1.PENDAHULUAN
Jas merupakan pakaian resmi yang dikenakan oleh kaum pria bangsawan
di masa lalu. Jas tersebut dikenakan dengan kemeja dan celana panjang. Dewasa
ini, jas sudah menjadi pakaian setiap pria dewasa maupun anak-anak remaja. Jas
tersebut dipakai dalam berbagai macam kesempatan, baik untuk acara resmi,
pesta, dan bekerja. Jas merupakan salah satu busana yang paling mahal dan
elegan diantara semua jenis busana pria dilihat dari teknik cutting, jahit, bahan,
warna, dan sebagainya. Jas memilki beberapa fungsi yaitu sebagai baju
penghangat, selain itu jas tersebut juga dapat digunakan untuk menutupi
dengan siluetnya yang tegas. Sebuah jas pria mempunyai beberapa karakteristik
yaitu bersiluet tegas, menggunakan kerah jas/tailor, menggunakan saku klep dan
saku vest, bagian lengannya terdiri dari 2 potong yaitu lengan atas dan lengan
proses pengepresan bahan pelapis, proses jahit, dan proses penyelesaian. Hal
penting lain yang harus diperhatikan adalah teknik cutting pada bagian bahu,
1
2
lengan, sambungan antara bahu dan lengan, serta letak saku vest dan saku klep.
Semua hal tersebut merupakan bagian dari sebuah jas yang sangat mempengaruhi
kualitas mutunya. Salah satu bagian dari sebuah jas yang menjadi pusat perhatian
adalah kerah. Kerah jas terdiri dari 2 bagian yaitu kerah dan kelepak kerah. Mutu
kerah jas/tailor yang berkualitas adalah harus tampak rata/flat, bagian belakang
menempel pada kerah kemeja dan bagian depan menempel pada dada (Ratih P,
2003:38). Pembuatan pola merupakan suatu proses awal yang sangat penting
karena dapat mempengaruhi hasil kualitas dari busana jas khususnya pada bagian
kerahnya. Ada beberapa macam sistem pola yang digunakan dalam pembuatan
kerah jas pria, dari berbagai macam sistem pola tersebut akan menghasilkan kerah
Sistem pola yang digunakan dalam pembuatan kerah jas pria ini adalah
Winifred Aldrich, M.H. Wancik, dan Soekarno. Masing-masing dari setiap sistem
perbedaan hasil kerah jas pria. Hal itu dapat dilihat dari cara pengambilan ukuran,
ukuran yang digunakan, cara pembuatan pola, dan arah serat yang digunakan.
Pemilihan berbagai macam sistem pola dalam pembuatan kerah jas pria tersebut
nantinya akan menentukan pola dasar kerah jas pria yang hasilnya bagus dan
nyaman dipakai.
Berdasarkan hasil pra eksperimen uji coba pembuatan kerah jas pria
dengan Sistem Winifred Aldrich, M.H. Wancik dan Soekarno yang telah
dilakukan, hasil sementara dari ketiga sistem diatas adalah bagian depan kerah jas
tampak flat/rata, namun dilihat dari kerapihan jatuhnya kerah bagian belakang
3
lebih bagus menggunakan Sistem Winifred Aldrich karena lebih tegak. Hal
sambungan pada garis patah kerah, sehingga sambungan tersebut dapat menjadi
tumpuan untuk mengangkat bagian kerah atas pada saat dilipat ke belakang
sehingga hasil kerahnya dapat tegak, sedangkan untuk ketepatan ukuran dan
jatuhnya kerah pada leher perlu dikaji lagi untuk mengetahui pola mana dari
ketiga sistem diatas yang memiliki hasil lebih baik, karena hal tersebut akan
Jas secara arti kata dapat diartikan sebagai busana resmi (potongan Eropa),
mempunyai lengan panjang dengan model kancing satu sampai tiga buah, yang
jas termasuk busana pria paling mahal dan elegan diantara semua jenis busana
pria dilihat dari teknik cutting, jahit, bahan, warna. Pakaian resmi kaum pria yang
dikenakan dengan kemeja dan celana panjang pantalon dengan warna yang sama
disebut dengan Jas (Arifah A, 2003:13). Pemakaian jas tersebut dapat dilengkapi
dengan dasi yang warnanya senada dengan kemeja dan jasnnya. Menurut Eri
Novida (2009:6) pengertian jas secara lebih luas adalah busana formal yang
bersiluet dengan disain/model lengan panjang yang terdiri dari dua helai (bagian
atas dan bawah), mempunyai kerah rever dan lapel dengan model single breasted
Jas adalah busana luar yang dipakai setelah pakaian dalam dan kemeja. Jas
merupakan busana yang elegan dilihat dari teknik pembuatannya yang rumit serta
bahan dasar pembuatan jas yang mahal, selain itu memiliki beberapa karakteristik
yang berbeda dengan busana pria yang lain yaitu : bersiluet tegas, menggunakan
kerah jas/tailor, mempunyai saku klep, mempunyai saku vest, bagian lengannya
terdiri dari 2 potong yaitu lengan atas dan bawah, memiliki belahan pada bagian
belakang jas.
5
yang lain. Pemilihan bahan utama pembuatan jas juga yang lebih bervariatif dan
macam model jas pria, dua model jas klasik yang dimiliki jas secara umum adalah
kerah bahu
dada lapel
lengan
kancing
cuff
1. Bahu : Bagian bahu harus dapat melekat dengan pas dengan bantuan
3. Kerah : Bagian kerah yang sempurna akan melekat dengan pas pada leher
4. Lengan : Panjang lengan yang pas adalah saat ujung lengan jas jatuh tepat
6. Cuff : Pada bagian cuff yang terletak di ujung lengan jas, biasanya
7. Kancing : Ada 2 tipe kancing jas yaitu: Jas berkancing tiga, atau berkancing
dua (menshealth.co.id/n.d,29/04/2013.memilih-setelan-jas/005/001/5).
Kerah jas adalah kelepak kerah yang mempunyai lapisan dada dan
kerahnya berasal dari satu kain, sedangkan kain untuk lapisan kerahnya terpisah
dapat dilihat dari kelepak kerah jas yang tampak rata/flat, bagian belakangnya
menempel pada kerah kemeja, bagian depannya menempel pada dada, dan
bentuk kerah dan rever yang bagus untuk busana tailor dikerjakan dengan
tangan/handmade dengan metode steaming and stretching. Bagian kerah jas pria
yang sempurna akan melekat pas pada leher tanpa membuat bagian sepanjang
bahu kemeja berkerut. Kerah kemeja biasanya terlihat sekitar 2 cm lebih tinggi
contoh, pada bagian lapel dan kerah bawah pada pakaian membutuhkan bantalan
1978:360). Dalam membuat kerah jas ada beberapa hal yang harus diperhatikan
yaitu gulungan dari lapel dan kerah, tinggi kerah, kerah bawah jatuh melebihi
pada garis leher, ketepatan kerah dan lapel (Rader’s Digest, 1978:364). Standar
lebar lapel pada setelan jas adalah 3-4 inci. Bagian lapel harus jatuh rata pada
Salah satu bagian dari sebuah jas yang menjadi pusat perhatian adalah
kerah. Kerah jas terdiri dari 2 bagian yaitu kerah dan kelepak kerah yang
mempunyai lapisan pada dada. Kualitas kerah jas yang bagus dapat dilihat dari
kelepak kerah yang rata pada dada, bagian depan kerah jas menempel pada badan,
dan bagian belakangnya dapat menempel pada kerah kemeja tanpa membuat
kerutan, jahitan leher belakang dan bahu tampak licin dan rapi. Kerah kemeja
biasanya terlihat lebih tinggi dari kerah jas. Lebar kelepak kerah sekitar 3-4 inci.
1
3
2
4
5
8
9
10
1. Roll line : the line where the collar rolls over (garis lipatan kerah yang
dibalik)
2. Fall : depth of the collar from roll line to style line (jatuhnya kerah dari
garis lipatan)
3. Stand : rise of the collar from neckline to roll line (naiknya kerah dari
4. Neckline : line where the collar is joined to the neck (garis kerah yang
5. Style line : outer edge of collar or rever (garis pingiran dari kerah atau rever)
6. Rever : lapel
10
7. Break line : line along which rever rolls back (garis panjang dimana rever
dibalik ke belakang)
8. Break point : where the rever turns back (titik batas bukaan)
Ada beberapa macam bentuk lapel (style line)pada kerah jas pria, setiap
bentuk dari lapel kerah jas tersebut disesuaikan dengan bentuk jasnya. Berikut ini
1. Notched lapels untuk jas single-breasted dan jas informal yang lain
3. Shawl lapels adalah bentuk lapel yang berasal dari the Victorian informal
evening wear.
2.3.1 Perencanaan
kerah, saku, garis hias, lengan serta cara menjahitnya. Pemilihan model ini berarti
Gambar 2.5 Disain Kerah Jas Pria (Sumber: Data Penelitian 2013)
13
Gambar 2.6 Desain Produksi Kerah Jas Pria bagian muka dan belakang
(Sumber: Data Penelitian 2013)
14
Pemilihan bahan dalam pembuatan kerah jas pria meliputi bahan utama,
Bahan utama dan bahan pembantu dalam penelitian ini yaitu menggunakan
kain jas karena memiliki karakteristik yaitu tidak kusut dan teksturnya setengah
tebal atau tebal disesuaikan dengan kebutuhan sipemakai. Bahan pelapis yang
digunakan pada kain jas tersebut adalah cufner karena memiliki tekstur yang
halus, bahannya tipis hingga tebal dan mempunyai perekat, sedangkan untuk
bagian-bagian busana baik pada bagian luar maupun dalam. Bahan pelengkap
yang digunakan dalam penelitian ini adalah kancing dan padding atau yang sering
Mesin jahit digunakan untuk Gunting kain digunakan Gunting benang digunakan
menjahit produk untuk memotong kain untuk memotong benang
Pembuatan kerah jas pria dalam penelitian ini ditinjau dari beberapa sistem
pola yaitu Winifred Aldrich, M.H.Wancik dan Soekarno. Pembuatan pola tersebut
mempermudah dalam memahami dan membaca pola sesuai dengan disain yang
pola :
8. TM : Tengah Muka
9. TB : Tengah Belakang
18
Pada Sistem Pola Winifred Aldrich, pembuatan pola dimulai dari badan
bagian belakang terlebih dahulu lalu bagian pola depan menyesuaikan, kemudian
membuat kerah jasnya. Dalam sistem pola ini hanya dibutuhkan 8 ukuran yaitu :
punggung, panjang jas, panjang lengan, ukuran manset. Hal yang diperhatikan
dalam sistem pembuatan pola ini adalah cara pembuatan kerah jasnya, dan arah
serat pemotongan kerah. Arah serat yang digunakan pada sistem ini adalah arah
serong dan salah 1 bagian dari kerah tersebut dipotong pada garis lipatan kerah
Cara mengambil ukuran pada Sistem Pola Winifred Aldrich adalah posisi
tubuh harus santai. Pengukuran dilakukan dengan mengenakan kaos dan celana.
Ikatkan sebuah tali atau elastik pada pinggang mengelilingi lingkar pinggang.
Cara mengukur :
Trouser width ( lebar celana ), lebar dari bawah celana diukur sesuai ukuran yang
dikehendaki.
16. V = Keliling pergelangan tangan. Diukur pada posisi pergelangan
tangan.
Ukuran tambahan :
17. W =Keliling lengan. Diukur pada lengan atas yang mana harus
ditekuk.
18. A – X = Syce depth. Tempatkan pita pada punggung dibawah lengan,
ukurlah ke bawah dari tulang leher sampai pada tengah pita.
21
Chest ( dada ) : 94 cm
Scye depth : 24 cm
Natural waist lenght (panjang punggung ): 46 cm
Neck size ( ukuran leher) : 45 cm
Half back ( setengah punggung ) : 20,5 cm
Jacket lenght ( panjang jaket ) : 60 cm
Sleeve lenght ( panjang lengan ) : 58 cm
Cuff size ( ukuran manset ) : 29 cm
Gambar 2.9 Pola badan dan kerah jas skala 1:8 (Aldrich,1997:90-91)
1. Tanda titik 1 adalah garis patah, no. 2 adalah garis leher dari bahu,tarik garis
ke bawah dari no. 2
2. 2 – 3 = 1/8 ukuran leher + 1cm
3. 3 – 4 = 1,5 cm; tarik garis keseberang menjadi angka 5 pada garis TM,
hubungkan 3 – 5. Perlebar garis rever dari angka 5.
4. Tandai ke dalam dan lebar fitting line dari bahu, tanda 6 untuk titik leher,
6 – 7 = 2,5cm
5. Gambar garis patah dari titik 1 sampai 7, lebarkan garis, 7 – 8 adalah ukuran
dari leher belakang + 0,5 cm,
6. ukurlah sepanjang fitting line. 8 – 9 = 2cm
7. hubungkan 7 – 9. Gunakan garis siku kedua arah diseberang dari 9. 9 – 10
adalah 3cm
8. 9 – 11 = 4cm. Gambar sebuah garis dari 10 sejajar ke garis 7 – 9 untuk
menyentuh garis 3 – 5 menjadi 12.
Catatan : Jika garis patah dibawah garis pinggang buat 8 – 9 = 1,5cm. Jika
garis patah sangat tinggi buat 8 – 9 = 2,5cm. Tandai titik kerah pada 13 (2 cm dari
5). Gambar garis model dan rever, garis lengkung luar tepi kerah.
24
Kerah
Gambar 2.11 Hasil pecah pola badan, kerah, lengan (Sumber:data penelitian2013)
26
Pada Sistem Wancik pembuatan pola diawali dari bagian badan depan
kemudian dilanjutkan pada badan bagian belakang. Cara pembuatan pola badan
dan kerah jas membutuhkan 11 ukuran untuk yaitu : panjang baju, panjang
punggung, badan keliling, panjang lengan, lingkar leher, lingkar lengan keliling,
punggung atas, dada bawah, dada atas, punggung bawah, dan panjang dada. Arah
27
serat yang digunakan pada kerah Sistem Wancik ada dua yaitu arah serat kain dan
1. A = Lingkar badan keliling. Diukur tepat pada bagian badan yang terbesar,
tepat dibawah ketiak.
2. B = Lingkar pinggul keliling. Diukur tepat pada bagian pinggul yang
terbesar.
3. C = Lingkar leher keliling. Diukur pada bagian leher yang terbawah.
4. D = Lingkar lengan keliling. Diukur mendatar melalui bawah ketiak.
29
5. E = Dada atas. Diukur diatas bahu dari ujung bahu sebelah kanan sampai
ujung bahu sebelah kiri.
6. F = Dada Bawah. Diukur dari kiri ke kanan, pada ujung ketiak, tanpa
menekan dan memasukkan meteran ke ketiak.
7. G = Panjang dada. Diukur dari lekuk bawah leher sampau tali ikat pinggang.
8. H = Lengan pendek. Diukur dari ujung pangkal bahu sampai diatas siku pada
batas yang dikehendaki.
9. I = Lengan panjang. Diukur dari ujung pangkal bahu sampai di pergelangan
tangan pada batas yang dikehendaki.
10. J = Lingkar pinggang keliling. Diukur tepat dipinggang dengan kelonggaran
sesuai keinginan.
11. K = Pinggang turun (untuk celana model pinggang dibawah). Diukur lebih
rendah dari waktu mengukur lingkar pinggang keliling. Kerendahannya
sesuai keinginan.
12. L = Punggung atas. Diukur diatas bahu, dari ujung bahu sebelah kanan
sampai ujung bahu sebelah kiri.
13. M = Punggung bawah. Diukur dari kiri ke kanan, meteran menempel tepat
diujung ketiak, tanpa ditekan dan tanpa dimasukkan ke ketiak.
Panjang dada : 38 cm
Panjang punggung : 46 cm
Panjang lengan : 58 cm
Panjang baju : 60 cm
Dada atas : 39 cm
Dada bawah : 36 cm
Punggung atas : 41 cm
Punggung bawah : 34 cm
Lingkar lengan keliling: 50 cm
Lingkar leher keliling : 45 cm
Badan keliling : 94 cm (Untuk lingkar badan keliling bisa ditambah 16,
17, 18, 19, 20 cm sesuai keinginan).
Cara membuat pola Sistem M.H. Wancik adalah dimulai dengan membuat
pola bagian depan terlebih dahulu dan pola bagian belakang menyesuaikan pola
depan. Berikut adalah cara membuat pola badan dan kerah jas :
30
Gambar 2.14 Pola badan dan kerah skala 1:8 (Wancik, 2003:63-65)
Jika pola sudah selesai dibuat, pisahkan pola dari rangkaiannya masing-
masing dengan cara menjiplaknya, hati-hati pada titik D, jangan sampai salah
jiplak.
q – V – D – F – H – J – Y – Z – W – n – o – q = badan depan
Y – T – Q – R – N – P – S – U – V – W – X – Y = badan belakang
v – W – u – X – t – s – v = kerah jas
32
kerah
pola badan belakang terlebih dahulu kemudian baru membuat pola badan bagian
depan. Ukuran yang dibutuhkan untuk membuat pola badan dengan sistem
Soekarno ada 11 yaitu : panjang jas, panjang punggung, badan keliling, panjang
lengan, lingkar leher, ½ lingkar lengan, lebar punggung, lingkar pinggang, lebar
dada, rendah punggung, dan rendah bahu. Arah serat pada kerah yang digunakan
1. Panjang jas : 60 cm
2. Lebar punggung : 41 cm
3. Lingkar badan : 94 cm
4. Lingkar leher : 45 cm
5. Panjang lengan : 58 cm
6. ½ lingkar lengan : 25 cm
7. Rendah bahu : 6 cm
8. Rendah punggung : 24 cm
9. Panjang punggung : 46 cm
10. Lebar dada : 35 cm
11. Lingkar pinggang : 80 cm
37
Cara membuat pola Sistem Soekarno adalah dimulai dengan membuat pola
bagian belakang terlebih dahulu dan pola bagian depan menyesuaikan pola
belakang. Berikut adalah cara membuat pola jas dan kerah jas :
kerah
Setiap sistem pola pembuatan kerah jas pria memiliki kelebihan dan
polanya. Berikut ini merupakan tabel perbedaan dari masing-masing sistem pola
Lingkar leher diukur pas Lingkar leher diukur pas Lingkar leher diukur pas
1
ditambah 5cm
Membuat leher belakang Membuat leher depan terlebih Membuat leher belakang
terlebih dahulu dengan dahulu dengan rumus ¼ terlebih dahulu dengan
2
rumus ¼ lingkar leher – lingkar leher – 1 dan 1/6 rumus ¼ lingkar leher – 1
0,5 lingkar leher ½
Membuat leher depan Membuat leher belakang Membuat leher depan
dengan rumus 1/8 lingkar dengan cara mengukur dengan rumus 1/6 lingkar
leher – 1 punggung atas dibagi 2 lalu leher + 1 dan ¼ lingkar –
3
Lalu diturunkan 1,5cm dibuat panjang bahu dahulu 1 ½ + 1cm
untuk menentukan leher
belakang
Menentukan garis patah Menentukan garis patah dari Menentukan garis patah
dari ujung kerung leher ujung kerung leher pada bahu dari ujung kerung leher
4
pada bahu diukur kekanan diukur kekanan 2cm pada bahu diukur kekanan
2,5cm 1,5cm
Cara membuat kerah Cara membuat kerah dengan Cara membuat kerah
dengan cara mengukur cara mengukur kerung leher dengan cara mengukur
5
kerung leher belakang – belakang + 0,5cm kerung leher belakang pas
0,5cm
Sistem Winifred Aldrich Sistem M.H. Wancik memiliki Sistem Soekarno memiliki
6 tidak memiliki kerung kerung leher melengkung kerung leher melengkung
leher
Membuat kerah terlebih Membuat kelepak terlebih Membuat kelepak terlebih
7 dahulu kemudian dahulu sebelum membuat dahulu sebelum membuat
kelepaknya kerah kerah
Arah serat kerah yang Arah serat kerah yang Arah serat kerah yang
8 digunakan adalah serong digunakan adalah serong dan digunakan adalang
panjang melebar
9
43
atau kebutuhan bahan pokok dan bahan pembantu serta biaya untuk mewujudkan
TOTAL Rp 186.750,-
menggunakan pola-pola kecil dari kertas sampul yang dimisalkan sebagai kain
yang diukur selebar kain yang diperlukan (Djati Pratiwi, 2009:80). Gambar
dengan tepat dan dengan cepat pula dapat memperhitungkan banyaknya bahan
dan biaya yang diperlukan dalam pembuatan busana (Djati Pratiwi, 2009:79).
2.3.2 Pelaksanaan
5. Apabila bahan tersebut polos maka pola dapat diletakkan dengan arah bolak-
balik
1. Periksalah ketajaman gunting terlebih dahulu agar tidak merusak kain apabila
2. Bentangkan kain atau bahan yang akan dipotong pada meja yang datar
3. Letakkan pola diatas kain/bahan sesuai dengan rancangan bahan yang telah
4. Saat menggunting bahan, lakukan dengan tangan kanan sedangkan tangan kiri
diletakkan diatas bagian kain/bahan yang sedang digunting supaya kain tidak
bergeser
5. Saat menggunting kain/bahan tidak boleh diangkat karena pola pada kain akan
bergeser
jahitan yang baik adalah yang jelas dan bersih, selain itu tanda jahitan juga harus
bisa hilang saat dicuci. Ada beberapa cara yang dilakukan dalam memberi tanda
2.3.2.4 Pengepresan
pengepresan. Untuk mendapatkan hasil yang baik, berilah lapisan dari kain katun
atau mori yang telah dibasahi dengan air diatas kain/bahan utama. Hal itu
mencegah agar tektur kain tidak rusak atau mengkilap karena setrika yang terlalu
panas. Gunakan tailor’s ham atau papan setrika lengan untuk membantu
kerah bawah)
2) Satukan bahan pelapis dan kain kerah dengan mengambil 1-2 helai
benang. Mulailah pada garis lengkung kerah, akan tetapi jangan dilakukan pada
bagian kampuh.
3) Gunakan tusuk yang lebih panjang dengan mengikuti arah serat bahan
pelapis pada bagian kerah bawah yang jatuh. Jangan lakukan pada kampuh.
47
4) Hilangkan sisa bahan pelapis sepanjang kampuh dan beri tusuk flanel
menggunakan mesin untuk menghemat waktu, gunakan setikan lurus atau zigzag
seperti yang ditunjukkan. Meskipun demikian, kualitas dari setikan dengan mesin
Gambar 2.23 merekatkan bahan pelapis pada kerah (Reader’s Digest, 1978:370)
dengan cara menyambung terlebih dahulu potongan kerah pada bagian tengah
dengan mesin (Reader’s Digest, 1978 : 370). Ada beberapa cara yang diterapkan
dalam teknik merekatkan bahan pelapis pada bahan utama seperti yang
bahan pelapisnya terlebih dahulu pada potongan kerah bawah, setelah itu
tempelkan bahan pelapis tambahan tersebut dibawah garis lengkung pada kerah
dan beri setikan pada kerah bawah tersebut. Hal yang perlu dilakukan adalah
dengan pakaian)
49
1) Satukan bagian badan depan dan belakang furing dengan dijahit pada
bahu. Setelah itu kampuh bahu dibuka dan dipres, kemudian diberi tusuk flanel
2) Sisi baik pada pakaian dan kerah digabungkan dengan cara menjahit kerah
pada bagian kampuh leher. Potonglah kampuh leher agar rapi, kemudian setrika
3) Kampuh dirapikan 3/8 inci atau ± 1cm, kemudian dibuka dan disetrika
hingga rata.
1) Berilah setikan pada kampuh leher bagian furing depan dan belakang.
2) Sisi baik pada kerah atas dan furing disatukan pada kampuh leher.
hingga rata.
3) Kampuh dirapikan 3/8 inci atau ± 1 cm, kemudian dibuka dan disetrika
hingga rata.
bentuknya. Ratakan gabungan antara kerah dan lapel, sudut kampuh bawah leher
pada kerah atas dan bawah agar tidak tertarik saat disetik.
51
sambungan antara kerah dan lapel. Setelah itu, setik kembali setengah dari kerah
3) Satukan bagian depan furing pada pakaian sepanjang tepi lapel bagian atas
dan pada bukaan depan, sambungan antara kerah dan lapel, pada saat menjahit
kampuh leher pada pakaian dan furing diangkat ke atas agar tidak terkena setikan.
Semua kampuh pada gabungan kerah dan lapel, bagian lengkung pada lapel,
kelim lapel atas pada furing dipotong dengan tingkat ketebalan. Kemudian semua
5) Lipatlah kelim lengkungan sepanjang kerah dan tepi lapel ke arah kerah
6) Setik pada bagian bawah sepanjang kerah bawah dan sisi pakaian
sepanjang kerah dan tepi lapel dengan setika 1/8 inci ± 0,3cm, kemudian dari
Gambar 2.26 menggabungkan kerah atas dan bawah (Reader’s Digest, 1978:373)
1) Sebelum kerah dan lapel diselesaikan, sisi kampuh harus dijahit agar
pakaian dapat dicoba terlebih dahulu. Gabungkan sisi baik bagian depan dan
2) Bagian kerah dan lapel digulung kebelakang dan biarkan mereka jatuh
dengan luwes pada tempatnya. Sematlah sepanjang garis lengkung leher dan
3) Rapikan gulungan dari kerah dan lapel dengan sematan jarum pentul.
Angkat ke atas leher belakang furing dan gunakan setikan yang sederhana,
54
setiklah bagian furing dan pakaian pada kelim leher bersama seperti yang telah
4) Letakkan lubang kancing pada sisi depan, selesaikan sisi bawah lubang
kancing dengan setikan yang kuat, jelujurlah diantara lubang yang pertama dan
yang terakhir dibuat. Jika kancing dan lubang kancing yang terakhir tanpa
rangkapan.
2. Buat rancangan kerja pembuatan jas pria al: disain jas di kertas A3 untuk pesta
dengan model bisa single breasted atau doble breasted, kriteria : menggunakan
Krah jas dan kelepak jas atau model tuxedo, model krah boleh runcing, bersaku
klep, pola badan dan lengan jas, menggunakan belahan, menggunakan hiasan atau
kombinasi bahan, kombinasi bahan usahakan bahan tradisonal (tenun, batik dsb),
lengan panjang. Disain lengkapi dengan model hasil observasi, dan bahan yang
digunakan.
4. Buatalah pola dan rancangan bahan sesuai sistem pola yang digunakan al
:Aldrich , Sukarno dan sistem praktis , pola sesuai ukuran peragawan (konsumen)
5. Buatlah rencana kerja untuk teknik menjahit jas yang akan digunakan dalam
pembuatan jas
6. Persiapan kerja berupa disain, pola dan rencana bahan digunakan untuk konsultasi
pertemuan ke 11.