Pharmacy ?
Education ?
Pharmacy ? Education ?
Education ?
Pharmacy ?
Education ?
Pharmacy ?
Education ?
S.R.Covey, The 8th Habit, from Effectiveness to Greatness, Free Press 2004
The Way Forward to Industry 4.0
• The Mind → Contextual
Intelligence
• The Heart → Emotional
Intelligence
• The Soul → Inspired
Intelligence
• The Body → Physical
Intelligence
Klaus Schwab, The Fourth Industrial Revolution, World Economic Forum, 2016
10 Ketrampilan Utama yang
relevan pada era Industry 4.0
Educating the Mind
for Industry 4.0
Thinking Skills
&
Learning Skills
5 Minds for the Future
• The DISCIPLINED mind
• The SYNTHESIZING mind
• The CREATING mind
• The RESPECTFUL mind
• The ETHICAL mind
Menghadirkan ‘Jiwa Apoteker’
Originalitas ilmu dan praktik farmasi: pembuatan &
penyediaan obat sebagai sarana penyembuhan pasien.
Apa makna & nilai keprofesian di balik itu?
Kongres Apoteker dan Saintis Farmasi Sedunia (FIP) di
Seoul (2017) bertema “Medicines and beyond! The
Soul of Pharmacy”, menyeru para apoteker untuk
berperan lebih dari biasa, agar mampu mengeksplorasi
diri untuk memberikan keutamaan layanan, saran
dan pertolongan kepada pasien, meningkatkan sikap
peduli demi kualitas hidup pasien.
10 Atribut Apoteker
1. Rendah hati
2. Empati tinggi
3. Bersikap sabar
4. Baik hati
5. Memiliki pengetahuan luas
6. Menjadi pemberi layanan edukasi terdepan
7. Mampu menjalankan bisnis
8. Mampu merinci (detail-oriented) dispensing
9. Interpretasi resep dengan tepat
10. Daya ingat yang kuat
Sepuluh Atribut Apoteker
10. Daya Ingat yang Kuat
Praktik sangat efektif, bila Apoteker mampu mengingat
dengan baik nama obat, efek samping, dan interaksi
antar-obat sebagai faktor yang menentukan ‘hidup-
mati’-nya pelayanan kefarmasian.
09. Intrepretasi Resep dengan Tepat
Apoteker melayani pasien dengan menuliskan secara
jelas dan rinci informasi yang dibaca dari resep dokter
dan/atau informasi dari perawat (nurse). Di USA,
apoteker selalu menempati ranking sebagai profesi
paling terpercaya ketelitian membaca-menulisnya.
08. Mampu Merinci (detail-oriented) Dispensing
Sesungguhnya pasien menghendaki pencampuran dan
pemberian obat dilakukan langsung oleh Apoteker.
Hendaknya (jiwa profesi) Apoteker selalu hadir
mendampingi pasien, menjelaskan setiap kondisi yang
beresiko menimbulkan efek samping, terutama saat
pasien pertama kali menggunakan obat.
07. Mampu Menjalankan Bisnis
Seorang Apoteker perlu memahami bisnis retailing
untuk mendukung praktik profesinya; terutama jika ia
adalah pemilik apotek atau penanggungjawab pengelola.
06. Menjadi Pemberi Layanan Edukasi Terdepan
Sebagai tetangga yang baik, kepada masyarakat
sekitar apotik berikan kesan: Apotekerlah orang yang
pertama dijumpai jika diperlukan informasi
tentang obat. Apoteker adalah pemberi edukasi
informasi mutakhir tentang obat, bagaimana harus
digunakan, dan bagaimana harus menjaga kondisi
tubuh di saat menggunakan obat.
05. Memiliki Pengetahuan Luas
Apoteker harus memiliki komitmen kuat untuk terus
belajar, berupaya memahami tentang obat baru,
manfaat, efek samping dan interaksinya, sehingga
lebih efektif menjalankan pekerjaan profesinya.
04. Baik Hati
Sifat baik hati ditampilkan lebih dari sifat lainnya, karena
dua alasan:
1) Seringkali pasien menemui Apoteker setelah tahu
kondisi penyakitnya dari dokter;
2) Mayoritas pasien datang ke apotik untuk menerima
obat setelah dalam kondisi lanjut atau parah.
‘Kebaikhatian Apoteker saat melayani resep adalah sikap
profesional yang meningkatkan efektivitas penyembuhan’.
03. Bersikap Sabar
Menghadapi pasien yang pertamakali berurusan dengan
pihak asuransi, misalnya mengambil obat sebelum
mengurus asuransi, Apoteker perlu sabar, pahami masalah
dan berikan bantuan untuk kedua belah pihak.
02. Empati Tinggi
Sejalan dengan sabar dan baik hati, rasa empati yang
tulus membantu Apoteker mengembangkan tingkat
kesabaran dan kebaikhatian. Memahami apa yang
dialami pasien, dimungkinkan jika Apoteker mampu
berkomunikasi dengan pasien, mengajukan pertanyaan
yang tepat dan mengklarifikasi masalah.
01. Rendah Hati
Keberadaannya di apotik menunjukkan kerendahhatian
Apoteker. Kecuali mengambil obat untuk pertama kali,
biasanya pasien hanya berinteraksi dengan kasir, asisten
apoteker, atau pegawai lain. Berikan kesan kepada pasien
bahwa Apoteker setiap saat siap dihubungi.
•Selain selalu hadir di tempat praktik dan
menunjukkan sikap rendah hati, Apoteker
adalah pribadi tak mudah terpengaruh oleh
promosi obat.
•Sesudah bertemu Apoteker, pasien merasa
hilang stres yang mungkin dibawa sejak
dari ruang praktik dokter.
•Kerendahhatian Apoteker memperkuat efek
penyembuhan oleh suatu obat.
Maknai ‘Profesi Farmasi’ ada di atas
tugas pokok Dispensing Obat
“Obat adalah jantung dan jiwa profesi farmasi. Tanpa obat, tak ada
profesi farmasi” (Prof Chaar)
Profesi farmasi sangat terfokus pada dispensing obat. Tuntutan
profesi masa kini mencakup pelayanan, aplikasi elektronik, piranti
baru dan gadget, tindakan preventif terukur, dan pengelolaan status
penyakit, serta domain lain yang berada di luar aspek obat.
Sejak masa belajar ilmu farmasi perlu ditumbuhkan ‘Jiwa Apoteker’
sebagai pengabdian tugas pelayanan dan prasyarat lainnya, yang
diperlukan untuk tujuan penyembuhan dan menjaga kualitas hidup
pasien.
“Harapan pasien datang ke apotik untuk menghilangkan sakit dan
penderitaan, yang diatasi dengan bantuan obat” (Prof Chaar)
Ancaman terhadap keutuhan ‘Jiwa Apoteker’
Meningkatnya korporatisasi profesi farmasi, kesibukan, dan
kekhawatiran finansial, dapat mengurangi pelayanan pasien
dan keluar dari inti ‘Jiwa Apoteker’.
“Jiwa Apoteker berada dalam ancaman kemerosotan di tangan
mereka yang menjadikan profesi farmasi sebagai bisnis murni
wirausaha; mengomersialkan layanan dan tidak menjalin
hubungan baik dengan pasien. Apoteker perlu sadar diri tentang
membangun sikap profesional dan kewajiban terhadap pasien,
lebih utama dari perolehan keuntungan finansial atau margin
laba yang besar.”
-Prof Chaar-
Kolaborasi demi penyembuhan pasien
Kerjasama antar-profesi mampu membentuk dan menjaga
nilai inti: Obat, Penyembuhan, dan Asuhan Kefarmasian.
Terobosan ilmiah dikembangkan untuk mencari pelayanan
farmakoterapi yang tepat bagi suatu kelompok pasien,
sehingga ditemukan model yang cocok bagi semua pasien.
Para akademisi mendalami pengetahuan ilmiah teoritis,
berkolaborasi dengan praktisi yang memiliki keahlian
praktik, pengalaman dan keterampilan pribadi, akan
menghasilkan cara pelayanan yang tepat bagi pasien.
Mendorong kolaborasi interdisipliner dalam profesi akan
meningkatkan mutu asuhan pasien dan efikasi pengobatan.
Edukasi & Inovasi sebagai Kunci Perubahan
‘Jiwa Apoteker’ akan terjaga jika apoteker berupaya
memperluas dan memperbarui basis pengetahuan dan
keahlian, sehingga dapat meyakinkan kepada pasien,
bahwa layanan yang mereka terima adalah terbaik dari
yang tersedia, serta sesuai dengan yang dibutuhkan.
Pendidikan Apoteker harus mampu mengantisipasi
sikap perilaku dan nilai inti profesi, serta memotivasi
lulusan agar mampu mempertahankan profesionalisme
pada standar tertinggi, dan menaruh perhatian besar
terhadap asuhan perawatan pasien.
Dengan instrumen edukasi & inovasi, apoteker dapat
memilihkan obat, pelayanan, dan saran yang paling tepat,
sesuai dengan yang dibutuhkan oleh pasien.
Apoteker tidak hanya berdiam diri di apotik, namun perlu
sadar dan berani mengemukakan isu kontemporer yang
harus diperjuangkan melalui asosiasi profesi.
Dengan mempertahankan semangat inovasi dan kreatif
membuat pemodelan-ulang cara pelayanan, niscaya
apoteker mampu mengikuti perkembangan zaman.
Apoteker perlu memahami dan mematuhi prinsip & etika
praktik secara realistis, mencegah komersialisasi profesi,
dan saling mengingatkan tugas dan tanggungjawab kepada
komunitas dan umat manusia pada umumnya.
-Prof Chaar-
Arti penting Kimia bagi Farmasi
Kimia adalah jantung ilmu farmasi, tanpa kimia
pekerjaan kefarmasian tidak berkembang. Di
setiap sisi kehidupan modern, diperlukan
ekspertis kimia.
Kimia berperan besar pada pengembangan obat
baru, sains forensik, pertanian modern, dsb.
Penyakit dan proses penyembuhan adalah bagian
dari kehidupan manusia; dengan ilmu kimia bisa
dipahami kondisi dan proses penyakit, serta cara
penyembuhannya, yakni dengan obat. Demikian
pula, ilmu kedokteran modern yang saat ini
berkembang sangat pesat, tidak terlepas dari
pemahaman dasar ilmu kimia.
Obat dan bahan baku obat adalah senyawa kimia
organik (mayoritas) ataupun anorganik.
Di beberapa negara, tidak melibatkan ahli kimia
dalam pengajaran dan riset farmasi. Meskipun ada
dekan fakultas yang bukan orang farmasi, praktik
Apoteker jangan mengabaikan basis pemahaman
kimia.
Apoteker Masa Depan perlu banyak kesempatan berlatih dalam aspek yang
berkaitan dengan Farmasi Sosial; membentuk kemampuan diri (capacity building) untuk
memberi pelayanan terbaik bagi pasien/pelanggan/pengguna terkait di setiap fungsi profesi.
Mewujudkan Peran Farmasi Sosial
Biosfir
Masyarakat/Bangsa
Sains Sosial
&
Budaya/Subkultur Farmasi Sosial
Humaniora Komunitas
Kelompok Kecil/Keluarga
Manusia Farmasi Klinik
Organ
Sains Natural
Sel Kimia & Biologi
[ IPA } Molekul
Atom
Kajian inti Farmasi Sosial mencakup perilaku &
perspektif berbagai pihak: pemerintah, otoritas
kesehatan setempat, pembayar pihak ketiga (a.l.
asuransi), tenaga profesi kesehatan, dan industri
farmasi; dikaitkan dengan perilaku & perspektif
pasien dan masyarakat umum pengguna obat.
-Tutus Gusdinar-
42
Catatan Penutup
• Apoteker dituntut menjadi anggota tim kesehatan yang
aktif, bertanggungjawab atas hasil pengobatan pasien, dan
menjamin keamanan penggunaan obat secara rasional.
• Asuhan kesehatan (pharmaceutical care) membutuhkan
peran & tanggungjawab Apoteker terkait penerapan
konsep & riset farmasi sosial.
• Tidak ada model pendidikan dan pelatihan terbaik yang
dapat menjadi rujukan dunia. Tapi konsep, prinsip, dan
praktik yang bersifat umum dapat digunakan oleh para
penentu kebijakan pendidikan sebagai acuan umum sesuai
kebutuhan masyarakat lokal, regional, global.
• Civitas academica farmasi perlu berbagi pengalaman,
pengetahuan dan sumberdaya pendidikan antar-kolega di
seluruh dunia.
43
Terimakasih