Anda di halaman 1dari 204

Laporan Praktik Kerja Industri

Proyek Pembangunan Gedung Pujasera UM/UM MART


Universitas Negeri Malang

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Saat ini bidang konstruksi telah mengalami kemajuan yang sangat pesat,
gedung–gedung dan bangunan dengan tingkat kerumitan tinggi telah banyak
berdiri. Hal ini tidak terlepas dari peran para insinyur dengan inovasi-inovasi
terbaru dalam dunia konstruksi. Inovasi-inovasi tersebut tidak hanya lahir dari
mempelajari teori-teori tentang ilmu konstruksi di bangku perkuliahan, namun
harus diimbangi dengan pengalaman pembelajaran di lapangan. Pembelajaran di
lapangan ini penting untuk menambah wawasan karena terdapat perbedaan antara
ilmu yang diperoleh di dunia perkuliahan dengan realita di dunia kerja.
Oleh karena itu, mahasiswa program studi S1 Pendidikan Teknik
Bangunan Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Negeri Malang
diwajibkan untuk menempuh mata kuliah Praktik Industri (PI). Mata kuliah
tersebut diharapkan mampu menjembatani kesenjangan antara dunia perkuliahan
dengan dunia kerja. Sehingga pengalaman yang diperoleh di lapangan dapat
menjadi bekal ketika mahasiswa telah memasuki dunia pekerjaan.
Kegiatan Praktik Industri (PI) ini dilaksanakan pada proyek konstruksi
bangunan gedung, dengan maksud mahasiswa dapat mengenal metode
pelaksanaan konstruksi dan sistem manajemen proyek di lapangan. Proyek
Pembangunan Gedung Pujasera UM/UM MART menjadi pilihan untuk
memenuhi mata kuliah ini. Proyek pembangunan ini juga merupakan salah satu
proyek yang dilaksanakan oleh perusahaan PT. Adhitama Global Mandiri sebagai
kontraktor dan perusahaan PT. Elcentro Engineering Consultant sebagai konsultan
pengawas. Konstruksi bangunan ini terdiri dari tiga lantai dengan dua lantai
berfungsi untuk pengunjung dan lantai satu untuk basement. Gedung Pujasera
UM/UM MART ini memiliki nilai kontrak sebesar Rp.7.074.357.000,00 dengan
waktu pelaksanaan mulai tanggal 5 Oktober 2020 sampai 28 November 2020.
Pemilihan Proyek Pembangunan Gedung Pujasera UM/UM MART
sebagai tempat dilaksanakannya Praktik Industri di dasarkan terhadap jumlah
lantai bangunan sebanyak 3 lantai yang sesuai dengan ketetapan yang telah di

1
Laporan Praktik Kerja Industri
Proyek Pembangunan Gedung Pujasera UM/UM MART
Universitas Negeri Malang

berikan dari Jurusan Teknik Sipil, Universitas Negeri Malang dan proses
pembangunan proyek yang masih berada di tahap awal pengerjaan. Sehingga
pelaku Praktik Industri dapat mengamati pelaksanaan pekerjaan proyek secara
rinci mulai dari tahap pekerjaan struktur bawah (sub structure), yang meliputi
pekerjaan pondasi strauss, sloof, pile cap dan pekerjaan struktur atas (upper
structure) yang meliputi kolom, balok dan plat lantai. Keenam elemen
pembangunan tersebut menggunakana beton bertulang sebagai material utamanya
dengan dimensi dan pembesian sesuai dengan data perencanaan yang telah ada.
Adapun yang akan di analisa dalam laporan Praktik Industri ini terfokus terhadap
proses dan metode pelaksaan pekerjaan Proyek Pembangunan Gedung Pujasera
UM/UM MART.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah yang dapat
diambil adalah:
1. Bagaimana manajemen pelaksanaan pekerjaan Proyek Pembangunan
Gedung Pujasera UM/UM MART Universitas Negeri Malang?
2. Bagaimana metode pelaksanaan pekerjaan area khusus AS C-D-E 1-
5 pada pembangunan Gedung Pujasera UM/UM MART Universitas
Negeri Malang?
1.3 Tujuan dan Manfaat
1.3.1 Tujuan
Tujuan dari pelaksanaan praktik industri pada pembangunan Gedung
Pujasera UM atau UM Mart adalah:
1. Mahasiswa dapat mengetahui manajemen pelaksanaan pekerjaan
Proyek Pembangunan Gedung Pujasera UM/UM MART Universitas
Negeri Malang.
2. Mahasiswa dapat mengetahui metode pelaksanaan pekerjaan area AS
C-D-E 1 sampai dengan 5 pada Proyek Pembangunan Gedung
Pujasera UM/UM MART Universitas Negeri Malang.

2
Laporan Praktik Kerja Industri
Proyek Pembangunan Gedung Pujasera UM/UM MART
Universitas Negeri Malang

1.3.2 Manfaat
Manfaat praktik industri ini adalah:
1. Mahasiswa dapat menerapkan dan menambah ilmu yang telah
diterapkan selama kegiatan perkuliahan berlangsung.
2. Mahasiswa dapat menambah wawasan di dunia kerja khususnya
proyek konstruksi.
3. Mahasiswa dapat mempersiapkan mental dalam dunia kerja.
4. Adanya kejasama antar mahasiswa, perguruan tinggi dan dunia
industri.
5. Terbantunya dunia industri oleh mahasiswa dalam pelaksanaan
pekerjaan Proyek Pembangunan Gedung Pujasera UM/UM MART
Universitas Negeri Malang.
6. Mewujudkan kepedulian perusahaan terhadap masa depan generasi
muda serta menunjukkan keterbukaan perusahaan yang pada akhirnya
dapat meningkatkan nilai di mata masyarakat.

1.4 Metode dan Teknik Pengumpulan Data


Metode dan teknik pengumpulan data yang digunakan adalah sebagai
berikut:
1. Pengamatan Lapangan
Pengamatan lapangan dilakukan secara langsung di proyek ketika
pekerjaan sedang dilaksanakan.
2. Dokumentasi
Dokumentasi dilakukan dengan mengambil data-data di lapangan
berupa rencana kerja dan syarat-syarat (RKS), gambar kerja atau
detail engineering design (DED), time schedule, rencana anggaran
biaya (RAB), dan lain-lain sehingga data yang diperoleh lebih valid.
3. Wawancara
Wawancara dilakukan dengan bertanya langsung dengan pekerja
maupun pelaksana lapangan tentang hal-hal di lapangan yang kurang
dipahami.

3
Laporan Praktik Kerja Industri
Proyek Pembangunan Gedung Pujasera UM/UM MART
Universitas Negeri Malang

4. Observasi Detail Konstruksi


Observasi dilakukan dengan cara melihat, mencatat dan mengambil
gambar selama proses pekerjaan konstruksi berlangsung.

4
Laporan Praktik Kerja Industri
Proyek Pembangunan Gedung Pujasera UM/UM MART
Universitas Negeri Malang

BAB II
ASPEK MANAJEMEN PROYEK

2.1 Struktur Organisasi Proyek


Unsur-unsur pengelola proyek merupakan orang atau badan yang
melaksanakan dan mengelola jalannya suatu proyek. Unsur-unsur pengelola
proyek ini saling berkaitan satu sama lain dan berhubungan mengikuti pola
hubungan kerja yang telah ditetapkan. Gambar 2.1.1 berikut merupakan pola
hubungan antar unsur-unsur pengelola proyek pada proyek pembangunan Gedung
.

OWNER
(Pemilik Proyek)

UNIVERSITAS NEGERI MALANG

Konsultan Perencana Konsultan Pengawas

PT. KOSA MATRA PT. ELCENTRO


GRAHA ENGINEERING
CONSULTANT

Kontraktor Utama

PT. ADHITAMA GLOBAL


MANDIRI

Gambar 2.1.1 Bagan Struktur Organisasi Proyek


Sumber : Dokumen Proyek

5
Laporan Praktik Kerja Industri
Proyek Pembangunan Gedung Pujasera UM/UM MART
Universitas Negeri Malang

Hubungan kerja antar unsur organisasi proyek pada bagan di atas adalah
sebagai berikut:
1. Hubungan Pemilik Proyek dengan Konsultan Perencana
Pada proyek pembangunan Gedung Pujasera UM/UM MART,
Universitas Negeri Malang selaku pemilik proyek bekerja sama dengan PT.
Kosa Matra Graha sebagai konsultan perencana dalam proyek ini.
Diantara pihak-pihak tersebut terdapat hubungan kerja berupa kontrak,
dimana konsultan perencana memberikan jasa perencanaan proyek yang
meliputi masalah-masalah teknik maupun administrasi kepada pemilik
proyek, dan sebaliknya pemilik proyek berkewajiban memberikan imbalan
berupa biaya perencanaan kepada konsultan perencana.

2. Hubungan Pemilik Proyek dengan Kontraktor Pelaksana


Pada proyek pembangunan Gedung Pujasera UM/UM MART,
Universitas Negeri Malang selaku pemilik proyek bekerja sama dengan PT.
Adhitama Global Mandiri sebagai kontraktor pelaksana dalam proyek ini.
Kontraktor pelaksana berkewajiban melaksanakan pekerjaan proyek
dengan baik dan memuaskan pemilik proyek pada waktu penyerahan
pekerjaan. Sebaliknya pemilik proyek berkewajiban untuk membayar seluruh
biaya pelaksanaan proyek agar proyek dapat berjalan dengan lancar.

3. Hubungan Pemilik Proyek dengan Konsultan Pengawas


Pada proyek pembangunan Gedung Pujasera UM/UM MART,
Universitas Negeri Malang selaku pemilik proyek bekerja sama dengan PT.
Elcentro Engineering Consultant sebagai konsultan pengawas dalam proyek
ini.
Konsultan pengawas berkewajiban memberikan informasi kepada
pemilik proyek mengenai hasil pelaksanaan pekerjaan proyekk di lapangan,
baik untuk pekerjaan yang telah selesai, sedang berlangsung maupun
pekerjaan yang belum dilaksanakan. Sebaliknya pemilik proyek berkewajiban
memberikan imbalan berupa biasa supervision kepada konsultan pengawas.
Laporan Praktik Kerja Industri
Proyek Pembangunan Gedung Pujasera UM/UM MART
Universitas Negeri Malang

4. Hubungan Konsultan Perencana dengan Kontraktor Pelaksana


Terdapat hubungan koordinasi diantara pihak konsultan perencana dan
kontraktor pelaksana. Konsultan perencana menyampaikan pekerjaan proyek
terlebih dahulu, dan kontraktor pelaksana bertugas untuk melaksanakan
pekerjaan proyek sesuai dengan perencanaan konsultan perencana melalui
komando konsultan perencana.

5. Hubungan Konsultan Perencana dengan Konsultan Pengawas


Terdapat hubungan koordinasi diantara pihak konsultan perencana dan
konsultan pengawas. Dimana konsultan pengawas berhak menilai dan
memutuskan persyaratan perencanaan seperti yang telah ditetapkan konsultan
perencana.

6. Hubungan Kontraktor Pelaksana dengan Konsultan Pengawas


Konsultan pengawas berkewajiban mengawasi pelaksanaan pekerjaan
kontraktor pelaksana agar memenuhi seluruh persyaratan perencanaan. Dalam
hal ini konsultan pengawas mempunyai hak untuk memberikan perintah
kepada kontraktor pelaksana.

Dalam suatu pelaksanaan proyek konstruksi, diharuskan memiliki sebuah


susunan organisasi yang baik dan bersifat loyal mengingat sebuah organisasi
merupakan kumpulan beberapa individu yang saling bekerja sama sesuai dengan
kemampuan dan keahliannya masing-masing untuk mencapai suatu tujuan.
Berikut ini merupakan tugas, wewenang dan tanggungjawab dari masing-masing
komponen struktur organisasi pengelola proyek Pembangunan Gedung Pujasera
UM/UM MART.

7
Laporan Praktik Kerja Industri
Proyek Pembangunan Gedung Pujasera UM/UM MART
Universitas Negeri Malang

2.1.1 Pemilik Proyek (Owner)


Pemilik proyek merupakan pihak yang menginginkan sebuah fasilitas
proyek, serta pihak yang berkewajiban menanggung segala pembiayaan proyek
yang akan didirikan. Pemilik pada proyek Pembangunan Gedung Pujasera
UM/UM MART adalah Universitas Negeri Malang. Tugas dan wewenang pemilik
proyek (owner) adalah sebagai berikut:
a. Menentukan pemilihan kontraktor pelaksana.
b. Mengeluarkan surat perintah kerja (SPK) kepada kontraktor pelaksana.
c. Menandatangani semua surat perintah kerja, surat perjanjian, dan
Ddokumen pembayaran dengan kontraktor pelaksana.
d. Menyetujui atau menolak mengenai perubahan pekerjaan.
e. Membiayai semua pengeluaran untuk keperluan pembangunan proyek
sesuai dengan tender.
f. Menerima hasil pekerjaan dari kontraktor pelaksana sesuai persyaratan
yang disepakati dalam dokumen kontrak.

2.1.2 Konsultan Pengawas


Konsultan pengawas merupakan pihak yang bertugas mengawasi
pelaksanaan pembangunan proyek dari awal hingga akhir pelaksanaan. Konsultan
pengawas pada proyek Pembangunan Gedung Pujasera UM/UM MART adalah
PT. Elcentro Engineering Consultant. Tugas dan wewenang konsultan pengawas
adalah sebagai berikut:
a. Menyetujui rencana kerja kontraktor pelaksana dan shop drawing.
b. Mengadakan pengawasan setiap hari, yang meliputi pengawasan
terhadap kualitas bahan, peralatan, tenaga kerja, termasuk pengawasan
atas pelaksanaan uji coba barang atau peralatan, pelaksanaan dan hasil
pelaksanaan pekerjaan.
c. Melakukan evaluasi atas hasil pengujian atau tes yang dilakukan oleh
pelaksana pekerjaan.
d. Mengkoordinasikan pihak-pihak yang terkait dengan pelaksanaan
pekerjaan.
Laporan Praktik Kerja Industri
Proyek Pembangunan Gedung Pujasera UM/UM MART
Universitas Negeri Malang

e. Berwenang untuk menghentikan sementara pekerjaan pada keadaan


tertentu apabila terdapat penyimpangan-penyimpangan dari peraturan
yang berlaku atau dokumen kontrak.
f. Menyusun dan menyerahkan laporan bulanan dan laporan akhir kepada
pemillik.

2.1.3 Konsultan Perencana


Konsultan perencana merupakan pihak yang dipercaya oleh pemilik
proyek untuk membantu mewujudkan idenya dalam suatu perencanaan arsitek,
struktur, mekanikal, elektrikal dan biaya dalam suatu proyek konstruksi.
Konsultan perencana pada proyek Pembangunan Gedung Pujasera UM/UM
MART adalah PT. Kosa Matra Graha. Tugas dan wewenang konsultan perencana
adalah sebagai berikut:
a. Membuat rancangan dari arsitektur bangunan yang sesuai dengan
kebutuhan owner;
b. Memberikan konsultasi dan pertimbangan kepada owner mengenai
rancangan yang akan dibuat;
c. Membuat rancangan gambar sedetail mungkin demi kelancaran proyek
d. Memberikan konsultasi kepada konsultan arsitektur saat peencanaan
mengenai kekuatan kontruksi yang akan diterapkan;
e. Membuat revisi atas perencanaan sebelumnya jika ada yang tidak sesuai
dengan kondisi lapangan;
f. Memberikan saran dan pertimbangan kepada pemberi tugas maupun
pelaksana proyek tentang pelaksanaan pekerjaan.

2.1.4 Kontraktor Pelaksana


Kontraktor pelaksana merupakan pihak yang melaksanakan proyek sesuai
tugas yang diberikan pemilik proyek. Kontraktor pelaksana pada proyek
Pembangunan Gedung Pujasera UM/UM MART adalah dengan PT. Adhitama

9
Laporan Praktik Kerja Industri
Proyek Pembangunan Gedung Pujasera UM/UM MART
Universitas Negeri Malang

Global Mandiri. Tugas dan wewenang kontraktor pelaksana adalah sebagai


berikut:
a. Melaksanakan pekerjaan sesuai dengan kontrak.
b. Membuat metode pelaksanaan pekerjaan.
c. Menyiapkan bahan-bahan, tenaga kerja, peralatan serta segala sesuatu
yang digunakan untu menunjang kelancaran pelaksanaan pekerjaan.
d. Berkewajiban untuk melaksanakan perbaikan dan perubahan gambar
pelaksanaan, seperti yang telah diinstruksikan owner.

2.2 Organisasi Pelaksana Proyek


Struktur organisasi merupakan suatu kerangka yang menunjukkan
seluruh kegiatan-kegiatan untuk pencapaian tujuan organisasi. Organisasi proyek
di sini dapat diartikan sebagai suatu kumpulan beberapa individu yang saling
bekerja sama sesuai dengan fungsi dan tanggungjawabnya. Dalam pelaksanaan
sebuah proyek konstruksi diperlukan pengorganisasian diantara pihak yang
terlibat dalam suatu proyek agar terdapat pembagian tugas yang jelas, sehingga
pelaksanaan proyek dapat berjalan dengan baik. Selain itu, organisasi proyek
dibentuk dengan tujuan apabila muncul suatu masalah dalam proyek, dapat
diselesaikan secara bersama. Struktur organisasi konsultan dari proyek
pembangunan Gedung Pujasera UM/UM MART ditunjukkan pada Gambar 2.2.1.
Laporan Praktik Kerja Industri
Proyek Pembangunan Gedung Pujasera UM/UM MART
Universitas Negeri Malang

STRUKTUR ORGANISASI
PENGAWASAN PEMBANGUNAN

Gambar 2.2.1 Bagan Struktur Organisasi Konsultan Pengawas PT. Elcentro Engineering Consultant
Sumber: Dokumen Proyek

5
Laporan Praktik Kerja Industri
Proyek Pembangunan Gedung Pujasera UM/UM MART
Universitas Negeri Malang

STRUKTUR ORGANISASI PENGAWAS PEMBANGUNAN GEDUNG


PUJASERA UM / UM MART DI LAPANGAN

Gambar 2.2.1 Bagan Struktur Organisasi Konsultan Pengawas PT. Elcentro Engineering
Consultant di Lapangan
Sumber: Dokumen Proyek
Laporan Praktik Kerja Industri
Proyek Pembangunan Gedung Pujasera UM/UM MART
Universitas Negeri Malang

2.2.1 Team Leader


Team Leader Ahli Teknik Arsitektur merupakan seorang Sarjana Teknik
Arsitektur yang memiliki pengalaman minimal 5-7 tahun dibidang pekerjaan jasa
perencanaan dan pengawasan sejenis, saat ini seorang ahliarsitektur harus
mempunyai Sertifikat Keahlian (SKA). Adapun fungsi, tugas dan tanggung jawab
Team Leader Ahli Teknik Arsitektur adalah sebagai berikut:
1) Bertanggung jawab untuk keseluruhan pekerjaan, , hubungan dengan
pemberi tugas (klien), pengaturan jadual dan berwenang
mengkoordinasikan komunikasi dengan pihak-pihak lain yang terkait,
serta melaporkan kemajuan pekerjaan yang dilaksanakan.
2) Bertanggungjawab atas pengendalian organisasi tim, proses pelaksanaan
serta memimpin acara pembahasan substansi teknis maupun semua
laporan pekerjaan.
3) Memimpin tenaga ahli lain dalam melaksanakan pekerjaan.
4) Bertanggung jawab dalam hubungan kontraktual dengan pemberi
pekerjaan baik secara lisan maupun tertulis.
5) Bertanggung jawab terhadap proses dan hasil keluaran pekerjaan
konsultansi.
6) Memberi pengarahan, pengelolaan dan pengendalian kegiatan
pengawasan secara keseluruhan.
7) Menghadiri rapat koordinasi dan rapat-rapat lainnya dengan unsur
kegiatan.
8) Membuat jadwal dan rencana kerja secara teratur dan berkesinambungan
terhadap seluruh pekerjaan.
9) Melaksanakan rapat koordinasi/monitoring terhadap pekerjaan dan
membuat risalah rapat.
2.2.2 Supervisor
Secara umum, tugas-tugas supervisor dalam konstruksi akan
berhubungan dengan dua hal, yaitu menangani tugas dari draft yang diberikan

7
Laporan Praktik Kerja Industri
Proyek Pembangunan Gedung Pujasera UM/UM MART
Universitas Negeri Malang

menajer atau atasannya dan mengelola bawahannya agar tetap menjadi tim yang
kompak dan utuh demi kelancaran pekerjaan proyek. Secara khusus, berikut
adalah tanggung jawab dari supervisor:
1) Memahami desain konstruksi dan teknisnya.
2) Menyusun kembali metode pelaksanaan konstruksi yang sesuai dengan
kondisi lapangan bersama dengan engineering konstruksi.
3) Memimpin pelaksanaan tugas lapangan yang harus sesuai dengan biaya,
mutu serta waktu pengerjaaan sesuai dengan desain kerja.
4) Membuat program kerja, bisa mingguan agar bisa mengarahkan
pekerjaan staff di bawahnya setiap harinya.
5) Sesuai dengan kondisi dan progress di lapangan, supervisor harus
mengadakan evaluasi dan pembuatan laporan kepada atasannya.
6) Memberikan arahan akan tugas dari semua tim serta dalam penggunaan
alat dan semua fasilitas dalam proyek konstruksi.

2.3 Sistem Kerja dan Mekanisme Ketenagakerjaan


2.3.1 Pola Rekrutmen Tenaga Kerja
Dalam suatu pelaksanaan proyek, peran tenaga kerja sangat menentukan
kelancaran dan kualitas dari pelaksanaan proyek tersebut, maka proses dalam
perekrutan tenaga kerja harus diperhatikan dengan teliti.
Pola perekrutan tenaga kerja pada proyek Pembangunan Gedung
Pujasera UM/UM MART adalah dengan perekrutan oleh mandor yang telah
ditunjuk. Tenaga kerja seperti tukang batu, tukang kayu dan tukang besi
merupakan tenaga kerja yang berasal dari kelompok-kelompok yang dikepalai
oleh seorang mandor.
2.3.2 Jam Kerja
Jam kerja pada proyek Pembangunan Gedung Pujasera UM/UM MART
dilaksanakan pada pukul 08.00 WIB sampai dengan 16.00 WIB (8 jam/hari)
belum terhitung jam lembur.
Laporan Praktik Kerja Industri
Proyek Pembangunan Gedung Pujasera UM/UM MART
Universitas Negeri Malang

2.4 Sistem Pengendalian Proyek


Sistem pengendalian proyek sangatlah penting karena hal ini
berpengaruh terhadap efektifitas pekerjaan pembangunan. Sistem pengendalian
proyek meliputi pengendalian bahan, tenaga kerja dan peralatan. Secara garis
besar pengendalian proyek di lapangan mengacu pada sasaran yang telah
ditentukan, yaitu dengan batasan penjadwalan, anggaran dan mutu.

Gambar 2.2.2 Skema Perencanaan dan Pengendalian Proyek

2.4.1 Pengendalian Mutu


Pengendalian mutu dalam suatu proyek konstruksi diperlukan untuk
mengendalikan jalannya proyek agar mendapatkan mutu yang sesuai dengan
syarat yang telah ditentukan. Indikator pengendali mutu yang harus dikuasai
oleh pengawas meliputi:
 Rencana Kerja dan Syarat-Syarat (RKS)
 Metode pelaksanaan
 Gambar kerja
 Hasil tes bahan dari laboratorium

9
Laporan Praktik Kerja Industri
Proyek Pembangunan Gedung Pujasera UM/UM MART
Universitas Negeri Malang

 Peraturan pemerintah terkait dunia konstruksi

2.4.2 Pengendalian Waktu


Pengendalian waktu dalam suatu proyek konstruksi diperlukan untuk
mengendalikan jalannya proyek agar berjalan sesuai dengan waktu yang telah
ditetapkan. Faktor yang perlu diperhatikan dalam pengendalian waktu dalam
proyek adalah waktu (time schedule), kegiatan, sarana, biaya, dan manajemen
proyek.
2.4.3 Pengendalian Biaya
Suatu proyek konstruksi dapat dikatakan berhasil apabila mampu
memenuhi tujuan suatu proyek yaitu apabila proyek dapat terselesaikan tepat
waktu, sesuai dengan biaya yang direncanakan, dan kualitas yang
disyaratkan. Pengendalian biaya proyek merupakan suatu hal yang harus
selalu dipantau melalui pencatatan keluar masuk barang dan material,
ketersediaan peralatan yang merupakan inventaris perusahaan, serta harga
susut barang dari setiap peralatan.

2.5 Administrasi Proyek


Administrasi proyek adalah suatu sistem instruksi laporan evaluasi
koreksi secara terus menerus dari suatu proyek dan juga merupakan media
kontrol pekerjaan selama proses pelaksanaan berlangsung yang berhubungan
dengan masalah pelaksanaan pekerjaan termasuk surat, menyurat, kontrak
dan segala perubahannya akan ditangani oleh bagian kontrak.
Laporan Praktik Kerja Industri
Proyek Pembangunan Gedung Pujasera UM/UM MART
Universitas Negeri Malang

Gambar 2.2.3 Alur Pelaksanaan Kontrak Proyek

Proses administrasi proyek dimulai setelah salah satu penyedia jasa


(kontraktor) dinyatakan sebagai pemenang dilanjutkan dengan
penandatanganan kontrak dan penerbitan Surat Perintah Kerja (SPMK) oleh
pemberi jasa (Owner).

2.5.1 Laporan Bulanan


Laporan bulanan yang dibuat oleh site manager dimaksudkan agar
penggunaan dana dan prestasi kerja selama satu bulan dapat dikontrol oleh
pemilik proyek (owner) sesuai dengan kesepakatan yang telah disepakati dalam
tender proyek. kemajuan proyek selama satu bulan juga dapat diketahui dengan
adanya laporan bulanan. Laporan bulanan ini merupakan akumulasi dari laporan
mingguan yang telah dilengkapi dengan dokumentasi foto sebagai tolak ukur
realisasi kemajuan pelaksanaan proyek dan evaluasi kemajuan proyek terhadap
rencana awal. Aspek yang biasanya terdapat pada laporan bulanan adalah sebagai
berikut:
a. Data umum proyek
b. Master schedule
c. Monthly progress report
d. Permasalahan yang terjadi beserta penyelesaiannya
e. Foto dokumentasi kemajuan proyek

11
Laporan Praktik Kerja Industri
Proyek Pembangunan Gedung Pujasera UM/UM MART
Universitas Negeri Malang

2.5.2 Laporan Mingguan


Laporan mingguan ini dibuat berdasarkan laporan harian yang telah
dibuat sebelumnya. Laporan mingguan berisi tentang uraian pekerjaan hari-
hari sebelumya serta kemajuan pekerjaan yang telah dilaksanakan selama satu
minggu. Laporan mingguan ini dibuat oleh site manager. Seperti halnya
laporan bulanan, pembuatan laporan mingguan juga dimaksudkan untuk
mengetahui keadaan proyek, hanaya saja dalam laporan mingguan ini
mencakup waktu setiap minggu dan permasalahannya yang lebih kompleks.
Prosentase kemajuan dan keterlambatan proyek juga dapat diketahui melalui
laporan mingguan ini dengan cara membandingkan dengan Kurva S. Berikut
adalah gambaran yang biasanya terdapat dalam laporan mingguan:
a. Kemajuan pelaksanaan pekerjaan sampai dengan minggu yang berlalu,
jenis peralatan beserta jumlahnya, jumlah tenaga kerja, dan material yang
digunakan berserta volumenya.
b. Besar biaya proyek yang sudah dikeluarkan selama satu minggu dan
perencanaan biaya yang akan dikeluarkan pada minggu berikutnya.
c. Jumlah pemakaian dan pemasukan bahan.
d. Catatan permasalahan yang ada selama satu minggu pelaksanaan.
e. Hambatan-hambatan yang timbul mengenai tenaga kerja, bahan dan
peralatan serta cara mengatasinya.
f. Catatan mengenai ada tidaknya pekerjaan tambah dan pekerjaan kurang
dalam pelaksanaan selama satu minggu.
Laporan Praktik Kerja Industri
Proyek Pembangunan Gedung Pujasera UM/UM MART
Universitas Negeri Malang

UNIVERSITAS NEGERI MALANG

LAPORAN MINGGUAN : M - 3
PERIODE : 24 September - 30 September 2020

PENGAWASAN PEKERJAAN PEMBANGUNAN


UM MART / PUJASERA UNIVERSITAS NEGERI MALANG
TAHUN ANGGARAN 2020

13
Laporan Praktik Kerja Industri
Proyek Pembangunan Gedung Pujasera UM/UM MART
Universitas Negeri Malang

LAPORAN PENGAWASAN PEKERJAAN PEMBANGUNAN


UM MART/PUJASERA UNIVERSITAS NEGERI MALANG
PERIODE 24 September - 30 September 2020

Berikut adalah paket pekerjaan pada minggu ke - 3 : 24 September - 30 September 2020, meliputi
» Data Umum Proyek
● No. Kontrak : 10.9.9/UN32.16.2/RT/2020
● Tanggal Kontrak : 10 September 2020
● No. SPMK : 10.9.10/UN32.16.2/RT/2020
● Tanggal SPMK : 10 September 2020
● Nilai Proyek : Rp 7.074.357.326,42 (Setelah PPN)
● Jangka Proyek : 105 Hari Kalender

● Instansi Pemberi Tugas : Univesitas Negeri Malang


● Konsultan Perencana : PT. Kosa Mata Graha
● Konsultan Pengawas : PT. Elcentro Engineering Consultant
● Kontraktor : PT. Adhitama Global Mandiri

» Laporan Progress Pekerjaan Periode Minggu - 3


● Rencana Pekerjaan : %
● Realisasi Pekerjaan : %
● Deviasi : %
● Sisa Pekerjaan : %
● Waktu Terpakai : hari
● Sisa Waktu : hari

Demikian secara umum Laporan Pengawasan Pekerjaan Pembangunan UM MART/Pujasera


Universitas Negeri Malang pada Minggu ke-3 yang dapat kami sampaikan.
Laporan Praktik Kerja Industri
Proyek Pembangunan Gedung Pujasera UM/UM MART
Universitas Negeri Malang

No. Dok : 03/LM/UNM/III/2020


Tanggal : 30 September 2020
Minggu ke : 3 (ketiga))
LAPORAN MINGGU 3 Periode
Dari Tanggal : 24 September 2020
S/D Tanggal : 30 September 2020

Instansi : UNIVERSITAS NEGERI MALANG


Nomor Kontrak : 10.9.9/UN32.16.2/RT/2020
Nomor SPMK : 10.9.10/UN32.16.2/RT/2020
Nilai Kontrak : Rp 7.074.357.326,42 (Setelah PPN)
Kontraktor : PT. ADHITAMA GLOBAL MANDIRI
Konsultan Perencana : PT. Kosa Mata Graha
Konsultan Pengawas : PT. Elcentro Engineering Consultant
Jangka Waktu Pelaksanaan : 105 hari Kalender

No POKOK PEMBAHASAN URAIAN PENYELESAIAN/SARAN/INST KETERANGAN


A Laporan Pengawasan
1. Jangka Waktu Pelaksanaan 1. Jangka waktu pelaksanaan :
2. Waktu yang telah digunakan :
Sisa Waktu :
2. Prestasi Pekerjaan

Selisih Progress fisik terhadap progress rencana


Progres fisik s/d minggu ini %
Menurut time shcedule %
Lebih cepat/lambat % Lebih lambat
Sisa Pekerjaan %
3. PERALATAN 4. MATERIAL

5. MUTU BAHAN

NO NAMA/JENIS BAHAN MEREK YANG DIAJUKAN MEREK DALAM RKS TANGGAL PENGAJUAN KETERANGAN

15
Laporan Praktik Kerja Industri
Proyek Pembangunan Gedung Pujasera UM/UM MART
Universitas Negeri Malang

6. CUACA
M-3
KAMIS JUMAT SABTU MINGGU SENIN SELASA RABU
NO JAM KETERANGAN
17/09/2020 18/09/2020 19/09/2020 20/09/2020 21/09/2020 22/09/2020 23/09/2020
1 08.00 - 10.00
2 10.00 - 12.00
3 12.00 - 14.00
4 14.00 - 16.00

NO NAMA ALAT JUMLAH SAT NO NAMA MATERIAL JUMLAH SAT

5 bh

10 bh

15 unit

1 unit
Laporan Praktik Kerja Industri
Proyek Pembangunan Gedung Pujasera UM/UM MART
Universitas Negeri Malang

5 16.00 - 22.00
Keterangan : H = Hujan , C = Cerah , M = Mendung

7. TENAGA KERJA
M-3
KAMIS JUMAT SABTU MINGGU SENIN SELASA RABU
NO TENAGA KERJA KETERANGAN
17/09/2020 18/09/2020 19/09/2020 20/09/2020 21/09/2020 22/09/2020 23/09/2020
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
Jumlah per hari
Rata-rata perhari menggunakan tenaga sebanyak = Orang

8. PEKERJAAN YANG DILAKSANAKAN MINGGU-3

STATUS
NO NAMA PEKERJAAN VOL. MINGGU INI VOL. S/D MINGGU INI VOL. RENCANA
PROSES SELESAI
Volume Satuan Volume Satuan Volume Satuan
A PEKERJAAN PENDAHULUAN
1 Pengukuran dan Pemasangan Bouplank
2 Pembersihan Lokasi (Selama Pelaksanaan)
3 Bongkar kolom WF, balok WF dan plat baja
4 Bongkar batu kali
5 Bongkar paving

B PEKERJAAN STRUKTUR LANTAI 1


I PEKERJAAN TANAH
1 Cut & fill
2 Galian Tanah pondasi plat
3 Galian Tanah Sloof
4 Galian batu kali penahan tanah
5 Urugan Tanah Kembali
6 Urugan pasir bawah pondasi t = 5 cm
7 Urugan pasir bawah tie beam t = 5 cm
8 Urugan Pasir bawah pondasi batu kali, t = 5 cm
9 Bor Strauss Ø 40 cm (alat bor dan mobilisasi)

II PEKERJAAN PONDASI
1 Lantai kerja pondasi poer plat t = 5 cm
2 Beton pondasi Straus Ø 40 cm - 6,00 m
3 Test PDA (Pile Driving Analysis)
4 Test PIT (Pile Integration Test)
5 Pondasi plat P1
6 Pondasi plat P2
7 Pondasi plat FP1
8 Pondasi plat FP2
9 Pondasi plat FP3
10 Pondasi plat FP1 (utk pondasi penahan tanah)
11 Plengsengan batu kali

17
Laporan Praktik Kerja Industri
Proyek Pembangunan Gedung Pujasera UM/UM MART
Universitas Negeri Malang

III PEKERJAAN BETON


1 Soof S1 30/50 cm
2 Soof S2 30/30 cm
3 Soof S3 40/30 cm (dipasang bagian atas batu kali)
4 Kolom K1 40/40 cm
5 Kolom Kp 15/15 cm
6 Kolom K2 30/30 cm Kolom pedestal
Laporan Praktik Kerja Industri
Proyek Pembangunan Gedung Pujasera UM/UM MART
Universitas Negeri Malang

7 Kolom K1 40/40 cm (kolom dinding penahan tanah)

C PEKERJAAN STRUKTUR LANTAI 2


I PEKERJAAN BETON
1 Balok B1a 25/50 cm
2 Balok B1b 25/50 cm
3 Balok B1c 25/50 cm
4 Balok B2 30/60 cm
5 Balok B3a 20/40 cm
6 Balok B3b 20/40 cm
7 Balok B3c 20/40 cm
8 Balok B4 20/30 cm
9 Balok B5a 20/35 cm
10 Balok B5b 20/35 cm
11 Plat lantai t = 12 cm (S1 & S2)
12 Kolom K1 40/40 cm
13 Kolom Kp 15/15 cm
14 Kolom K2 30/30 cm
15 Plat Tangga & Bordes t = 20 cm
16 Plat Ramp & Bordes t = 20 cm
17 Plat meja t = 10 cm

D PEKERJAAN STRUKTUR LANTAI 3


I PEKERJAAN BETON
1 Balok B1 30/50 cm
2 Balok B1b 25/50 cm
3 Balok B1c 25/50 cm
4 Balok B3a 20/40 cm
5 Balok B3b 20/40 cm
6 Balok B4 20/30 cm
7 Balok B6 30/50 cm
8 Balok B7b 25/40 cm
9 Plat lantai t = 12 cm (S1 & S2)
10 Plat konsol t = 10 cm (S4)
11 Kolom K1 40/40 cm
12 Kolom Kp 15/15 cm
13 Plat meja t = 10 cm

E PEKERJAAN STRUKTUR ATAP


I PEKERJAAN BETON
1 Balok B3a 20/40 cm
2 Balok B3c 20/40 cm
3 Balok B4 20/30 cm
4 Balok B7a 25/40 cm
5 Balok B7b 25/40 cm
6 Plat Lantai t = 10 cm (S3)
7 Plat Lantai t = 10 cm (S4)

II
1 Kolom WF 350.175.7.11
2 Kuda kuda WF 350.175.7.11
3 Kuda kuda & balok WF 200.100.5,5.8
4 Tabung Plat t = 1.5 mm
5 Baut Ø 16 mm
6 Baut Ø 10 mm
7 Baut angkur Ø 16 mm, L = 40 cm
8 Plat plendes t = 12 mm
9 Stiffner t = 8 mm

19
Laporan Praktik Kerja Industri
Proyek Pembangunan Gedung Pujasera UM/UM MART
Universitas Negeri Malang

10 Gording 150.65.20.3,2
11 Plat t = 8 mm (dudukan gording)
12 Ikatan angin besi dia 16 mm
13 Jarum kras
14 Trekstang dia 10 mm
15 Cat mani
16 Cat besi
17 Reng-usuk baja ringan
18 Penutup atap genteng
Laporan Praktik Kerja Industri
Proyek Pembangunan Gedung Pujasera UM/UM MART
Universitas Negeri Malang

19 Bubungan m1 m1 143,77 m1

20 Listplang m1 m1 156,76 m1

21 Talang dalam m1 m1 48,24 m1

22 Ornamen bubungan bh bh 4,00 bh

9. RENCANA PEKERJAAN YANG AKAN DILAKSANAKAN MINGGU 4


No URAIAN PEKERJAAN VOLUME SATUAN Rencana bobot pekerjaan yang akan dicapai pada minggu ke-3

10. MASALAH DILAPANGAN


KETERANGAN
NO URAIAN USULAN SOLUSI
STATUS PJ

11. SARAN
NO SARAN PENANGGUNGJAWAB

Dibuat Oleh :
PT. Elcentro Engineering Consultant

Iwan Gunawan S.Pd.T


Direktur

21
Laporan Praktik Kerja Industri
Proyek Pembangunan Gedung Pujasera UM/UM MART
Universitas Negeri Malang

No. Dok : 03/RP/UNM/III/2020


Tanggal : 30 September 2020
Minggu ke 3
LAPORAN PROGRESS MINGGUAN
Periode :
Dari tgl : 24 September 2020
S/d tgl : 30 September 2020

Instansi : UNIVESITAS NEGERI YOGYAKARTA


Proyek : PEKERJAAN PEMBANGUNAN UM MAR/PUJASERA UNIVERSITAS NEGERI MALANG
No. Kontrak : 10.9.9/UN32.16.2/RT/2020
No. SPMK : 10.9.10/UN32.16.2/RT/2020
Nilai Kontrak (terma : Rp 7.074.357.326,42 (Setalah PPN)
Konsultan Pengawas : PT. Elcentro Engineering Consultant
Konsultan Perencana : PT. Kosa Mata Graha
Kontraktor Pelaksana : PT. Adhitama Global Mandiri
Jangka waktu pelaks : 105 HARI KALENDER

S/D MINGGU LALU MINGGU INI S/D MINGGU INI


BOBOT THD PEK. THD PEK.
NO. URAIAN PEKERJAAN VOLUME SATUAN THD. PEK. ITU THD PEK. ITU THD PEK. ITU THD PEK.
(%) VOLUME KESELURUHAN VOLUME KESELURUHAN VOLUME
SENDIRI (%) SENDIRI (%) SENDIRI (%) KESELURUHAN (%)
(%) (%)

A PEKERJAAN PENDAHULUAN
1 Pengukuran dan Pemasangan bouplank
2 Pembersihan Lokasi (selama pelaksanaan)
3 Bongkar kolom WF, balok WF dan plat baja
4 Bongkar batu kali
5 Bongkar paving
JUMLAH PEKERJAAN
B PEKERJAAN STRUKTUR LANTAI 1
I PEKERJAAN TANAH
1 Cut & fill
2 Galian Tanah pondasi plat
3 Galian Tanah Sloof
4 Galian batu kali penahan tanah
5 Urugan Tanah Kembali
6 Urugan pasir bawah pondasi t = 5 cm
7 Urugan pasir bawah tie beam t = 5 cm
8 Urugan Pasir bawah pondasi batu kali, t = 5 c
9 Bor Strauss Ø 40 cm (alat bor dan mobilisasi)
JUMLAH PEKERJAAN
II. PEKERJAAN PONDASI
1 Lantai kerja pondasi poer plat t = 5 cm
2 Beton pondasi Straus Ø 40 cm - 6,00 m
3 Test PDA (Pile Driving Analysis)
4 Test PIT (Pile Integration Test)
5 Pondasi plat P1
6 Pondasi plat P2
7 Pondasi plat FP1
8 Pondasi plat FP2
Laporan Praktik Kerja Industri
Proyek Pembangunan Gedung Pujasera UM/UM MART
Universitas Negeri Malang

9 Pondasi plat FP3


10 Pondasi plat FP1 (utk pondasi penahan tanah
11 Plengsengan batu kali
JUMLAH PEKERJAAN

23
Laporan Praktik Kerja Industri
Proyek Pembangunan Gedung Pujasera UM/UM MART
Universitas Negeri Malang

III. PEKERJAAN BETON


1 Soof S1 30/50 cm
2 Soof S2 30/30 cm
3 Soof S3 40/30 cm (dipasang bagian atas batu
4 Kolom K1 40/40 cm
5 Kolom Kp 15/15 cm
6 Kolom K2 30/30 cm Kolom pedestal
7 Kolom K1 40/40 cm (kolom dinding penahan t
JUMLAH PEKERJAAN
C PEKERJAAN STRUKTUR LANTAI 2
I PEKERJAAN BETON
1 Balok B1a 25/50 cm
2 Balok B1b 25/50 cm
3 Balok B1c 25/50 cm
4 Balok B2 30/60 cm
5 Balok B3a 20/40 cm
6 Balok B3b 20/40 cm
7 Balok B3c 20/40 cm
8 Balok B4 20/30 cm
9 Balok B5a 20/35 cm
10 Balok B5b 20/35 cm
11 Plat lantai t = 12 cm (S1 & S2)
12 Kolom K1 40/40 cm
13 Kolom Kp 15/15 cm
14 Kolom K2 30/30 cm
15 Plat Tangga & Bordes t = 20 cm
16 Plat Ramp & Bordes t = 20 cm
17 Plat meja t = 10 cm
JUMLAH PEKERJAAN
D PEKERJAAN STRUKTUR LANTAI 3
I PEKERJAAN BETON
1 Balok B1 30/50 cm
2 Balok B1b 25/50 cm
3 Balok B1c 25/50 cm
4 Balok B3a 20/40 cm
5 Balok B3b 20/40 cm
6 Balok B4 20/30 cm
7 Balok B6 30/50 cm
8 Balok B7b 25/40 cm
9 Plat lantai t = 12 cm (S1 & S2)
10 Plat konsol t = 10 cm (S4)
11 Kolom K1 40/40 cm
12 Kolom Kp 15/15 cm
13 Plat meja t = 10 cm
JUMLAH PEKERJAAN
E PEKERJAAN STRUKTUR ATAP
I PEKERJAAN BETON
Laporan Praktik Kerja Industri
Proyek Pembangunan Gedung Pujasera UM/UM MART
Universitas Negeri Malang

1 Balok B3a 20/40 cm


2 Balok B3c 20/40 cm
3 Balok B4 20/30 cm
4 Balok B7a 25/40 cm

25
Laporan Praktik Kerja Industri
Proyek Pembangunan Gedung Pujasera UM/UM MART
Universitas Negeri Malang

5 Balok B7b 25/40 cm


6 Plat Lantai t = 10 cm (S3)
7 Plat Lantai t = 10 cm (S4)
JUMLAH PEKERJAAN
II PEKERJAAN ATAP
1 Kolom WF 350.175.7.11
2 Kuda kuda WF 350.175.7.11
3 Kuda kuda & balok WF 200.100.5,5.8
4 Tabung Plat t = 1.5 mm
5 Baut Ø 16 mm
6 Baut Ø 10 mm
7 Baut angkur Ø 16 mm, L = 40 cm
8 Plat plendes t = 12 mm
9 Stiffner t = 8 mm
10 Gording 150.65.20.3,2
11 Plat t = 8 mm (dudukan gording)
12 Ikatan angin besi dia 16 mm
13 Jarum kras
14 Trekstang dia 10 mm
15 Cat mani
16 Cat besi
17 Reng-usuk baja ringan
18 Penutup atap genteng
19 Bubungan
20 Listplang
21 Talang dalam
22 Ornamen bubungan
Jumlah TOTAL

PROSENTASE PELAKSANAAN PEKERJAAN PROSENTASE PROGRESS PEKERJAAN


Jumlah hari kontrak hari Rencana Pekerjaan %
Jumlah hari terpakai s/d saat ini hari Realisasi Pekerjaan %
Sisa waktu s/d saat ini hari Deviasi %
Prosentase waktu terpakai s/d saat ini % Sisa Pekerjaan %

Malang,

Ketua Tim Teknis Kontraktor Pelaksana Konsultan Pengawas


Universitas Negeri Malang PT. Adhitama Global Mandiri PT. Elcentro Engineering Consultant

Drs. Adjib Karjanto,.ST.MT Jonni Suprapto,S.Kom. Iwan Gunawan, S.Pd.T.


NIP. 19600508 198803 1 012 Direktur Direktur
Laporan Praktik Kerja Industri
Proyek Pembangunan Gedung Pujasera UM/UM MART
Universitas Negeri Malang

REKAPITULASI LAPORAN KEMAJUAN PEKERJAAN / PROGRESS MINGGUAN


PEKERJAAAN : PEMBANGUNAN UM MART / PUJASERA UNIVERSITAS NEGERI MALANG
KAB. MALANG - JAWA TIMUR
MINGGU KE : 3 ( Ketiga )
PERIODE : 24 SEPTEMBER 2020 s/d 30 SEPTEMBER 2020
PRESTASI PEKERJAAN
BOBOT Bobot s/d
NO. URAIAN PEKERJAAN Bobot s/d Minggu lalu Bobot Minggu ini
(%) Minggu ini
(%) (%) (%)

A PEKERJAAN PERSIAPAN
I PEKERJAAN PERSIAPAN
B PEKERJAAN STRUKTUR LANTAI 1
I PEKERJAAN TANAH
II PEKERJAAN PONDASI
III PEKERJAAN BETON
C PEKERJAAN STRUKTUR LANTAI 2
I PEKERJAAN BETON
D PEKERJAAN STRUKTUR LANTAI 3
I PEKERJAAN BETON
E PEKERJAAN STRUKTUR ATAP
I PEKERJAAN BETON
II PEKERJAAN ATAP

JUMLAH

Kemajuan Pekerjaan Sesuai dengan Time Scedule:

1 Rencana Kemajuan Bobot Pekerjaan s/d Minggu ini : %


2 Realisasi Kemajuan Bobot Pekerjaan s/d Minggu ini : %

3 Deviasi Kemajuan Bobot Pekerjaan s/d Minggu ini : %


4 .Presentas Pembesian

Malang, 30 September 2020

Diketahui Oleh : Disetujui Oleh : Dibuat Oleh :


Ketua Tim Teknis Kontraktor Pelaksana Konsultan Pengawas
Universitas Negri Malang PT. Adhitama Global Mandiri PT. Elcentro Engineering Consultant

Drs. Adjib Karjanto,ST.,MT Jonni Suprapto,S.Kom. Iwan Gunawan S.Pd.T


NIP.19600508 198803 1 012 Direktur Direktur

27
Laporan Praktik Kerja Industri
Proyek Pembangunan Gedung Pujasera UM/UM MART
Universitas Negeri Malang

Tanggal : 23/09/2020

Minggu ke : 3 (Ketiga)

DOKUMENTASI PEKERJAAN Periode


DILAPANGAN Dari tgl : 24 September 2020

S/d tgl : 30 September 2020

PEMINDAHAN BONGKARAN BAJA KE DEPAN KOLAM RENANG


PEKERJAAN PLENGSENGAN BATU KALI

PEKERJAAN PENGEBORAN TITIK STOURS PENGUKURAN KEDALAMAN STOURS SEPANJANG 6 METER

KEDALA,MAN STOURS 6 METER DENGAN DIAMTER 40CM PEMBESIAN STOURS

PENGECEKAN SUHU SEBELUM MEMASUKI LOKASI PROYEK DAN MENCUCI TANGAN


PENTEM PROTAN DISENFEKTAN DI SEKELILING LOKASI PROYEK
Laporan Praktik Kerja Industri
Proyek Pembangunan Gedung Pujasera UM/UM MART
Universitas Negeri Malang

Gambar 2.2.5 Laporan Mingguan Proyek UM Mart


Sumber: Dokumen Proyek

29
Laporan Praktik Kerja Industri
Proyek Pembangunan Gedung Pujasera UM/UM MART
Universitas Negeri Malang

BAB III
ASPEK PELAKSANAAN PRAKTIK INDUSTRI

3.1 Identitas Proyek


3.1.1 Informasi Umum
Berikut merupakan informasi umum mengenai tempat Praktik Industri (PI)
pada proyek Pembangunan Gedung UM MART (Pujasera UM), untuk detail
informasi dan spesifikasinya adalah sebagai berikut:
1) Nama Proyek : Pembangunan Gedung UM MART
(pujasera UM)
2) Lokasi : Jl. Semarang No. 05 Universitas Negeri
Malang, Malang, Jawa Timur
3) Pemberi Tugas : Universitas Negeri Malanag
4) Pemberi Dana : Pemerintah Kota Malang
5) Perencana : PT. Kota Mata Graha
6) Pengawas : PT. Elcentro Engineerong Colsuntant
7) Kontraktor : PT. Adhitama Global MAndiri
8) Nilai Kontrak : Rp. 7.074.357.326,42
9) Durasi Pelaksanaan : 105 hari kalender
10) Durasi Pemeliharaan : 180 hari kalender
11) Uang Muka : 20 %
12) Retensi :5%
13) Cara Pembayaran : 4 kali termin
14) Jenis Kontrak : Unit Price
15) Luas Bangunan : 1.093,30 m².
16) Jumlah Lantai Bangunan : 3 lantai

30
Laporan Praktik Kerja Industri
Proyek Pembangunan Gedung Pujasera UM/UM MART
Universitas Negeri Malang

3.2 Lokasi Proyek


Lokasi proyek Pembangunan Gedung UM MART (Pujasera UM) terletak
di Jl. Semarang No.5 Universitas Negeri Malang, lokasi tertera dalam Gambar 1
3.2.1 di bawah ini.

Gambar 3.2.1 Peta Lokasi Proyek


Sumber: https://www.googlemaps.com (2020)
Gambaran umum proyek Pembangunan Gedung UM MART (Pujasera
UM)disajikan pada Gambar 3.2.2

Gambar 3.2.3 Layout Gedung UM MART (Pujasera UM)


Sumber: Dokumen Proyek (2020)

31
Laporan Praktik Kerja Industri
Proyek Pembangunan Gedung Pujasera UM/UM MART
Universitas Negeri Malang

3.3 Pembegian Area Pekerjaan Pada Segmen Khusu


Pada segmen area Khusus tedapat bagian struktur yang menjadi
pembahasan laporan ini. Pada segmen ini penulis akan membahas mulai AS C-
D-E segmen 1 sampai 5, adapun dalam segmen tersebut ada 5 pekerjaan
struktur. Pekerjaan struktur tersebut meliputi berikut:
a. Pekerjaan Pondasi strauss dan footplat
b. Pekerjaan Sloof
c. Pekerjaan Kolom
d. Pekerjaan Balok dan plat
e. Pekerjaan Tangga
Semua pekerjaan struktur harus dilaksanakan sesuai dengan spesifikasi
untuk bagian-bagiannya tersebut, dan spesifikasi untuk macam- macam
pekerjaan terkait, dan harus sesuai dengan garis, ketinggian, penampang dan
ukuran yang ada dalam gambar atau ditentukan oleh Konsultan Pengawas, serta
durasi pelaksanaan sesuai dengan schedule/kurva S.

Gambar 3.3.1 Area Khusus Pembagian Khusus Laporan Praltik Industri


Sumber: Dokumen Proyek (2020)

32
Laporan Praktik Kerja Industri
Proyek Pembangunan Gedung Pujasera UM/UM MART
Universitas Negeri Malang

3.3 Metode Pelaksanaan Pekerjaan Pondasi Strauss dan Footplat

3.3.1 Lingkup Pekerjaan


Pada kegiatan praktik industri pada proyek Pembangunan Gedung
UM MART (Pujasera UM) ini dilakukan pengamatan pada seluruh pekerjaan
Pondasi merupakan elemen struktur tekan bangunan yang berfungsi untuk penahan
seluruh beban menuju lapisan tanah pendukung dibawahnya. Diproyek ini memakai
dua macam pondasi, yaitu pondasi strauss dan pondasi footlplat. Bahan konstruksi
pondsi pada bangunan ini menggunakan beton bertulang. Beton bertulang sering
digunakan sebagai material dalam konstruksi gedung karena lebih mudah diperoleh
sehingga lebih ekonomis dibanding konstruksi lainnya. Beton pada konstruksi
berfungsi untuk menahan gaya tekan, sedangkan tulangan baja berfungsi untuk
menahan gaya tarik yang bekerja pada elemen struktur.
Dalam pelaksanaan pekerjaan terdapat syarat-syarat yang harus dipenuhi,
sehingga dapat dihasilkan struktur bangunan yang kuat, aman serta sesuai dengan
perencanaan. Syarat-syarat tersebut adalah sebagai berikut:
a. Rencana kerja dan syarat-syarat (RKS).
b. Berita acara penjelasan pekerjaan (Aanwijzing).
c. Gambar rencana (bestek) atau Detail Engneering Design (DED).
d. Penjelasan dan petunjuk dari konsultan pengawas selama pelaksanaan
pekerjaan.
Pada Gambar 3.3.1 di bawah disajikan denah rencana pondasi strauss dan
pondasi footplat. Denah ini digunakan sebagai acuan dalam pelaksanaan pekerjaan
strauss dan footplat agar hasil pekerjaan dapat sesuai dengan perencanaan. Selain
denah perencanaan strauss dan footplat, diperlukan gambar detail penulangan setiap
tipe strauss dan footplat yang ada pada bangunan. Hal ini diperlukan untuk
mempermudah kontraktor pelaksana proyek dalam mengerjakan proyek. Detail
penulangan strauss dan foot plat disajikan dalam Gambar 3.3.1

33
Laporan Praktik Kerja Industri
Proyek Pembangunan Gedung Pujasera UM/UM MART
Universitas Negeri Malang

Gambar 3.3.1 Area Khusus Pembagian Khusus Laporan PI Denah Strauss dan Footplat
Sumber: Dokumen Proyek (2020)

34
Laporan Praktik Kerja Industri
Proyek Pembangunan Gedung Pujasera UM/UM MART
Universitas Negeri Malang

3.3.2 Alat dan Bahan


3.3.2.1 Bahan
1 Beton Ready Mix
Beton ready mix merupakan beton siap pakai yang dibuat sesuai dengan
mutu pesanan sehingga dapat langsung digunakan untuk keperluan
pengecoran. Pihak kontraktor dari PT. Adhitama Global Mandiri Beton yang
digunakan berasal dari supplier Sub Kontraktor PT. UJB Untuk pengecoran
dengan metode manual. Beton ready mix diangkut dari batching plant ke lokasi
proyek dengan menggunakan concrete mixer truck seperti pada Gambar 3.3.2
Concrete Mixer ini disediakan oleh supplier. Mutu beton yang digunakan untuk
pekerjaan kolom adalah sebesar fc’ 25 MPa.

Gambar 3.3.2 Mixer Truck yang Berisi Beton Ready Mix


Sumber: Dokumentasi Pribadi di Lapangan (2020)
2 Tulangan Baja
Tulangan yang digunakan pada proyek ini dipesan dari satu tulangan baja.
Untuk tulangan pondasi strauss dengan diameter D16 mm dan Ø10 mm.
Sedangkan untuk tulangan pondasi footplat D16 mm dan Ø12 mm. Dimensi
tulangan ini harus disesuaikan dengan dokumen perencanaan yang telah dibuat
dan disepakati.
Seperti pada Gambar 3.3.3 tulangan harus disimpan pada tempat yang
bebas dari lembab, dipisahkan sesuai dengan diameter serta asal pembelian
(supplier). Tulangan harus dilindungi dari segala macam kotoran dan minyak,
serta dihindarkan dari pengaruh garam kuat.

35
Laporan Praktik Kerja Industri
Proyek Pembangunan Gedung Pujasera UM/UM MART
Universitas Negeri Malang

Gambar 3.3.3 Fabrikasi Tulangan


Sumber: Dokumentasi Pribadi di Lapangan (2020)
3 Kawat Bendrat
Kawat bendrat merupakan kawat yang berfungsi sebagai pengikat antar
tulangan, seperti tulangan sengkang dengan tulangan longitudinal, tulangan
sengkang dengan tulangan torsi dan yang lainnya, sehingga membentuk suatu
rangkaian tulangan yang siap dicor. Kawat bendrat yang digunakan disini
memiliki diameter 1 mm seperti yang tersaji dalam Gambar 3.3.4 dan
penggunaannya digunakan empat lapis kawat agar lebih kuat dalam mengikat
baja tulangan. Agar baja tulangan saling terikat dengan baik, kawat yang
digunakan harus mempunyai kualitas yang baik dan tidak mudah putus.

Gambar 3.3.4 Kawat Bendrat


Sumber: Dokumentasi Pribadi di Lapangan (2020)
4 Papan Bekisting (Multipleks) untuk pondasi footplat
Multipleks digunakan sebagai bahan bekisting karena dapat menghasilkan
permukaan beton yang halus. Multipleks yang digunakan untuk bekisting

36
Laporan Praktik Kerja Industri
Proyek Pembangunan Gedung Pujasera UM/UM MART
Universitas Negeri Malang

Footplat memiliki ketebalan 15 mm. Pada Gambar 3.3.5 dapat diketahui bahwa
multipleks ini memiliki lapisan berupa phenolic film.

Gambar 3.3.5 Multipleks dengan Lapisan Phenolic Film


Sumber: Dokumentasi Pribadi di Lapangan (2020)

3.3.2.2 Alat
Alat Penggalian
1) Bore Pile Mini Crane
Pondasi strauss ini menggunakan sedikit tenaga manusia, karena didalm
pengoperasiaanya tidak sepenuhnya otomatis menggunkan mesin, namun pada
saat awal pengeboran, mesin ini harus dirakit dahulu seperti tiang penyangga,
mata bor, mesin dll. Dengan alat ini dapat dilakukan pengeboran dengan
pilihan pondasi berdiameter 30 cm, 40 cm, 50 cm, 60 cm, hingga sebesar 80
cm.

37
Laporan Praktik Kerja Industri
Proyek Pembangunan Gedung Pujasera UM/UM MART
Universitas Negeri Malang

Gambar 3.3.6 Pekerjaan Pengeboran Pondasi Strauss


Sumber: Dokumentasi Pribadi di Lapangan (2020)
2) Ekskavator
Ekskavator atau mesin pengeruk adalah alat berat yang terdiri dari batang,
tongkat, keranjang dan badan. Badan dari ekskavator dilengkapi dengan
roda rantai dibawah badan yang dapat berputar 360°.

Gambar 3.3.7 Pekerjaan Penggalian Ekskavator


Sumber: Dokumentasi Pribadi di Lapangan (2020)
Alat Pembesian
1) Bar Bender
Bar bender adalah alat atau mesin yang digunakan untuk membengkokkan baja
tulangan dalam berbagai macam sudut sesuai dengan perencanaan. Gambar 3.2.8
berikut ini merupakan bar bender yang digunakan dalam proses fabrikasi tulangan
pondasi strauss dan pondasi foot plat.

38
Laporan Praktik Kerja Industri
Proyek Pembangunan Gedung Pujasera UM/UM MART
Universitas Negeri Malang

Gambar 3.3.8 Bar Bender


Sumber: Dokumentasi Pribadi di Lapangan (2020)
2) Bar Cutter
Bar cutter dalam Gambar 3.3.9 merupakan alat yang digunakan untuk
memotong tulangan sesuai dengan ukuran yang diperlukan.

Gambar 3.3.9 Bar Cutter


Sumber: Dokumentasi Pribadi di Lapangan (2020)
3) Slump test
Sebelum beton ready mix Gambar 3.3.10 diaplikasikan untuk pengecoran,
dilakukan pengetesan terlebih dahulu. Peralatan slump test terdiri dari kerucut
terpenggal, batang logam bulat, pelat logam, sendok pengaduk dan meteran. slump
test ini dilakukan untuk mengecek workability beton segar sebelum diaplikasikan
dalam pekerjaan pengecoran. Uji slump test ini dilakukan dilapangan Ketika beton
ready mix baru datang dari pabrik, uji slump test dikerjakan oleh pekerja dan
pengawas dari quality control / pengawas proyek.

39
Laporan Praktik Kerja Industri
Proyek Pembangunan Gedung Pujasera UM/UM MART
Universitas Negeri Malang

Gambar 3.3.10 slump test


Sumber: Dokumen Pribadi di Lapangan (2020)
4) Tang Catut
Tang catut pada Gambar 3.2.11 di bawah ini merupakan alat bantu yang
digunakan untuk mengikat kawat bendrat pada tulangan.

Gambar 3.3.11 Tang Catut


Sumber: Dokumen Pribadi di Lapangan (2020)
Alat Survey
1) Theodolit
Theodolit merupakan alat ukur yang berfungsi untuk mengukur sudut dalam
bidang horisontal dan vertikal. Theodolit pada Gambar 3.3.12 berfungsi untuk
aplikasi survey, yang diperlukan untuk proyek kontruksi skala besar. Dalam
pekerjaan pondasi, theodolit digunakan untuk menandai (marking) posisi titik
pondasi dan menentukan posisi footlat ketika akan dipasangi bekisting.

40
Laporan Praktik Kerja Industri
Proyek Pembangunan Gedung Pujasera UM/UM MART
Universitas Negeri Malang

Gambar 3.3.12 Theodolit


Sumber: Dokumentasi Pribadi di Lapangan (2020)
2) Tripod (Statif)
Tripod atau statif yang tersaji dalam Gambar 3.3.13 merupakan alat yang
berfungsi sebagai tempat atau dudukan pesawat theodolit. Penggunaannya
disesuaikan dengan tinggi orang yang membidik atau mengukur.

Gambar 3.3.13 Tripod atau statif


Sumber: Dokumen Pribadi di Lapangan (2020)
3) Meteran
Meteran juga dikenal sebagai pita ukur atau roll meter adalah alat ukur yang
bisa digulung, dengan panjang bervariasi. Dalam pekerjaan pondasi, meteran
digunakan sebagai alat bantu untuk marking lokasi pondasi dan pengecekan jarak
antara pondasi. Gambar 3.3.14 merupakan meteran yang digunakan sebagai alat
bantu pekerjaan marking pondasi.

41
Laporan Praktik Kerja Industri
Proyek Pembangunan Gedung Pujasera UM/UM MART
Universitas Negeri Malang

Gambar 3.3.14 Meteran


Sumber: Dokumentasi Pribadi di Lapangan (2020)
Alat Bekisting
1) Paku
Paku (Gambar 3.3.15) adalah logam keras berujung runcing yang umumnya
terbuat dari baja, yang digunakan untuk melekatkan dua bahan dengan menembus
keduanya. Paku umumnya ditembuskan pada bahan dengan menggunakan palu.
Pada pekerjaan pondasi, paku digunakan untuk melekatkan bekisting pada footplat.

Gambar 3.3.15 Paku


Sumber: Dokumentasi Pribadi di Lapangan (2020)
2) Palu
Palu pada Gambar 3.3.16 merupakan alat yang berfungsi untuk memukul atau
memberi tumbukan pada sebuah benda kerja. Pada bekerjaan pondasi footplat, palu
digunakan untuk merekatkan bekisting pada bekisting footplat.

42
Laporan Praktik Kerja Industri
Proyek Pembangunan Gedung Pujasera UM/UM MART
Universitas Negeri Malang

Gambar 3.3.16 Palu


Sumber: Dokumentasi Pribadi di Lapangan (2020)
3) Gergaji
Gergaji (Gambar 3.3.17) adalah perkakas berupa besi tipis bergerigi tajam yang
digunakan untuk memotong atau membelah kayu atau benda lainnya. Pada
pekerjaan pondasi footplat, gergaji berfungsi untuk memotong multipleks yang
akan digunakan sebagai bekisting.

Gambar 3.3.17 Gergaji


Sumber: Dokumentasi Pribadi di Lapangan (2020)
Alat Pengecoran
1) Concrete Pump
Concret pump Gambar 3.3.18 merupakan alat untuk memompa beton ready
mix setelah dilakukan slump text sesuai persyartan yan ditentukan dan kemudian di
tuangkan ke lubang pondasi strauss yang sudah di bor dan di dalam bekisting
footplat. Alur untuk memompa beton ke tempat yang sudah di tentukan, dimulai
dari pengangkutan beton ke mobil molen dengan kapasitas 7 m³. sebelum itu CP
harus setting dengan standart waktu 1 jam. setelah 1 jam setting CP (Concret pump),

43
Laporan Praktik Kerja Industri
Proyek Pembangunan Gedung Pujasera UM/UM MART
Universitas Negeri Malang

akan dilakukan peroses pancingan adonan Ready mix dengan menggunakan semen
yang diberi air agar adonan ready mix mudah untuk dipompa dengan maksimal.

Gambar 3.3.18 Bucket dan Pipa Tremie


Sumber: Dokumentasi Pribadi di Lapangan (2020)
2) Cangkul
Dalam proses pengecoran pondasi, cangkul (Gambar 3.3.19) digunakan untuk
meratakan adonan beton yang keluar dari concrete pump.

Gambar 3.3.19 Cangkul


Sumber: Dokumen Pribadi di Lapangan (2020)
3) Concrete Vibrator
Concrete vibrator (Gambar 3.3.20) merupakan alat penggetar yang berfungsi
untuk memadatkan beton ketika pengecoran, agar tidak ada rongga udara dalam
beton.

44
Laporan Praktik Kerja Industri
Proyek Pembangunan Gedung Pujasera UM/UM MART
Universitas Negeri Malang

Gambar 3.3.20 Concrete Vibrator


Sumber: Dokumentasi Pribadi di Lapangan (2020)
3.3.3 Pelaksanaan Pekerjaan Pondasi
Pelaksanaan pekerjaan pondasi diawali dengan pekerjaan persiapan,
marking, diikuti dengan proses fabrikasi tulangan pondasi untuk kemudian
dipasang pada lokasi pondasi yang dituju. Setelah pembesian pondasi, selanjutnya
dilakukan pemasangan bekisting pada pondasi untuk pondasi footplat untuk
kemudian dilakukan pengecoran. Gambar 3.3.21 merupakan flow chart pekerjaan
pondasi dari mulai tahap persiapan hingga pengecoran dan pembongkaran bekisting
pondasi.

45
Laporan Praktik Kerja Industri
Proyek Pembangunan Gedung Pujasera UM/UM MART
Universitas Negeri Malang

Mulai

Persiapan Persiapan
Marking
Bekisting Sistem Pembesian

Pemasangan
Tulangan & Beton Fabrikasi
Decking

Pemasangan Sepatu
pondasi

Pemasangan
Bekisting pondasi

Cek Vertikalisasi

Pemberian calbond
pada beton eksisting

Pengecoran

Cek Vertikalisasi

Pembongkaran
Bekisting pondasi

Selesai

Gambar 3.3.21 Flow Chart Pekerjaan pondasi footplat

46
Laporan Praktik Kerja Industri
Proyek Pembangunan Gedung Pujasera UM/UM MART
Universitas Negeri Malang

3.3.3.1 Pekerjaan Persiapan


Pekrjaan persiapan adalah pekerjaan yang dilakukan untuk
mempersiapkan segala keperluan pekerjaan pondasi seperti ketersediaan bahan
material, kondisi lapangan dan para pekerja yang akan terlibat. Beberapa hal yang
dilakukan dalam pekerjaan persiapan pondasi adalah sebagai berikut:
1. Pembersihan lokasi untuk pekerjaan pondasi seperti lokasi pembesian,
lokasi vabrikasi dan lokasi untuk penempatan bekisting pondasi.
2. Persiapan bahan-bahan material untuk proses pekerjaan pondasi sesuai
dengan tahapannya. Hal ini bertujuan agar para pekerja tidak mengalami
keterlambatan dalam bekerja akibat tidak siapnya bahan dan alat.
3. Mempersiapkan para pekerja dan orang-orang yang akan terlibat dalam
pekerjaan.
3.3.3.2 Penentuan Titik As Pondasi (Marking)
Penentuan titik as pondasi merupakan pekerjaan pengukuran atau
pematokan yang berupa garis pinjaman atau garis batas sebagai penentu letak
pondasi. Titik-titik as pondasi diperoleh dari hasil pekerjaan tim surveyor
berdasarkan gambar rencana. Titik as pondasi sangat penting dalam pekerjaan
pondasi karena letak titik as pondasi akan menentukan verticality atau ketegakkan
kolom dalam suatu bangunan.
Alat dan bahan yang diperlukan dalam pekerjaan ini adalah:
- Theodolit
- Alat sipatan
- Alat bantu lain (pensil, spidol, sikat, dan air)
Tenaga kerja yang diperlukan dalam pekerjaan ini adalah:
- Surveyor : 1 orang
- Asisten surveyor : 2 orang
Prosedur pekerjaan penentuan titik as pondasi:
1. Membaca gambar rencana sebagai acuan pelaksanaan pekerjaan.
2. Menentukan satu titik acuan sebagai pedoman as bangunan di tempat yang
tidak terganggu oleh aktivitas selama pembangunan berlangsung.

47
Laporan Praktik Kerja Industri
Proyek Pembangunan Gedung Pujasera UM/UM MART
Universitas Negeri Malang

3. Membuat titik-titik as pondasi satu elevasi sesuai gambar rencana


berdasarkan pedoman as bangunan. Digunakan alat theodolit untuk
menentukan titik pada satu garis.
4. Pemberian garis pinjaman atau garis as dengan meggunakan sipatan
(marker) untuk menentukan batas-batas pekerjaan pondasi dan ukuran
yang berbeda pada setiap pondasi seperti pada Gambar 3.3.22
Untuk mengurangi resiko kesalahan dalam penentuan as pondasi, maka
sebelum pekerjaan pondasi dilaksanakan, perlu dilakukan pengukuran ulang untuk
memeriksa letak titik-titik as pondasi tersebut.

Gambar 3.3.22 Marking Lokasi Pondasi oleh Surveyor


Sumber: Dokumentasi Pribadi di Lapangan (2020)
3.3.3.3 Pekerjaan Pengeboran dan Pengerukan Pondasi
1. Pengeboran
Pengeboran pondasi strauss pada Gambar 3.3.23 akan menggunakan mata
bor spiral dengan cara memutar mata bor, berlangsungnya pengeboran
secara bertahap, setiap interval 0.5 m akan diangkat. Hal ini dilakukan
berulang-ulang sanpai kedalaman yang sudah ditentukan. Yang bertujuan
untuk menaikan hasil boran.

48
Laporan Praktik Kerja Industri
Proyek Pembangunan Gedung Pujasera UM/UM MART
Universitas Negeri Malang

Gambar 3.3.23 Pengeboran Pondasi Strauss


Sumber: Dokumentasi Pribadi di Lapangan (2020)
2. Pengerukan
Pengerukan tanah pada Gambar 3.3.24 untuk pondasi footplat biasanya
menggunakan alat bantu yaitu Ekskavator yang dapat mengeruk atau
menggali tanah dengan cepat. Biasayan sebelum pengerukan ditentuka
titik pengerukan oleh surveyor sesaui seng dengan gambar erancangan.
Diproyek ini memiliki tiga ukuran footplat yaitu 180 x 180 cm, 190 x 190
cm dan 200 x 200 cm.

49
Laporan Praktik Kerja Industri
Proyek Pembangunan Gedung Pujasera UM/UM MART
Universitas Negeri Malang

Gambar 3.3.24 Pengerukan Pondasi Footplat


Sumber: Dokumentasi Pribadi di Lapangan (2020)
3.3.3.4 Pekerjaan Penulangan atau Pembesian Pondasi
1. Pengukuran dan Pemotongan Tulangan
Panjang tulangan yang akan dipotong harus diukur sesuai dengan gambar
perencanaan yang telah dibuat oleh perencana, di samping itu kontraktor perlu
membuat Bar Bending Schedule (BBS) sesuai dengan ketentuan SNI
2847:2013 tentang Persyaratan Beton Struktural untuk Bangunan Gedung. Bar
Bending Schedule (BBS) yang dibuat meliputi sketsa bentuk tulangan, ukuran
bentuk tulangan, panjang bahan, panjang tekuk, radius tekuk, jumlah dan berat
tulangan serta arus/alir pemakaian material hingga sisa (waste akhir).
Sehingga, dapat diketahui kebutuhan tulangan beton yang diperlukan.
Setelah pengukuran, tulangan dipotong dengan bar cutter sesuai dengan
ukuran yang telah dibuat. Proses pemotongan dengan bar cutter dilakukan oleh
2 (dua) orang pekerja yang saling bekerja sama, satu orang pekerja bertugas
mengoperasikan mesin pemotong dan satu lainnya memegangi tulangan agar
tepat pada ukurannya.
2. Pembengkokan Tulangan
Tulangan yang telah dipotong, dibengkokan sesuai dengan ukuran pada
Bar Bending Schedule (BBS) yang telah dibuat. Pembengkokan tulangan
dilakukan oleh satu sampai dua orang pekerja dengan bantuan alat bar bender
seperti pada Gambar 3.3.25.

Gambar 3.3.24 Proses Pengukuran, Pemotongan dan Pembengkokan Tulangan


Sumber: Dokumentasi Pribadi di Lapangan (2020)

50
Laporan Praktik Kerja Industri
Proyek Pembangunan Gedung Pujasera UM/UM MART
Universitas Negeri Malang

3. Perangkaian Tulangan
Tulangan pondasi strauss dan foot plat diberi lebihan. Hal ini dikarenakan
untuk perekatan untuk tulangan pile cap sehingga bisa terpasang dengan tepat.
seperti pada Gambar 3.3.25.

Gambar 3.3.25 Proses Pembesian pile


Sumber: Dokumentasi Pribadi di Lapangan (2020)
Setelah pengeboran dan pengerukan, tulangan pondasi pile dan footplat
hasil dari fabrikasi akan dipasang setelah pengeboran dan pengerukan
dilakukan. Penulangan dilakukan seperti pada Gambar 3.3.26.

Gambar 3.3.26 Proses Pemasangan Tulangan Strauss dan footplat


Sumber: Dokumentasi Pribadi di Lapangan (2020)
3.3.3.5 Pekerjaan Bekisting Foot plat
Tahap pertama pekerjaan bekisting footplat di lapangan adalah merangkai
bekisting secara langsung ditempat yang telah dipersiapkan. Pemasangan bekisting
disesuaikan dengan ukuran pondasi footplat yang sudah direncankan. Berikut
merupakan langkah-langkah dalam pengerjaan bekisting kolom:

51
Laporan Praktik Kerja Industri
Proyek Pembangunan Gedung Pujasera UM/UM MART
Universitas Negeri Malang

1. Menyiapkan bahan bekisting untuk pondasi footplat, seperti pada Gambar


3.3.27.

Gambar 3.3.27 Bahan bekisting Triplaks


Sumber: Dokumentasi Pribadi di Lapangan (2020)
2. Merangkai bekisting sistem sesuai dimensi footplat. Proses perakitan
bekisting kolom ini dilakukan oleh 2-3 orang pekerja.
3. Melakukan marking lokasi penempatan bekisting pondasi oleh surveyor.
Hal ini dilakukan agar lokasi pengecoran kolom tepat sesuai dengan lokasi
yang direncanakan.
4. Selanjutnya proses pemasangan bekisting pada tulangan pondasi. Proses
pemasangan bekisting dilakukan oleh 2 - 3 orang pekerja. Gambar 3.3.28
merupakan proses pemasangan bekisting pondasi.

Gambar 3.3.28 Pemasangan Bekisting Pondasi footplat


Sumber: Dokumentasi Pribadi di Lapangan (2020)

52
Laporan Praktik Kerja Industri
Proyek Pembangunan Gedung Pujasera UM/UM MART
Universitas Negeri Malang

Setelah pemasangan bekisting maka dilakukan pengecoran dengan


bantuan Concret pump.
3.3.3.6 Pekerjaan Pengecoran Pondasi Strauss dan Footplat
Sebelum melaksanakan proses pengecoran pada pondasi, perlu dilakukan
pekerjaan persiapan untuk meminimalisir kesalahan pasca pengecoran.
Persiapan yang perlu dilakukan meliputi persiapan peralatan, bahan dan tenaga
kerja yang akan melaksanakan pengecoran. Pengecoran dilakukan setelah
pekerjaan penulangan dan bekisting selesai dikerjakan. Proses pengecoran
dilakukan menggunakan beton ready mix dengan mutu fc’ 25 MPa. Berikut
merupakan langkah-langkah dalam pengecoran pondasi:
1. Memastikan bahwa bekisting pondansi telah rapat dan kokoh untuk
pondasi footplat. Sedangkan untuk pondasi strauss memastikan bahwa
lubang tidak terdapat air atau kotoran lainya.
2. Pemberian calbond pada beton eksisting. Calbond atau biasa disebut juga
dengan lem beton merupakan cairan pekat berwarna putih yang digunakan
untuk merekatkan beton eksisting dengan beton baru yang akan dicor.
3. Melakukan pemesanan beton ready mix dengan mutu fc’ 25 MPa. Pada
setiap pengiriman, satu mixer truck mampu mengangkut sebanyak 5 – 7
m3 beton ready mix tergantung perusahaan penyedia beton.
4. Beton ready mix harus diaduk dengan menggunakan mixer truck yang
bekerja dengan baik dan dilaksanakan selama pengecoran berlangsung
seperti pada Gambar 3.3.29.

53
Laporan Praktik Kerja Industri
Proyek Pembangunan Gedung Pujasera UM/UM MART
Universitas Negeri Malang

Gambar 3.3.29 Mixer Truck yang Mengaduk Beton


Sumber: Dokumentasi Pribadi di Lapangan (2020)
5. Sebelum melakukan proses pengecoran, beton ready mix perlu di tes slump
seperti pada Gambar 3.3.30 dan diambil beberapa sampel untuk diuji kuat
tekan.

Gambar 3.3.30 Uji Slump Beton Ready Mix


Sumber: Dokumentasi Pribadi di Lapangan (2020)
Pengujian kuat tekan beton dilakukan oleh supplier penyedia beton ready
mix bersama pihak proyek dan dilakukan di laboratorium yang telah
disepakati dalam kontrak proyek. Dalam proyek ini, pengujian kuat tekan
dilakukan mengetahui kuat tekan beton. Umur beton yang diuji beragam
seperti 7 hari, 14 hari. digunakan sebagai dokumen pertanggungjawaban
kontraktor pelaksana kepada pemilik proyek (owner).
6. Pengecoran pondasi dilakukan dengan menggunakan CP (Concrete
Pump), untuk kemudian diangkat dan dituangkan ke bagian pondasi yang
siap dicor seperti pada Gambar 3.3.31.

54
Laporan Praktik Kerja Industri
Proyek Pembangunan Gedung Pujasera UM/UM MART
Universitas Negeri Malang

Gambar 3.3.31 Pengecoran Pondasi dengan Menggunakan Concrete Pump


Sumber: Dokumentasi Pribadi di Lapangan (2020)
7. Setelah beton masuk ke dalam bekisting pondasi footplat, selanjutnya
dilakukan proses perataan menggunakan concrete vibrator. Hal ini
dilakukan untuk mencegah timbulnya rongga-rongga pada beton.
8. Setelah seluruh pondasi dicor, selanjutnya adalah proses pengeringan
beton sebelum dibongkar.
3.3.3.7 Pekerjaan Pembongkaran Bekisting Pondasi Footplat
Pekerjaan pembongkaran bekisting pondasi footplat dilakukan setelah
beton berumur + 7 hari, pada saat beton telah cukup kuat untuk menahan beban
sendiri serta beban yang bekerja pada beton tersebut. Pembongkaran bekisting
pondasi footplat dilakukan dengan cara manual untuk mengangkat bekisting.
Bekisting yang telah dibongkar dibersihkan dari sisa-sisa beton yang melekat dan
disimpan pada tempat yang terlindung agar dapat digunakan untuk pekerjaan
pengecoran selanjutnya. Jumlah tenaga kerja yang diperlukan untuk pekerjaan
pembongkaran bekisting pondasi footplat sebanyak 2-3 pekerja per pondasi
footplat. Pekerjaan pembongkaran bekisting pondasi footplat dilakukan dengan
tidak mengurangi keamanan dan kemampuan strukturnya. Alat yang digunakan
selama pembongkaran antara lain linggis, palu, dan alat penunjang lainnya. Berikut
ini adalah langkah-langkah pengerjaan pembongkaran bekisting pondasi footplat:
1. Melepaskan penahan bekisting.
2. Kemudian pelepasan bekisting sistem dicongkel, hal ini harus dilakukan
dengan hati-hati untuk menghindari terjadinya cacat pada pondasi footplat.
3. Setelah itu, bekisting sistem dilepas dengan hati-hati.
4. Bekisting yang telah dilepas, dibersihkann agar dapat digunakan kembali
untuk pemakaian pondasi footplat berikutnya.

55
Laporan Praktik Kerja Industri
Proyek Pembangunan Gedung Pujasera UM/UM MART
Universitas Negeri Malang

3.4 Metode Pelaksanaan Pekerjaan Pile Cap dan Sloof


3.4.1 Lingkup Pekerjaan
Pada kegiatan praktik industri pada proyek Pembangunan Gedung UM
MART (Pujasera UM) ini dilakukan pengamatan pada seluruh pekerjaan struktur.
Pile Cap menrupak elemen struk yang membagi beban ke seluruh pile cap yang ada.
Sedangkan sloof elemen struktur yang menerima beban dari dinding. Bahan
konstruksi pile cap dan sloof pada bangunan ini menggunakan beton bertulang.
Beton bertulang sering digunakan sebagai material dalam konstruksi gedung karena
lebih mudah diperoleh sehingga lebih ekonomis dibanding konstruksi lainnya.
Beton pada konstruksi berfungsi untuk menahan gaya tekan, sedangkan tulangan
baja berfungsi untuk menahan gaya tarik yang bekerja pada elemen struktur.
Dalam pelaksanaan pekerjaan terdapat syarat-syarat yang harus dipenuhi,
sehingga dapat dihasilkan struktur bangunan yang kuat, aman serta sesuai dengan
perencanaan. Syarat-syarat tersebut adalah sebagai berikut:
a. Rencana kerja dan syarat-syarat (RKS).
b. Berita acara penjelasan pekerjaan (Aanwijzing).
c. Gambar rencana (bestek) atau Detail Engneering Design (DED).
d. Penjelasan dan petunjuk dari konsultan pengawas selama pelaksanaan
pekerjaan.
Pada Gambar 3.4.1 di bawah disajikan denah rencana pile cap dan sloof
Denah ini digunakan sebagai acuan dalam pelaksanaan pekerjaan kolom agar hasil
pekerjaan dapat sesuai dengan perencanaan. Selain denah perencanaan pile cap dan
sloof, diperlukan gambar detail penulangan pile cap dan sloof yang ada pada
bangunan. Hal ini diperlukan untuk mempermudah kontraktor pelaksana proyek
dalam mengerjakan proyek. Detail penulangan pile cap dan sloof disajikan dalam
pada Gambar 3.4.2.

56
Laporan Praktik Kerja Industri
Proyek Pembangunan Gedung Pujasera UM/UM MART
Universitas Negeri Malang

Gambar 3.4.1 Area Khusus Pembagian Laporan PI Detnah penulangan Pile Cap dan Sloof
Sumber: Dokumentasi Pribadi (2020)

56
Laporan Praktik Kerja Industri
Proyek Pembangunan Gedung Pujasera UM/UM MART
Universitas Negeri Malang

Gambar 3.4.2 Detail penulangan Pile Cap dan Sloof


Sumber: Dokumentasi Pribadi (2020)

57
Laporan Praktik Kerja Industri
Proyek Pembangunan Gedung Pujasera UM/UM MART
Universitas Negeri Malang

Pada proyek Pembangunan Gedung UM MART (Pujasera UM) terdapat


Dua jenis kolom yang digunakan, seperti yang tersaji dalam gambar 3.2.1. Namun,
kolom utama di setiap lantainya menggunakan pile cap 1 dan pile cap 2. Pile cap 1
memiliki dimensi 180 cm x 100 cm dengan jumlah tulangan utama sebanyak 37
buah dan berdiameter D19 mm dan tulangan D16 sebanyak 38 buah. Tulangan
sabuk pada pile cap 1 berjumlah 3 buah menggunakan tulangan ulir berdiameter
D16 mm dengan jarak 8 cm. Sedangkan untuk pile cap 2 memiliki demensi 90 cm
x 90 cm dengan jumlah tulangan utama 37 buahdan berdiameter D16 menggukan
dan tulangan D16 sebanyak 38 buah. Untuk tulangan sabuk berjumlah 3
berdiameter D16 dan berjarak 8 cm. Untuk sloof menggunkan ber dimensi 580 cm
x 25 cm dan menggunkan tulangan D19 dan D10. Berikut ini merupakan fungsi
dari tulangan sabuk:
1) Memberi tumpuan lateral pada tulangan longitudinal (mengurangi tekuk).
2) Memberi kekangan terhadap inti beton.
3) Meningkatkan tahanan tulangan longitudinal terhadap tekuk.
4) Memberi bentuk pada pile cap dan mempertahankan posisi tulangan
longitudinal selama pengecoran.
5) Sebagai tulangan penahan geser.
Pile cap dengan bersabuk menunjukkan perilaku yang sedikit berbeda pada
saat keruntuhan. Selimut beton akan pecah dan mengelupas ketika beban ultimit
pada pile cap telah tercapai. Peristiwa ini akan segera diikuti dengan tertekuknya
tulangan longitudinal ke arah luar dari penampang pile cap apabila tidak disediakan
tulangan sabuk dengan jarak yang cukup rapat. Bagian beton pada inti pile cap
hancur setelah beban ultimit tercapai. Keruntuhan ini bersifat getas dan terjadi
secara tiba-tiba dan lebih sering terjadi pada struktur yang menerima beban gempa
tanpa detailing yang memadai.

58
Laporan Praktik Kerja Industri
Proyek Pembangunan Gedung Pujasera UM/UM MART
Universitas Negeri Malang

3.4.2 Bahan dan Alat


3.4.2.1 Bahan
1) Beton Ready Mix
Beton ready mix merupakan beton siap pakai yang dibuat sesuai dengan
mutu pesanan sehingga dapat langsung digunakan untuk keperluan
pengecoran. Pihak kontraktor dari PT. Adhitama Global Mandiri Beton yang
digunakan berasal dari supplier Sub Kontraktor PT. UJB Untuk pengecoran
dengan metode manual. Beton ready mix diangkut dari batching plant ke lokasi
proyek dengan menggunakan concrete mixer truck seperti pada Gambar 3.4.3.
Concrete Mixer ini disediakan oleh supplier. Mutu beton yang digunakan untuk
pekerjaan kolom adalah sebesar fc’ 25 MPa.

Gambar 3.4.3 Mixer Truck yang Berisi Beton Ready Mix


Sumber: Dokumentasi Pribadi di Lapangan (2020)
2) Tulangan Baja
Tulangan yang digunakan pada proyek ini dipesan dari satu tulangan baja.
Untuk tulangan dengan diameter D19 mm, D16 mm, dan D10 mm. Tulangan
longitudinal pile cap utama menggunakan tulangan ulir dengan diameter D19
mm dan tulangan ulir dengan diameter D16. Sedangkan tulangan sabuk pole
cap menggunakan tulangan D16. Untuk tulangan sloof menggunkana tulangan
D10 dan D10. Dimensi tulangan ini harus disesuaikan dengan dokumen
perencanaan yang telah dibuat dan disepakati.

59
Laporan Praktik Kerja Industri
Proyek Pembangunan Gedung Pujasera UM/UM MART
Universitas Negeri Malang

Seperti pada Gambar 3.4.4 tulangan harus disimpan pada tempat yang
bebas dari lembab, dipisahkan sesuai dengan diameter serta asal pembelian
(supplier). Tulangan harus dilindungi dari segala macam kotoran dan minyak,
serta dihindarkan dari pengaruh garam kuat.

Gambar 3.4.4 Fabrikasi Tulangan


Sumber: Dokumentasi Pribadi di Lapangan (2020)
3) Kawat Bendrat
Kawat bendrat merupakan kawat yang berfungsi sebagai pengikat antar
tulangan, seperti tulangan sengkang dengan tulangan longitudinal, tulangan
sengkang dengan tulangan torsi dan yang lainnya, sehingga membentuk suatu
rangkaian tulangan yang siap dicor. Kawat bendrat yang digunakan disini
memiliki diameter 1 mm seperti yang tersaji dalam Gambar 3.4.5 dan
penggunaannya digunakan empat lapis kawat agar lebih kuat dalam mengikat
baja tulangan. Agar baja tulangan saling terikat dengan baik, kawat yang
digunakan harus mempunyai kualitas yang baik dan tidak mudah putus.

60
Laporan Praktik Kerja Industri
Proyek Pembangunan Gedung Pujasera UM/UM MART
Universitas Negeri Malang

Gambar 3.4.5 Kawat Bendrat


Sumber: Dokumentasi Pribadi di Lapangan (2020)
4) Papan Bekisting (Multipleks)
Multipleks digunakan sebagai bahan bekisting karena dapat menghasilkan
permukaan beton yang halus. Multipleks yang digunakan untuk bekisting
kolom memiliki ketebalan 15 mm. Pada Gambar 3.4.6 dapat diketahui bahwa
multipleks ini memiliki lapisan berupa phenolic film.

Gambar 3.4.6 Multipleks dengan Lapisan Phenolic Film


Sumber: Dokumentasi Pribadi di Lapangan (2020)
3.4.2.2 Alat
Alat Pembesian
1. Bar Bender
Bar bender adalah alat atau mesin yang digunakan untuk membengkokkan baja
tulangan dalam berbagai macam sudut sesuai dengan perencanaan. Gambar 3.4.7.
berikut ini merupakan bar bender yang digunakan dalam proses fabrikasi tulangan
pile cap dan sloof.

61
Laporan Praktik Kerja Industri
Proyek Pembangunan Gedung Pujasera UM/UM MART
Universitas Negeri Malang

Gambar 3.4.7 Bar Bender


Sumber: Dokumentasi Pribadi di Lapangan (2020)
2. Bar Cutter
Bar cutter dalam Gambar 3.4.8 merupakan alat yang digunakan untuk
memotong tulangan sesuai dengan ukuran yang diperlukan.

Gambar 3.4.8 Bar Cutter


Sumber: Dokumentasi Pribadi di Lapangan (2020)
3. Slump test
Sebelum beton ready mix Gambar 3.4.9 diaplikasikan untuk pengecoran,
dilakukan pengetesan terlebih dahulu. Peralatan slump test terdiri dari kerucut
terpenggal, batang logam bulat, pelat logam, sendok pengaduk dan meteran. slump
test ini dilakukan untuk mengecek workability beton segar sebelum diaplikasikan
dalam pekerjaan pengecoran. Uji slump test ini dilakukan dilapangan Ketika beton
ready mix baru datang dari pabrik, uji slump test dikerjakan oleh pekerja dan
pengawas dari quality control / pengawas proyek.

62
Laporan Praktik Kerja Industri
Proyek Pembangunan Gedung Pujasera UM/UM MART
Universitas Negeri Malang

Gambar 3.4.9 slump test


Sumber: dokumentasi penulis (2020)
4. Tang Catut
Tang catut pada Gambar 3.4.10 di bawah ini merupakan alat bantu yang
digunakan untuk mengikat kawat bendrat pada tulangan.

Gambar 3.4.10 Tang Catut


Sumber: Dokumentasi Pribadi di Lapangan (2020)
Alat Survey
1. Theodolit
Theodolit merupakan alat ukur yang berfungsi untuk mengukur sudut dalam
bidang horisontal dan vertikal. Theodolit pada Gambar 3.4.11 berfungsi untuk
aplikasi survey, yang diperlukan untuk proyek kontruksi skala besar. Dalam
pekerjaan pile cap dan sloof, theodolit digunakan untuk menandai (marking) pile
cap dan sloof ketika akan dipasangi bekisting.

63
Laporan Praktik Kerja Industri
Proyek Pembangunan Gedung Pujasera UM/UM MART
Universitas Negeri Malang

Gambar 3.4.11 Theodolit


Sumber: Dokumentasi Pribadi di Lapangan (2020)
2. Tripod (Statif)
Tripod atau statif yang tersaji dalam Gambar 3.4.12 merupakan alat yang
berfungsi sebagai tempat atau dudukan pesawat theodolit. Penggunaannya
disesuaikan dengan tinggi orang yang membidik atau mengukur.

Gambar 3.4.12 Tripod atau statif


Sumber: Dokumentasi Pribadi di Lapangan (2020)
3. Meteran
Meteran juga dikenal sebagai pita ukur atau roll meter adalah alat ukur yang
bisa digulung, dengan panjang bervariasi. Dalam pekerjaan pile cap dan sloof,
meteran digunakan sebagai alat bantu untuk marking lokasi kolom dan pengecekan
jarak pile cap dan sloof. Gambar 3.4.13 merupakan meteran yang digunakan
sebagai alat bantu pekerjaan marking pile cap dan sloof.

64
Laporan Praktik Kerja Industri
Proyek Pembangunan Gedung Pujasera UM/UM MART
Universitas Negeri Malang

Gambar 3.4.13 Meteran


Sumber: Dokumentasi Pribadi di Lapangan (2020)
Alat Bekisting
1. Palu
Palu pada Gambar 3.4.14 merupakan alat yang berfungsi untuk memukul atau
memberi tumbukan pada sebuah benda kerja. Pada bekerjaan pile cap dan sloof,
palu digunakan untuk merekatkan pada bekisting dan lain-lain.

Gambar 3.4.14 Palu


Sumber: Dokumentasi Pribadi di Lapangan (2020)
2. Concrete Pump
Concret pump Gambar 3.4.15 merupakan alat untuk memompa beton ready
mix setelah dilakukan slump text sesuai persyartan yan ditentukan dan kemudian di
tuangkan ke bekisting balok dan kolom. Alur untuk memompa beton ke tempat
yang sudah di tentukan, dimulai dari pengangkutan beton ke mobil molen dengan
kapasitas 7 m³. sebelum itu CP harus setting dengan standart waktu 1 jam. setelah
1 jam setting CP (Concret pump), akan dilakukan peroses pancingan adonan Ready
mix dengan menggunakan semen yang diberi air agar adonan ready mix mudah
untuk dipompa dengan maksimal.

65
Laporan Praktik Kerja Industri
Proyek Pembangunan Gedung Pujasera UM/UM MART
Universitas Negeri Malang

Gambar 3.4.15 Bucket dan Pipa Tremie


Sumber: Dokumentasi Pribadi di Lapangan (2020)
3.4.3 Pelaksanaan Pekerjaan Pile Cap dan Sloof
Pelaksanaan pekerjaan pile cap dan sloof diawali dengan pekerjaan
persiapan, marking, diikuti dengan proses fabrikasi tulangan pile cap dan sloof
untuk kemudian dipasang pada lokasi pile cap dan sloof yang dituju. Setelah
pembesian pile cap dan sloof, selanjutnya dilakukan pemasangan bekisting pada
pile cap dan sloof untuk kemudian dilakukan pengecoran. Gambar 3.4.16
merupakan flow chart pekerjaan pile cap dan sloof dari mulai tahap persiapan
hingga pengecoran dan pembongkaran bekisting pile cap dan sloof.

66
Laporan Praktik Kerja Industri
Proyek Pembangunan Gedung Pujasera UM/UM MART
Universitas Negeri Malang

Mulai

Persiapan Persiapan
Marking
Bekisting Sistem Pembesian

Pemasangan
Tulangan & Beton Fabrikasi
Decking

Pemasangan
Bekisting Pile Cap
dan Sloof

Cek Vertikalisasi

Pemberian calbond
pada beton eksisting

Pengecoran

Cek Vertikalisasi
Pembongkaran
Bekisting Pile Cap
dan Sloof

Selesai

Gambar 3.4.16 Flow Chart Pekerjaan Pile Cap dan Sloof


3.4.3.1 Pekerjaan Persiapan
Pekrjaan persiapan adalah pekerjaan yang dilakukan untuk
mempersiapkan segala keperluan pekerjaan pile cap dan sloof seperti ketersediaan
bahan material, kondisi lapangan dan para pekerja yang akan terlibat. Beberapa hal
yang dilakukan dalam pekerjaan persiapan pile cap dan sloof adalah sebagai
berikut:

67
Laporan Praktik Kerja Industri
Proyek Pembangunan Gedung Pujasera UM/UM MART
Universitas Negeri Malang

1. Pembersihan lokasi untuk pekerjaan pile cap dan sloof seperti lokasi
pembesian, lokasi vabrikasi dan lokasi untuk penempatan bekisting pile
cap dan sloof.
2. Persiapan bahan-bahan material untuk proses pekerjaan pile cap dan sloof
sesuai dengan tahapannya. Hal ini bertujuan agar para pekerja tidak
mengalami keterlambatan dalam bekerja akibat tidak siapnya bahan dan
alat.
3. Mempersiapkan para pekerja dan orang-orang yang akan terlibat dalam
pekerjaan.
3.4.3.2 Penentuan Titik As Kolom (Marking)
Penentuan titik as pile cap dan sloof merupakan pekerjaan pengukuran
atau pematokan yang berupa garis pinjaman atau garis batas sebagai penentu letak
pile cap dan sloof. Titik-titik as pile cap dan sloof diperoleh dari hasil pekerjaan tim
surveyor berdasarkan gambar rencana. Titik as pile cap dan sloof sangat penting
dalam pekerjaan pile cap dan sloof karena letak titik as kolom akan menentukan
verticality atau ketegakkan pile cap dan sloof dalam suatu bangunan.
Alat dan bahan yang diperlukan dalam pekerjaan ini adalah:
- Theodolit
- Alat sipatan
- Alat bantu lain (pensil, spidol, sikat, dan air)
Tenaga kerja yang diperlukan dalam pekerjaan ini adalah:
- Surveyor : 1 orang
- Asisten surveyor : 2 orang
Prosedur pekerjaan penentuan titik as pile cap dan sloof:
5. Membaca gambar rencana sebagai acuan pelaksanaan pekerjaan.
6. Menentukan satu titik acuan sebagai pedoman as bangunan di tempat yang
tidak terganggu oleh aktivitas selama pembangunan berlangsung.
7. Membuat titik-titik as pile cap dan sloof satu elevasi sesuai gambar
rencana berdasarkan pedoman as bangunan. Digunakan alat theodolit
untuk menentukan titik pada satu garis.

68
Laporan Praktik Kerja Industri
Proyek Pembangunan Gedung Pujasera UM/UM MART
Universitas Negeri Malang

Untuk mengurangi resiko kesalahan dalam penentuan as pile cap dan sloof,
maka sebelum pekerjaan pile cap dan sloof dilaksanakan, perlu dilakukan
pengukuran ulang untuk memeriksa letak titik-titik as pile cap dan sloof tersebut
pada Gambar 3.4.17.

Gambar 3.4.17 Marking Lokasi pile cap dan sloof oleh Surveyor
Sumber: Dokumentasi Pribadi di Lapangan (2020)
3.4.3.3 Pekerjaan Penulangan atau Pembesian Pile Cap dan Sloof
1. Pengukuran dan Pemotongan Tulangan
Panjang tulangan yang akan dipotong harus diukur sesuai dengan gambar
perencanaan yang telah dibuat oleh perencana, di samping itu kontraktor perlu
membuat Bar Bending Schedule (BBS) sesuai dengan ketentuan SNI
2847:2013 tentang Persyaratan Beton Struktural untuk Bangunan Gedung. Bar
Bending Schedule (BBS) yang dibuat meliputi sketsa bentuk tulangan, ukuran
bentuk tulangan, panjang bahan, panjang tekuk, radius tekuk, jumlah dan berat
tulangan serta arus/alir pemakaian material hingga sisa (waste akhir).
Sehingga, dapat diketahui kebutuhan tulangan beton yang diperlukan.
Setelah pengukuran, tulangan dipotong dengan bar cutter sesuai dengan
ukuran yang telah dibuat. Proses pemotongan dengan bar cutter dilakukan oleh
2 (dua) orang pekerja yang saling bekerja sama, satu orang pekerja bertugas
mengoperasikan mesin pemotong dan satu lainnya memegangi tulangan agar
tepat pada ukurannya.

69
Laporan Praktik Kerja Industri
Proyek Pembangunan Gedung Pujasera UM/UM MART
Universitas Negeri Malang

2. Pembengkokan Tulangan
Tulangan yang telah dipotong, dibengkokan sesuai dengan ukuran pada
Bar Bending Schedule (BBS) yang telah dibuat. Pembengkokan tulangan
dilakukan oleh satu sampai dua orang pekerja dengan bantuan alat bar bender
seperti pada Gambar 3.4.18.

Gambar 3.4.18 Proses Pengukuran, Pemotongan dan Pembengkokan Tulangan


Sumber: Dokumentasi Pribadi di Lapangan (2020)
3. Perangkaian Tulangan
Tulangan longitudinal pile cap dan sloof diberi overstek untuk kolom pada
pile cap. Hal ini dikarenakan terdapat overstek tulangan pile cap yang kerjakan
pada pile cap sehingga overstek ini perlu dicor bersamaan dengan pile cap
seperti pada Gambar 3.4.19.

Gambar 3.4.19 Proses Penulangan Pile Cap


Sumber: Dokumentasi Pribadi di Lapangan (2020)

70
Laporan Praktik Kerja Industri
Proyek Pembangunan Gedung Pujasera UM/UM MART
Universitas Negeri Malang

Sedangkan tulangan pile cap dan sloof di atas lantai kerja dilakukan
fabrikasi terlebih dahulu seperti pada Gambar 3.4.19 untuk kemudian dipasang
di lokasi yang ditentukan. Tulangan pile cap bagian atas diberi overstek 50 cm
sebagai sambungan untuk kolom di atasnya. Pemasangan tulangan pile cap dan
sloof di atas lantai kerja ini dikerjakan secara manual membutukan 2-3 tukang
untuk pekerjaannya (Gambar 3.4.20).

Gambar 3.4.20 Proses Penulangan Pile Cap dan Sloof


Sumber: Dokumentasi Pribadi di Lapangan (2020)
4. Pemasangan Beton Decking
Beton decking atau biasa disebut juga dengan tahu beton merupakan spesi
yang dibentuk sesuai dengan ukuran selimut beton yang telah direncanakan.
Dalam pembuatannya, beton decking diisi dengan kawat bendrat pada bagian
tengah yang nantinya berfungsi sebagai pengikat pada tulangan pile cap dan
sloof. Beton decking berfungsi untuk menjaga tulangan pile cap dan sloof agar
sesuai dengan posisi yang diinginkan serta tulangan dapat terselimuti dengan
cukup beton, sehingga diperoleh kekuatan pile cap dan sloof yang maksimal.
Gambar 3.4.21 berikut ini merupakan beton decking yang telah terpasang pada
tulangan pile cap dan sloof.

71
Laporan Praktik Kerja Industri
Proyek Pembangunan Gedung Pujasera UM/UM MART
Universitas Negeri Malang

Gambar 3.4.21 Beton Decking yang Terpasang pada Tulangan Pile Cap dan Sloof
Sumber: Dokumentasi Pribadi di Lapangan (2020)
3.4.3.4 Pekerjaan Bekisting Pile Cap dan Sloof
Tahap pertama pekerjaan bekisting pile cap dan sloof di lapangan adalah
merangkai bekisting sistem yang telah difabrikasi. Bekisting sistem merupakan
suatu inovasi sistem bekisting yang dibuat dalam rangka efisiensi biaya dan waktu
pengerjaan proyek. Dimensi bekisting sistem dapat disesuaikan dengan kebutuhan
dimensi pile cap dan sloof di lapangan. Sehingga bekisting pile cap dan sloof ini
dapat digunakan untuk berbagai ukuran pile cap dan sloof. Berikut merupakan
langkah-langkah dalam pengerjaan bekisting pile cap dan sloof:
1. Menyiapkan bekisting sistem yang telah difabrikasi, seperti pada Gambar
3.4.22.

Gambar 3.4.22 Bekisting Sistem yang Telah difabrikasi


Sumber: Dokumentasi Pribadi di Lapangan (2020)
2. Merangkai bekisting sistem sesuai dimensi pile cap dan sloof yang
diperlukan. Proses perakitan bekisting pile cap dan sloof ini dilakukan oleh

72
Laporan Praktik Kerja Industri
Proyek Pembangunan Gedung Pujasera UM/UM MART
Universitas Negeri Malang

2-3 orang pekerja. Gambar 3.4.23 merupakan bekisting sistem yang telah
dirangkai.

Gambar 3.4.23 Bekisting Sistem yang Telah dirangkai lantai kerja


Sumber: Dokumentasi Pribadi di Lapangan (2020)
3. Melakukan marking lokasi penempatan bekisting pile cap dan sloof oleh
surveyor. Hal ini dilakukan agar lokasi pengecoran pile cap dan sloof tepat
sesuai dengan lokasi yang direncanakan.
4. Setelah bekisting pile cap dan sloof telah dipastikan terpasang kuat,
dilakukan proses pengecoran pile cap dan sloof.
3.4.3.5 Pekerjaan Pengecoran Pile Cap dan Sloof
Sebelum melaksanakan proses pengecoran pada pile cap dan sloof, perlu
dilakukan pekerjaan persiapan untuk meminimalisir kesalahan pasca
pengecoran. Persiapan yang perlu dilakukan meliputi persiapan peralatan,
bahan dan tenaga kerja yang akan melaksanakan pengecoran. Pengecoran
dilakukan setelah pekerjaan penulangan dan bekisting selesai dikerjakan.
Proses pengecoran dilakukan menggunakan beton ready mix dengan mutu fc’
25 MPa. Berikut merupakan langkah-langkah dalam pengecoran pile cap dan
sloof:
1. Memastikan bahwa bekisting pile cap dan sloof telah rapat dan kokoh.
2. Pemberian calbond pada beton eksisting. Calbond atau biasa disebut juga
dengan lem beton merupakan cairan pekat berwarna putih yang digunakan
untuk merekatkan beton eksisting dengan beton baru yang akan dicor.

73
Laporan Praktik Kerja Industri
Proyek Pembangunan Gedung Pujasera UM/UM MART
Universitas Negeri Malang

3. Melakukan pemesanan beton ready mix dengan mutu fc’ 25 MPa. Pada
setiap pengiriman, satu mixer truck mampu mengangkut sebanyak 5 – 7
m3 beton ready mix tergantung perusahaan penyedia beton.
4. Beton ready mix harus diaduk dengan menggunakan mixer truck yang
bekerja dengan baik dan dilaksanakan selama pengecoran berlangsung
seperti pada Gambar 3.4.24.

Gambar 3.4.24 Mixer Truck yang Mengaduk Beton


Sumber: Dokumentasi Pribadi di Lapangan (2020)
5. Sebelum melakukan proses pengecoran, beton ready mix perlu di tes slump
seperti pada Gambar 3.4.25 dan diambil beberapa sampel untuk diuji kuat
tekan di Laboratorium Beton dan Bahan Bangunan Institut Teknologi
Sepuluh Nopember.

Gambar 3.4.25 Uji Slump Beton Ready Mix


Sumber: Dokumentasi Pribadi di Lapangan (2020)

74
Laporan Praktik Kerja Industri
Proyek Pembangunan Gedung Pujasera UM/UM MART
Universitas Negeri Malang

Pengujian kuat tekan beton dilakukan oleh supplier penyedia beton ready
mix bersama pihak proyek dan dilakukan di laboratorium yang telah
disepakati dalam kontrak proyek. Dalam proyek ini, pengujian kuat tekan
dilakukan mengetahui kuat tekan beton. Umur beton yang diuji beragam
seperti 7 hari, 14 hari. digunakan sebagai dokumen pertanggungjawaban
kontraktor pelaksana kepada pemilik proyek (owner).
6. Pengecoran pile cap dan sloof dilakukan dengan menggunakan CP
(Concrete Pump), untuk kemudian diangkat dan dituangkan ke bagian pile
cap dan sloof yang siap dicor seperti pada Gambar 3.4.26.

Gambar 3.4.26 Pengecoran pile cap dan sloof dengan Menggunakan Concrete
Pump
Sumber: Dokumentasi Pribadi di Lapangan (2020)
7. Setelah beton masuk ke dalam bekisting pile cap dan sloof, selanjutnya
dilakukan proses perataan menggunakan concrete vibrator. Hal ini
dilakukan untuk mencegah timbulnya rongga-rongga pada beton.
8. Setelah seluruh pile cap dan sloof dicor dan dipastikan tegak, selanjutnya
adalah proses pengeringan beton sebelum dibongkar.
3.4.3.6 Pekerjaan Pembongkaran Bekisting Pile Cap dan Sloof
Pekerjaan pembongkaran bekisting pile cap dan sloof dilakukan setelah
beton berumur + 7 hari, pada saat beton telah cukup kuat untuk menahan beban
sendiri serta beban yang bekerja pada beton tersebut. Pembongkaran bekisting pile
cap dan sloof dilakukan dengan cara manual dilepas oleh tukang. Bekisting yang

75
Laporan Praktik Kerja Industri
Proyek Pembangunan Gedung Pujasera UM/UM MART
Universitas Negeri Malang

telah dibongkar dibersihkan dari sisa-sisa beton yang melekat dan disimpan pada
tempat yang terlindung agar dapat digunakan untuk pekerjaan pengecoran
selanjutnya. Jumlah tenaga kerja yang diperlukan untuk pekerjaan pembongkaran
bekisting pile cap dan sloof sebanyak 2-3 pekerja per pile cap dan sloof. Pekerjaan
pembongkaran bekisting pile cap dan sloof dilakukan dengan tidak mengurangi
keamanan dan kemampuan strukturnya. Alat yang digunakan selama
pembongkaran antara lain linggis, palu, dan alat penunjang lainnya. Berikut ini
adalah langkah-langkah pengerjaan pembongkaran bekisting pile cap dan sloof:
1. Melepaskan bekisting pada pile cap dan sloof.
2. Kemudian bagian bawah bekisting sistem dicongkel, hal ini harus
dilakukan dengan hati-hati untuk menghindari terjadinya cacat pada beton
pile cap dan sloof.
3. Setelah itu, bekisting sistem dilepas dengan hati-hati seperti pada Gambar
3.4.27.

Gambar 3.4.27 Pembongkaran Bekisting pile cap dan sloof


Sumber: Dokumentasi Pribadi di Lapangan (2020)
4. Bekisting yang telah dilepas, dibersihkann agar dapat digunakan kembali
untuk pemakaian pile cap dan sloof berikutnya.
3.5 Metode Pelaksanaan Pekerjaan Kolom
3.5.1 Lingkup Pekerjaan
Pada kegiatan praktik industri pada proyek Pembangunan Gedung UM
MART (Pujasera UM) ini dilakukan pengamatan pada seluruh pekerjaan struktur.
Kolom merupakan elemen struktur tekan bangunan yang berfungsi untuk menahan

76
Laporan Praktik Kerja Industri
Proyek Pembangunan Gedung Pujasera UM/UM MART
Universitas Negeri Malang

gaya aksial dan momen lentur untuk diteruskan ke pondasi. Bahan konstruksi
kolom pada bangunan ini menggunakan beton bertulang. Beton bertulang sering
digunakan sebagai material dalam konstruksi gedung karena lebih mudah diperoleh
sehingga lebih ekonomis dibanding konstruksi lainnya. Beton pada konstruksi
berfungsi untuk menahan gaya tekan, sedangkan tulangan baja berfungsi untuk
menahan gaya tarik yang bekerja pada elemen struktur.
Dalam pelaksanaan pekerjaan terdapat syarat-syarat yang harus dipenuhi,
sehingga dapat dihasilkan struktur bangunan yang kuat, aman serta sesuai dengan
perencanaan. Syarat-syarat tersebut adalah sebagai berikut:
a. Rencana kerja dan syarat-syarat (RKS).
b. Berita acara penjelasan pekerjaan (Aanwijzing).
c. Gambar rencana (bestek) atau Detail Engneering Design (DED).
d. Penjelasan dan petunjuk dari konsultan pengawas selama pelaksanaan
pekerjaan.
Pada Gambar 3.5.1 dan Gambar 3.5.2 di bawah disajikan denah rencana
kolom lantai 1 dan lantai 2. Denah ini digunakan sebagai acuan dalam pelaksanaan
pekerjaan kolom agar hasil pekerjaan dapat sesuai dengan perencanaan. Selain
denah perencanaan kolom, diperlukan gambar detail penulangan setiap tipe kolom
yang ada pada bangunan. Hal ini diperlukan untuk mempermudah kontraktor
pelaksana proyek dalam mengerjakan proyek. Detail penulangan kolom disajikan
dalam Tabel 3.5.1.

77
Laporan Praktik Kerja Industri
Proyek Pembangunan Gedung Pujasera UM/UM MART
Universitas Negeri Malang

Gambar 3.5.1 Area Khusus Pembagian Laporan PI Denah Kolom Lt. 1


Sumber: Dokumen Proyek (2020) 78
Laporan Praktik Kerja Industri
Proyek Pembangunan Gedung Pujasera UM/UM MART
Universitas Negeri Malang

Gambar 3.5.2 Area Khusu Pembagian Laporan PI Denah Kolom Lt. 2 79


Sumber: Dokumen Proyek (2020)
Laporan Praktik Kerja Industri
Proyek Pembangunan Gedung Pujasera UM/UM MART
Universitas Negeri Malang

Tabel 3.5.1 Dimensi Kebutuhan Tulangan Kolom Gedung UM MART (Pujasera


UM)

Pada proyek Pembangunan Gedung UM MART (Pujasera UM) terdapat


Dua jenis kolom yang digunakan, seperti yang tersaji dalam Tabel 3.5.1. Namun,
kolom utama di setiap lantainya menggunakan kolom tipe K1 dan ada tambahan
kolom K2. Kolom tipe K1 memiliki dimensi 40 cm x 40 cm dengan jumlah tulangan
utama sebanyak 8 buah dan berdiameter D19 mm. Tulangan sengkang pada kolom
K1 berbentuk segi empat dan menggunakan tulangan ulir berdiameter D10 mm
dengan jarak 10 cm untuk bagian tumpuan dan 15 cm untuk bagian lapangan.
Sedangkan untuk kolom K2 memiliki demensi 30 cm x 30 cm dengan jumlah
tulangan 8 dan berdiameter D16 menggukan tulangan sengkan berdiameter D10
berbentuk segi empat dan berjarak 10 cm. Berikut ini merupakan fungsi dari
tulangan sengkang:
1. Memberi tumpuan lateral pada tulangan longitudinal (mengurangi tekuk).
2. Memberi kekangan terhadap inti beton.
3. Meningkatkan tahanan tulangan longitudinal terhadap tekuk.
4. Memberi bentuk pada kolom dan mempertahankan posisi tulangan
longitudinal selama pengecoran.
5. Sebagai tulangan penahan geser.
Kolom dengan sengkang persegi menunjukkan perilaku yang sedikit
berbeda pada saat keruntuhan. Selimut beton akan pecah dan mengelupas ketika

80
Laporan Praktik Kerja Industri
Proyek Pembangunan Gedung Pujasera UM/UM MART
Universitas Negeri Malang

beban ultimit pada kolom telah tercapai. Peristiwa ini akan segera diikuti dengan
tertekuknya tulangan longitudinal ke arah luar dari penampang kolom apabila tidak
disediakan tulangan sengkang dengan jarak yang cukup rapat. Bagian beton pada
inti kolom hancur setelah beban ultimit tercapai. Keruntuhan ini bersifat getas dan
terjadi secara tiba-tiba dan lebih sering terjadi pada struktur yang menerima beban
gempa tanpa detailing yang memadai.
3.5.2 Bahan dan Alat
3.5.2.1 Bahan
1. Beton Ready Mix
Beton ready mix merupakan beton siap pakai yang dibuat sesuai dengan
mutu pesanan sehingga dapat langsung digunakan untuk keperluan
pengecoran. Pihak kontraktor dari PT. Adhitama Global Mandiri Beton yang
digunakan berasal dari supplier Sub Kontraktor PT. UJB Untuk pengecoran
dengan metode manual. Beton ready mix diangkut dari batching plant ke lokasi
proyek dengan menggunakan concrete mixer truck seperti pada Gambar 3.5.3.
Concrete Mixer ini disediakan oleh supplier. Mutu beton yang digunakan untuk
pekerjaan kolom adalah sebesar fc’ 25 MPa.

Gambar 3.5.3 Mixer Truck yang Berisi Beton Ready Mix


Sumber: Dokumentasi Pribadi di Lapangan (2020)
2. Tulangan Baja
Tulangan yang digunakan pada proyek ini dipesan dari satu tulangan baja.
Untuk tulangan dengan diameter D19 mm, D16 mm, dan D10 mm. Tulangan
longitudinal kolom utama menggunakan tulangan ulir dengan diameter D19

81
Laporan Praktik Kerja Industri
Proyek Pembangunan Gedung Pujasera UM/UM MART
Universitas Negeri Malang

mm dan tulangan ulir dengan diameter D16. Sedangkan tulangan sengkang


kolom menggunakan tulangan D10. Dimensi tulangan ini harus disesuaikan
dengan dokumen perencanaan yang telah dibuat dan disepakati.
Seperti pada Gambar 3.5.4 tulangan harus disimpan pada tempat yang
bebas dari lembab, dipisahkan sesuai dengan diameter serta asal pembelian
(supplier). Tulangan harus dilindungi dari segala macam kotoran dan minyak,
serta dihindarkan dari pengaruh garam kuat.

Gambar 3.5.4 Fabrikasi Tulangan


Sumber: Dokumentasi Pribadi di Lapangan (2020)
3. Kawat Bendrat
Kawat bendrat merupakan kawat yang berfungsi sebagai pengikat antar
tulangan, seperti tulangan sengkang dengan tulangan longitudinal, tulangan
sengkang dengan tulangan torsi dan yang lainnya, sehingga membentuk suatu
rangkaian tulangan yang siap dicor. Kawat bendrat yang digunakan disini
memiliki diameter 1 mm seperti yang tersaji dalam Gambar 3.5.5 dan
penggunaannya digunakan empat lapis kawat agar lebih kuat dalam mengikat
baja tulangan. Agar baja tulangan saling terikat dengan baik, kawat yang
digunakan harus mempunyai kualitas yang baik dan tidak mudah putus.

82
Laporan Praktik Kerja Industri
Proyek Pembangunan Gedung Pujasera UM/UM MART
Universitas Negeri Malang

Gambar 3.5.5 Kawat Bendrat


Sumber: Dokumentasi Pribadi di Lapangan (2020)
4. Papan Bekisting (Multipleks)
Multipleks digunakan sebagai bahan bekisting karena dapat menghasilkan
permukaan beton yang halus. Multipleks yang digunakan untuk bekisting
kolom memiliki ketebalan 15 mm. Pada Gambar 3.5.6 dapat diketahui bahwa
multipleks ini memiliki lapisan berupa phenolic film.

Gambar 3.5.6 Multipleks dengan Lapisan Phenolic Film


Sumber: Dokumentasi Pribadi di Lapangan (2020)
3.5.2.2 Alat
Alat Pembesian
1. Bar Bender
Bar bender adalah alat atau mesin yang digunakan untuk membengkokkan baja
tulangan dalam berbagai macam sudut sesuai dengan perencanaan. Gambar 3.5.7
berikut ini merupakan bar bender yang digunakan dalam proses fabrikasi tulangan
kolom.

83
Laporan Praktik Kerja Industri
Proyek Pembangunan Gedung Pujasera UM/UM MART
Universitas Negeri Malang

Gambar 3.5.7 Bar Bender


Sumber: Dokumentasi Pribadi di Lapangan (2020)
2. Bar Cutter
Bar cutter dalam Gambar 3.5.8 merupakan alat yang digunakan untuk
memotong tulangan sesuai dengan ukuran yang diperlukan.

Gambar 3.5.8 Bar Cutter


Sumber: Dokumentasi Pribadi di Lapangan (2020)
3. Slump test
Sebelum beton ready mix Gambar 3.5.9 diaplikasikan untuk pengecoran,
dilakukan pengetesan terlebih dahulu. Peralatan slump test terdiri dari kerucut
terpenggal, batang logam bulat, pelat logam, sendok pengaduk dan meteran. slump
test ini dilakukan untuk mengecek workability beton segar sebelum diaplikasikan
dalam pekerjaan pengecoran. Uji slump test ini dilakukan dilapangan Ketika beton

84
Laporan Praktik Kerja Industri
Proyek Pembangunan Gedung Pujasera UM/UM MART
Universitas Negeri Malang

ready mix baru datang dari pabrik, uji slump test dikerjakan oleh pekerja dan
pengawas dari quality control / pengawas proyek.

Gambar 3.5.9 slump test


Sumber: dokumentasi penulis (2020)
4. Tang Catut
Tang catut pada Gambar 3.5.10 di bawah ini merupakan alat bantu yang
digunakan untuk mengikat kawat bendrat pada tulangan.

Gambar 3.5.10 Tang Catut


Sumber: Dokumentasi Pribadi di Lapangan (2020)
Alat Survey
1. Theodolit
Theodolit merupakan alat ukur yang berfungsi untuk mengukur sudut dalam
bidang horisontal dan vertikal. Theodolit pada Gambar 3.5.11 berfungsi untuk
aplikasi survey, yang diperlukan untuk proyek kontruksi skala besar. Dalam
pekerjaan kolom, theodolit digunakan untuk menandai (marking) posisi kolom
ketika akan dipasangi bekisting.

85
Laporan Praktik Kerja Industri
Proyek Pembangunan Gedung Pujasera UM/UM MART
Universitas Negeri Malang

Gambar 3.5.11 Theodolit


Sumber: Dokumentasi Pribadi di Lapangan (2020)
2. Tripod (Statif)
Tripod atau statif yang tersaji dalam Gambar 3.5.12 merupakan alat yang
berfungsi sebagai tempat atau dudukan pesawat theodolit. Penggunaannya
disesuaikan dengan tinggi orang yang membidik atau mengukur.

Gambar 3.5.12 Tripod atau statif


Sumber: Dokumentasi Pribadi di Lapangan (2020)
3. Alat Penyipat
Dalam pekerjaan kolom, alat penyipat berfungsi sebagai penanda letak kolom
ketika melakukan marking. Alat ini memiliki benang yang dilapisi dengan tinta bak
seperti pada Gambar 3.5.13.

86
Laporan Praktik Kerja Industri
Proyek Pembangunan Gedung Pujasera UM/UM MART
Universitas Negeri Malang

Gambar 3.5.13 Alat Penyipat


Sumber: Dokumentasi Pribadi di Lapangan (2020)
4. Meteran
Meteran juga dikenal sebagai pita ukur atau roll meter adalah alat ukur yang
bisa digulung, dengan panjang bervariasi. Dalam pekerjaan kolom, meteran
digunakan sebagai alat bantu untuk marking lokasi kolom dan pengecekan
vertikalisasi kolom. Gambar 3.5.14 merupakan meteran yang digunakan sebagai
alat bantu pekerjaan marking kolom.

Gambar 3.5.14 Meteran


Sumber: Dokumentasi Pribadi di Lapangan (2020)
Alat Bekisting
1. Tie Rod dan Wingnut
Tie Rod dan wingnut merupakan alat untuk mengunci atau mengeratkan hollow
pada pekerjaan bekisting. Bentuk serta pemasangan tie rod dan wingnut dapat
dilihat pada Gambar 3.5.15 dan Gambar 3.5.16 berikut.

87
Laporan Praktik Kerja Industri
Proyek Pembangunan Gedung Pujasera UM/UM MART
Universitas Negeri Malang

(a) (b)
Gambar 3.5.15 (a) Tie rod (b) wingnut
Sumber: Dokumentasi Pribadi di Lapangan (2020)

Gambar 3.5.16 Tie rod dan wingnut yang Terpasang pada Bekisting Kolom
Sumber: Dokumentasi Pribadi di Lapangan (2020)
2. Besi siku
Besi siku merupakan besi yang memiliki bentuk siku dengan penampang
berbentuk leter L, sehingga sering disebut dengan ‘besi siku’. Pada pekerjaan
kolom, besi siku digunakan sebagai rangka dari bekisting sistem dengan dimensi
50 x 50 mm tebal 5 mm. Namun, besi siku ini langsung diaplikasikan ke Multipleks
sebelum digunakan untuk pembekistingan. Seperti pada Gambar 3.5.17 berikut ini.

88
Laporan Praktik Kerja Industri
Proyek Pembangunan Gedung Pujasera UM/UM MART
Universitas Negeri Malang

Gambar 3.5.17 Rangka Bekisting Sistem yang Telah Difabrikasi


Sumber: Dokumentasi Pribadi di Lapangan (2020)
3. Palu
Palu pada Gambar 3.5.18 merupakan alat yang berfungsi untuk memukul atau
memberi tumbukan pada sebuah benda kerja. Pada bekerjaan kolom, palu
digunakan untuk menguatkan kuncian tie rod pada bekisting dan lain-lain.

Gambar 3.5.18 Palu


Sumber: Dokumentasi Pribadi di Lapangan (2020)
4. Benang
Benang pada Gambar 3.5.19 merupakan alat yang berfungsi sebagai
penggantung unting-unting yang digunakan untuk mengecek vertikalisasi kolom.

89
Laporan Praktik Kerja Industri
Proyek Pembangunan Gedung Pujasera UM/UM MART
Universitas Negeri Malang

Gambar 3.5.19 Benang


Sumber: Dokumentasi Pribadi di Lapangan (2020)
5. Unting – unting
Unting-unting merupakan pemberat yang berfungsi untuk mengecek
vertikalisasi kolom. Penggunaan unting-unting ini dilakukan dengan dikaitkan pada
benang. Gambar 3.5.20 berikut merupakan bentuk dari unting-unting.

Gambar 3.5.20 Unting-Unting


Sumber: Dokumentasi Pribadi di Lapangan (2020)
6. Push Pull
Push pull pada Gambar 3.5.21 merupakan alat untuk perkuatan dinding
bekisting kolom. Push pull dipasang dari base plate ke lock beam (sabuk) kolom
dengan connector khusus. Push pull memiliki dimensi beragam, mulai dari 1 m, 2
m dan 4 m, sehingga dapat disesuaikan dengan tinggi kolom yang diperlukan.
Gambar 3.5.22 merupakan push pull yang telah terpasang pada bekisting kolom.

90
Laporan Praktik Kerja Industri
Proyek Pembangunan Gedung Pujasera UM/UM MART
Universitas Negeri Malang

Gambar 3.5.21 Push Pull


Sumber: Dokumentasi Pribadi di Lapangan (2020)

Gambar 3.5.22 Bekisting Kolom yang Telah dipasangi Push Pull


Sumber: Dokumentasi Pribadi di Lapangan (2020)
7. Concrete Pump
Concret pump Gambar 3.5.23 merupakan alat untuk memompa beton ready
mix setelah dilakukan slump text sesuai persyartan yan ditentukan dan kemudian di
tuangkan ke bekisting balok dan kolom. Alur untuk memompa beton ke tempat
yang sudah di tentukan, dimulai dari pengangkutan beton ke mobil molen dengan
kapasitas 7 m³. sebelum itu CP harus setting dengan standart waktu 1 jam. setelah
1 jam setting CP (Concret pump), akan dilakukan peroses pancingan adonan Ready
mix dengan menggunakan semen yang diberi air agar adonan ready mix mudah
untuk dipompa dengan maksimal.

91
Laporan Praktik Kerja Industri
Proyek Pembangunan Gedung Pujasera UM/UM MART
Universitas Negeri Malang

Gambar 3.5.23 Bucket dan Pipa Tremie


Sumber: Dokumentasi Pribadi di Lapangan (2020)
3.5.3 Pelaksanaan Pekerjaan Kolom
Pelaksanaan pekerjaan kolom diawali dengan pekerjaan persiapan,
marking, diikuti dengan proses fabrikasi tulangan kolom untuk kemudian dipasang
pada lokasi kolom yang dituju. Setelah pembesian kolom, selanjutnya dilakukan
pemasangan bekisting pada kolom untuk kemudian dilakukan pengecoran. Gambar
3.5.24 merupakan flow chart pekerjaan kolom dari mulai tahap persiapan hingga
pengecoran dan pembongkaran bekisting kolom.

92
Laporan Praktik Kerja Industri
Proyek Pembangunan Gedung Pujasera UM/UM MART
Universitas Negeri Malang

Mulai

Persiapan Persiapan
Marking
Bekisting Sistem Pembesian

Pemasangan Tulangan
& Beton Decking
Fabrikasi

Pemasangan Sepatu
Kolom

Pemasangan
Bekisting Kolom

Cek Vertikalisasi
Pemberian calbond
pada beton eksisting

Pengecoran

Cek Vertikalisasi
Pembongkaran
Bekisting Kolom

Selesai

Gambar 3.5.24 Flow Chart Pekerjaan Kolom


3.5.3.1 Pekerjaan Persiapan
Pekrjaan persiapan adalah pekerjaan yang dilakukan untuk
mempersiapkan segala keperluan pekerjaan kolom seperti ketersediaan bahan
material, kondisi lapangan dan para pekerja yang akan terlibat. Beberapa hal yang
dilakukan dalam pekerjaan persiapan kolom adalah sebagai berikut:
1. Pembersihan lokasi untuk pekerjaan kolom seperti lokasi pembesian,
lokasi vabrikasi dan lokasi untuk penempatan bekisting kolom.

93
Laporan Praktik Kerja Industri
Proyek Pembangunan Gedung Pujasera UM/UM MART
Universitas Negeri Malang

2. Persiapan bahan-bahan material untuk proses pekerjaan kolom sesuai


dengan tahapannya. Hal ini bertujuan agar para pekerja tidak mengalami
keterlambatan dalam bekerja akibat tidak siapnya bahan dan alat.
3. Mempersiapkan para pekerja dan orang-orang yang akan terlibat dalam
pekerjaan.
3.5.3.2 Penentuan Titik As Kolom (Marking)
Penentuan titik as kolom merupakan pekerjaan pengukuran atau
pematokan yang berupa garis pinjaman atau garis batas sebagai penentu letak
kolom. Titik-titik as kolom diperoleh dari hasil pekerjaan tim surveyor berdasarkan
gambar rencana. Titik as kolom sangat penting dalam pekerjaan kolom karena letak
titik as kolom akan menentukan verticality atau ketegakkan kolom dalam suatu
bangunan.
Alat dan bahan yang diperlukan dalam pekerjaan ini adalah:
- Theodolit
- Alat sipatan
- Alat bantu lain (pensil, spidol, sikat, dan air)
Tenaga kerja yang diperlukan dalam pekerjaan ini adalah:
- Surveyor : 1 orang
- Asisten surveyor : 2 orang
Prosedur pekerjaan penentuan titik as kolom:
1. Membaca gambar rencana sebagai acuan pelaksanaan pekerjaan.
2. Menentukan satu titik acuan sebagai pedoman as bangunan di tempat yang
tidak terganggu oleh aktivitas selama pembangunan berlangsung.
3. Membuat titik-titik as kolom satu elevasi sesuai gambar rencana
berdasarkan pedoman as bangunan. Digunakan alat theodolit untuk
menentukan titik pada satu garis.
4. Pemberian garis pinjaman atau garis as dengan meggunakan sipatan
(marker) untuk menentukan batas-batas pekerjaan kolom seperti pada
Gambar 3.5.25.
5. Untuk menentukan titik as kolom pada lantai berikutnya, digunakan
lubang sparing sebagai acuan verticality gedung. Lubang ini berada pada

94
Laporan Praktik Kerja Industri
Proyek Pembangunan Gedung Pujasera UM/UM MART
Universitas Negeri Malang

plat lantai yang sudah dicor untuk lantai 2 dan untuk lantai 1 langsung
dilapangan sebesar 25 cm x 25 cm. Lubang harus berada pada satu titik
vertikal dari lantai paling bawah sampai lantai paling atas .
Untuk mengurangi resiko kesalahan dalam penentuan as kolom, maka
sebelum pekerjaan kolom dilaksanakan, perlu dilakukan pengukuran ulang untuk
memeriksa letak titik-titik as kolom tersebut.

Gambar 3.5.25 Marking Lokasi Kolom oleh Surveyor


Sumber: Dokumentasi Pribadi di Lapangan (2020)
3.5.3.3 Pekerjaan Penulangan atau Pembesian Kolom
1. Pengukuran dan Pemotongan Tulangan
Panjang tulangan yang akan dipotong harus diukur sesuai dengan gambar
perencanaan yang telah dibuat oleh perencana, di samping itu kontraktor perlu
membuat Bar Bending Schedule (BBS) sesuai dengan ketentuan SNI
2847:2013 tentang Persyaratan Beton Struktural untuk Bangunan Gedung. Bar
Bending Schedule (BBS) yang dibuat meliputi sketsa bentuk tulangan, ukuran
bentuk tulangan, panjang bahan, panjang tekuk, radius tekuk, jumlah dan berat
tulangan serta arus/alir pemakaian material hingga sisa (waste akhir).
Sehingga, dapat diketahui kebutuhan tulangan beton yang diperlukan.
Setelah pengukuran, tulangan dipotong dengan bar cutter sesuai dengan
ukuran yang telah dibuat. Proses pemotongan dengan bar cutter dilakukan oleh
2 (dua) orang pekerja yang saling bekerja sama, satu orang pekerja bertugas
mengoperasikan mesin pemotong dan satu lainnya memegangi tulangan agar
tepat pada ukurannya.

95
Laporan Praktik Kerja Industri
Proyek Pembangunan Gedung Pujasera UM/UM MART
Universitas Negeri Malang

2. Pembengkokan Tulangan
Tulangan yang telah dipotong, dibengkokan sesuai dengan ukuran pada
Bar Bending Schedule (BBS) yang telah dibuat. Pembengkokan tulangan
dilakukan oleh satu sampai dua orang pekerja dengan bantuan alat bar bender
seperti pada Gambar 3.5.26.

Gambar 3.5.26 Proses Pengukuran, Pemotongan dan Pembengkokan Tulangan


Sumber: Dokumentasi Pribadi di Lapangan (2020)
3. Perangkaian Tulangan
Tulangan longitudinal kolom lantai 1 (pertama) dirangkai bersamaan
dengan tulangan pile cap. Hal ini dikarenakan terdapat overstek tulangan
kolom yang tertanam pada pile cap sehingga overstek ini perlu dicor bersamaan
dengan pile cap seperti pada Gambar 3.5.27.

Gambar 3.5.27 Proses Perangkaian Tulangan Kolom


Sumber: Dokumentasi Pribadi di Lapangan (2020)

96
Laporan Praktik Kerja Industri
Proyek Pembangunan Gedung Pujasera UM/UM MART
Universitas Negeri Malang

Setelah pengecoran pile cap, tulangan sengkang hasil dari fabrikasi


sebelumnya dipasang pada tulangan longitudinal kolom yang telah tertanam
dalam pile cap. Jarak pemasangan tulangan sengkang disesuaikan dengan
gambar perencanaan yang telah dibuat. Sengkang kolom dipasang dengan
menggunakan kawat bendrat dan dipasang secara zig-zag seperti pada Gambar
3.5.28 untuk menghindari terjadinya crack pada kolom.

Gambar 3.5.28 Proses Pemasangan Tulangan Sengkang Kolom


Sumber: Dokumentasi Pribadi di Lapangan (2020)
Sedangkan tulangan kolom di atas lantai pertama dilakukan fabrikasi
terlebih dahulu seperti pada Gambar 3.5.26 untuk kemudian dipasang di lokasi
yang ditentukan. Tulangan kolom bagian atas diberi overstek 50D sebagai
sambungan untuk kolom di atasnya. Pemasangan tulangan kolom di atas lantai
pertama ini dikerjakan dengan manual untuk mengangkat tulangan kolom yang
telah difabrikasi menuju lokasi kolom yang dituju (Gambar 3.5.29).

97
Laporan Praktik Kerja Industri
Proyek Pembangunan Gedung Pujasera UM/UM MART
Universitas Negeri Malang

Gambar 3.5.28 Proses Pemasangan Tulangan Kolom


Sumber: Dokumentasi Pribadi di Lapangan (2020)
4. Pemasangan Beton Decking
Beton decking atau biasa disebut juga dengan tahu beton merupakan spesi
yang dibentuk sesuai dengan ukuran selimut beton yang telah direncanakan.
Dalam pembuatannya, beton decking diisi dengan kawat bendrat pada bagian
tengah yang nantinya berfungsi sebagai pengikat pada tulangan kolom. Beton
decking berfungsi untuk menjaga tulangan kolom agar sesuai dengan posisi
yang diinginkan serta tulangan dapat terselimuti dengan cukup beton, sehingga
diperoleh kekuatan kolom yang maksimal. Gambar 3.5.29 berikut ini
merupakan beton decking yang telah terpasang pada tulangan kolom.

Gambar 3.5.29 Beton Decking yang Terpasang pada Tulangan Kolom


Sumber: Dokumentasi Pribadi di Lapangan (2020)

98
Laporan Praktik Kerja Industri
Proyek Pembangunan Gedung Pujasera UM/UM MART
Universitas Negeri Malang

3.5.3.4 Pekerjaan Bekisting Kolom


Tahap pertama pekerjaan bekisting kolom di lapangan adalah merangkai
bekisting sistem yang telah difabrikasi. Bekisting sistem merupakan suatu inovasi
sistem bekisting yang dibuat dalam rangka efisiensi biaya dan waktu pengerjaan
proyek. Dimensi bekisting sistem dapat disesuaikan dengan kebutuhan dimensi
kolom di lapangan. Sehingga bekisting kolom ini dapat digunakan untuk berbagai
ukuran kolom. Berikut merupakan langkah-langkah dalam pengerjaan bekisting
kolom:
1. Menyiapkan bekisting sistem yang telah difabrikasi, seperti pada Gambar
3.5.30.

Gambar 3.5.30 Bekisting Sistem yang Telah difabrikasi


Sumber: Dokumentasi Pribadi di Lapangan (2020)
2. Merangkai bekisting sistem sesuai dimensi kolom yang diperlukan dengan
tie rod sebagai penguncinya. Proses perakitan bekisting kolom ini
dilakukan oleh 2-3 orang pekerja. Gambar 3.5.31 merupakan bekisting
sistem yang telah dirangkai.

99
Laporan Praktik Kerja Industri
Proyek Pembangunan Gedung Pujasera UM/UM MART
Universitas Negeri Malang

Gambar 3.5.31 Bekisting Sistem yang Telah dirangkai lantai 1


Sumber: Dokumentasi Pribadi di Lapangan (2020)
3. Melakukan marking lokasi penempatan bekisting kolom oleh surveyor.
Hal ini dilakukan agar lokasi pengecoran kolom tepat sesuai dengan lokasi
yang direncanakan.
4. Kemudian, tulangan kolom yang telah terpasang diberi sepatu kolom
(Gambar 3.5.32), atau tulangan pada bagian bawah kolom. Hal ini
dilakukan agar bekisting terpasang tepat sesuai dengan dimensi kolom
rencana.

Gambar 3.5.32 Sepatu Kolom


Sumber: Dokumentasi Pribadi di Lapangan (2020)
5. Selanjutnya proses pemasangan bekisting pada tulangan kolom. Proses
pemasangan bekisting membutuhkan bantuan mobile crane untuk
mengangkat bekisting dari tempat fabrikasi menuju lokasi kolom yang
akan dicor. Pemasangan bekisting dilakukan oleh 2 - 3 orang pekerja.
Gambar 3.5.33 merupakan proses pemasangan bekisting kolom dengan
bantuan mobile crane.

100
Laporan Praktik Kerja Industri
Proyek Pembangunan Gedung Pujasera UM/UM MART
Universitas Negeri Malang

Gambar 3.5.33 Pemasangan Bekisting Kolom lantai 2


Sumber: Dokumentasi Pribadi di Lapangan (2020)
6. Bekisting kolom harus diperkuat dengan push pull seperti pada Gambar
3.5.34 agar tetap tegak pada saat mendapat tekanan ketika proses
pengecoran. Dalam kondisi tertentu, digunakan juga turnbuckle yang
dikaitkan pada kawat untuk menambah kekuatan push pull dalam menahan
tekanan beton ketika pengecoran.

Gambar 3.5.34 Pemasangan Push Pull pada Bekisting Kolom


Sumber: Dokumentasi Pribadi di Lapangan (2020)

101
Laporan Praktik Kerja Industri
Proyek Pembangunan Gedung Pujasera UM/UM MART
Universitas Negeri Malang

7. Untuk menguji vertikalisasi atau ketegakkan kolom, setiap bekisting perlu


dipasangi dengan unting-unting. Gambar 3.5.35 merupakan pengecekan
ketegakkan kolom oleh surveyor yang dilakukan untuk menghindari
miringnya kolom ketika pengecoran. Pengecekkan ketegakkan dilakukan
dengan mengukur jarak antara multipleks dengan benang pada bagian atas
dan bawah. Jika kedua jaraknya sama, maka bekisting kolom telah tegak.

Gambar 3.5.35 Pemasangan Unting dan pengecekan ketegakan pada Bekisting.


Sumber: Dokumentasi Pribadi di Lapangan (2020)
8. Setelah vertikalisasi kolom telah dipastikan tegak, dilakukan proses
pengecoran kolom.
3.5.3.5 Pekerjaan Pengecoran Kolom
Sebelum melaksanakan proses pengecoran pada kolom, perlu dilakukan
pekerjaan persiapan untuk meminimalisir kesalahan pasca pengecoran.
Persiapan yang perlu dilakukan meliputi persiapan peralatan, bahan dan tenaga
kerja yang akan melaksanakan pengecoran. Pengecoran dilakukan setelah
pekerjaan penulangan dan bekisting selesai dikerjakan. Proses pengecoran
dilakukan menggunakan beton ready mix dengan mutu fc’ 25 MPa. Berikut
merupakan langkah-langkah dalam pengecoran kolom:
1. Memastikan bahwa bekisting kolom telah rapat dan kokoh.
2. Pemberian calbond pada beton eksisting. Calbond atau biasa disebut juga
dengan lem beton merupakan cairan pekat berwarna putih yang digunakan
untuk merekatkan beton eksisting dengan beton baru yang akan dicor.
3. Melakukan pemesanan beton ready mix dengan mutu fc’ 25 MPa. Pada
setiap pengiriman, satu mixer truck mampu mengangkut sebanyak 5 – 7
m3 beton ready mix tergantung perusahaan penyedia beton.

102
Laporan Praktik Kerja Industri
Proyek Pembangunan Gedung Pujasera UM/UM MART
Universitas Negeri Malang

4. Beton ready mix harus diaduk dengan menggunakan mixer truck yang
bekerja dengan baik dan dilaksanakan selama pengecoran berlangsung
seperti pada Gambar 3.5.36.

Gambar 3.5.36 Mixer Truck yang Mengaduk Beton


Sumber: Dokumentasi Pribadi di Lapangan (2020)
5. Sebelum melakukan proses pengecoran, beton ready mix perlu di tes slump
seperti pada Gambar 3.5.37 dan diambil beberapa sampel untuk diuji kuat
tekan di Laboratorium Beton dan Bahan Bangunan Institut Teknologi
Sepuluh Nopember.

Gambar 3.5.37 Uji Slump Beton Ready Mix


Sumber: Dokumentasi Pribadi di Lapangan (2020)
Pengujian kuat tekan beton dilakukan oleh supplier penyedia beton ready
mix bersama pihak proyek dan dilakukan di laboratorium yang telah

103
Laporan Praktik Kerja Industri
Proyek Pembangunan Gedung Pujasera UM/UM MART
Universitas Negeri Malang

disepakati dalam kontrak proyek. Dalam proyek ini, pengujian kuat tekan
dilakukan mengetahui kuat tekan beton. Umur beton yang diuji beragam
seperti 7 hari, 14 hari. digunakan sebagai dokumen pertanggungjawaban
kontraktor pelaksana kepada pemilik proyek (owner).
6. Pengecoran kolom dilakukan dengan menggunakan CP (Concrete Pump),
untuk kemudian diangkat dan dituangkan ke bagian kolom yang siap dicor
seperti pada Gambar 3.5.38.

Gambar 3.5.38 Pengecoran Kolom dengan Menggunakan Concrete Pump


Sumber: Dokumentasi Pribadi di Lapangan (2020)
7. Setelah beton masuk ke dalam bekisting kolom, selanjutnya dilakukan
proses perataan menggunakan concrete vibrator. Hal ini dilakukan untuk
mencegah timbulnya rongga-rongga pada beton.
8. Kemudian surveyor melakukan cek vertikalisasi kolom untuk yang kedua
kalinya untuk menghindari hasil pengecoran kolom yang miring.
9. Setelah seluruh kolom dicor dan dipastikan tegak, selanjutnya adalah
proses pengeringan beton sebelum dibongkar.
3.5.3.6 Pekerjaan Pembongkaran Bekisting Kolom
Pekerjaan pembongkaran bekisting kolom dilakukan setelah beton
berumur + 7 hari, pada saat beton telah cukup kuat untuk menahan beban sendiri
serta beban yang bekerja pada beton tersebut. Pembongkaran bekisting kolom
dilakukan dengan cara manual dilepas oleh tukang. Bekisting yang telah dibongkar
dibersihkan dari sisa-sisa beton yang melekat dan disimpan pada tempat yang

104
Laporan Praktik Kerja Industri
Proyek Pembangunan Gedung Pujasera UM/UM MART
Universitas Negeri Malang

terlindung agar dapat digunakan untuk pekerjaan pengecoran selanjutnya. Jumlah


tenaga kerja yang diperlukan untuk pekerjaan pembongkaran bekisting kolom
sebanyak 2-3 pekerja per kolom. Pekerjaan pembongkaran bekisting kolom
dilakukan dengan tidak mengurangi keamanan dan kemampuan strukturnya. Alat
yang digunakan selama pembongkaran antara lain linggis, palu, mobile crane, dan
alat penunjang lainnya. Berikut ini adalah langkah-langkah pengerjaan
pembongkaran bekisting kolom:
1. Melepaskan push pull pada bekisting kolom.
2. Mengendorkan wingnut dan melepaskannya.
3. Kemudian bagian bawah bekisting sistem dicongkel, hal ini harus
dilakukan dengan hati-hati untuk menghindari terjadinya cacat pada beton
kolom.
4. Setelah itu, bekisting sistem dilepas dengan hati-hati seperti pada Gambar
3.5.39.

Gambar 3.5.39 Pembongkaran Bekisting Kolom lantai 2


Sumber: Dokumentasi Pribadi di Lapangan (2020)
5. Bekisting yang telah dilepas, dibersihkann agar dapat digunakan kembali
untuk pemakaian kolom berikutnya.

105
Laporan Praktik Kerja Industri
Proyek Pembangunan Gedung Pujasera UM/UM MART
Universitas Negeri Malang

3.6 Metode Pelaksanaan Pekerjaan Balok dan Plat Lantai


3.6.1 Lingkup Pekerjaan Balok dan Plat Lantai
Plat lantai adalah lantai yang tidak terletak di atas tanah langsung,
merupakan lantai tingkat pembatas antara tingkat yang satu dengan tingkat yang
lain. Plat lantai didukung oleh balok-balok yang menumpu pada kolom-kolom
sebuah bangunan. Plat lantai pada proyek Pembangunan Gedung UM MART /
pujasera UM tetap menggunakan struktur beton bertulang seperti pada elemen
kolom. Ketebalan plat lantai ditentukan oleh beban yang harus didukung, besar
lendutan ijin, lebar bentangan atau jarak antara balok – balok pendukung, dan bahan
konstruksi dari plat lantai. Fungsi dari plat lantai adalah untuk menerima beban
yang akan disalurkan ke elemen struktur lainnya.
Sedangkan balok merupakan elemen struktur yang berfungsi memikul
beban dari plat lantai, balok anak, dan beban-beban lain yang bekerja di atasnya
untuk kemudian diteruskan pada kolom. Balok digolongkan sebagai elemen lentur,
yaitu elemen struktur yang dominan memikul gaya dalam berupa momen lentur dan
gaya geser. Secara umum balok diklasifikasikan menjadi dua jenis, yaitu balok
induk dan balok anak. Balok induk berfungsi membagi plat menjadi beberapa
segmen dan sebagai pengikat kolom yang saru dengan yang lain. Sedangkan balok
anak berfungsi membagi luasan plat lantai menjadi lebih kecil, sehingga plat lantai
dapat menahan beban yang lebih kecil.
Pada proyek pembangunan Gedung UM MART / pujasera UM terdapat
beberapa tipe balok dan plat lantai. Tipe-tipe balok dan plat lantai ini memiliki
dimensi dan penulangan yang berbeda, hal ini disesuaikan dengan kebutuhan
pembebanannya. Dalam pelaksanaan pekerjaan balok dan plat lantai diperlukan
suatu gambar beserta detail penulangan seperti yang tertera pada Tabel 3.6.1 untuk
detail penulangan balok dan Tabel 3.6.2 untuk detail penulangan plat.
Selain detail penulangan, diperlukan denah balok seperti pada Gambar
3.6.1 dan 3.6.2. Untuk denah plat lantai pada Gambar 3.6.3 dan 3.6.4. Hal ini
diperlukan untuk menentukan lokasi setiap tipe balok dan plat di lapangan,
sehingga pelaksana lapangan dapat melakukan pekerjaan dengan tepat sesuai
dengan perencanaan.

106
Laporan Praktik Kerja Industri
Proyek Pembangunan Gedung Pujasera UM/UM MART
Universitas Negeri Malang

Tabel 3.6.1 Dimensi dan Pembesian Balok UM MART / pujasera UM

107
Laporan Praktik Kerja Industri
Proyek Pembangunan Gedung Pujasera UM/UM MART
Universitas Negeri Malang

108
Laporan Praktik Kerja Industri
Proyek Pembangunan Gedung Pujasera UM/UM MART
Universitas Negeri Malang

Tabel 3.6.2 Dimensi dan Pembesian Plat Lantai Gedung UM MART / pujasera UM

109
Laporan Praktik Kerja Industri
Proyek Pembangunan Gedung Pujasera UM/UM MART
Universitas Negeri Malang

Gambar 3.6.1 Area Khusu Pembagian Laporan PI Denah Perancangan balok Lantai 2
Sumber: Dokumentasi Pribadi di Lapangan (2020)

110
Laporan Praktik Kerja Industri
Proyek Pembangunan Gedung Pujasera UM/UM MART
Universitas Negeri Malang

Gambar 3.6.2 Area Khusu Pembagian Laporan PI Denah Perancangan balok Lantai 3
Sumber: Dokumentasi Pribadi di Lapangan (2020)

111
Laporan Praktik Kerja Industri
Proyek Pembangunan Gedung Pujasera UM/UM MART
Universitas Negeri Malang

Gambar 3.6.3 Area Khusu Pembagian Laporan PI Denah Perancangan Plat Lantai 2
Sumber: Dokumentasi Pribadi di Lapangan (2020)

112
Laporan Praktik Kerja Industri
Proyek Pembangunan Gedung Pujasera UM/UM MART
Universitas Negeri Malang

Gambar 3.6.4 Areah Khusu Pembagian Laporan PI Denah Perancangan balok Lantai 3
Sumber: Dokumentasi Pribadi di Lapangan (2020)

113
Laporan Praktik Kerja Industri
Proyek Pembangunan Gedung Pujasera UM/UM MART
Universitas Negeri Malang

3.6.2 Bahan dan Alat


3.6.2.1 Bahan
1. Beton Ready Mix
Beton ready mix merupakan beton siap pakai yang dibuat sesuai dengan
mutu pesanan sehingga dapat langsung digunakan untuk keperluan pengecoran.
Pihak kontraktor dari PT. Adhitama Global Mandiri Beton yang digunakan
berasal dari supplier Sub Kontraktor PT. UJB Untuk pengecoran dengan metode
manual. Beton ready mix diangkut dari batching plant ke lokasi proyek dengan
menggunakan concrete mixer truck seperti pada Gambar 3.6.5. Concrete Mixer
ini disediakan oleh supplier. Mutu beton yang digunakan untuk pekerjaan balok
dan plat adalah sebesar fc’ 25 MPa.

Gambar 3.6.5 Mixer Truck yang Berisi Beton Ready Mix


Sumber: Dokumentasi Pribadi di Lapangan (2020)
2. Tulangan
Tulangan yang digunakan untuk struktur balok bervariasi, dari mulai
tulangan ulir hingga tulangan polos dengan diameter yang beragam. Untuk
tulangan Tumpuan menggunakan tulangan ulir berdiameter D19 mm,D16 mm,
D10 mm, dan Ø10 mm. untuk tulangan lapangan menggunakan tulangan ulir
berdiameter D19 mm, D16 mm, D10 mm dan Ø10 mm. Sedangkan untuk
tulangan sengkang menggunakan tulangan ulir dengan diameter D10 mm dan
tulangan polos ∅10 mm. Dimensi tulangan di lapangan harus disesuaikan
dengan dokumen perencanaan yang telah dibuat dan disepakati.

114
Laporan Praktik Kerja Industri
Proyek Pembangunan Gedung Pujasera UM/UM MART
Universitas Negeri Malang

Sedangkan tulangan yang digunakan untuk plat lantai menggunakan


wiremesh M8-100 yang digunakan untuk penulangan plat lantai.Tulangan
harus disimpan pada tempat yang bebas dari lembab, dipisahkan sesuai dengan
diameter serta asal pembelian (supplier). Tulangan harus dilindungi dari segala
macam kotoran dan minyak, serta dihindarkan dari pengaruh garam kuat
seperti pada Gambar 3.6.6.

Gambar 3.6.6 Tulangan


Sumber: Dokumentasi Pribadi di Lapangan (2020)
3. Kawat Bendrat
Kawat bendrat pada Gambar 3.6.7 merupakan kawat yang berfungsi
sebagai pengikat antar tulangan, seperti tulangan sengkang dengan tulangan
longitudinal, tulangan sengkang dengan tulangan torsi dan yang lainnya,
sehingga membentuk suatu rangkaian tulangan yang siap dicor. Kawat bendrat
yang digunakan disini memiliki diameter 1 mm dan penggunaannya digunakan
tiga lapis kawat agar lebih kuat dalam mengikat baja tulangan. Agar baja
tulangan saling terikat dengan baik, kawat yang digunakan harus mempunyai
kualitas yang baik dan tidak mudah putus.

115
Laporan Praktik Kerja Industri
Proyek Pembangunan Gedung Pujasera UM/UM MART
Universitas Negeri Malang

Gambar 3.6.7 Kawat Bendrat


Sumber: Dokumentasi Pribadi di Lapangan (2020)

4. Multipleks
Multipleks digunakan sebagai bahan bekisting karena dapat menghasilkan
permukaan beton yang halus. Multipleks yang digunakan untuk bekisting balok
dan plat lanti memiliki ketebalan 12 mm. Multipleks ini memiliki lapisan
berupa resin (Gambar 3.6.8).

Gambar 3.6.8 Multipleks dengan Lapisan Resin


Sumber: Dokumentasi Pribadi di Lapangan (2020)
5. Sekrup
Sekrup (Gambar 3.6.9) adalah suatu batang atau tabung dengan alur heliks
pada permukaannya. Penggunaan utamanya adalah sebagai pengikat untuk
menahan dua objek bersama. Dalam pekerjaan bekisting balok dan plat lantai
sekrup digunakan sebagai pengikat antara multipleks dengan besi hollow.

Gambar 3.6.9 Sekrup


Sumber: Dokumentasi Pribadi di Lapangan (2020)

116
Laporan Praktik Kerja Industri
Proyek Pembangunan Gedung Pujasera UM/UM MART
Universitas Negeri Malang

3.6.2.2 Alat
Alat Pembesian
1. Bar Bender
Bar bender pada Gambar 3.6.10 adalah alat atau mesin yang digunakan untuk
membengkokkan baja tulangan dalam berbagai macam sudut sesuai dengan
perencanaan. Dalam pekerjaan balok dan plat lantai, bar bender digunakan untuk
membengkokkan tulangan sengkang balok dan cakar ayam pada plat.

Gambar 3.6.10 Bar Bender


Sumber: Dokumentasi Pribadi di Lapangan (2020)
2. Bar Cutter
Bar cutter (Gambar 3.6.11) merupakan alat yang digunakan untuk memotong
tulangan sesuai dengan ukuran yang diperlukan.

Gambar 3.6.11 Bar Cutter


Sumber: Dokumentasi Pribadi di Lapangan (2020)

117
Laporan Praktik Kerja Industri
Proyek Pembangunan Gedung Pujasera UM/UM MART
Universitas Negeri Malang

3. Tang Catut
Tang catut pada Gambar 3.6.12 merupakan alat bantu yang digunakan untuk
mengikat kawat bendrat pada tulangan.

Gambar 3.6.12 Tang Catut


Sumber: Dokumentasi Pribadi di Lapangan (20200)
Alat Survey
1. Pesawat Penyipat Datar (PPD)
Pesawat Penyipat Datar (PPD) atau disebut juga waterpass merupakan salah
satu alat ukur yang digunakan untuk menentukan beda tinggi antara titik-titik di
permukaan bumi. Dalam pekerjaan balok dan plat lantai, waterpass digunakan
untuk menentukan elevasi balok dan plat lantai ketika proses pemasangan bekisting
dan untuk mengecek ketebalan plat lantai ketika pengecoran, sehingga lantai yang
dihasilkan dapat datar dan sesuai dengan elevasi rencana. Selain itu, waterpass juga
digunakan untuk membuat tanda (marking) pada kolom sebagai acuan pekerjaan
lain. Dalam penggunaannya, waterpass didirikan pada tripod seperti pada Gambar
3.6.13.

118
Laporan Praktik Kerja Industri
Proyek Pembangunan Gedung Pujasera UM/UM MART
Universitas Negeri Malang

Gambar 3.6.13 Pesawat Penyipat Datar (PPD) atau Waterpass


Sumber: Dokumentasi Pribadi di Lapangan (2020)

2. Tripod atau Statif


Tripod atau statif pada Gambar 3.6.14 merupakan alat yang berfungsi sebagai
tempat atau dudukan waterpass. Penggunaannya disesuaikan dengan tinggi bidikan
titik yang dibutuhkan.

Gambar 3.6.14 Tripod atau statif


Sumber: Dokumentasi Pribadi di Lapangan (2020)
3. Meteran
Meteran juga dikenal sebagai pita ukur atau roll meter pada Gambar 3.6.15
adalah alat ukur yang bisa digulung, dengan panjang bervariasi. Dalam pekerjaan
balok dan plat, meteran digunakan sebagai alat bantu mengecek jarak tumpuan dan
lapangan pada balok untuk plat lantai sendiri untuk mengukur berapa luas wiremesh
yang digunakan untuk pembesian plat lantai.

Gambar 3.6.15 Meteran


Sumber: Dokumentasi Pribadi di Lapangan (2020)

119
Laporan Praktik Kerja Industri
Proyek Pembangunan Gedung Pujasera UM/UM MART
Universitas Negeri Malang

4. Rambu Ukur
Rambu ukur pada Gambar 3.6.16 merupakan alat yang terbuat dari campuran
aluminium yang memiliki skala dengan ketelitian 1 cm pada salah satu sisinya dan
1 mm di sisi lainnya. Dalam pekerjaan balok dan plat lantai, rambu ukur digunakan
sebagai alat bantu dalam pengecekan elevasi.

Gambar 3.6.16 Rambu Ukur


Sumber: Dokumentasi Pribadi di Lapangan (2020)
5. Penggaris Waterpass
Dalam pekerjaan balok dan plat lantai, penggaris waterpass pada Gambar
3.6.17 digunakan untuk marking pinjaman elevasi 1 m pada permukaan kolom.

Gambar 3.6.17 Penggaris Waterpass


Sumber: Dokumentasi Pribadi di Lapangan (2020)
Alat Bekisting
1. Paku
Paku (Gambar 3.6.18) adalah logam keras berujung runcing yang umumnya
terbuat dari baja, yang digunakan untuk melekatkan dua bahan dengan menembus
keduanya. Paku umumnya ditembuskan pada bahan dengan menggunakan palu.
Pada pekerjaan balok dan plat lantai, paku digunakan untuk melekatkan bekisting
bottom dan tembereng balok, serta tembereng balok dengan bottom slab.

120
Laporan Praktik Kerja Industri
Proyek Pembangunan Gedung Pujasera UM/UM MART
Universitas Negeri Malang

Gambar 3.6.18 Paku


Sumber: Dokumentasi Pribadi di Lapangan (2020)
2. Palu
Palu pada Gambar 3.6.19 merupakan alat yang berfungsi untuk memukul atau
memberi tumbukan pada sebuah benda kerja. Pada bekerjaan balok dan plat lantai,
palu digunakan sebagai alat bantu pemasangan bekisting dengan paku.

Gambar 3.6.19 Palu


Sumber: Dokumentasi Pribadi di Lapangan (2020)
3. Gergaji
Gergaji (Gambar 3.6.20) adalah perkakas berupa besi tipis bergerigi tajam yang
digunakan untuk memotong atau membelah kayu atau benda lainnya. Pada
pekerjaan balok dan plat lantai, gergaji berfungsi untuk memotong multipleks yang
akan digunakan sebagai bekisting.

121
Laporan Praktik Kerja Industri
Proyek Pembangunan Gedung Pujasera UM/UM MART
Universitas Negeri Malang

Gambar 3.6.20 Gergaji


Sumber: Dokumentasi Pribadi di Lapangan (2020)
4. Besi Canal Dobel
Pada pekerjaan balok dan plat lantai, besi hollow digunakan sebagai perkuatan
pada bekisting. Pemasangan besi hollow sebagai perkuatan dinding bekisting dapat
dilihat pada Gambar 3.6.21. Dimensi yang digunakan untuk pekerjaan bekisting
balok dan plat adalah 50 x 50 x 5 mm.

Gambar 3.6.21 Besi Canal Dobel yang Dipasang Untuk Perkuatan


Bekisting
Sumber: Dokumentasi Pribadi di Lapangan (2020)

122
Laporan Praktik Kerja Industri
Proyek Pembangunan Gedung Pujasera UM/UM MART
Universitas Negeri Malang

5. Perancah (Scaffolding)
Perancah (scaffolding) atau steger merupakan suatu struktur sementara yang
digunakan untuk menyangga manusia dan material dalam konstruksi. Biasanya
perancah terbuat dari pipa-pipa yang dirangkai sedemikian rupa sehingga memiliki
kekuatan untuk menopang beban di atasnya. Perancah (scaffolding) memiliki
beberapa bagian yang sering digunakan pada proyek konstruksi, seperti:
a. Main Frame
Main frame adalah sebuah rangka utama pada rangkaian perancah
(scaffolding). Main frame ini memiliki beberapa ukuran tinggi yang berbeda
seperti 90 cm, 170 cm, dan 190 cm dengan lebar sekitar 100 cm. Pelaksana
lapangan akan menghitung kebutuhan tinggi perancah sesuai dengan tinggi
lantai dan kebutuhan jumlah perancah sesuai luasan lantai bangunan. Dalam
proyek Pembangunan Gedung UM MART (Pujasera UM), perancah
digunakan sebagai penopang bekisting balok dan lantai dengan tinggi 190 cm
seperti pada Gambar 3.6.22 berikut ini.

Gambar 3.6.22 Main Frame


Sumber: Dokumentasi Pribadi di Lapangan (2020)
b. Cross Brace
Cross Brace (Gambar 3.6.23) adalah bagian yang digunakan untuk
menyambung antar bagian frame dengan posisi silang. Posisi silang ini
digunakan karena dapat membuat rangkaian perancah (scaffolding) menjadi
lebih kuat. Cross brace memiliki dua ukuran panjang, yakni 220 cm dan 193
cm.

123
Laporan Praktik Kerja Industri
Proyek Pembangunan Gedung Pujasera UM/UM MART
Universitas Negeri Malang

Gambar 3.6.23 Cross Brace


Sumber: Dokumentasi Pribadi di Lapangan (2020)
c. U-Head
U-Head pada Gambar 3.6.24 adalah komponen yang digunakan pada
perancah atau scaffolding yang dipasang pada bagian atas perancah dengan
fungsi menyangga suri-suri dan besi hollow di atasnya seperti pada Gambar
3.6.25.

Gambar 3.6.24 U-Head


Sumber: Dokumentasi Pribadi di Lapangan (2020)

124
Laporan Praktik Kerja Industri
Proyek Pembangunan Gedung Pujasera UM/UM MART
Universitas Negeri Malang

Gambar 3.6.25 U-Head yang Telah Dipasang Pada Frame Scaffolding


Sumber: Dokumentasi Pribadi di Lapangan (2020)
d. Jack Base
Jack base pada Gambar 3.6.26 adalah alat yang digunakan sebagai alas
kaki dari perancah atau scaffolding. Jack base memiliki konstruksi berulir
sehingga dapat menyesuaikan dengan jarak lantai. Gambar 3.6.27 merupakan
jack base yang telah terpasang pada main frame. Perancah (scaffolding) yang
telah terpasang secara utuh dapat dilihat pada Gambar 3.6.38.

Gambar 3.6.26 Jack Base


Sumber: Dokumentasi Pribadi di Lapangan (2020)

Gambar 3.6.27 Jack Base yang Telah Dipasang Pada Frame Scaffolding
Sumber: Dokumentasi Pribadi di Lapangan (2020)

125
Laporan Praktik Kerja Industri
Proyek Pembangunan Gedung Pujasera UM/UM MART
Universitas Negeri Malang

Gambar 3.6.28 Perancah (Scaffolding) yang Telah Dipasang


Sumber: Dokumentasi Pribadi di Lapangan (2020)
6. Suri-suri
Suri-suri merupakan balok yang digunakan untuk menumpu bekisting bottom
balok. Suri-suri biasanya terbuat dari balok kayu, namun pada proyek
Pembangunan Gedung UM MART (Pujasera UM) digunakan suri-suri yang terbuat
dari dua besi kanal dengan dimensi 5 x 3 cm yang dirangkai menjadi satu seperti
yang terlihat pada Gambar 3.6.29.

Gambar 3.6.29 Balok Suri-Suri (b)


(a)
Sumber: Dokumentasi Pribadi di Lapangan (2020)
7. Siku-siku
Siku-siku (Gambar 3.6.30) merupakan alat yang digunakan sebagai pengunci
tembereng balok agar sesuai dengan bentuk yang diinginkan dan menahan beban
beton ketika pengecoran. Pemasangan siku-siku pada bekisting tembereng balok
dapat dilihat pada Gambar 3.6.31.

126
Laporan Praktik Kerja Industri
Proyek Pembangunan Gedung Pujasera UM/UM MART
Universitas Negeri Malang

Gambar 3.6.30 Siku-Siku


Sumber: Dokumentasi Pribadi di Lapangan (2020)

Gambar 3.6.31 Siku-Siku yang Telah Terpasang


Sumber: Dokumentasi Pribadi di Lapangan (2020)

Alat Pengecoran
1. Concrete Pump
Concrete pump (Gambar 3.6.32) adalah sebuah alat yang digunakan untuk
mentransfer adonan beton dari truk mixer menuju tempat pengecoran.

127
Laporan Praktik Kerja Industri
Proyek Pembangunan Gedung Pujasera UM/UM MART
Universitas Negeri Malang

Gambar 3.6.32 Concrete Pump


Sumber: Dokumentasi Pribadi di Lapangan (2020)
2. Cangkul
Dalam proses pengecoran balok dan plat lantai, cangkul (Gambar 3.6.33)
digunakan untuk meratakan adonan beton yang keluar dari concrete pump.

Gambar 3.6.33 Cangkul


Sumber: Dokumentasi Pribadi di Lapangan (2020)
3. Concrete Vibrator
Concrete vibrator (Gambar 3.6.34) merupakan alat penggetar yang berfungsi
untuk memadatkan beton ketika pengecoran, agar tidak ada rongga udara dalam
beton.

Gambar 3.6.34 Concrete Vibrator


Sumber: Dokumentasi Pribadi di Lapangan (2020)

128
Laporan Praktik Kerja Industri
Proyek Pembangunan Gedung Pujasera UM/UM MART
Universitas Negeri Malang

3.6.3 Pelaksanaan Pekerjaan Balok dan Plat Lantai


Pelaksanaan pekerjaan balok dan plat lantai diawali dengan pekerjaan
persiapan dan marking seperti halnya pekerjaan kolom. Flow Chart pada Gambar
3.6.35 di bawah ini dibuat untuk mempermudah pemahaman terkait sistematika
pekerjaan balok dan plat lantai dari mulai persiapan hingga pengecoran dan
pembongkaran bekisting.

Mulai

Persiapan Persiapan
Marking
Bekisting Pembesian

Pemasangan
Scaffolding

Pemasangan Kepala
Kolom

Pemasangan Bekisting
Balok dan Plat

Cek Elevasi

Pemasangan Beton
Decking

Pemasangan Tulangan
Fabrikasi
Balok dan Plat

Cleansing

Pengecoran

Pembongkaran Bekisting
Balok dan Plat

Selesai
129
Laporan Praktik Kerja Industri
Proyek Pembangunan Gedung Pujasera UM/UM MART
Universitas Negeri Malang

Gambar 3.6.35 Flow Chart Pekerjaan Balok dan Plat Lantai


3.6.3.1 Pekerjaan Persiapan
Pekerjaan persiapan yang dilakukan pada pekerjaan balok dan plat lantai
meliputi persiapan ketersediaan bahan material, kondisi lapangan dan para pekerja
yang akan terlibat. Beberapa hal yang dilakukan dalam pekerjaan persiapan balok
dan plat lantai adalah sebagai berikut:
1. Pembersihan lokasi untuk pekerjaan balok dan plat lantai seperti lokasi
fabrikasi tulangan dan lokasi penempatan multipleks yang akan digunakan
sebagai bekisting.
2. Mmpersiapkan perancah (scaffolding) sebagai penyangga bekisting balok
dan plat lantai.
3. Mempersiapkan bahan-bahan material dan alat penunjang untuk proses
pekerjaan balok dan plat lantai sesuai dengan tahapannya agar pekerjaan
tidak mengalami keterlambatan.
4. Mempersiapkan para pekerja dan orang-orang yang akan terlibat dalam
pekerjaan.
3.6.3.2 Marking Pinjaman Elevasi pada Kolom
Marking pada pekerjaan balok dan plat lantai dilakukan dengan membuat
garis pinjaman elevasi 1 m pada permukaan kolom, seperti pada Gambar
3.6.36. Hal ini diperlukan untuk mempermudah pengaturan elevasi balok dan
plat lantai yang berada di atasnya, selain itu pinjaman ini digunakan untuk
menentukan letak pemasangan kepala kolom.
Alat dan bahan yang diperlukan dalam pekerjaan ini adalah:
- Pesawat Penyipat Datar (PPD)
- Penggaris waterpass
- Alat sipatan
- Alat bantu lain (pensil, spidol, sikat, dan air)
Tenaga kerja yang diperlukan dalam pekerjaan ini adalah:
- Surveyor : 1 orang
- Asisten surveyor : 2 orang
-

130
Laporan Praktik Kerja Industri
Proyek Pembangunan Gedung Pujasera UM/UM MART
Universitas Negeri Malang

Gambar 3.6.36 MarkingPinjaman Elevasi + 1,00 m pada Permukaan Kolom


Sumber: Dokumentasi Pribadi di Lapangan (2020)
3.6.3.3 Pemasangan Perancah (Scaffolding)
Perancah (scaffolding) digunakan sebagai alat bantu dalam pemasangan
kepala kolom dan bekisting balok serta plat lantai. Perancah harus dipasang dengan
teratur dan sesuai perencanaan, agar perancah tetap kuat menahan beban pekerja
ketika pekerjaan bekisting, dan pembesian berlangsung. Selain itu, agar perancah
tetap kuat menahan beban beton ketika proses pengecoran. Berikut ini merupakan
proses pemasangan perancah:
1. Mempersiapkan bagian-bagian perancah (scaffolding), seperti main frame,
cross brace, U-Head, dan jack base.
2. Memasang jack base pada bagian bawah main frame.
3. Memasang cross brace untuk menyatukan beberapa main frame.
4. Memasang U-Head di bagian atas main frame untuk meletakkan balok
suri-suri.
Gambar 3.6.37 berikut ini merupakan proses pemasangan perancah
(scaffolding) untuk pekerjaan balok dan plat lantai 2.

131
Laporan Praktik Kerja Industri
Proyek Pembangunan Gedung Pujasera UM/UM MART
Universitas Negeri Malang

Gambar 3.6.37 Pemasangan Perancah (Scaffolding)


Sumber: Dokumentasi Pribadi di Lapangan (2020)
3.6.3.4 Pemasangan Kepala Kolom
Kepala kolom (Gambar 3.6.38) merupakan istilah yang digunakan untuk
bekisting pada kolom yang dipasang sebelum bekisting balok dan plat lantai
dipasang. Material yang digunakan sebagai kepala kolom adalah multipleks dan
balok kaso dengan dimensi 5/7 cm. Kepala kolom ini dipasang pada bagian atas
kolom yang telah dicor dengan bantuan garis pinjaman satu meter pada permukaan
kolom untuk menentukan elevasinya, seperti pada Gambar 3.6.39. Fungsi dari
kepala kolom adalah sebagai acuan elevasi balok dan plat lantai di atasnya. Tenaga
kerja yang diperlukan dalam pekerjaan ini sebanyak 2 orang. Satu orang pekerja
bertugas memasang kepala kolom, dan satu lainnya bertugas mengecek elevasi dari
garis pinjaman kolom.

Gambar 3.6.38 Pemasangan Kepala Kolom


Sumber: Dokumentasi Pribadi di Lapangan (2020)

132
Laporan Praktik Kerja Industri
Proyek Pembangunan Gedung Pujasera UM/UM MART
Universitas Negeri Malang

Gambar 3.6.39 Kepala Kolom yang Telah Terpasang


Sumber: Dokumentasi Pribadi di Lapangan (2020)
3.6.3.5 Pemasangan Bekisting Balok dan Plat Lantai
Bekisting merupakan bagian yang cukup esensial dalam pekerjaan balok
dan plat lantai. Dimensi balok dan ketebalan plat lantai yang telah direncanakan
akan direalisasikan di lapangan dengan menggunakan bekisting, secara sederhana
bekisting merupakan cetakan dari balok dan plat lantai. Sehingga ketelitian dan
kerapihan pemasangan bekisting harus diperhatikan agar diperoleh dimensi yang
sesuai dengan perencanaan. Berikut ini prosedur pemasangan bekisting balok dan
plat lantai:
1. Menyiapkan multipleks dengan tebal 12 mm.
2. Tahap pertama dalam pekerjaan beksiting balok dan plat lantai adalah
pemasang balok suri-suri pada U-head yang telah terpasang pada bagian
atas perancah (scaffolding) seperti pada Gambar 3.6.40. Kemudian
memasang besi hollow di atas balok suri-suri sebagai perkuatan bekisting
bottom balok.

133
Laporan Praktik Kerja Industri
Proyek Pembangunan Gedung Pujasera UM/UM MART
Universitas Negeri Malang

Gambar 3.6.40 Balok Suri-Suri yang Terpasang pada U-Head


Sumber: Dokumentasi Pribadi di Lapangan (2020)
3. Selanjutnya, multipleks dipotong sesuai dengan lebar balok untuk
digunakan sebagai bekisting bottom balok. Pemotongan ini harus benar-
benar akurat agar dihasilkan balok yang sesuai dengan perencanaan.
4. Kemudian bekisting bottom balok dipasang di atas besi hollow dengan
menggunakan sekrup berdimensi 3 cm pada Gambar 3.6.41.

Gambar 3.6.41 Pemasangan Bekisting Bottom Balok


Sumber: Dokumentasi Pribadi di Lapangan (2020)
5. Setelah bekisting bottom balok terpasang, selanjutnya memasang bekisting
tembereng balok. Tembereng balok harus diberi perkuatan berupa besi
hollow dan siku-siku seperti pada Gambar 3.6.42, hal ini agar bekisting
mampu menahan tekanan ketika proses pengecoran beton.

Gambar 3.6.42 Perkuatan Bekisting Tembereng Balok


Sumber: Dokumentasi Pribadi di Lapangan (2020)
6. Tahap selanjutnya adalah pemasangan bekisting bottom slab atau bottom
plat lantai (Gambar 3.6.43).

134
Laporan Praktik Kerja Industri
Proyek Pembangunan Gedung Pujasera UM/UM MART
Universitas Negeri Malang

Gambar 3.6.43 Pemasangan Bekisting Bottom Plat


Sumber: Dokumentasi Pribadi di Lapangan (2020)
7. Pada saat pemasangan bekisting plat lantai dan balok, tim surveyor akan
mengecek elevasi bekisting plat lantai dan balok. Hal ini diperlukan karena
sekalipun tinggi perancah (scaffolding) telah dihitung sesuai dengan
dimensi tinggi balok, masih terdapat selisih 5 mm hingga 3 cm dari tinggi
balok yang seharusnya. Sehingga pengecekan elevasi balok dan plat lantai
ini penting agar dimensi tinggi balok sesuai dengan perencanaan.
Pekerjaan ini membutuhkan seorang surveyor beserta seorang asisten
surveyor untuk membidik elevasi yang benar, dan dua orang pekerja untuk
mengatur ketinggian jack base maupun U-head agar diperoleh elevasi
balok dan plat lantai yang sesuai seperti pada Gambar 3.6.44 berikut ini.

135
Laporan Praktik Kerja Industri
Proyek Pembangunan Gedung Pujasera UM/UM MART
Universitas Negeri Malang

Gambar 3.3.43 Pengecekan Elevasi Balok dan Plat Lantai


Sumber: Dokumentasi Pribadi di Lapangan (2020)
3.6.3.6 Pemasangan Beton Decking
Beton decking pada balok dan plat lantai memiliki fungsi yang sama
seperti pada pekerjaan kolom, yaitu agar balok dan plat lantai memiliki selimut
beton yang sesuai dengan perencanaan. Gambar 3.6.44 di bawah ini merupakan
proses pemasangan beton decking pada plat lantai.

Gambar 3.6.44 Pemasangan Beton Decking


Sumber: Dokumentasi Pribadi di Lapangan (2020)
3.6.3.7 Pekerjaan Penulangan atau Pembesian Balok dan Plat Lantai
1. Pengukuran dan Pemotongan Tulangan
Panjang tulangan yang akan dipotong harus diukur sesuai dengan gambar
perencanaan yang telah dibuat oleh perencana, di samping itu kontraktor perlu
membuat Bar Bending Schedule (BBS) sesuai dengan ketentuan SNI
2847:2013 tentang Persyaratan Beton Struktural untuk Bangunan Gedung. Bar
Bending Schedule (BBS) yang dibuat meliputi sketsa bentuk tulangan, ukuran
bentuk tulangan, panjang bahan, panjang tekuk, radius tekuk, jumlah dan berat
tulangan serta arus/alir pemakaian material hingga sisa (waste akhir).
Sehingga, dapat diketahui kebutuhan tulangan beton yang diperlukan.
Setelah pengukuran, tulangan dipotong dengan bar cutter sesuai dengan
ukuran yang telah dibuat. Proses pemotongan dengan bar cutter dilakukan oleh
2 (dua) orang pekerja yang saling bekerja sama, satu orang pekerja bertugas
mengoperasikan mesin pemotong dan satu lainnya memegangi tulangan agar
tepat pada ukurannya.

136
Laporan Praktik Kerja Industri
Proyek Pembangunan Gedung Pujasera UM/UM MART
Universitas Negeri Malang

2. Pembengkokan Tulangan
Tulangan yang telah dipotong, dibengkokan sesuai dengan ukuran pada
Bar Bending Schedule (BBS) yang telah dibuat. Pembengkokan tulangan
dilakukan oleh satu sampai dua orang pekerja dengan bantuan alat bar bender
seperti pada Gambar 3.6.45.

Gambar 3.6.45 Proses Pengukuran, Pemotongan dan Pembengkokan Tulangan


Sumber: Dokumentasi Pribadi di Lapangan (2020)
3. Perangkaian Tulangan
Berbeda dengan tulangan kolom yang dapat difabrikasi terlebih dahulu,
pemasangan tulangan balok dilakukan langsung di lokasi pembesian, hanya
tulangan sengkangnya yang difabrikasi. Pemasangan tulangan plat lantai juga
dilakukan pada lokasi pembesian. Berikut ini merupakan prosedur pemasangan
tulangan balok dan plat lantai di lapangan:
1. Tulangan longitudinal dan tulangan torsi balok digelar pada bekisting
balok dan plat yang telah terpasang.
2. Kemudian tulangan sengkang diikat pada tulangan longitudinal dan
tulangan torsi dengan menggunakan kawat bendrat seperti pada
Gambar 3.6.47. Jarak pemasangan tulangan sengkang di daerah
tumpuan lebih rapat dibandingkan dengan lapangan. Hal ini telah
terdapat pada gambar perencanaan, sehingga pekerja hanya perlu
mengikuti gambar kerja yang telah dibuat. Pada pelaksanaan
pembesian ini, supervisor melakukan pengecekan pada ikatan-ikatan

137
Laporan Praktik Kerja Industri
Proyek Pembangunan Gedung Pujasera UM/UM MART
Universitas Negeri Malang

antara tulangan sengkang dan tulangan longitudinal untuk


memastikan tulangan telah terpasang dengan kuat.

Gambar 3.6.47 Pembesian Balok


Sumber: Dokumentasi Pribadi di Lapangan (2020)
3. Setelah tulangan balok terpasang, tahap selanjutnya adalah memasang
tulangan plat lantai. Pemasangan tulangan plat lantai dimulai dari
bentang terpendek, kemudian baru bentang terpanjang. Pemasangan
plat lantai dilakukan sebanyak dua lapis pada Gambar 3.6.48, dengan
jarak pemasangan tulangan dipasang berdasarkan data perencanaan.
Pembesian pada plat lantai harus berada di atas dudukan beton
decking.

Gambar 3.6.48 Pembesian Plat Lantai


Sumber: Dokumentasi Pribadi di Lapangan (2020)

138
Laporan Praktik Kerja Industri
Proyek Pembangunan Gedung Pujasera UM/UM MART
Universitas Negeri Malang

4. Pada saat pemasangan tulangan plat lantai telah selesai, dilakukan


pemasangan tulangan cakar ayam. Tulangan ini berfungsi sebagai
pemisah antara tulangan lapis pertama dan tulangan lapis kedua.
Gambar 3.6.49 berikut merupakan tulangan cakar ayam yang telah
terpasang di antara tulangan plat lapis pertama dan tulangan plat lapis
kedua.

Gambar 3.6.49 Tulangan Cakar Ayam


Sumber: Dokumentasi Pribadi di Lapangan (2020)
3.6.3.8 Pengecoran Balok dan Plat Lantai
Pengecoran balok dan plat lantai Gedung UM MART / pujasera UM dibagi
menjadi dua tahap pengecoran seperti berikut.
1. Pengecoran tahap pertama lantai 2 dilakukan pada daerah As 1-4/C-E
(zona 1)
2. Pengecoran tahap kedua lantai 3 dilakukan pada daerah As 1-4 /C-D (zona
2)
Pembagian zona pengecoran balok pada Gambar 3.6.50 dan plat lantai
dapat dilihat pada Gambar 3.6.51 berikut ini.

139
Laporan Praktik Kerja Industri
Proyek Pembangunan Gedung Pujasera UM/UM MART
Universitas Negeri Malang

Gambar 3.6.50 Area Khusus Tahap Pengecoran Balok Proyek Pembangunan Gedung
UM MART/ pujasera
Sumber: Dokumen Proyek (2020)

Gambar 3.6.51 Areah Khusu Tahap Pengecoran Plat Lantai Proyek Pembangunan
Gedung UM MART/ pujasera
Sumber: Dokumen Proyek (2020)
Proses pengecoran dilakukan setelah lokasi pengecoran dipastikan bersih.
Sebelum pengecoran berlangsung, perlu dilakukan pekerjaan persiapan seperti
persiapan material dan alat serta pekerja yang akan melakukan pekerjaan. Pelaksana
lapangan atau supervisor akan melakukan perhitungan kebutuhan volume beton
untuk kemudian memesan beton ready mix sesuai perhitungan. Selain persiapan
bahan pengecoran, pelaksana lapangan juga harus menyewa concrete pump sebagai
alat pengecoran, dan perlu dipastikan bahwa concrete pump telah tiba di lokasi

140
Laporan Praktik Kerja Industri
Proyek Pembangunan Gedung Pujasera UM/UM MART
Universitas Negeri Malang

proyek sebelum proses pengecoran. Berikut merupakan prosedur pengecoran balok


dan plat lantai:
1. Memastikan bahwa bekisting balok telah kuat dan kokoh, serta tidak
terdapat celah pada bekisting bottom plat lantai.
2. Beton ready mix harus diaduk dengan menggunakan truck mixer yang
bekerja dengan baik dan dilaksanakan selama pengecoran berlangsung.
3. Sebelum melakukan proses pengecoran, beton ready mix perlu di tes slump
(Gambar 3.6.52) dan diambil beberapa sampel untuk diuji kuat tekan di
Laboratorium Beton dan Bahan Bangunan Institut Teknologi Sepuluh
Nopember. Nilai slump rencana pada proyek ini sebesar 10 + 12 cm
dengan mutu beton sebesar fc’ 25 MPa.

Gambar 3.6.51 Uji Slump


Sumber: Dokumentasi Pribadi di Lapangan (2020)
4. Pengecoran balok dan plat lantai dilakukan dengan bantuan concrete pump
seperti pada Gambar 3.6.52.

Gambar 3.6.52 Pengecoran Balok dan Plat Lantai


Sumber: Dokumentasi Pribadi di Lapangan (2020)

141
Laporan Praktik Kerja Industri
Proyek Pembangunan Gedung Pujasera UM/UM MART
Universitas Negeri Malang

5. Saat beton dituang ke lokasi pengecoran, para pekerja akan meratakan


adonan beton dengan menggunakan cangkul dan dipadatkan dengan
bantuan concrete vibrator (Gambar 3.6.53). Pekerjaan ini dilakukan oleh
sekitar sepuluh orang pekerja dengan pembagian pekerjaannya masing-
masing.

Gambar 3.6.53 Pemadatan Beton dengan Concrete Vibrator


Sumber: Dokumentasi Pribadi di Lapangan (2020)
6. Selama proses pengecoran, tim survey harus melakukan pengecekkan
ketebalan plat lantai agar elevasinya sesuai dengan perencanaan.
3.6.3.9 Pembongkaran Bekisting Balok dan Plat Lantai
Pekerjaan pembongkaran bekisting balok dan plat lantai dilakukan setelah
beton berumur ± 7 hari, ketika beton telah cukup kuat untuk menahan berat sendriri
serta beban yang bekerja di atas beton tersebut. Pembongkaran bekisting balok dan
plat diikuti dengan pembongkaran perancah (scaffolding) yang menyangganya
seperti pada Gambar 3.6.54. Perancah (scaffolding) dan bagian-bagiannya harus
ditata dengan baik dan kemudian diletakkan pada terminal material agar mudah
memindahkannya. Pekerjaan pembongkaran bekisting balok dan plat lantai
dilakukan dengan tidak mengurangi keamanan dan kemampuan struktur. Alat yang
digunakan selama pemongkaran antara lain linggis, palu dan alat penunjang
lainnya. Berikut ini adalah prosedur pekerjaan pembongkaran bekisting balok dan
plat lantai:
1. Mengendorkan perancah (scaffolding) yang menopang balok dan plat
lantai.

142
Laporan Praktik Kerja Industri
Proyek Pembangunan Gedung Pujasera UM/UM MART
Universitas Negeri Malang

2. Melepaskan besi hollow yang berada tepat di bawah multipleks bekisting


bottom balok dan plat lantai.
3. Dengan hati-hati melepaskan multipleks yang menempel pada beton
dengan menggunakan linggis dan alat-alat sejenisnya.

Gambar 3.6.54 Pembongkaran Bekisting Balok dan Plat Lantai


Sumber: Dokumentasi Pribadi di Lapangan (2020)
4. Merapikan lokasi pembongkaran agar pekerjaan lain seperti marking
ruangan, pemasangan bata ringan dan lain sebagainya tidak terganggu.
5. Menata perancah (scaffolding) dan alat penunjang bekisting lainnya pada
terminal barang agar mudah dipindahkan.
3.7 Metode Pelaksanaan Pekerjaan Tangga
3.7.1 Lingkup Pekerjaan Tangga
Tangga merupakan jalur yang mempunyai undak-undak(trap) yang
menghubungkan satu lantai dengan lantai diatas dan mempunyai fungsi sebgai jalan
untuk naik dan turun antara lantai. Tangga juga memiliki bordes yaitu plat datar
diantara anak-anak tangga sebagai tempat beristirahat sejenak, bordes dipasang
pada bagian sudut tempat peralihan arah tangga yang berbelok..
Pada proyek pembangunan Gedung UM MART / pujasera UM terdapat
beberapa tipe balok dan plat lantai yang digunakan di perencanaan tangga. Tipe-
tipe balok dan plat lantai ini memiliki dimensi dan penulangan yang berbeda, hal
ini disesuaikan dengan kebutuhan pembebanannya. Dalam pelaksanaan pekerjaan
tangga diperlukan suatu gambar beserta detail penulangan seperti yang tertera pada

143
Laporan Praktik Kerja Industri
Proyek Pembangunan Gedung Pujasera UM/UM MART
Universitas Negeri Malang

Gambar 3.7.1 untuk detail penulangan balok dan plat lantai sudah disinggung di
tabel 3.6.1 dan tabel 3.6.2

Gambar 3.7.1 Area Khusus Pembagian Laporan PI Detail Perencanaan


tangga
Sumber: Dokumentasi Pribadi (2020)

144
Laporan Praktik Kerja Industri
Proyek Pembangunan Gedung Pujasera UM/UM MART
Universitas Negeri Malang

3.7.2 Bahan dan Alat


3.7.2.1 Bahan
1. Beton Ready Mix
Beton ready mix merupakan beton siap pakai yang dibuat sesuai dengan
mutu pesanan sehingga dapat langsung digunakan untuk keperluan pengecoran.
Pihak kontraktor dari PT. Adhitama Global Mandiri Beton yang digunakan
berasal dari supplier Sub Kontraktor PT. UJB Untuk pengecoran dengan metode
manual. Beton ready mix diangkut dari batching plant ke lokasi proyek dengan
menggunakan concrete mixer truck seperti pada Gambar 3.7.2. Concrete Mixer
ini disediakan oleh supplier. Mutu beton yang digunakan untuk pekerjaan tangga
adalah sebesar fc’ 25 MPa.

Gambar 3.7.2 Mixer Truck yang Berisi Beton Ready Mix


Sumber: Dokumentasi Pribadi di Lapangan (2020)
2. Tulangan
Tulangan yang digunakan untuk struktur balok bervariasi, dari mulai
tulangan ulir hingga tulangan polos dengan diameter yang beragam. Untuk
tulangan menggunakan tulangan ulir berdiameter D16 mm dan D10 mm.
Dimensi tulangan di lapangan harus disesuaikan dengan dokumen perencanaan
yang telah dibuat dan disepakati.
Tulangan harus disimpan pada tempat yang bebas dari lembab, dipisahkan
sesuai dengan diameter serta asal pembelian (supplier). Tulangan harus
dilindungi dari segala macam kotoran dan minyak, serta dihindarkan dari
pengaruh garam kuat seperti pada Gambar 3.7.3.

145
Laporan Praktik Kerja Industri
Proyek Pembangunan Gedung Pujasera UM/UM MART
Universitas Negeri Malang

Gambar 3.7.3 Tulangan


Sumber: Dokumentasi Pribadi di Lapangan (2020)
3. Kawat Bendrat
Kawat bendrat pada Gambar 3.7.4 merupakan kawat yang berfungsi
sebagai pengikat antar tulangan, seperti tulangan sengkang dengan tulangan
longitudinal, tulangan sengkang dengan tulangan torsi dan yang lainnya,
sehingga membentuk suatu rangkaian tulangan yang siap dicor. Kawat bendrat
yang digunakan disini memiliki diameter 1 mm dan penggunaannya digunakan
tiga lapis kawat agar lebih kuat dalam mengikat baja tulangan. Agar baja
tulangan saling terikat dengan baik, kawat yang digunakan harus mempunyai
kualitas yang baik dan tidak mudah putus.

Gambar 3.7.4 Kawat Bendrat


Sumber: Dokumentasi Pribadi di Lapangan (2020)

146
Laporan Praktik Kerja Industri
Proyek Pembangunan Gedung Pujasera UM/UM MART
Universitas Negeri Malang

4. Multipleks
Multipleks digunakan sebagai bahan bekisting karena dapat menghasilkan
permukaan beton yang halus. Multipleks yang digunakan untuk bekisting
tangga memiliki ketebalan 12 mm. Multipleks ini memiliki lapisan berupa resin
(Gambar 3.7.5).

Gambar 3.7.5 Multipleks dengan Lapisan Resin


Sumber: Dokumentasi Pribadi di Lapangan (2020)
3.7.2.2 Alat
Alat Pembesian
1. Bar Bender
Bar bender pada Gambar 3.7.6 adalah alat atau mesin yang digunakan untuk
membengkokkan baja tulangan dalam berbagai macam sudut sesuai dengan
perencanaan. Dalam pekerjaan tangga, bar bender digunakan untuk
membengkokkan tulangan tangga.

Gambar 3.7.6 Bar Bender


Sumber: Dokumentasi Pribadi di Lapangan (2020)

147
Laporan Praktik Kerja Industri
Proyek Pembangunan Gedung Pujasera UM/UM MART
Universitas Negeri Malang

2. Bar Cutter
Bar cutter (Gambar 3.7.7) merupakan alat yang digunakan untuk memotong
tulangan sesuai dengan ukuran yang diperlukan.

Gambar 3.7.7 Bar Cutter


Sumber: Dokumentasi Pribadi di Lapangan (2020)
3. Tang Catut
Tang catut pada Gambar 3.7.8 merupakan alat bantu yang digunakan untuk
mengikat kawat bendrat pada tulangan.

Gambar 3.7.8 Tang Catut


Sumber : Dokumentasi Pribadi di Lapangan (20200)
Alat Survey
1. Pesawat Penyipat Datar (PPD)
Pesawat Penyipat Datar (PPD) atau disebut juga waterpass merupakan salah
satu alat ukur yang digunakan untuk menentukan beda tinggi antara titik-titik di
permukaan bumi. Dalam pekerjaan tangga, waterpass digunakan untuk

148
Laporan Praktik Kerja Industri
Proyek Pembangunan Gedung Pujasera UM/UM MART
Universitas Negeri Malang

menentukan elevasi tangga ketika proses pemasangan bekisting dan untuk


mengecek ketebalan plat lantai ketika pengecoran, sehingga lantai yang dihasilkan
dapat datar dan sesuai dengan elevasi rencana. Selain itu, waterpass juga digunakan
untuk membuat tanda (marking) pada kolom sebagai acuan pekerjaan lain. Dalam
penggunaannya, waterpass didirikan pada tripod seperti pada Gambar 3.7.9.

Gambar 3.7.9 Pesawat Penyipat Datar (PPD) atau Waterpass


Sumber: Dokumentasi Pribadi di Lapangan (2020)
2. Tripod atau Statif
Tripod atau statif pada Gambar 3.7.10 merupakan alat yang berfungsi sebagai
tempat atau dudukan waterpass. Penggunaannya disesuaikan dengan tinggi bidikan
titik yang dibutuhkan.

Gambar 3.7.10 Tripod atau statif


Sumber: Dokumentasi Pribadi di Lapangan (2020)
3. Meteran
Meteran juga dikenal sebagai pita ukur atau roll meter pada Gambar 3.7.11
adalah alat ukur yang bisa digulung, dengan panjang bervariasi. Dalam pekerjaan

149
Laporan Praktik Kerja Industri
Proyek Pembangunan Gedung Pujasera UM/UM MART
Universitas Negeri Malang

tangga, meteran digunakan sebagai alat bantu mengecek jarak tangga yang akan
dikerjakan.

Gambar 3.7.11 Meteran


Sumber: Dokumentasi Pribadi di Lapangan (2020)
4. Rambu Ukur
Rambu ukur pada Gambar 3.7.12 merupakan alat yang terbuat dari campuran
aluminium yang memiliki skala dengan ketelitian 1 cm pada salah satu sisinya dan
1 mm di sisi lainnya. Dalam pekerjaan tangga, rambu ukur digunakan sebagai alat
bantu dalam pengecekan elevasi.

Gambar 3.7.12 Rambu Ukur


Sumber: Dokumentasi Pribadi di Lapangan (2020)
5. Penggaris Waterpass
Dalam pekerjaan tangga, penggaris waterpass pada Gambar 3.7.13 digunakan
untuk marking permukaan tangga.

150
Laporan Praktik Kerja Industri
Proyek Pembangunan Gedung Pujasera UM/UM MART
Universitas Negeri Malang

Gambar 3.7.13 Penggaris Waterpass


Sumber: Dokumentasi Pribadi di Lapangan (2020)
Alat Bekisting
1. Paku
Paku (Gambar 3.7.14) adalah logam keras berujung runcing yang umumnya
terbuat dari baja, yang digunakan untuk melekatkan dua bahan dengan menembus
keduanya. Paku umumnya ditembuskan pada bahan dengan menggunakan palu.
Pada pekerjaan balok dan plat lantai, paku digunakan untuk melekatkan bekisting
tangga yang akan dikerjakan sehingga akan membentuk sesuai rancangan.

Gambar 3.7.14 Paku


Sumber: Dokumentasi Pribadi di Lapangan (2020)
2. Palu
Palu pada Gambar 3.7.15 merupakan alat yang berfungsi untuk memukul atau
memberi tumbukan pada sebuah benda kerja. Pada bekerjaan tangga, palu
digunakan sebagai alat bantu pemasangan bekisting dengan paku.

Gambar 3.7.15 Palu


Sumber: Dokumentasi Pribadi di Lapangan (2020)

151
Laporan Praktik Kerja Industri
Proyek Pembangunan Gedung Pujasera UM/UM MART
Universitas Negeri Malang

3. Gergaji
Gergaji (Gambar 3.7.16) adalah perkakas berupa besi tipis bergerigi tajam yang
digunakan untuk memotong atau membelah kayu atau benda lainnya. Pada
pekerjaan tangga, gergaji berfungsi untuk memotong multipleks yang akan
digunakan sebagai bekisting.

Gambar 3.7.16 Gergaji


Sumber: Dokumentasi Pribadi di Lapangan (2020)
4. Besi Canal Dobel
Pada pekerjaan tangga, besi hollow digunakan sebagai perkuatan pada
bekisting. Pemasangan besi hollow sebagai perkuatan dinding bekisting dapat
dilihat pada Gambar 3.7.17. Dimensi yang digunakan untuk pekerjaan bekisting
tangga mengikuti dari gambar rencana.

Gambar 3.7.17 Besi Canal Dobel yang Dipasang Untuk Perkuatan Bekisting
Sumber: Dokumentasi Pribadi di Lapangan (2020)

152
Laporan Praktik Kerja Industri
Proyek Pembangunan Gedung Pujasera UM/UM MART
Universitas Negeri Malang

5. Perancah (Scaffolding)
Perancah (scaffolding) atau steger merupakan suatu struktur sementara yang
digunakan untuk menyangga manusia dan material dalam konstruksi. Biasanya
perancah terbuat dari pipa-pipa yang dirangkai sedemikian rupa sehingga memiliki
kekuatan untuk menopang beban di atasnya. Perancah (scaffolding) memiliki
beberapa bagian yang sering digunakan pada proyek konstruksi, seperti:
a. Main Frame
Main frame adalah sebuah rangka utama pada rangkaian perancah
(scaffolding). Main frame ini memiliki beberapa ukuran tinggi yang berbeda
seperti 90 cm, 170 cm, dan 190 cm dengan lebar sekitar 100 cm. Pelaksana
lapangan akan menghitung kebutuhan tinggi perancah sesuai dengan tinggi
lantai dan kebutuhan jumlah perancah sesuai luasan lantai bangunan. Dalam
proyek Pembangunan Gedung UM MART (Pujasera UM), perancah
digunakan sebagai penopang bekisting tangga seperti pada Gambar 3.7.18
berikut ini.

Gambar 3.7.18 Main Frame


Sumber: Dokumentasi Pribadi di Lapangan (2020)
b. Cross Brace
Cross Brace (Gambar 3.7.19) adalah bagian yang digunakan untuk
menyambung antar bagian frame dengan posisi silang. Posisi silang ini
digunakan karena dapat membuat rangkaian perancah (scaffolding) menjadi
lebih kuat. Cross brace memiliki dua ukuran panjang, yakni 220 cm dan 193
cm.

153
Laporan Praktik Kerja Industri
Proyek Pembangunan Gedung Pujasera UM/UM MART
Universitas Negeri Malang

Gambar 3.7.19 Cross Brace


Sumber: Dokumentasi Pribadi di Lapangan (2020)
c. U-Head
U-Head pada Gambar 3.7.20 adalah komponen yang digunakan pada
perancah atau scaffolding yang dipasang pada bagian atas perancah dengan
fungsi menyangga suri-suri dan besi hollow di atasnya seperti pada Gambar
3.7.21.

Gambar 3.7.20 U-Head


Sumber: Dokumentasi Pribadi di Lapangan (2020)

154
Laporan Praktik Kerja Industri
Proyek Pembangunan Gedung Pujasera UM/UM MART
Universitas Negeri Malang

Gambar 3.7.21 U-Head yang Telah Dipasang Pada Frame Scaffolding


Sumber: Dokumentasi Pribadi di Lapangan (2020)
d. Jack Base
Jack base pada Gambar 3.7.22 adalah alat yang digunakan sebagai alas
kaki dari perancah atau scaffolding. Jack base memiliki konstruksi berulir
sehingga dapat menyesuaikan dengan jarak lantai. Gambar 3.7.23 merupakan
jack base yang telah terpasang pada main frame. Perancah (scaffolding) yang
telah terpasang secara utuh dapat dilihat pada Gambar 3.7.24.

Gambar 3.7.22 Jack Base


Sumber: Dokumentasi Pribadi di Lapangan (2020)

Gambar 3.7.23Jack Base yang Telah Dipasang Pada Frame Scaffolding


Sumber: Dokumentasi Pribadi di Lapangan (2020)

155
Laporan Praktik Kerja Industri
Proyek Pembangunan Gedung Pujasera UM/UM MART
Universitas Negeri Malang

Gambar 3.7.24 Perancah (Scaffolding) yang Telah Dipasang


Sumber: Dokumentasi Pribadi di Lapangan (2020)
6. Suri-suri
Suri-suri merupakan balok yang digunakan untuk menumpu bekisting bottom
tangga. Suri-suri biasanya terbuat dari balok kayu, namun pada proyek
Pembangunan Gedung UM MART (Pujasera UM) digunakan suri-suri yang terbuat
dari dua besi kanal dengan dimensi 5 x 3 cm yang dirangkai menjadi satu seperti
yang terlihat pada Gambar 3.7.25.

Gambar 3.7.25 Balok Suri-Suri (b)


(a)
Sumber: Dokumentasi Pribadi di Lapangan (2020)
7. Siku-siku
Siku-siku (Gambar 3.7.26) merupakan alat yang digunakan sebagai pengunci
tembereng tangga agar sesuai dengan bentuk yang diinginkan dan menahan beban
beton ketika pengecoran. Pemasangan siku-siku pada bekisting tembereng tangga
dapat dilihat pada Gambar 3.7.27.

Gambar 3.7.26 Siku-Siku


Sumber: Dokumentasi Pribadi di Lapangan (2020)

156
Laporan Praktik Kerja Industri
Proyek Pembangunan Gedung Pujasera UM/UM MART
Universitas Negeri Malang

Gambar 3.7.27 Siku-Siku yang Telah Terpasang


Sumber: Dokumentasi Pribadi di Lapangan (2020)

Alat Pengecoran
1. Concrete Pump
Concrete pump (Gambar 3.7.28) adalah sebuah alat yang digunakan untuk
mentransfer adonan beton dari truk mixer menuju tempat pengecoran.

Gambar 3.7.28 Concrete Pump


Sumber: Dokumentasi Pribadi di Lapangan (2020)
2. Cangkul
Dalam proses pengecoran tangga, cangkul (Gambar 3.7.29) digunakan untuk
meratakan adonan beton yang keluar dari concrete pump.

157
Laporan Praktik Kerja Industri
Proyek Pembangunan Gedung Pujasera UM/UM MART
Universitas Negeri Malang

Gambar 3.3.32 Cangkul


Sumber: Dokumentasi Pribadi di Lapangan (2020)
3. Concrete Vibrator
Concrete vibrator (Gambar 3.7.33) merupakan alat penggetar yang berfungsi
untuk memadatkan beton ketika pengecoran, agar tidak ada rongga udara dalam
beton.

Gambar 3.7.33 Concrete Vibrator


Sumber: Dokumentasi Pribadi di Lapangan (2020)
3.7.3 Pelaksanaan Pekerjaan Tangga
Pelaksanaan pekerjaan tangga diawali dengan pekerjaan persiapan dan
marking seperti halnya pekerjaan kolom. Flow Chart pada Gambar 3.7.34 di bawah
ini dibuat untuk mempermudah pemahaman terkait sistematika pekerjaan tangga
dari mulai persiapan hingga pengecoran dan pembongkaran bekisting.

158
Laporan Praktik Kerja Industri
Proyek Pembangunan Gedung Pujasera UM/UM MART
Universitas Negeri Malang

Mulai

Persiapan Persiapan
Marking
Bekisting Pembesian

Pemasangan
Scaffolding

Pemasangan Bekisting
Tangga

Cek Elevasi

Pemasangan Beton
Decking

Pemasangan Tulangan
Fabrikasi
Tangga

Cleansing

Pengecoran

Pembongkaran Bekisting
Tangga

Selesai

Gambar 3.7.34 Flow Chart Pekerjaan Tangga

159
Laporan Praktik Kerja Industri
Proyek Pembangunan Gedung Pujasera UM/UM MART
Universitas Negeri Malang

3.7.3.1 Pekerjaan Persiapan


Pekerjaan persiapan yang dilakukan pada pekerjaan tangga meliputi
persiapan ketersediaan bahan material, kondisi lapangan dan para pekerja yang
akan terlibat. Beberapa hal yang dilakukan dalam pekerjaan persiapan tangga
adalah sebagai berikut:
1. Pembersihan lokasi untuk pekerjaan balok dan plat lantai seperti lokasi
fabrikasi tulangan dan lokasi penempatan multipleks yang akan digunakan
sebagai bekisting.
2. Mmpersiapkan perancah (scaffolding) sebagai penyangga bekisting
tangga.
3. Mempersiapkan bahan-bahan material dan alat penunjang untuk proses
pekerjaan tangga sesuai dengan tahapannya agar pekerjaan tidak
mengalami keterlambatan.
4. Mempersiapkan para pekerja dan orang-orang yang akan terlibat dalam
pekerjaan.
3.7.3.2 Marking Elevasi Tangga
Marking pada pekerjaan tangga dilakukan dengan membuat garis elevasi
tangga , seperti pada Gambar 3.7.35. Hal ini diperlukan untuk mempermudah
pengaturan elevasi tangga yang berada di atasnya.
Alat dan bahan yang diperlukan dalam pekerjaan ini adalah:
- Pesawat Penyipat Datar (PPD)
- Penggaris waterpass
- Alat sipatan
- Alat bantu lain (pensil, spidol, sikat, dan air)
Tenaga kerja yang diperlukan dalam pekerjaan ini adalah:
- Surveyor : 1 orang
- Asisten surveyor : 2 orang

160
Laporan Praktik Kerja Industri
Proyek Pembangunan Gedung Pujasera UM/UM MART
Universitas Negeri Malang

Gambar 3.7.35 Marking Elevasi Pada Tangga


Sumber: Dokumentasi Pribadi di Lapangan (2020)
3.7.3.3 Pemasangan Perancah (Scaffolding)
Perancah (scaffolding) digunakan sebagai alat bantu dalam pemasangan
kepala kolom dan bekisting tangga. Perancah harus dipasang dengan teratur dan
sesuai perencanaan, agar perancah tetap kuat menahan beban pekerja ketika
pekerjaan bekisting, dan pembesian berlangsung. Selain itu, agar perancah tetap
kuat menahan beban beton ketika proses pengecoran. Berikut ini merupakan proses
pemasangan perancah:
1. Mempersiapkan bagian-bagian perancah (scaffolding), seperti main frame,
cross brace, U-Head, dan jack base.
2. Memasang jack base pada bagian bawah main frame.
3. Memasang cross brace untuk menyatukan beberapa main frame.
4. Memasang U-Head di bagian atas main frame untuk meletakkan balok
suri-suri.
Gambar 3.7.36 berikut ini merupakan proses pemasangan perancah
(scaffolding) untuk pekerjaan tangga.

161
Laporan Praktik Kerja Industri
Proyek Pembangunan Gedung Pujasera UM/UM MART
Universitas Negeri Malang

Gambar 3.7.36 Pemasangan Perancah (Scaffolding)


Sumber: Dokumentasi Pribadi di Lapangan (2020)
3.7.3.4 Pemasangan Bekisting Tangga
Bekisting merupakan bagian yang cukup esensial dalam pekerjaan tangga.
Dimensi tangga yang telah direncanakan akan direalisasikan di lapangan dengan
menggunakan bekisting, secara sederhana bekisting merupakan cetakan dari
tangga. Sehingga ketelitian dan kerapihan pemasangan bekisting harus diperhatikan
agar diperoleh dimensi yang sesuai dengan perencanaan. Berikut ini prosedur
pemasangan bekisting tangga:
1. Menyiapkan multipleks dengan tebal 12 mm.
2. Tahap pertama dalam pekerjaan beksiting tangga adalah pemasang balok
suri-suri pada U-head yang telah terpasang pada bagian atas perancah
(scaffolding) seperti pada Gambar 3.7.37. Kemudian memasang besi
hollow di atas balok suri-suri sebagai perkuatan bekisting bottom tangga.

Gambar 3.7.37 Balok Suri-Suri yang Terpasang pada U-Head


Sumber: Dokumentasi Pribadi di Lapangan (2020)

162
Laporan Praktik Kerja Industri
Proyek Pembangunan Gedung Pujasera UM/UM MART
Universitas Negeri Malang

3. Selanjutnya, multipleks dipotong sesuai dengan lebar balok untuk


digunakan sebagai bekisting bottom tangga. Pemotongan ini harus benar-
benar akurat agar dihasilkan tangga yang sesuai dengan perencanaan.
4. Kemudian bekisting bottom tangga dipasang di atas besi hollow dengan
menggunakan sekrup berdimensi 3 cm pada Gambar 3.7.38.

Gambar 3.7.38 Pemasangan Bekisting Bottom Tangga


Sumber: Dokumentasi Pribadi di Lapangan (2020)
5. Setelah bekisting bottom balok terpasang, selanjutnya memasang bekisting
tembereng tangga. Tembereng tangga harus diberi perkuatan berupa besi
hollow dan siku-siku seperti pada Gambar 3.7.39, hal ini agar bekisting
mampu menahan tekanan ketika proses pengecoran beton.

Gambar 3.7.39 Perkuatan Bekisting Tembereng Tangga


Sumber: Dokumentasi Pribadi di Lapangan (2020)
6. Pada saat pemasangan bekisting tangga, tim surveyor akan mengecek
elevasi bekisting tangga. Hal ini diperlukan karena sekalipun tinggi
perancah (scaffolding) telah dihitung sesuai dengan dimensi tinggi balok,
masih terdapat selisih 5 mm hingga 3 cm dari tinggi tangga yang
seharusnya. Sehingga pengecekan elevasi tangga ini penting agar dimensi

163
Laporan Praktik Kerja Industri
Proyek Pembangunan Gedung Pujasera UM/UM MART
Universitas Negeri Malang

tinggi tangga sesuai dengan perencanaan. Pekerjaan ini membutuhkan


seorang surveyor beserta seorang asisten surveyor untuk membidik elevasi
yang benar, dan dua orang pekerja untuk mengatur ketinggian jack base
maupun U-head agar diperoleh elevasi tangga yang sesuai seperti pada
Gambar 3.7.40 berikut ini.

Gambar 3.7.40 Pengecekan Elevasi Tangga


Sumber: Dokumentasi Pribadi di Lapangan (2020)
3.7.3.5 Pemasangan Beton Decking
Beton decking pada tangga memiliki fungsi yang sama seperti pada
pekerjaan balok dan plat lantai, yaitu agar tangga memiliki selimut beton yang
sesuai dengan perencanaan. Gambar 3.7.41 di bawah ini merupakan proses
pemasangan beton decking pada tangga.

Gambar 3.7.41 Pemasangan Beton Decking


Sumber: Dokumentasi Pribadi di Lapangan (2020)

164
Laporan Praktik Kerja Industri
Proyek Pembangunan Gedung Pujasera UM/UM MART
Universitas Negeri Malang

3.7.3.6 Pekerjaan Penulangan atau Pembesian Tangga


1. Pengukuran dan Pemotongan Tulangan
Panjang tulangan yang akan dipotong harus diukur sesuai dengan gambar
perencanaan yang telah dibuat oleh perencana, di samping itu kontraktor perlu
membuat Bar Bending Schedule (BBS) sesuai dengan ketentuan SNI
2847:2013 tentang Persyaratan Beton Struktural untuk Bangunan Gedung. Bar
Bending Schedule (BBS) yang dibuat meliputi sketsa bentuk tulangan, ukuran
bentuk tulangan, panjang bahan, panjang tekuk, radius tekuk, jumlah dan berat
tulangan serta arus/alir pemakaian material hingga sisa (waste akhir).
Sehingga, dapat diketahui kebutuhan tulangan beton yang diperlukan.
Setelah pengukuran, tulangan dipotong dengan bar cutter sesuai dengan
ukuran yang telah dibuat. Proses pemotongan dengan bar cutter dilakukan oleh
2 (dua) orang pekerja yang saling bekerja sama, satu orang pekerja bertugas
mengoperasikan mesin pemotong dan satu lainnya memegangi tulangan agar
tepat pada ukurannya.
2. Pembengkokan Tulangan
Tulangan yang telah dipotong, dibengkokan sesuai dengan ukuran pada
Bar Bending Schedule (BBS) yang telah dibuat. Pembengkokan tulangan
dilakukan oleh satu sampai dua orang pekerja dengan bantuan alat bar bender
seperti pada Gambar 3.7.42.

165
Laporan Praktik Kerja Industri
Proyek Pembangunan Gedung Pujasera UM/UM MART
Universitas Negeri Malang

Gambar 3.7.42 Proses Pengukuran, Pemotongan dan Pembengkokan Tulangan


Sumber: Dokumentasi Pribadi di Lapangan (2020)
3. Perangkaian Tulangan
Berbeda dengan tulangan tangga yang dapat difabrikasi terlebih dahulu,
pemasangan tulangan tangga dilakukan langsung di lokasi pekerjaan,.. Berikut
ini merupakan prosedur pemasangan tulangan tangga di lapangan:
1. Tulangan longitudinal dan tulangan torsi tangga digelar pada
bekisting tangga yang telah terpasang.
2. Kemudian tulangan sengkang diikat pada tulangan longitudinal dan
tulangan torsi dengan menggunakan kawat bendrat seperti pada
Gambar 3.7.43. Jarak pemasangan tulangan sengkang di daerah
tumpuan lebih rapat dibandingkan dengan lapangan. Hal ini telah
terdapat pada gambar perencanaan, sehingga pekerja hanya perlu
mengikuti gambar kerja yang telah dibuat. Pada pelaksanaan
pembesian ini, supervisor melakukan pengecekan pada ikatan-ikatan
antara tulangan sengkang dan tulangan longitudinal untuk
memastikan tulangan telah terpasang dengan kuat.

Gambar 3.7.43 Pembesian Balok


Sumber: Dokumentasi Pribadi di Lapangan (2020)

166
Laporan Praktik Kerja Industri
Proyek Pembangunan Gedung Pujasera UM/UM MART
Universitas Negeri Malang

3.7.3.7 Pengecoran Tangga


Pengecoran tangga Gedung UM MART / pujasera UM dibagi menjadi dua
tahap pengecoran seperti berikut. Pengecoran tangga dapat dilihat pada Gambar
3.7.44 berikut ini.

Gambar 3.7.44 Tahap Pengecoran Tangga Proyek Pembangunan Gedung UM MART/


pujasera
Sumber: Dokumen Proyek (2020)
Proses pengecoran dilakukan setelah lokasi pengecoran dipastikan bersih.
Sebelum pengecoran berlangsung, perlu dilakukan pekerjaan persiapan seperti
persiapan material dan alat serta pekerja yang akan melakukan pekerjaan. Pelaksana
lapangan atau supervisor akan melakukan perhitungan kebutuhan volume beton
untuk kemudian memesan beton ready mix sesuai perhitungan. Selain persiapan
bahan pengecoran, pelaksana lapangan juga harus menyewa concrete pump sebagai
alat pengecoran, dan perlu dipastikan bahwa concrete pump telah tiba di lokasi
proyek sebelum proses pengecoran. Berikut merupakan prosedur pengecoran
tangga:
1. Memastikan bahwa bekisting tangga telah kuat dan kokoh, serta tidak
terdapat celah pada bekisting bottom tangga.

167
Laporan Praktik Kerja Industri
Proyek Pembangunan Gedung Pujasera UM/UM MART
Universitas Negeri Malang

2. Beton ready mix harus diaduk dengan menggunakan truck mixer yang
bekerja dengan baik dan dilaksanakan selama pengecoran berlangsung.
3. Sebelum melakukan proses pengecoran, beton ready mix perlu di tes slump
(Gambar 3.7.45) dan diambil beberapa sampel untuk diuji kuat tekan di
Laboratorium Beton dan Bahan Bangunan Institut Teknologi Sepuluh
Nopember. Nilai slump rencana pada proyek ini sebesar 10 + 12 cm
dengan mutu beton sebesar fc’ 25 MPa.

Gambar 3.7.45 Uji Slump


Sumber: Dokumentasi Pribadi di Lapangan (2020)
4. Pengecoran tangga dilakukan dengan bantuan concrete pump seperti pada
Gambar 3.7.46.

Gambar 3.7.46 Pengecoran Tangga


Sumber: Dokumentasi Pribadi di Lapangan (2020)
5. Saat beton dituang ke lokasi pengecoran, para pekerja akan meratakan
adonan beton dengan menggunakan cangkul dan dipadatkan dengan

168
Laporan Praktik Kerja Industri
Proyek Pembangunan Gedung Pujasera UM/UM MART
Universitas Negeri Malang

bantuan concrete vibrator (Gambar 3.7.47). Pekerjaan ini dilakukan oleh


sekitar enam orang pekerja dengan pembagian pekerjaannya masing-
masing.

Gambar 3.7.47 Pemadatan Beton dengan Concrete Vibrator


Sumber: Dokumentasi Pribadi di Lapangan (2020)
6. Selama proses pengecoran, tim survey harus melakukan pengecekkan
ketebalan plat lantai agar elevasinya sesuai dengan perencanaan.
3.7.3.8 Pembongkaran Bekisting Tangga
Pekerjaan pembongkaran bekisting tangga dilakukan setelah beton
berumur ± 7 hari, ketika beton telah cukup kuat untuk menahan berat sendriri serta
beban yang bekerja di atas beton tersebut. Pembongkaran bekisting tangga diikuti
dengan pembongkaran perancah (scaffolding) yang menyangganya seperti pada
Gambar 3.7.48. Perancah (scaffolding) dan bagian-bagiannya harus ditata dengan
baik dan kemudian diletakkan pada terminal material agar mudah
memindahkannya. Pekerjaan pembongkaran bekisting tangga dilakukan dengan
tidak mengurangi keamanan dan kemampuan struktur. Alat yang digunakan selama
pemongkaran antara lain linggis, palu dan alat penunjang lainnya. Berikut ini adalah
prosedur pekerjaan pembongkaran bekisting tangga:
1. Mengendorkan perancah (scaffolding) yang menopang tangga.
2. Melepaskan besi hollow yang berada tepat di bawah multipleks bekisting
bottom tangga.
3. Dengan hati-hati melepaskan multipleks yang menempel pada beton
dengan menggunakan linggis dan alat-alat sejenisnya.

169
Laporan Praktik Kerja Industri
Proyek Pembangunan Gedung Pujasera UM/UM MART
Universitas Negeri Malang

Gambar 3.7.48 Pembongkaran Bekisting Balok dan Plat Lantai


Sumber: Dokumentasi Pribadi di Lapangan (2020)
4. Merapikan lokasi pembongkaran agar pekerjaan lain seperti marking
ruangan, pemasangan bata ringan dan lain sebagainya tidak terganggu.
5. Menata perancah (scaffolding) dan alat penunjang bekisting lainnya pada
terminal barang agar mudah dipindahkan.

170
3.8 PERHITUNGAN KEBUTUHAN MATERIAL 171
3.8.1 PERHITUNGAN VOLUME BETON

A. VOLUME BETON PONDASI STRAUSS


NAMA PONDASI DIAMETER TINGGI JUMLAH VOL Rumus volume beton pondasi strauss
(m) (m) (bh) (m³) V = π x r² x t x jumlah pile x jumlah pondasi strauss
PONDASI P1 0.4 6 9 13.565
PONDASI P2 0.4 6 3 2.261
JUMLAH 15.826

B. VOLUME BETON PONDASI FOOT PLAT


NAMA PONDASI PANJANG LEBAR TINGGI JUMLAH VOL Rumus volume beton footplat
(m) (m) (m) (bh) (m³) V = p x l x t x jumlah footplat
FOOT PLAT (FP2) 1.9 1.9 0.35 3 3.791
JUMLAH 3.791

C. VOLUME BETON PILE CAP


NAMA PILE CAP PANJANG LEBAR TINGGI JUMLAH VOL Rumus volume beton pile cap
(m) (m) (m) (bh) (m³) V = p x l x t x jumlah pile cap
PILE CAP 1 1.8 1 0.5 9 8.1
PILE CAP 2 0.9 0.9 0.5 3 1.215
JUMLAH 9.315
D. VOLUME BETON SLOOF 172
NAMA SLOOF PANJANG LEBAR TINGGI JUMLAH VOL Rumus volume beton sloof
(m) (m) (m) (bh) (m³) V = p x l x t x jumlah sloof
SLOOF (TB1 H) 5.2 0.3 0.5 8 6.24
SLOOF (TB1 V) 4.7 0.3 0.5 9 6.345
SLOOF (TB2 H) 2.9 0.3 0.3 3 0.783
SLOOF (TB2 V) 4.3 0.3 0.3 1 0.387
2.8 0.3 0.3 1 0.252
JUMLAH 14.007

E. VOLUME BETON KOLOM


NAMA KOLOM PANJANG LEBAR TINGGI JUMLAH VOL Rumus volume beton kolom
(m) (m) (m) (bh) (m³) V = p x l x t x jumlah kolom
KOLOM (K1) 0.4 0.4 2.5 36 14.4
KOLOM (K2) 0.3 0.3 2.5 3 0.675
JUMLAH 15.075
F. VOLUME BETON PLAT LANTAI 173
NAMA BETON PANJANG LEBAR TINGGI JUMLAH VOL Rumus volume beton plat lantai
PLAT (m) (m) (m) (bh) (m³) V = p x l x t x jumlah plat lantai
PLAT (S1 LT.2) 3 2 0.12 36 25.92
3.2 2 0.12 2 1.536
3.2 1.35 0.12 1 0.5184
PLAT (S2 LT.2) 3.2 1.65 0.12 1 0.6336
PLAT (S2 LT.2.5) 3 1.9 0.12 4 2.736
PLAT (S1 LT.3) 3 2 0.12 36 25.92
PLAT (S2 LT.3) 3.3 1.225 0.12 1 0.4851
3.3 1.75 0.12 1 0.693
PLAT (S4 LT.3) 6 1 0.12 2 1.44
JUMLAH
S1 53.8944
S2 5.9877
S1+S2 59.8821

G. VOLUME BETON BALOK


NAMA BALOK PANJANG LEBAR TINGGI VOL Rumus volume beton kolom
(m) (m) (m) (m³) V = p.total x l x t
Horizontal 48 0.25 0.5 6
B1A
Vertikal 108 13.5
B1B Horizontal 46 0.25 0.5 5.75
B1C Horizontal 12 0.25 0.5 1.5
B2 Horizontal 12 0.3 0.6 2.16
Horizontal 9.2 0.2 0.4 0.736
B3A
Vertikal 82.5 6.6
B3B Horizontal 36 0.2 0.4 2.88
174
B3C Horizontal 7 0.2 0.4 0.56
Horizontal 152.7 0.2 0.3 9.162
B4
Vertikal 4 0.24
Horizontal 5 0.2 0.35 0.35
B5A
Vertikal 2 0.14
B5B Horizontal 9 0.2 0.35 0.63
Horizontal 12 0.3 0.5 1.8
B6
Vertikal 5.4 0.81
Horizontal 3 0.25 0.4 0.3
B7A
Vertikal 36 3.6
B7B Horizontal 18 0.25 0.4 1.8
JUMLAH
Horizontal 33.628
Vertikal 24.89
H+V 58.518

H. VOLUME BETON TANGGA


VOLUME ANAK TANGGA
JUMLAH ANAK PANJANG LEBAR TEBAL VOL Rumus volume beton anak tangga
TANGGA (bh) (m) (m) (m) (m³) V = ½ x p x l x t x jumlah anak tangga
20 1.125 0.3 0.175 0.591
JUMLAH 0.591

VOLUME PLAT TANGGA


JUMAH PLAT PANJANG LEBAR TEBAL VOL Rumus volume beton plat tangga
TANGGA (bh) (m) (m) (m) (m³) V = p x l x t x jumlah plat tangga
1 LANTAI 2 1.6 1.15 0.15 0.276
1 LANTAI 2.5 4.2 1.15 0.15 0.725
JUMLAH 1.001
VOLUME BORDES 175
JUMLAH BORDES PANJANG LEBAR TEBAL VOL Rumus volume beton bordes
(bh) (m) (m) (m) (m³) V = p x l x t x jumlah bordes
2 1.7 1.7 0.2 1.156
JUMLAH 1.156

TOTAL BETON YANG DIBUTUHKAN TANGGA


V. ANAK TANGGA + V. PLAT TANGGA + BORDES = 2.747 m³

JUMLAH
NAMA PEKERJAAN
VOL m³
PONDASI STRAUSS 15.826
PONDASI FOOT PLAT 3.791
PILE CAP 9.315
SLOOF 14.007
KOLOM 15.075
PLAT LANTAI 59.8821
BALOK 58.518
TANGGA 2.747
JUMLAH 179.160
3.8.2 PERHITUNGAN VOLUME BEKISTING 177

A. VOLUME BEKISTING PILE CAP


NAMA PILE CAP PANJANG LEBAR TINGGI JUMLAH VOL Rumus volume bekisting pile cap
(m) (m) (m) (bh) (m²) V = ( p + l ) x 2 x t x jumlah pile cap
PILE CAP (P1) 1.8 1 0.5 9 25.2
PILE CAP (P2) 0.9 0.9 0.5 3 5.4
JUMLAH 30.6

B. VOLUME BETON PONDASI FOOT PLAT


NAMA PONDASI PANJANG TINGGI JUMLAH VOL Rumus volume bekisting foot plat
(m) (m) (bh) (m³) V = p x t x jumlah sisi x jumlah foot plat
FOOT PLAT 1 (FP2) 1.9 0.35 3 7.980
JUMLAH 7.98

C. VOLUME BEKISTING SLOOF


NAMA SLOOF PANJANG TINGGI JUMLAH VOL Rumus volume bekisting sloof
(m) (m) (bh) (m²) V = p x t x 2 x jumlah sloof
SLOOF (TB1 H) 5.2 0.5 8 41.6
SLOOF (TB1 V) 4.7 0.5 9 42.3
SLOOF (TB2 H) 2.9 0.3 3 5.22
SLOOF (TB2 V) 4.3 0.3 1 2.58
2.8 0.3 1 1.68
JUMLAH 93.38
D. VOLUME BEKISTING KOLOM 178
NAMA KOLOM PANJANG LEBAR TINGGI JUMLAH VOL Rumus volume bekisting kolom
(m) (m) (m) (bh) (m²) V = p x 4 x t x jumlah kolom
KOLOM (K1) 0.4 0.4 2.5 36 144
KOLOM (K2) 0.3 0.3 2.5 3 9
JUMLAH 153

E. VOLUME BEKISTING PLAT LANTAI

NAMA BETON PANJANG LEBAR JUMLAH VOL Rumus volume bekisting plat lantai
PLAT (m) (m) (bh) (m²) V = p x l x jumlah plat lantai
PLAT (S1 LT.2) 3 2 36 216
3.2 2 2 12.8
3.2 1.35 1 4.32
PLAT (S2 LT.2) 3.2 1.65 1 5.28
PLAT (S2 LT.2.5) 3 1.9 4 22.8
PLAT (S1 LT.3) 3 2 36 216
PLAT (S2 LT.3) 3.3 1.225 1 4.0425
3.3 1.75 1 5.775
6 1 1 6
JUMLAH
S1 449.12
S2 43.8975
S1+S2 493.018
F. VOLUME BEKISTING BALOK 179
NAMA BALOK PANJANG LEBAR TINGGI VOL Rumus volume bekisting balok
(m) (m) (m) (m²) V = ( p.total x t) x 2 ) + (panjang total x l ) x jumlah plat lantai
B1A Horizontal 48 0.25 0.5 60
Vertikal 108 135
B1B Horizontal 46 0.25 0.5 57.5
B1C Horizontal 12 0.25 0.5 15
B2 Horizontal 12 0.3 0.6 18
B3A Horizontal 9.2 0.2 0.4 9.2
Vertikal 82.5 82.5
B3B Horizontal 36 0.2 0.4 36
B3C Horizontal 7 0.2 0.4 7
B4 Horizontal 152.7 0.2 0.3 122.16
Vertikal 4 3.2
B5A Horizontal 5 0.2 0.35 4.5
Vertikal 2 1.8
B5B Horizontal 9 0.2 0.35 8.1
B6 Horizontal 12 0.3 0.5 15.6
Vertikal 5.4 7.02
B7A Horizontal 3 0.25 0.4 3.15
Vertikal 36 37.8
B7B Horizontal 18 0.25 0.4 18.9
JUMLAH
Horizontal 375.11
Vertikal 267.32
H+V 642.43
G. VOLUME BEKISTING TANGGA 180
JUMLAH ANAK PANJANG LEBAR TEBAL VOL Rumus volume bekisting anak tangga
TANGGA (bh) (m) (m) (m) (m²) V = p x t x jumlah anak tangga
20 1.125 0.3 0.175 3.938
JUMLAH 3.938
VOLUME PLAT TANGGA
JUMAH PLAT PANJANG LEBAR TEBAL VOL Rumus volume bekisting plat tangga
TANGGA (bh) (m) (m) (m) (m²) V =((p x l) + (( p x t ) x 2 )) x jumlah plat tangga
1 LANTAI 2 1.6 1.15 0.15 2.32
1 LANTAI 2.5 4.2 6.09
JUMLAH 8.410
VOLUME BORDES
JUMLAH BORDES PANJANG LEBAR VOL Rumus volume bekisting bordes
(bh) (m) (m) (m²) V = p x l x jumlah bordes
2 1.7 1.7 5.78
JUMLAH 5.78

TOTAL LUASAN BEKISTING YANG DIBUTUHKAN TANGGA


V. ANAK TANGGA + V. PLAT TANGGA + V. BORDES = 18.128 m²

JUMLAH
NAMA PEKERJAAN
VOL m²
PONDASI FOOT PLAT 7.980
PILE CAP 30.6
SLOOF 93.38
KOLOM 153
PLAT LANTAI 493.0175
BALOK 642.43
TANGGA 18.128
JUMLAH 1438.535
3.8.3 PERHITUNGAN VOLUME PEMBESIAN 181
A. VOLUME PEMBESIAN STRAUSS

NAMA PONDASI DIAMETER DIAMETER PANJANG JUMLAH JUMLAH BERAT TULANGAN TOTAL BERAT
TULANGAN PILE (m) (m) TUL (bh) PILE (bh) PER METER (kg/m) TULANGAN (kg)
PONDASI P1 (6m) 12D16 0.4 6.992 24 9 1.578 2383.21
SENGKANG
Ø10-100 0.25 34.60 2 9 0.627 390.46
SPIRAL (6m)
PONDASI P2 (6m) 12D16 0.4 6.992 12 3 1.578 397.20
SENGKANG
Ø10-100 0.25 34.60 1 3 0.627 65.08
SPIRAL (6m)
TOTAL
TULANGAN D16 2780.41
TULANGAN Ø10 455.54
B. VOLUME PEMBESIAN PONDASI FOOT PLAT 182

NAMA PONDASI DIAMETER PANJANG LEBAR JUMLAH JUMLAH BERAT TULANGAN TOTAL BERAT
TULANGAN (m) (m) TUL (bh) (bh) PER METER (kg/m) TULANGAN (kg)
FOOT PLAT 1 (FP2)
ATAS Ø12-200 2.14 2.14 19 3 0.89 217.124
Ø12-200 2.14 2.14 19 3 0.89 217.124
BAWAH D16-200 2.14 2.14 19 3 1.578 384.969
D16-200 2.14 2.14 19 3 1.578 384.969
JUMLAH
D16 769.938
Ø12 434.249
C. VOLUME PEMBESIAN PILE CAP 183

NAMA PILE CAP DIAMETER PANJANG JUMLAH JUMLAH BERAT TULANGAN TOTAL BERAT
TULANGAN (m) TUL (bh) (bh) PER METER (kg/m) TULANGAN (kg)
PILE CAP 1 ATAS D16 2.4 38 9 1.578 1295.2224
SABUK D16 8 3 9 1.578 340.848
BAWAH D19 2.4 37 9 2.223 1776.6216
PILE CAP 2 ATAS D16 1.6 38 3 1.578 287.8272
SABUK D16 6.4 3 3 1.578 90.8928
BAWAH D19 1.6 37 3 2.223 394.8048
JUMLAH
D16 2014.7904
D19 2171.4264
D. VOLUME PEMBESIAN SLOOF 184

NAMA SLOOF DIAMETER PANJANG JUMLAH JUMLAH BERAT TULANGAN TOTAL BERAT
TULANGAN (m) TUL (bh) (bh) PER METER (kg/m) TULANGAN (kg)
SLOOF (TB1 H) D19 12.228 12 4 2.223 1304.78
D10 12.12 2 4 0.617 59.82
SENGKANG
TUMPUAN D10-75 1.51 39 8 0.617 288.20
LAPANGAN D10-100 1.51 29 8 0.617 216.15
SLOOF (TB1 V) D19 6.228 12 9 2.223 1495.24
D10 6.12 2 9 0.617 67.97
SENGKANG
TUMPUAN D10-75 1.51 39 9 0.617 324.22
LAPANGAN D10-100 1.51 29 9 0.617 243.17
SLOOF (TB2 H) D16 3.092 6 3 1.578 87.83 185
SENGKANG
TUMPUAN D10-150 0.66 10 3 0.617 12.62
LAPANGAN D10-150 0.66 10 3 0.617 12.62
SLOOF (TB2 V) D16 4.492 6 1 1.578 42.53
SENGKANG
TUMPUAN D10-150 0.66 14 1 0.617 5.84
LAPANGAN D10-150 0.66 14 1 0.617 5.84
SLOOF (TB2 V) D16 2.992 6 1 1.578 28.33
SENGKANG
TUMPUAN D10-150 0.66 9 1 0.617 3.80
LAPANGAN D10-150 0.66 9 1 0.617 3.80
JUMLAH
D19 2800.02
D16 158.68
D10 1244.05
E. VOLUME PEMBESI KOLOM 186

NAMA KOLOM DIAMETER PANJANG JUMLAH JUMLAH BERAT TULANGAN TOTAL BERAT
TULANGAN (m) TUL (bh) (bh) PER METER (kg/m) TULANGAN (kg)
KOLOM (K1) D19 4.14 8 9 2.223 662.63
SENGKANG
TUMPUAN D10-100 1.3 15.0 9 0.617 108.28
LAPANGAN D10-150 1.3 10 9 0.617 72.19
KOLOM (K2) D16 3.96 8 3 1.578 149.97
SENGKANG
TUMPUAN D10-100 0.9 15 3 0.617 24.99
LAPANGAN D10-100 0.9 15 3 0.617 24.99
JUMLAH
D19 662.63
D16 149.97
D10 230.45
F. VOLUME PEMBESIAN PLAT LANTAI WIERMESH 187

NAMA BETON DIAMETER PANJANG LEBAR JUMLAH BERAT TULANGAN TOTAL BERAT
PLAT TULANGAN (m) (m) (bh) PER METER (kg/m) TULANGAN (kg)
PLAT (S1 LT.2) M8 3 2 36 0.395 2047.68
M8 3.2 2 2 0.395 125.77
M8 3.2 1.35 1 0.395 41.40
PLAT (S2 LT.2) M8 3.2 1.65 1 0.395 53.72
PLAT (S2 LT.2.5) M8 3 1.9 4 0.395 221.83
PLAT (S1 LT.3) M8 3 2 36 0.395 2047.68
PLAT (S2 LT.3) M8 3.3 1.225 1 0.395 43.27
M8 3.3 1.75 1 0.395 60.00
M8 6 1 1 0.395 118.50
JUMLAH
S1 4262.52
S2 497.32
S1+S2 4759.85
G. VOLUME BETON BALOK 188
DIAMETER PANJANG JUMLAH JUMLAH BERAT TULANGAN TOTAL BERAT 189
NAMA BALOK
TULANGAN (m) TUL (bh) (bh) PER METER (kg/m) TULANGAN (kg)
B1A Horizontal
D19 3 8 4 2.223 213.41
TUMPUAN
D10 3 4 4 0.617 29.62
D19 3 7 4 2.223 186.73
LAPANGAN
D10 3 4 4 0.617 29.62
SENGKANG
TUMPUAN D10-100 1.24 30 4 0.617 91.81
LAPANGAN D10-150 1.24 20 4 0.617 61.21
Vertikal
D19 3 8 9 2.223 480.17
TUMPUAN
D10 3 4 9 0.617 66.64
D19 3 7 9 2.223 420.15
LAPANGAN
D10 3 4 9 0.617 66.64
SENGKANG
TUMPUAN D10-100 1.24 30 9 0.617 206.57
LAPANGAN D10-150 1.24 20 9 0.617 137.71
B1B Horizontal
D19 3 6 3 2.223 120.04
TUMPUAN
D10 3 4 3 0.617 22.21
D19 3 5 3 2.223 100.04
LAPANGAN
D10 3 4 3 0.617 22.21
SENGKANG
TUMPUAN D10-100 1.24 30 3 0.617 68.86
LAPANGAN D10-150 1.24 20 3 0.617 45.90
190
B1C Horizontal
D19 3 8 1 2.223 53.35
TUMPUAN
D10 3 4 1 0.617 7.40
D19 3 8 1 2.223 53.35
LAPANGAN
D10 3 4 1 0.617 7.40
SENGKANG
TUMPUAN D10-100 1.24 30 1 0.617 22.95
LAPANGAN D10-150 1.24 20 1 0.617 15.30
B2 Horizontal
D19 3 10 2 2.223 133.38
TUMPUAN
D16 3 4 2 1.578 37.87
D19 3 10 2 2.223 133.38
LAPANGAN
D16 3 4 2 1.578 37.87
SENGKANG
TUMPUAN D10-100 1.54 30 2 0.617 57.01
LAPANGAN D10-100 1.54 30 2 0.617 57.01
B3A Horizontal
D16 1.6 6 1 1.578 15.15
TUMPUAN
Ø10 1.6 2 1 0.62 1.98
D16 1.6 6 1 1.578 15.15
LAPANGAN
Ø10 1.6 2 1 0.62 1.98
SENGKANG
TUMPUAN Ø10-100 0.94 16 1 0.62 9.32
LAPANGAN Ø10-150 0.94 11 1 0.62 6.22
Vertikal
D16 3 6 6 1.578 170.42
TUMPUAN
Ø10 3 2 6 0.62 22.32
D16 3 6 6 1.578 170.42
LAPANGAN
Ø10 3 2 6 0.62 22.32
SENGKANG
TUMPUAN Ø10-100 0.94 30 6 0.62 104.90
LAPANGAN Ø10-150 0.94 20 6 0.62 69.94
191
B3B Horizontal
D16 3 8 6 1.578 227.232
TUMPUAN
Ø10 3 2 6 0.62 22.32
D16 3 7 6 1.578 198.828
LAPANGAN
Ø10 3 2 6 0.62 22.32
SENGKANG
TUMPUAN Ø10-100 0.94 30 6 0.62 104.904
LAPANGAN Ø10-150 0.94 20 6 0.62 69.936
B3C Vertikal
D16 1.75 8 2 1.578 44.18
TUMPUAN
Ø10 1.75 2 2 0.62 4.34
D16 1.75 8 2 1.578 44.18
LAPANGAN
Ø10 1.75 2 2 0.62 4.34
SENGKANG
TUMPUAN Ø10-100 0.94 17.5 2 0.62 20.40
LAPANGAN Ø10-100 0.94 17.5 2 0.62 20.40
B4 Horizontal
TUMPUAN D13 3 6 12 1.04 224.64
LAPANGAN D13 3 6 12 1.04 224.64
SENGKANG
TUMPUAN Ø10-100 0.74 30 12 0.62 165.17
LAPANGAN Ø10-150 0.74 20 12 0.62 110.11
Vertikal
TUMPUAN D13 1 6 2 1.04 12.48
LAPANGAN D13 1 6 2 1.04 12.48
SENGKANG
TUMPUAN Ø10-100 0.74 10 2 0.62 9.176
LAPANGAN Ø10-150 0.74 6.7 2 0.62 6.117
192
B5A Horizontal
D16 1.25 5 2 1.578 19.73
TUMPUAN
Ø10 1.25 2 2 0.62 3.10
D16 1.25 5 2 1.578 19.73
LAPANGAN
Ø10 1.25 2 2 0.62 3.10
SENGKANG
TUMPUAN Ø10-100 0.84 12.5 2 0.62 13.02
LAPANGAN Ø10-100 0.84 12.5 2 0.62 13.02
Vertikal
D16 1 5 1 1.578 7.89
TUMPUAN
Ø10 1 2 1 0.62 1.24
D16 1 5 1 1.578 7.89
LAPANGAN
Ø10 1 2 1 0.62 1.24
SENGKANG
TUMPUAN Ø10-100 0.84 10 1 0.62 5.21
LAPANGAN Ø10-100 0.84 10 1 0.62 5.21
B5B Horizontal
D16 1.5 4 3 1.578 28.40
TUMPUAN
Ø10 1.5 2 3 0.62 5.58
D16 1.5 4 3 1.578 28.40
LAPANGAN
Ø10 1.5 2 3 0.62 5.58
SENGKANG
TUMPUAN Ø10-100 0.84 15 3 0.62 23.44
LAPANGAN Ø10-150 0.84 10 3 0.62 15.62
193
B6 Horizontal
D19 3 7 2 2.223 93.37
TUMPUAN
D16 3 4 2 1.578 37.87
D19 3 7 2 2.223 93.37
LAPANGAN
D16 3 4 2 1.578 37.87
SENGKANG
TUMPUAN D10-100 1.34 30 2 0.617 49.61
LAPANGAN D10-100 1.34 30 2 0.617 49.61
Vertikal
D19 1.35 7 2 2.223 42.01
TUMPUAN
D16 1.35 4 2 1.578 17.04
D19 1.35 7 2 2.223 42.01
LAPANGAN
D16 1.35 4 2 1.578 17.04
SENGKANG
TUMPUAN D10-100 1.34 13.5 2 0.617 22.32
LAPANGAN D10-100 1.34 13.5 2 0.617 22.32
B7A Horizontal
D19 1.5 6 1 2.223 20.01
TUMPUAN
D10 1.5 2 1 0.617 1.85
D19 1.5 6 1 2.223 20.01
LAPANGAN
D10 1.5 2 1 0.617 1.85
SENGKANG
TUMPUAN D10-125 1.04 12 1 0.617 7.70
LAPANGAN D10-125 1.04 12 1 0.617 7.70
Vertikal
D19 3 6 6 2.223 240.084
TUMPUAN
D10 3 2 6 0.617 22.212
D19 3 6 6 2.223 240.084
LAPANGAN
D10 3 2 6 0.617 22.212
194
SENGKANG
TUMPUAN D10-125 1.04 24 6 0.617 92.40192
LAPANGAN D10-125 1.04 24 6 0.617 92.40192
B7B Horizontal
D19 3 6 3 2.223 120.042
TUMPUAN
D10 3 2 3 0.617 11.106
D19 3 6 3 2.223 120.042
LAPANGAN
D10 3 2 3 0.617 11.106
SENGKANG
TUMPUAN D10-100 1.04 30 3 0.617 57.7512
LAPANGAN D10-150 1.04 20 3 0.617 38.5008
JUMLAH
D19 2925.02
D16 1183.18
D13 474.24
D10 1526.73
Ø10 893.87
H. VOLUME BETON TANGGA 195

VOLUME ANAK TANGGA


JUMLAH ANAK DIAMETER PANJANG LEBAR JUMLAH BERAT TULANGAN TOTAL BERAT
TANGGA (bh) TULANGAN (m) (m) TUL (bh) PER METER (kg/m) TULANGAN (kg)
20 Ø8 1.125 0.3 3 0.4 34.2
20 Ø8-200 0.68 - 6 0.4 30.6
JUMLAH
Ø8 64.8
VOLUME PLAT TANGGA
JUMAH PLAT DIAMETER PANJANG LEBAR JUMLAH BERAT TULANGAN TOTAL BERAT
TANGGA (bh) TULANGAN (m) (m) TUL (bh) PER METER (kg/m) TULANGAN (kg)
1 D16-100 1.6 1.15 23 1.578 58.070
LANTAI 2
Ø12-150 1.6 1.15 21 0.89 21.835
1 D16-100 4.2 1.15 23 1.578 152.435
LANTAI 2.5
Ø12-150 4.2 1.15 56 0.89 57.316
JUMLAH
D16 210.505
Ø12 79.151
VOLUME BORDES 196
JUMLAH BORDES DIAMETER PANJANG LEBAR JUMLAH BERAT TULANGAN TOTAL BERAT
(bh) TULANGAN (m) (m) TUL (bh) PER METER (kg/m) TULANGAN (kg)
2 D16-75 1.7 1.7 23 1.578 164.86
JUMLAH
D16 375.369
Ø12 79.151
Ø8 64.8

NAMA PEKERJAAN KEBUTUHAN BESI JUMLAH NAMA PEKERJAAN KEBUTUHAN BESI JUMLAH
DIAMETER (kg) DIAMETER (kg)
PONDASI STRAUSS D16 2780.41 TANGGA D16 585.874
Ø10 455.54 Ø12 158.301
PONDSI FOOTPLAT D16 769.938 Ø8 129.6
Ø12 434.249 JUMALAH
PILE CAP D16 2014.79 D19 8559.10
D19 2171.426 D16 7642.85
SLOOF D19 2800.02 D13 474.24
D16 158.68 Ø12 592.550
D10 1244.05 D10 3001.23
KOLOM D19 662.63 Ø10 1349.42
D16 149.97 Ø8 129.6
D10 230.45
PLAT LANTAI M8 4759.85
BALOK D19 2925.02
D16 1183.18
D13 474.24
D10 1526.73
Ø10 893.87
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Berdasarkan pengamatan dalam kegiatan praktik industri yang telah
dilaksanakan pada Proyek Pembangunan Gedung Pujasera UM atau UM MART
Universitas Negeri Malang, dapat disimpulkan bahwa :
1. Pelaksanaan pekerjaan pondasi strauss AS C-D-E 1 sampai dengan 4
pada proyek Pembangunan Gedung Pujasera UM atau UM MART
Universitas Negeri Malang sudah sesuai dengan prosedur-prosedur yang
ada. Dan terlaksana dengan baik dengan adanya koordinasi antar pihak
proyek sehingga dapat terjalin kerjasama dalam menyelesaikan pekerjaan
proyekdengan hasil yang sesuai.
2. Pelaksanaan pekerjaan pondasi footplat AS C-D-E 5 pada proyek
Pembangunan Gedung Pujasera UM atau UM MART Universitas Negeri
Malang sudah sesuai dengan prosedur-prosedur yang ada. Dan terlaksana
dengan baik dengan adanya koordinasi antar pihak proyek sehingga dapat
terjalin kerjasama dalam menyelesaikan pekerjaan proyekdengan hasil
yang sesuai.
3. Pelaksanaan pekerjaan pile cap (P1), pile cap (P2), dan sloof (TB1),(TB2)
AS C-D-E 1 sampai dengan 4 proyek Pembangunan Gedung Pujasera UM
atau UM MART Universitas Negeri Malang sudah sesuai dengan
prosedur- prosedur yang ada. Dan terlaksana dengan baik dengan adanya
koordinasi antar pihak proyek sehingga dapat terjalin kerjasama dalam
menyelesaikanpekerjaan proyekdengan hasil yang sesuai.
4. Pelaksanaan pekerjaan kolom (K1), (K2) AS C-D-E 1 sampai dengan 4
proyek Pembangunan Gedung Pujasera UM atau UM MART Universitas
Negeri Malang sudah sesuai dengan prosedur-prosedur yang ada. Dan
terlaksana dengan baik dengan adanya koordinasi antar pihak proyek
sehingga dapat terjalin kerjasama dalam menyelesaikan pekerjaan
proyekdengan hasil yang sesuai.

197
5. Pelaksanaan pekerjaan balok dan plat lantai (SLAB1), (SLAB2),
(SLAB4) AS C-D-E 1 sampai dengan 4 proyek Pembangunan Gedung
Pujasera UM atau UM MART Universitas Negeri Malang sudah sesuai
dengan prosedur-prosedur yang ada. Dan terlaksana dengan baik dengan
adanya koordinasi antar pihak proyek sehingga dapat terjalin kerjasama
dalam menyelesaikan pekerjaan proyekdengan hasil yang sesuai.

6. Pelaksanaan pekerjaan tangga (SLAB1) AS C-D-E 1 sampai dengan 4


proyek Pembangunan Gedung Pujasera UM atau UM MART Universitas
Negeri Malang sudah sesuai dengan prosedur-prosedur yang ada. Dan
terlaksana dengan baik dengan adanya koordinasi antar pihak proyek
sehingga dapat terjalin kerjasama dalam menyelesaikan pekerjaan
proyekdengan hasil yang sesuai.

4.2 Saran
Berdasarkan pengamatan yang sudah dilakukan selama pelaksanaan
Praktik Industri, terdapat beberapa hal yang dapat dijadikan masukan antara
lain :

1. Perlu upaya yang lebih dalam hal kedisiplinan kesehatan dan


keselamatan kerja (K3), karena masih banyak pekerja yang terkadang
abai dengan kesehatandan keselamatan kerja (K3),
2. Kedisiplinan perlu lebih ditingkatkan lagi karena masih banyak pekerja
yang terlambat ketika hendak memulai kerja

3. Faktor kedisiplinan khususnya jadwal pelaksanaan pekerjaan yang


sudah disepakati hendaknya bisa terlaksana, kecuali ada hambatan yang
memang dapat mengganggu jadwal yang ada.
5 Pembuatan laporan Praktik Industri (PI) seharusnya dilakukan
langsung di lapangan agar tidak kekurangan data.
6 Melakukan bimbingan laporan kegiatan Praktik Industri (PI) kepada
dosen pembimbing dan pembimbing lapangan secara rutin.

198

Anda mungkin juga menyukai