang intuitif. 2 contoh dari kepentingan
yang intuitif tetapi konsekuensinya tidak formal adalah: (i) “Bola itu semua biru; sehingga, bola
itu bukan kuning,” and (ii) “John adalah seorang sarjana; sehingga dia tidak menikah.” Inferen
tersebut sudah jelas bahwa tidak formal-metaphysico-prinsip-prinsip fisik pada kasus pertama
dan konvesi lexical pada kasus keduanya – dan fakta ini dapat digunakan untuk menjelaskan
mengapa kita cenderung untuk tidak melihatnya sebagai logika yang strict.
Tarski menguji coba 2 definisi syntak pada konsekuensi logis dan ditemukan bahwa ada
kekurangan: definisi secara teori dari bukti yang standar. Dalam terminology modern kita dapat
merumuskan definisi ini sebagai berikut: Diberikan sebuah standard pertama, atauSusunan lebih
tinggi, logika L dengan satu set aksioma A, dan satu set ketentuan bukti R: jika r adalah satu set
kalimat dari L dan o adalah satu set konsekuensi logis dari r, jika ada sebuah bukti dari o melalui
r (menggunakan aksioma A dan ketentuan R). sekarang, mempertimbangkan inferensi “P(0),
P(1),…., P(n),…; sehingga semua angka yang natural mempunyai properti P,” dinyatakan baik di
bagian pertama atau susunan logika yang lebih tinggi. Inferensi ini dengan tidak sengaja disebut
formal dan penting, walaupun itu tidak dapat didukung oleh arti-arti dari metode pembuktian
yang standar. Lebih dari pada itu, itu mengikuti dari teori ketidaklengkapan Godel yang
menyatakan bahkan dengan menambahkan (alasan berterima) ketentuan-ketentuan pembuktian,
kita masih bisa menyatakan konsekuensi-konsekuensi formal dan penting secara tidak sengaja.
Definisi syntax kedua dari konsekuensi logis adalah substitional (penggantian). Definisi
ini menyatakan bahwa sebuah bahasa yang natural L, o adalah konsekuensi logis dari r jika tidak
ada pengganti untuk kesatuan ketidaklogisan dari L (secara grammar yang buruk dari L). Ada
(setidaknya) 3 masalah dengan definisi ini; yang pertama adalah ditunjukkan oleh Tarski (1936a)
dan 2 yang lain ditunjukkan berdasarkan analisis Etchemendy (1990).
(i) Definisi pengganti sangat sensitf untuk keberagaman leksikon tidak logis; jika L
empunyai kosa kata tidak logis yang terbatas, maka konsekuensi tertentu akan menggagalkan test
intuitif untuk lulus dari tes penggantian. Contohnya, biarkan “Tarski”, “Godel”,” “adalah
seorang logikawan” dan adalah seorang pria” menjadi kelompok tidak logis satu-satunya dari L.
Konsekuensi yang tidak benar secara tidak sengaja “tarski adalah pria sehingga Tarski adalah
seorang logikawan” muncul sebagai validitas logis di L.
(ii) Metode penggantian tidak mempunyai sumber-sumber untuk membedakan antara
istilah-istilah logis dan tidak logis. Satu-satunya sumber adalah grammar, leksikon, dan esensi
dari perawatan kebenaran materi dalam pengantian-penggantian, dan hal tersebut tidak cukup
untuk menentukan status logika dari istilahyang diberikan. Metode pennggantian ini, lalu,
mengurangi bataasan-batasan antaraa istilah-istilah logis dan tidak logis untuk sebuah pembeda
yang konvensional antara istilah-istilah “tentu” dan “tidak tentu”, dan esensi konsekuensi logis
adalah sangat relaatif bergantung pada devisi-devisi istilah pada tentu atau tidak tentu. Hal itu
dapat dengan mudah dilihat melalui kerelativan untuk beberapa seleksi dari item-item tentu,
konsekuensi “salah” bisa lulus test penggantian, sedangkan kerelativan pada lainnya,
konsekuensi “benar” yang gagal. Oleh karena itu, jika “Tarski: dan “adalah seorang logikawan”
berada diantara istilah-istilah tentu, “Tarski adalah pria; sehingga Tarski adalah logikawan” lulus
test penggantian (dan ini terjadi tidak peduli bagaimana keberagaman leksikon dari L). dan jika
“(“ dan “)” adalah istilah-istilah satu-satunya yang tentu, maka, mengansumsikan bahwa bahasa
adalah kekayaan yang sederhana, “P&(Q&R); sehingga (P&Q)&R” gagal untuk melalui test
penggantian.
(iii) Metode penggantian memerlukan hanya akun fakta-faktaa tentang kata yang
actual. Berdasarkan pada definisi penggantian sebuah kalimat adalah benar secaraa logika jika
semua varian-varian pengganti adalah benar, seperti benar dalam kata actual. Oleh karena itu,
dari sudut pandang keberagaman di dalam bahasa (kelompok yang tidak tentu). Hal tersebut
mengikuti jika sebuah kebenaran yang tidak formal dan tidak penting alah ketidaksensitifan
terhadap istilah tidak tentu. Kelompok yang tidak tentu dari bahasa, secara khusus, jika hal
tersebut tidak terdiri dari istilah-istilah tidak tentu, itu secaraa otomatis dinyatakan menjadi benar
secara logika. Masalah ini muncul bahkan pada seleksi standar dari istilah-istilah logika. “Ada
setidaknya 2 objek” adalah ekspresi dari kosakata logis (3x3y(x tidak sama dengan y)), jadi
kebenarannya disamakan dengan kebenaran logisnya sendiri. Kalimat ini adalah sebuah
paradikma ketidaktentuan logis, tetapi tidak mempunyai instansi-instansi pengganti yang lain,
sehingga muncul kebenaran yang logis. Persamaan distorsi muncul dalam kasus konsekuensi
logis; mengansumsikan seleksi standar dari istilah-istilah logis, “Ada tepatnya 2 objek; sehingga
X” lulus dari tes penggantian untuk kalimat X apapun.
Tarski menolak definisi yang bersifat teoritis pada pembuktian dan penggantian dan
memutuskan untuk menggunakan metode yang berbeda. Metode semantic, dikembangkan oleh
Tarski (1933) menyarankan hal tersebut untuk dirinya sendiri. Dibawah nanti saya akan
memberikan versi perspektif saya pada teori tarski. Saya akan menunjukkan bagaimana
pertimbangan mendukung teori ini untuk memberikan sebuah pondasi filosofi untuk kriteria-
kriteria Lindstrom, dan bagaimana, dinyatakan di kriteria tersebut, teori untuk menghindari
batasan-batasan dan berbagai definisi yang bersifat teroi pembuktian dan penggantian.
Apa itu teori semantics? Berdasarkan Tarski I melihat teori-teori semantics sebagai teori-
teori yang setuju dengan konsep hubungan antara bahasa dengan kata (dalam artian umum):
“Kita seharusnya mengetahui dengan semantics tentang totalitas pertimbangan berdasarkan
konsep tersebut, yang menunjukkan koneksi tertentu antara expresi bahasa da objeknya dan
pihak atau golongan terkait.” (Tarski 1936b: 401). Ada 2 jenis konsep semantics: yaitu konsep
yang memenuhi pengkarakteran secara langsung dan konsep pengkarakteran secara tidak
langsung. “Referensi” dan “Pemenuhan” berada pada kategor pertama, “kebenaraan” dan
“konsekuensi logis” beradaa di konsep kedua. Referensi adalah hubungan antara sebuah istilah
dan sebuah objek, dan pemenuhan adalah sebuah hubungan antara rumus dan objek (sebuah
urutan dari objek-objek, sebuah fungsi dari variabel bahasa pada objeknya secara umum).
Kebenaran dan konsekuensi logis, bagaimanapun, adalah bagian-bagian lingustik (hubungan-
hubungan): kebenaraan adalah bagian dari kalimat, dan konsekuensi logis adalah sebuah
hubungan antara sebuah kalimat dan satu kesatuan kalimat-kalimat. Mengapa kita menyebutnya
sebagai semantics? Jawaban umumnya adalah bahwa kebenaran dan konsekuensi logis adalah
semantic karena keduanya dapat didefinisikan dalam hal hubungan semantic (referensi dan
pemenuhan). Saya pikir jawaaban ini adalah jawaban yang familiar dan bagus. Kebenaraan dapat
didefinisikan dalam hal referensi dan pemenuhannya karena hal itu berkaitan dengan objek dan
hubungan-hubungan pada bahasa. Kebenaran memegang atau tidak memegang sebuah kalimat x
jika objek yang direferensikan pada x memiliki bagian-bagian yang diatributkan pada kalimat
tersebut. Secara umum, bagian-bagian linguistic adalah semantic jika hal tersebut memenuhi
linguistic yang diberikan, sebut saja l, mengingat faktaa-fakta tertentu mengenai objek yang
direferensikan pada l; dan hubungan yang sama. Untuk melihat konsekuensi logis sebagai sebua
hubungan semantic, jadi, untuk melihatnya sebagai sebuah hubungan antara identitas linguistic,
berdasarkan pada seuah hubungan antara objek-objek yang direferensikan oleh identitas ini.
Semantics mengurangi pernyataan-pernyataan tentang bahasa pada pernyataan tentang objek.
Saya tidak akan mampu mendiskusikan tentang pengurangan “kebenaran” disini, tetapi dalam
hal semantic tentang “konsekuensi logis” mengurangi “Kalimat o adalah sebuah konsekuensi
logis dari..Satu set kalimat I menjadi sesuatu seperti “Sifat-sifaat yang dikaitkan pada objek
menggunakan o tersusun dalam sebuah hubungan R pada sifat-sifat yang dikaitkan pada objek
dengan I. Untuk memahami esensi konsekuensi logis sebagai sebuah hubungan semantic adala
untuk memahami (i) esensi referensi, dan (ii) Hubungan R yang objektual. Kita dapat melihat
kondisi intuisi pada konsekuensi logis – kepentingan dan formalitas – sebagai kondisi pada R.
Kepentingan memerlukan R untuk memegang secara penting; formalitas – R hanya menjadi akun
berfitur formal dari objek dan sifat-sifat terkait. Apa itu Hubungan R yang objektual?
Mempertimbangkan inferensi yang valid secara intuitif dan logis, 1: “Sesuatu yang putih
dan lezat; sehingga, sesuatu itu lezat.” Mengapa (1) valid secara logika? Mengadopsi cara
Mostowski memandang pengukuran, kita bisa berkata bahwa (1) hal itu valid secara logika
karena (i) premisnya mengatakan bahwa titik pertemuan antara set putih dan set lezat tidak
kosong, (ii) kesimpulannya adalah bahwa satu titik pertemuan dari beberapa kumpulan atau set
itu tidak kosong, setiap dari perpotongan set tidak kosong. Perhatikan hal berikut ini, semantics
mengurangi “o adalah sebuah konsekuensi logis daari I” menjadi “f(o) R f(I),” dimana f
mengekstrak konten yang relevan dari o dan r (sebagai contohnya: sebuah set tidak kosong
(f(o)), titik perpotongannya dengan set yang lain tidak kosong (f(I))), and R adalah sebuah
ekspresi yang objektual dari yang umum, seperti “kapanpun”.
Dalam Tractatus Logico-Philosophicus, 6.1231-6.1232, Wittgenstein nampaknya
menolak cara melihat konsekuensi logis. Berbicara tentang “Kebenaran logika” (“proposisi
logis”, dalam terminologinya), Wittgenstein mengatakan: “Nilai dari proposisi logis umumnya
tidak valid. Menjadi umum artinya adalah tidak ada yang valid untuk semua hal.” Observasi ini
menunjukkan Wittgenstein pada object pada pengurangan logika secara umum, dan sebuah
kesamaan object yang dibuat akhir-akhir ini oleh Etchemendy (1990). Tetapi masalah
Wittgenstein tidak memunculkan pada analisi kita: konsekuensi logis bisa dikurangi menjadi
sebuah sesuatu yang special dari keadaan yg umum, secara umum untuk memenuhi
ketidakleluasaan intuisi pada kepentingan dan formalitas. Kepentingan dan formalitas membatasi
fungsi f dan lingkup “kapanpun”. Formalitas membutuhkan konsekuensi logis yang bergantung
pada fitur-fitur formal dari objek terkait, bukan dari fitur-fitur material (sifat putih dan kelezatan
dari suatu benda), dan kepentingan memerlukan “kapanpun” untuk tidak dibatasi menjadi
beberapa sifat umum, tetapi jarak semua kemungkinan umum. Mengkombinasi kepetingan dan
formalitas, kita bisa mengatakan bahwa konsekuensi logis dapat dikurangi menjadi sifat umum
yang formal. Hal tersebut adalah fakta umum yang formal yang jika sebuah perpotongan dari
beberapa set tidak kosong, setiap set yang dipotong tidak kosong, dan itu terjadi ketika fakta
yang formal dan penting bahwa (1) valid secara logika.
Semantic dari aliran Tarski menyusun pengurangan kebenaran logis dan konsekuesni
logis menjadi keumuman yang formal. Apa peran dari istilah-istilah yang logis dalam
pengurangan ini? Mempertimbangkan (1) diatas. Hubungan formal pada (1) tidak dipengaruhi
oleh perubahan-perubahan di penambahan “putih” dan “lezat”, tetapi perubahan dalam
..penambahan dari “sesuatu” dan “dan” mungkin sangat mempengaruhi itu. Kita dapat
menjelaskan perbedaan antara 2 pasangan istilah dengan fakta-fakta dalam hubungan formal
pada (1) memegang bukan masalah apa kumpulan individu “putih” dan “lezat” merupakan:
Diberikan keumuman apapun yang mungkin secara formal dari individu-individu dan 2
kumpulan apapun di sifat umum ini (kumpulan putih dan hal yang lezat, kumpulan hitam dan hal
yang tidak lezat, dst), jika perpotongan antara 2 kumpulan tersebut tidak kosong, maka setiap
kumpulan tidak kosong. Tetapi kesamaan tidak berarti untuk kesatuan: itu sangat mungkin secara
formal untuk sebah kesatuan dari 2 kesatuan untuk menjadi tidak kosong sedangkan sala satu
kumpulan tersebut menjadi kosong tanpa salah satu set atau kumpulan menjadi kosong. Inilah
alasan validasi (1) bergantung pada “dan” dan “sesuatu”. Jika kita mengganti petunjuk dari “dan”
dengan petunjuk “atau” atau petunjuk “sesuatu” dengan petunjuk “nothing”, (1) akan berubah
menjadi tidak valid secara logika. “dan” menunjukkan sebuah perpotongan, “sesuatu”
menandakan sifat-sifat yang menjadi tidak kosong, dan aturan ini menjadi pedoman dalam
struktur kemungkinan secara formal.
Peran dari istilah logis dalam Logika Tarski adlaah untuk menandakan fitur-fitur formal
dan struktur dari objek-objek, fitur-fitur dan struktur tertentu bertanggungjawab untuk
konsekuensi logis. Karena istilah-istilah logis mempunyai petunjuk di semua kemungkinan
struktur secara formal dari objek, istilah logika adlaah istilah yang universal, istilah
menunjukkan fitur-fitur yang teraplikasikan pada semua kemungkinan objek secara formal;
manusia, anjing, sel, atom, warna, angka, dst. Standar dari istilah logis memenuhi persyaratan,
jadi konsekuensi berdasarkan dari istilah ini adalah logis secara alami. Tetapi pertanyaan muncul
tentang apakah semua konsekuensi formal berdasarkan standar istilah logis. Melihat inferensi
pada (1) “ada tepat satu manusia ; sehingga ada banyak manusia yang tidak tepat” dan (2) “ada
tepat satu manusia; sehingga ada kurang lebih 10 manusia”. Dalam standar urutan logika pertama
(2) dianggap valid secara logis sedangkan (1) setengan valid secara logis. Tetapi apakah (1)
kurang lebih penting secara formal dari pada (2)? Apakah itu sangat mungkin utuk sebuah
kesatuan menjadi luas dari pada memasukkan 10 elemen dan yang tertera di atas?
Tugas dari semantics aliran Tarski, seperti yang saya pahami, adalah untuk menyediakan
sebuah system yang “komplit” untuk mendeteksi konsekuensi logis, seperti formal dan
kepentingan. Satu cara untuk mendapatkan hasil ini adalah dengan mengubahnya menjadi
standar logika yang lebih tinggi, tetapi cara yang lain adalah dengan memperpanjang standar dari
urutan logika pertama dengan menambahkan istilah-istilah logis baru (seperti pengukuran
“adabanyak x yang tidak tepa”). Bagaimana kita menentukan total dari istilah-istilah logis?
Untuk menentukan total istilah logis adalah menentukan total dari struktur formal dari objek-
objek. Setiap struktur formal adalah perpanjangan dari beberapa istilah logis, dan setiap istilah
logis menunjukkan sebuah struktur yang formal. Untuk mengidentifikasi struktur yang formal,
kita akan menggunakan teori umum yang paling baik dari ketersediaan struktur formal. Sekarang
ZF atau salah satu varian muncul menjadi pilihan yang baik. Berdasarkan teori ini kita akan
berate bahwa sebuah istilah itu logis jika hal tersebut tidak membedakan anatara ..struktur yang
identic secara formal. Tetapi inilah apa yang kriteria Lindstrom maksud, berdsarkan pada esensi
model teoritis dalam struktur. Sebuah istilah logis jika hal tersebut tidak bermacam-macam
dalam kaidah struktur isomorpik, contohnya, sebuah istilah logis jika tidak membedakan
penambahan isomorpik dalam argumennya. Berdasarkan kriteria ini, semua pengukur utama
adalah logis, susunan sifat kedua pada hubungan simetris adalah logis, dst. Lebih umum lagi,
istilah matematika apapun yang dapat didefinisikan sebgai susunan istilah yang lebih tinggi pada
dasarnya juga logis. Sebagai contoh, ambil istilah “dua”. Sebagai istilah individu, “duaa”
menunjukkan sebuah kekhususan, jadi hal tersebut menggagalkan tes logika, tetapi sebagai
susunan istilah yang lebih tinggi “2” menunjukkan sebuah struktur formal – kumpulan dari
semua kumpulan isomorpik menjadi (0,1) – jadilah sebuah istilah logis yang menguntungkan.
(perbandingan ini menjelaskan mengapa kesatuan individual tidak termasuk di dalam (L):
kesatuan individu menunjukkan objek atom, objek tanpa struktur, formal atau tidak formal.)
Penggambaran istilah logis sebagai umum dan formal memperbolehkan kita untuk
menjelaskan bagaimana semantic aliran Tarski menghindari salah satu dari masalah dalam
semantic pengganti, yaitu, relativitas dari esensi konsekuensi untuk menyeleksi istilah-istilah
yang tentu: kriteria menurut Lindstrom mencakup penggunaan istilah tidak formal dan tidak
universal, apapun itu, (“Tarski,” “adalah seorang logikawan”. Dst) sebagai istilah logis,
menguasai semua inferensi yang diperoleh dari pengenalan model Tarski dan fitur-fitur khusus
yang ada. Model dalam semantic aliran Tarski merepresentasikan struktur kemungkinan secara
formal pada objek-objek, dan esensi kebenaran dalam semua model tidak bergantung baik pada
ukuran kosa-kata yang tidak logis atau pada ukuran dunia sebenarnya: Apakah “Tarski adalah
satu-satunya istilah tunggal dari L atau bukan, “Tarski” ditugaskan sebuah individu pembeda
yang besar di dalam model yang berbeda-beda pula untuk L, cukup untuk memberikan sebuah
contoh untuk “Tarski adalah X”, untuk semua predikat X yang tidak logis. Kebenaran dalam
sebuah model aliran Tarski tidak benar dalam dunia yang sebenarnya, tetapi kebenaran dalam
sebuah struktur kemungkinan yang formal, dan esensi struktur kemungkinan yang formal tidak
dikerutkan oleh fakta-fakta (sebagai contohnya, keumuman dari dunia sebenarnya).

7. Esensi Logis dari Semantic Aliran Tarski

Pertanyaan ketiga muncul dalam paper ini yaitu: apakah semantic model Tarski secara khusus
didesain untuk mengakomodasi keperluan-keperluan logika, atau dapatkah hal yang sama
digunakan untuk menjeaskan aspek lainnya dalam hubungan antara bahasa dan dunia? Jawaban
panjangnya untuk pertanyaan ini adalah diluar cakupan paper ini, tetapi saya bisa menentukan 2
cara dimana semantic aliran Tarski logis: (a) pemilihannya untuk istilah tentu, (b) metodenya
yang merepresentasikan objek dan masalah-masalah. Poin pertama seharusnya jelas untuk
sekarang ini: Semantic model Tarski, bahkan definisi umum tarski pada kebenaran (Tarski
1933), dilarang untuk bahasa-bahasa yang istilah tetaapnya sudah logis, dan definisi berulang
dari ..kebenaran melalui refleksi kemampuan dalam fakta ini. Definisi ini menggunakan fungsi
tentu yang menghubungkan pada istilah logis dalam bahasa, dan fungsi ini beralih pada fitur
formal objek dalam domainnya.
Poin kedua tentang cara objek dan affair direpresentasikan dalam semantic aliran Tarski,
contohnya, dengan konsep modelnya. Secara garis besar, kita dapat menjelaskan poin ini sebagai
berikut: sebagai sebuah semantic logis, semantic model Tarski menarik dalam hal fitur objek dan
affairnya yang berkontribusi pada konsekuensi logis dan hanya itu saja. Itu yang bisa dikatakan,
semantic aliran Tarski dfokus dengan fitur formal pada objek dan affair dan tidak ada yang lain.
Model Tarski tidak mempedulikan keberagaman objek dan sifat-sifat tidak formal yang banyak
yang dimiliki. Semua objek, fisik dan mental, abstrak dan nyata, mikroskopis dan makroskopis,
fiksi dan riil, direpresentasikan sebagai anggota dari sebuah kesatuan yang teoritis, “seluruh
bidang” dalam sebuah model, contohnya, satu set atau kumpulan. Semua sifat-sifat perbedaan
objekdirepresentasikan sebagai kumpulan-kumpulan kelipatan n dari anggota-anggota
keseluruhan. Tidak ada yang mungkin baik mati atau hidup, tetapi dalam model Tarski,
mungkin. Semantic aliran Tarski menghormati hubungan antara “tepat ada 2 hal yaitu X” dan
“tepat ada 3 hal yaitu X” karena hubungan ini formal, tetapi hal itu tidak menghormati hubungan
antara “X mati” dan “X hidup” karena hubungan ini tidak formal. Secara sama, semantic model
Tarski mengurangi banyak cara dalam objek yang memiliki sifat-sifat dan berdiri tegak dalam
hubungan sebuah hubungan formal tunggal, sebagai keanggotaan, walaupun faktanya sebuah
objek memiliki sebuah sifat moral (seperti menjadi berbudi luhur) atau sebuah sifat kebiasaan
yang proporsional (seperti berharap menjadi presiden) dalam cara yang berbeda dari yang hal
tersebut miliki sebuah sifat fisik (seperti menduduki wilayah sementara xyzw). Tetapi semantic
aliran Tarski tidak senag dalam perbedaan ini. Kumpulan keanggotaan cukup untuk kepemilikan
dari sifat-sifat formal, dan untuk tujuan-tujuan dari semantic aliran Tarski, hanya luarnya saja
yang forma yang “objek x memiliki sifat-sifat P” sangat relevan.
Dengan diskusi saya ini tentang semantics dan logika telah mengerucut pada bagian
akhirnya. Saya telah bertanya 3 pertanyaan dalam paper ini: (A) apaka ada dasar filosofis untuk
perbedaan antara istilah-istilah logis dan tidak logis? (B) dapatkah kita mengembangkan sebuah
definisi pembangun pada istilah-istilah logis pada (A)? (C) sampai mana semaantik modern
berkaitan dengan logika? Saya memberikan sebuah kerangka untuk jawaban positif pada (A) dan
(B) dan beberapa perpertimbangan yang menyinggung pada (C). Semantik modern bersumber
pada sebuah konsep logika yang berbeda dalam semantic. Konsep ini berasal dari teori Tarski
tentang kebenaran dan konsekuensi logis pada era 1930an dan baru-baru ini diperjelas mengikuti
istilah-istilah logis yang umum oleh Mostowski dan lainnya. Saya telah memperlihatkan bahwa
garis yang digambarkan oleh Lindstrom antara istilah logis dan tidak logis secara filosofis sama,
dan saya telah memberikan sebuah kerangka dari sebuah definisi pembangun istilah logis yang
dimodelkan setelah definisi Boolean dari kebetulan logis. Sebagai untuk banyak cabang dan
pengembangan pada semantic modern, sampai pada penjelasan bahwa ..ini menjadi lebih besar
dari semantic aliran Tarski, dimana mereka didasarkan pada sebuah teori logis dari hubungan
antara bahasa dan dunia. Seberapa jauh semantics dapat dan harus keluar dari akar logikanya
adalah pertnyaan yang harus dijawab.

CATATAN

1. Lihat Tarski (1993) dan (1936a). Definisi induktif dari syntax yang tidak original dengan
Tarski (catatan Hilbert dan Ackermann 1928), tetapi letak pusatnya di semantic adalah Tarski.
2. Sere, dibanding yang lain, Barwise dan feferman (1985), Hughes dan Cresswell (1968),
Hintikka (1969), Davidson (1984), Montague (1974), May (1985) dan banyak referensi
lainnya.
3. Lihat Enderton (1972), bagian 1.2.
4. Untuk contoh, lihat Keisher (1970).
5. Kriteria Lindstrom sedikit berbeda dari (L); (i) hal itu mencakup penguhungan, (ii) hal itu
tidak diaplikasikan ke semua predikat dalam urutan 1-2. Lebih spesifik lagi, hal itu tidak
teraplikasikan pada hubungan individuals (seperti hubungan R pada tipe (2,0), dimana (R,a) E
R jika R adlaah hubungan dengan sebuah elemen yang paling kecil dan a adalah elemen
paling kecil tersebut). Kriteria Tarski tidak diaplikasikan pada semua predikat, tetapi dia
menggunakan sebuah skema konseptual yang cukup berbeda.
6. Pemberian symbol dalam Lindstrom cukup membingungkan. Dia akan menulis “Qxy (ox,
Yy)” dimana saya menulis “Qx(ox,Yx)”.
7. Saya menggunakan “Q1-1 B’s adalah C’c” untuk merepresentasikan kasus umum dari sebuah
predikat tipe 1-1 walaupun beberapa predikat tipe ini akan direpresentasikan lebih natural oleh
cara berkata yang ber’beda.
8. Tidak seperti Q1-1a, Q1-1 adalah fungsi “kelas” dari pada sebuah “kumpulan” fungsi, seperti
sebuah kelas, dari pada sekumpulan pasangan. Jadi saya menggunakan istilah “fungsi” untuk
keduanya. Itu harusnya sudah jelad dari maksud konteks “kumpulan” atau “kelas” .
9. Disini saya memperlakukan keutamaan sebagai kumpulan-kumpulan, tetapi yang utama harus
diperlakukan sebagai element atom: (1) dan (0), sebagai contoh, merepresentasikan
perpanjangan yang berbeda, tentu, perpanjangan dari istilah berbagai macam tipe.
10. Hal tersebut mengikuti dari langkah ini bahwa istilah logis mungkin berarti sesuatu yang
berbeda dalam kesatuan perbedaan pokok. Jadi, sebuah fungsi 3fVt, yang menugaskan semua
kelompok A pengukur 3a, dan pada semua kelompok B pengukur Vb adalah sebuah istilah
logis. Hal ini mungkin terdengar aneh awalnya, tapi kita harus ingat bahwa jika C = D, (A,
(C)) dan (B, (D)) berbeda secara struktur, dan pengukur logis yang bermacam-macam
membedakan antara keduanya. Kenyataannya, banyak pengukur natural yang sensitive pada
ukuran semua hal yang terkait. Jadi, “kebanyakan” menandakan nilai T pada (a,b,c,d) dalam
seluruh bidang dengan 6 individu tapi bukan seluruh bidang dengan 60.000 individu.
Perbandingan pengukuran dapat diterangkan sebagai eksploitasi fakta bahwa pengukur
mungkin bermacam-macam dengan 2 elemen, “tepatnya dua” dalam seluruh bidang dengan 4
elemen, dst. Dalam menyusun pertimbangan yang beraneka macam diluar logika diambil
melalui akun: kita mungkin berharap untuk membatasi diri kita pada istilah-istilah “natural”,
istilah logis yang membantu untuk sebuah tujuan tertentu, dst. Jelasnya, banyak factor yang
mengkombinasi untuk menentukan peralatan logis dalam bahasa yang alami.

11. devisi ini adalah analitikal dan bersejarah, walaupun secara sejarah, ada sebuah pengecualian
(seperti Higginbotham dan May, 1981)
12. hal tersebut seharusnya ditekankan bahwa saya mengacu pada pedapat Barwise dan Cooper’s
, penentu ini tidak logis dalam esensi bahwa mereka tidak menunjukkan pengukuran dalam
urutan logika pertama. Van Bethem (1986) dan (1989), Westerst (1989), Keenan
mengkarakterisasikan bahwa permutasi yang monoton untuk struktur isomorpik pada seluruh
bidang yang diberikan. Dalam pandangan lain sebuah logika, “kebanyakan” dapat diambil untuk
menunjukkan hubungan penentu logis. Lihat Lappin (1995b) untuk sebuah diskusi pengukur
yang umum dan logis.
13. Boolos mengidentifikasi kalimat ini sebagai “non-firstorderizable”. Untuk sebuah analisis
dari kalimat tertentu, lihat Sh (1991:103)
14. Yang digaris bawahi pertama adaah milik saya.
15. Lihat Sher (forthcoming).
16. Dibandingkan dengan analisis dari Quine tentang kuantifikasi pengganti. Dalam kuantifikasi
pengganti, berdasarkan Quine, pilihan kelas pengganti berubah dari “kuantifikasi pengganti
membuat makna baik, dapat diterangkan dalam istilah kebenaran dan pengganti, tidak peduli apa
kelas pengganti yang kita ambil – bahkan yang memiliki keanggotaan dalam tanda kurung
tangan kiri.” (1969:106)
17. Esensi dunia nyata itu ambigu, tetapi banyak yang kita perlukan yaitu fakta bahwa konsep
penyerdehana kebenaran mencakup sebuah esensi dari “dunia” dari pada konsep kebenaran
formal dan penting.
18. Saya sekarang bekerja pada paper dalam teori Tarski tentang kebenaran. Akun saya adalah
penggubah dalam makna bahwa hal tersebut focus dengan apa yang teori Tarski benar-benar
lakukan, tidak dengan apa “sejarah Tarski yang katakan.
19. Hubungan antara Etchemendy dan Wittgenstein ditunjukkan oleh Garcia-Carpintero (1993).
20. Alasan saya berdasarkan istilah formal sebagai filosofi logis. Pertanyaan tentang apakah
istilah formal secara linguistic seharusnya didasarkan sebagai syarat logis sebuah investigasi
terpisah. May (1991:353) memberikan sebuah jawaban awal yang positif berdasarkan perbedaan
antara cara anak mengakui isitilah formal dan cara dia mengakui istilah tidak formal. Kerja pada
pengukur bahasa yang formal juga mendukung pada pandangan formal dari istilah logis.
Perbedaan anatara konsep filosofis dan linguistic dari logika didiskusikan dalam Lappin (1991).

Anda mungkin juga menyukai