Tema : Men Negara tidak mau mengakui anaknya sendiri
sehingga Ia mendapat hukuman keadilan widi yang menimpanya.
Tokoh 1 : Men Negara
a. sifat : jahat dan licik
b. Perasaan : penuh dengan sifat kelicikan yang ingin mencelakakan Ni Sukreni c. Pola pikir : Kolot dan sempit d. Keterkaitan dengan kehidupan masa kini : Mempengaruhi nilai Budaya
Tokoh 2 : Ni Sukrena
a. Latar / setting : Bali, dipinggir jalan kecil yang berkelok-kelok, di
antara kebun-kebun kelapa dan kedar menujake bingin banah, desa yang belum dapat disebut desa benar. b. Nilai Budaya : nilai budaya yang digunakan berkaitan dengan kehidupan masa sekarang. c. Ringkasan Isi
Halaman rumah yang gelap tadi itu terang-menerang, karena api
yang besar itu menerangi kebun kelapa itu sampai kedaun-daunnya. Isi desa telah sibuk menolong memadamkan api, tetapi sia-sia belaka. Rumah , kedai dan lumbung serta binatang pun habis terbakar semuanya. I Made A Seman yang masih ingat akan dirinya, bergerak hendak berdiri, lalu berkata dengan perlahan-lahan “keadilan widi”. Dibawah pohon kelapa kelihatan Men Negara dan Ni Negari serta keluarganya yang lain- lain duduk merenungi api yang telah hamper padam. Ketika itu terasa oleh mereka bahwa, mereka telah kena hukuman Widi, Tuhannya. Terbayang dimata Men Negara rupa Ni Sukreni, anaknya, yang telah dicelakakannya. Men Negara memekik, berlari, lalu jatuh terguling, dan tak ingat lagi akan dirinya. Men Negara menjadi gila ia berkhayal seolah- olah ia hendak pergi kebelakang rumah, lalu melayangkan mata ke dalam kebun yang amat luas dan berseru-seru Negari-negari dengan kain bajunya robek-robek serta kotor, karena ia selalu tidur ditanah dengan berselimutkan embun, dan orang- orang yang melihatnya akan kasihan dan merasa ibah.