Anda di halaman 1dari 41

PENGANTAR ILMU FARMASI

STRUKTUR HARGA OBAT

apt. Rohama, S. Farm.,MM


Pharmacy, Health Faculty
Sari Mulia University
Visi dan Misi Universitas Sari Mulia

Misi
Visi
1.Menyelenggarakan pendidikan secara
“Menjadi Universitas profesional dan berkesinambungan
melalui pendekatan pendidikan lintas
Terkemuka Dalam profesi.
Mengembangkan Nilai 2.Meningkatkan kualitas dan
Potensi Kekayaan Lokal mengembangkan penelitian budaya
dan kekayaan hayati lokal.
Untuk Menghasilkan 3.Meningkatkan kualitas pelayanan dan
Lulusan Yang Berkarakter pengabdian kepada masyarakat
melalui pendekatan kerjasama lintas
Unggul Dan Berdaya profesi.
Saing Di Tingkat Wilayah, 4.Menjalin kemitraan yang intensif untuk
Nasional, Dan menunjang terwujudnya
penyelengaraan tridharma perguruan
Internasional Tahun 2030” tinggi dan luaran yang unggul.

Health Faculty, Sari Mulia University


Visi dan Misi Fakultas Kesehatan

Visi Misi
1.Menyelenggarakan Pendidikan Yang
“Menjadi fakultas kesehatan yang Berkualitas Dengan Mengedepankan
unggul dalam Ilmu Pengetahuan, Interprofessional Education (IPE) Untuk
Teknologi dan Seni (IPTEKS) Menghasilkan Sumber Daya Manusia Yang
Kompeten Dan Berdaya Saing Di Bidang
dengan mengembangkan potensi Kesehatan
kearifan lokal untuk menghasilkan 2.Meningkatkan Kualitas Penelitian dan Publikasi
Ilmiah Dengan Mengembangkan Potensi
lulusan yang berkarakter, inovatif Kearifan Lokal Melalui Pendekatan Lintas
dan kreatif ditingkat wilayah, Profesi (Interprofesional Collaboration/IPC)
nasional dan internasional tahun 3.Menyelenggarakan Kegiatan Pengabdian
Kepada Masyarakat Dengan Mengaplikasikan
2030” IPTEKS Melalui Pendekatan Kerjasama Lintas
Profesi
4.Menjalin Kerjasama Dengan Masyarakat,
Institusi Pendidikan, Dan Pemerintah Di
Tingkat Wilayah, Nasional, Maupun
Internasional.

Health Faculty, Sari Mulia University


Visi dan Misi Prodi Farmasi

Visi Misi
“Menjadi program studi farmasi
1. Menyelenggarakan pendidikan farmasi
yang unggul di tahun 2025 dan yang rasional dan inovatif dengan berbasis
mampu menghasilkan lulusan bukti ilmiah yang berkarakter mandiri serta
yang kompeten di bidang berjiwa enterpreneur
kefarmasian dengan keunggulan 2. Mengembangkan penelitian di bidang
farmasi demi kemajuan ilmu farmasi yang
pada pharmaceutical care dan berorientasi pada kebutuhan masyarakat
berjiwa enterpreneur” 3. Melaksanakan program pengabdian
kepada masyarakat terutama dalam
pelayanan kefarmasian sebagai bentuk
tanggung jawab sosial demi meningkatan
kualitas kesehatan masyarakat
4. Mengembangkan kerjasama dalam negeri
maupun luar negeri guna mendukung
kegiatan tridharma perguruan tinggi

Health Faculty, Sari Mulia University


Capaian Pembelajaran

Mahasiswa mampu menjelaskan secara


logis, kritis, dan sistematis tentang
struktur harga obat

Health Faculty, Sari Mulia University


Outline

1. Struktur Harga Obat


2. Perhitungan Harga Obat
3. Pengawasan Obat

Health Faculty, Sari Mulia University


Referensi

Anonim, 1995, Farmakope Indonesia, Edisi IV, Departemen Kesehatan


RI, Jakarta.
Cipolle, R.J., Strand, L.M.,and Morley, P.C.,1998, Pharmaceutical Care
Practice, McGraw Hill, New York

Health Faculty, Sari Mulia University


A. Struktur Harga Obat
Harga suatu obat ditentukan oleh produsen, distributor dan
pemerintah yang mana dalam hal ini semua pihak saling
berhubungan dalam menetapkan harga obat.

Harga suatu obat hingga ke tangan pasien sendiri terdiri dari


beberapa harga yaitu:
1. Harga jual produsen (HJP)
2. Harga netto apotek (HNA)
3. Harga eceran tertinggi (HET)
4. Harga jual Apotek (HJA)
Harga Jual Produsen
(HJP)
Harga jual produsen (HJP)
yaitu harga jual yang diberikan
oleh produsen atau pabrik obat
kepada distributor yaitu
Pedagang Besar Farmasi (PBF)
Harga Netto Apotek
(HNA)

Harga Netto Apotek (HNA) yaitu harga jual


yang diberikan oleh PBF kepada Apotek diluar
pajak
Harga Eceran Tertinggi
(HET)

Harga Eceran Tertinggi (HET) yaitu harga jual


tertinggi yang ditetapkan oleh pemerintah dalam
menjual suatu obat secara ecer dan apotek tidak
boleh menjual harga obat melebihi dari HET
Harga Jual Apotek
(HJA)

Harga Jual Apotek (HJA) yaitu harga jual


yang dibayar oleh pasien ke apotek atau
pelayanan kefarmasian
Penetapan Harga Obat

HJ HN HE HJ
P A T A
Lanjutan..
Selain harga obat diatas, bila pasien ingin menebus resep maka ada
harga yang harus dibayar selain harga untuk obat tersebut.

Adapun biaya yang dikeluarkan oleh pasien ketika ingin menebus


resep yaitu ada biaya obat dalam hal ini biasanya disebut HJA yang
merupakan total keseluruhan biaya yang ada yang terdiri dari harga
obat ditambah keuntungan yang diambil oleh apotek, biaya pajak
sebesar 10% dan pemberian uang tuslah.
Lanjutan..
Uang tuslah adalah jasa pelayanan farmasi dalam menyiapkan
obat yang ada pada resep. Uang tuslah ini digunakan untuk
memberikan upah kepada Apoteker, Asisten Apoteker dan
mengganti biaya fasilitas yang digunakan selama pengerjaan
resep.
Macam-macam harga obat di Apotik:

•HJA = harga jual apotek


(dibuat apotek)
•HET = harga eceran tertinggi
(dibuat pemerintah)
•HNA = harga netto apotek
(dibuat distributor, harga tanpa PPN)

Health Faculty, Sari Mulia University


Daftar harga di apotek

• HNA
• HNA + PPN (10%)
Daftar harga di Apotik :
 Umumnya dibuat per-satuan terkecil yang dapat dijual
 Keuntungan dihitung terhadap HNA saja, tidak terhadap
HNA + PPN, jika dihitung terhadap HNA + PPN artinya
apotik mengambil keuntungan terhadap pajak.

Health Faculty, Sari Mulia University


Harga yang tertampil di faktur

a. HNA
b. NSP (netto selling price) = HNA + PPN = 1,1 HNA  110 % HNA
NSP = HNA + 10% HNA 10%  PPN

Mencari HNA dari NSP :

NSP = 110% HNA


HNA = NSP/110%
HNA = NSP/1,1

Health Faculty, Sari Mulia University


HNA

NSP

Health Faculty, Sari Mulia University


Harga yang tertampil di faktur

CONTOH
Mencari HNA dari NSP :

NSP = 110% HNA


HNA = NSP/110%
HNA = NSP/1,1

Tentukan HNA dari obat pada faktur di atas.


1. Opimox
Diketahui NSP = Rp 60.500
Maka HNA = Rp 60.500/1,1
= Rp 55.000
Berapakah HNA dari Actonel dan Actos????
Health Faculty, Sari Mulia University
HARGA JUAL APOTIK

• HJA = HNA + PPN + Profit

Misal :
- OTC (bebas & bebas terbatas)
 margin profit 10% dari HNA
- Ethical
 margin profit 30% dari HNA

Health Faculty, Sari Mulia University


Harga Jual berdasarkan
Penggolongan obat
1. OTC (misal : margin keuntungan 10% dari HNA)
HJA = HNA + % keuntungan (thd HNA) + PPN (10% thd HNA)
= HNA + 10% HNA + 10% HNA
= 1 (HNA) + 0,1 (HNA) + 0,1 (HNA)
= 1,2 HNA

2. Ethical (misal : margin keuntungan 30% dari HNA)


HJA = HNA + % keuntungan (thd HNA) + PPN (10% thd HNA)
= HNA + 30% HNA + 10% HNA
= 1 (HNA) + 0,3 (HNA) + 0,1 (HNA)
= 1,4 HNA

Health Faculty, Sari Mulia University


Harga Jual berdasarkan
Penggolongan obat
CONTOH
1. OTC (misal : margin keuntungan 10% dari HNA)
HJA = 1,2 HNA

2. Ethical (misal : margin keuntungan 30% dari HNA)


HJA = 1,4 HNA

Tentukan HJA pada faktur di atas.


1. Opimox (Ethical)
Diketahui HNA = Rp 55.000
HJA = 1,4 x Rp 55.000
= Rp 77.000
Carilah HJA dari Actonel dan Actos..
Health Faculty, Sari Mulia University
DISKON

1. Harga di faktur HNA dengan diskon 5% dari HNA


Dihitung harga per satuan terkecil :
Harga 1 box isi 100 tablet = Rp 50.000
Harga per tablet = Rp 500
Harga dengan Diskon 5% = x HNA per satuan
= x 500

2. Harga di faktur NSP dengan diskon


 dicari HNA dulu, baru di – diskon
semua diskon umumnya terhadap HNA

Health Faculty, Sari Mulia University


HNA

• DISKON (misal 5%)


Maka HNA diskon = X HNA
Jika 1 box isi 100
= HNA diskon/jml tab
=( x HNA)/100

• Jika HNA di faktur Tanpa diskon =

Health Faculty, Sari Mulia University


NSP
• NSP = 110% HNA = X HNA = 1,1 HNA
Menghitung HNA diskon dari NSP (diskon 2,5%)
• HNA diskon 2,5% = X HNA
= X (NSP/1,1)
ATAU
= x
= 97,5 x NSP
110
HNA per unit terkecil (misal dalam 1 box isi 100)
= x NSP x x
= 97,5 x NSP x 1
110 100
Health Faculty, Sari Mulia University
Menghitung HJA dari NSP
• DISKON (misal diskon 2%), harga satuan = 50.325
HNA diskon = x 50.325 = 44.834,99
HNA + PPN = 44.834,99 X 1,1
HJA (margin profit 30%) = 44.834,99 X 1,4
• TANPA DISKON
HNA = x 50.000
HNA + PPN = HNA X 1,1
HJA (margin profit 30%) = HNA X 1,4

Health Faculty, Sari Mulia University


HARGA RESEP
• Harga R/ = HJA + X (strategi apotek)
 
a. Tuslah/uang service
(racikan: Rp. 2000, jadi: 1000)
b. Embalace :
• Etiket, plastik, kwitansi, copy R/ Rp. 100 (paket)
• Kapsul Rp. 150/biji
• Kertas puyer Rp. 100/lembar
• Pot Rp. 1000/biji
• Botol Rp. 1000/biji
• Vehiculum= SL Rp. 1000 (paket)
• Harga R/ = HJA x Ʃ obat + tuslahHealth
+ embalace
Faculty, Sari Mulia University
Langkah-langkah dalam mengerjakan:

R/ Parasetamol 200 mg
CTM ½ tab
mfla pulv dtd no X
• Hitung jumlah masing-masing obat yg dibutuhkan
• Kalikan dengan harga dari masing-masing obat
• Tambahkan tuslah, embalace dan lain-lain pada tiap R/
• Hitung harga masing-masing R/ dan harga total per lembar
Catatan : Pembulatan < ½ ½
>½ 1

Health Faculty, Sari Mulia University


R/ luminal 150 mg  5 (tab 300 mg) x 1000 = ......
Parasetamol200 mg  4 (tab 500mg) x 1500 = .....
Vitamin C 1 mg  4 (tab 4 mg) x 200 = .....
Mf pulv dtd no 10 tuslah = 2000
kertas 10 x 100 = 1000
etiket = 100 .
................................

Health Faculty, Sari Mulia University


Contoh:
• R/1 obat 1 Rp10.000
• R/2 obat 2 Rp15.000
• R/3 obat 3 Rp20.000
3x1000
3x 100 Kurang tepat
• R/1 obat 1 Rp 10.000
Rp 1.000
Rp 100
Rp 11.100
• R/2 obat 2 Rp 15.000
Rp 1.000
Rp 100
Rp 16.100
Lebih tepat
• R/3 obat 3 Rp 20.000
Rp 1.000
Rp 100
Rp 21.100
Health Faculty, Sari Mulia University
Rp ..........
C. Pengawasan Obat
Sistem pengawasan obat dan makanan yang diselenggarakan oleh BPOM merupakan
suatu proses yang komprehensif, mencakup pengawasan pre-market dan post-market.

Sistem itu terdiri dari:


1. Standarisasi yang merupakan fungsi penyusunan standar, regulasi, dan kebijakan
terkait dengan pengawasan obat dan makanan. Standarisasi dilakukan terpusat,
dimaksudkan untuk menghindari perbedaan standar yang mungkin terjadi akibat
setiap provinsi membuat standar sendiri.

2. Penilaian (pre-market evaluation) yang merupakan evaluasi produk sebelum


memperoleh nomor izin edar dan akhirnya dapat diproduksi dan diedarkan kepada
konsumen. Penilaian dilakukan terpusat, dimaksudkan agar produk yang memiliki
izin edar berlaku secara nasional.
Lanjutan..
3. Pengawasan setelah beredar (post-market control) untuk melihat
konsistensi mutu produk, keamanan dan informasi produk yang
dilakukan dengan melakukan sampling produk obat dan makanan yang
beredar, serta pemeriksaan sarana produksi dan distribusi obat dan
makanan, pemantauan farmakovigilans dan pengawasan label/
penandaan dan iklan.

Pengawasan post market dilakukan secara nasional dan terpadu, konsisten,


dan terstandar. Pengawasan ini melibatkan BPOM di seluruh provinsi di
wilayah Indonesia.
Lanjutan..
4. Pengujian laboratorium. Produk yang disampling
berdasarkan risiko kemudian diuji melalui laboratorium
guna mengetahui apakah obat dan makanan tersebut telah
memenuhhi syarat keamanan, khasiat/ manfaat dan mutu.

Hasil uji laboratorium ini merupakan dasar ilmiah yang


digunakan sebagai untuk menetapkan produk tidak memenuhi
syarat yang digunakan untuk ditarik dari peredaran.
Lanjutan..
5. Penegakan hukum di bidang pengawasan obat dan
makanan. Penegakan hukum didasarkan pada bukti hasil
pengujian, pemeriksaan, maupun investigasi awal. Proses
penegakan hukum sampai dengan projusticia dapat
berakhir dengan pemberian sanksi administratif seperti
dilarang untuk diedarkan, ditarik dari peredaran, dicabut
izin edar, disita untuk dimusnahkan. Jika pelanggaran
masuk pada ranah pidana, maka terhadap pelanggaran obat
dan makanan dapat diproses secara hukum pidana.
Lanjutan..
Pengawasan obat dan makanan merupakan suatu program yang terkait
dengan banyak sektor, baik pemerintah maupun non pemerintah. Untuk
itu perlu dijalin suatu kerjasama, komunikasi, informasi dan edukasi
yang baik.

Pengawasan oleh pelaku usaha sebaiknya dilakukan dari hulu ke hilir,


dimulai dari pemeriksaan bahan baku, proses produksi, distribusi
hingga produk tersebut dikonsumsi oleh masyarakat.
Lanjutan..
Pelaku usaha mempunyai peran dalam memberikan jaminan produk
obat dan makanan yang memenuhi syarat (aman, khasiat/ bermanfaat
dan bermutu) melalui proses produksi yang sesuai dengan ketentuan.

Tanpa meninggalkan tugas utama pengawasan, BPOM berupaya


memberikan dukungan kepada pelaku usaha untuk memperoleh
kemudahan dalam usahanya yaitu denan memberikan intensif, clering
house dan pendampingan regulatory.
Lanjutan..
Untuk mendorong kemitraan dan kerjasama yang lebih sistematis,
dapat dilakukan melalui tahapan identifikasi tingkat kepentingan
setiap lembaga/ institusi, baik pemerintahan maupun sektor
swasta dan kelompok masyarakat terhadap tugas pokok dan
fungsi BPOM, identifikasi sumber daya yang dimiliki oleh masing-
masing institusi tersebut dalam mendukung tugas yang menjadi
mandat BPOM, dan menentukan indikator bersama atas
keberhasilan program kerjasama.
Lanjutan..

Komunikasi yang efektif dengan mitra kerja di daerah


merupakan hal yang wajib dilakukan, baik pusat maupun
BPOM sebagai tindak lanjut hasil pengawasan.
QUOTES

Maknai Hidup untuk Hidup Yang


Lebih Baik

Health Faculty, Sari Mulia University


TERIMA KASIH

Health Faculty, Sari Mulia University

Anda mungkin juga menyukai