Anda di halaman 1dari 56

1

MK MANAJEMEN BUSANA TAILORING

MATERI PEMBUATAN JAS PRIA

SRI ENDAH WAHYUNINGSIH 2014

1.PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Jas merupakan pakaian resmi yang dikenakan oleh kaum pria bangsawan

di masa lalu. Jas tersebut dikenakan dengan kemeja dan celana panjang. Dewasa

ini, jas sudah menjadi pakaian setiap pria dewasa maupun anak-anak remaja. Jas

tersebut dipakai dalam berbagai macam kesempatan, baik untuk acara resmi,

pesta, dan bekerja. Jas merupakan salah satu busana yang paling mahal dan

elegan diantara semua jenis busana pria dilihat dari teknik cutting, jahit, bahan,

warna, dan sebagainya. Jas memilki beberapa fungsi yaitu sebagai baju

penghangat, selain itu jas tersebut juga dapat digunakan untuk menutupi

kekurangan pada tubuh si pemakai karena mempunyai sifat membentuk tubuh

dengan siluetnya yang tegas. Sebuah jas pria mempunyai beberapa karakteristik

yaitu bersiluet tegas, menggunakan kerah jas/tailor, menggunakan saku klep dan

saku vest, bagian lengannya terdiri dari 2 potong yaitu lengan atas dan lengan

bawah, memiliki belahan pada bagian belakangnya.

Proses pembuatan jas tersebut membutuhkan ketepatan dan ketelitian pada

saat pengambilan ukuran, pembuatan pola, pemilihan bahan, proses cutting,

proses pengepresan bahan pelapis, proses jahit, dan proses penyelesaian. Hal

penting lain yang harus diperhatikan adalah teknik cutting pada bagian bahu,

1
2

lengan, sambungan antara bahu dan lengan, serta letak saku vest dan saku klep.

Semua hal tersebut merupakan bagian dari sebuah jas yang sangat mempengaruhi

kualitas mutunya. Salah satu bagian dari sebuah jas yang menjadi pusat perhatian

adalah kerah. Kerah jas terdiri dari 2 bagian yaitu kerah dan kelepak kerah. Mutu

kerah jas/tailor yang berkualitas adalah harus tampak rata/flat, bagian belakang

menempel pada kerah kemeja dan bagian depan menempel pada dada (Ratih P,

2003:38). Pembuatan pola merupakan suatu proses awal yang sangat penting

karena dapat mempengaruhi hasil kualitas dari busana jas khususnya pada bagian

kerahnya. Ada beberapa macam sistem pola yang digunakan dalam pembuatan

kerah jas pria, dari berbagai macam sistem pola tersebut akan menghasilkan kerah

jas yang sama bagusnya atau berbeda-beda hasilnya.

Sistem pola yang digunakan dalam pembuatan kerah jas pria ini adalah

Winifred Aldrich, M.H. Wancik, dan Soekarno. Masing-masing dari setiap sistem

pola tersebut memiliki kelebihan dan kekurangan yang dapat menimbulkan

perbedaan hasil kerah jas pria. Hal itu dapat dilihat dari cara pengambilan ukuran,

ukuran yang digunakan, cara pembuatan pola, dan arah serat yang digunakan.

Pemilihan berbagai macam sistem pola dalam pembuatan kerah jas pria tersebut

nantinya akan menentukan pola dasar kerah jas pria yang hasilnya bagus dan

nyaman dipakai.

Berdasarkan hasil pra eksperimen uji coba pembuatan kerah jas pria

dengan Sistem Winifred Aldrich, M.H. Wancik dan Soekarno yang telah

dilakukan, hasil sementara dari ketiga sistem diatas adalah bagian depan kerah jas

tampak flat/rata, namun dilihat dari kerapihan jatuhnya kerah bagian belakang
3

lebih bagus menggunakan Sistem Winifred Aldrich karena lebih tegak. Hal

tersebut dikarenakan salah satu pola kerah bagian belakang mempunyai

sambungan pada garis patah kerah, sehingga sambungan tersebut dapat menjadi

tumpuan untuk mengangkat bagian kerah atas pada saat dilipat ke belakang

sehingga hasil kerahnya dapat tegak, sedangkan untuk ketepatan ukuran dan

jatuhnya kerah pada leher perlu dikaji lagi untuk mengetahui pola mana dari

ketiga sistem diatas yang memiliki hasil lebih baik, karena hal tersebut akan

mempengaruhi hasil kualitas kerah jas pria.


4

2.KONSEP DASAR PEMBUATAN JAS

2.1 Pengertian Jas

Jas secara arti kata dapat diartikan sebagai busana resmi (potongan Eropa),

mempunyai lengan panjang dengan model kancing satu sampai tiga buah, yang

dikenakan diluar kemeja. Ratih Poeradisastra (2002:50) mengemukakan bahwa

jas termasuk busana pria paling mahal dan elegan diantara semua jenis busana

pria dilihat dari teknik cutting, jahit, bahan, warna. Pakaian resmi kaum pria yang

dikenakan dengan kemeja dan celana panjang pantalon dengan warna yang sama

disebut dengan Jas (Arifah A, 2003:13). Pemakaian jas tersebut dapat dilengkapi

dengan dasi yang warnanya senada dengan kemeja dan jasnnya. Menurut Eri

Novida (2009:6) pengertian jas secara lebih luas adalah busana formal yang

bersiluet dengan disain/model lengan panjang yang terdiri dari dua helai (bagian

atas dan bawah), mempunyai kerah rever dan lapel dengan model single breasted

dan double breasted.

Jas adalah busana luar yang dipakai setelah pakaian dalam dan kemeja. Jas

merupakan busana yang elegan dilihat dari teknik pembuatannya yang rumit serta

bahan dasar pembuatan jas yang mahal, selain itu memiliki beberapa karakteristik

yang berbeda dengan busana pria yang lain yaitu : bersiluet tegas, menggunakan

kerah jas/tailor, mempunyai saku klep, mempunyai saku vest, bagian lengannya

terdiri dari 2 potong yaitu lengan atas dan bawah, memiliki belahan pada bagian

belakang jas.
5

Model jas juga berkembang seiring dengan perkembangan mode busana

yang lain. Pemilihan bahan utama pembuatan jas juga yang lebih bervariatif dan

dapat disesuaikan dengan acara atau kesempatan si pemakai. Ada beberapa

macam model jas pria, dua model jas klasik yang dimiliki jas secara umum adalah

single breasted dan double breasted (Ratih Poeradisastra, 2002:49) :

Gambar 2.1 Variasi Jas


Sumber : Ratih P, (2002:49)

Sebuah jas terdiri dari beberapa bagian yaitu :


6

kerah bahu

dada lapel

lengan

kancing

cuff

Gambar 2.2 Bagian-bagian Jas


Sumber : Soekarno, (1982:78)

1. Bahu : Bagian bahu harus dapat melekat dengan pas dengan bantuan

bantalan bahu yang digunakan untuk mempertegas bentuk bahu.

2. Lapel : Lapel merupakan perpanjangan dari kerah jas. Bagian ini

memanjang dari kerah hingga ke kancing jas pertama.Bentuk lapel tersebut

bervariasi dan dapatdisesuaikan dengan jenis jas.

3. Kerah : Bagian kerah yang sempurna akan melekat dengan pas pada leher

tanpa membuat bagian sepanjang bahu kemejaberkerut. Kerah kemeja

biasanya terlihat sekitar 2 cm lebih tinggi dari kerah jas.


7

4. Lengan : Panjang lengan yang pas adalah saat ujung lengan jas jatuh tepat

pada titik pertemuan antara lengan dan pergelangan tangan.

5. Dada :Bagian dada jas harusmemiliki lining yang pas sehingga

mempermudah saat mengancingkan jas.

6. Cuff : Pada bagian cuff yang terletak di ujung lengan jas, biasanya

terdapat sederet kancing.

7. Kancing : Ada 2 tipe kancing jas yaitu: Jas berkancing tiga, atau berkancing

dua (menshealth.co.id/n.d,29/04/2013.memilih-setelan-jas/005/001/5).

2.2 Kerah Jas

Kerah jas adalah kelepak kerah yang mempunyai lapisan dada dan

kerahnya berasal dari satu kain, sedangkan kain untuk lapisan kerahnya terpisah

(Wancik, 1992:42). Menurut Ratih Poeradisastra (2003:38) kualitas kerah jas

dapat dilihat dari kelepak kerah jas yang tampak rata/flat, bagian belakangnya

menempel pada kerah kemeja, bagian depannya menempel pada dada, dan

permukaan badan harus licin, tanpa kerutan. Menurut Winifred A, (1997:62).

bentuk kerah dan rever yang bagus untuk busana tailor dikerjakan dengan

tangan/handmade dengan metode steaming and stretching. Bagian kerah jas pria

yang sempurna akan melekat pas pada leher tanpa membuat bagian sepanjang

bahu kemeja berkerut. Kerah kemeja biasanya terlihat sekitar 2 cm lebih tinggi

dari kerah jas (menshealth.co.id/n.d,29/04/2013.memilih-setelan-jas/005/001/5).

Pembuatan busana Tailoring membutuhkan lebih banyak detail. Sebagai

contoh, pada bagian lapel dan kerah bawah pada pakaian membutuhkan bantalan

setikan untuk membantu mencetak dan membentuk kerah (Reader’s Digest,


8

1978:360). Dalam membuat kerah jas ada beberapa hal yang harus diperhatikan

yaitu gulungan dari lapel dan kerah, tinggi kerah, kerah bawah jatuh melebihi

pada garis leher, ketepatan kerah dan lapel (Rader’s Digest, 1978:364). Standar

lebar lapel pada setelan jas adalah 3-4 inci. Bagian lapel harus jatuh rata pada

dada dan tidak melekuk ke atas. (ahfashion.com/2007,27/05/2013.men suit/all

about mens suit.htm).

Salah satu bagian dari sebuah jas yang menjadi pusat perhatian adalah

kerah. Kerah jas terdiri dari 2 bagian yaitu kerah dan kelepak kerah yang

mempunyai lapisan pada dada. Kualitas kerah jas yang bagus dapat dilihat dari

kelepak kerah yang rata pada dada, bagian depan kerah jas menempel pada badan,

dan bagian belakangnya dapat menempel pada kerah kemeja tanpa membuat

kerutan, jahitan leher belakang dan bahu tampak licin dan rapi. Kerah kemeja

biasanya terlihat lebih tinggi dari kerah jas. Lebar kelepak kerah sekitar 3-4 inci.

Untuk menghasilkan kerah jas yang bagus biasanya dikerjakan dengan

menggunakan metode handmade atau jahitan tangan (disom).

Kerah jas terdiri dari beberapa bagian kerah menurut

Winifred Aldrich (1997:56) yaitu :


9

1
3
2
4
5

8
9
10

Gambar 2.3 Bagian-bagian Kerah Jas


Sumber : Winifred Aldrich, (1997:56)

1. Roll line : the line where the collar rolls over (garis lipatan kerah yang

dibalik)

2. Fall : depth of the collar from roll line to style line (jatuhnya kerah dari

garis lipatan)

3. Stand : rise of the collar from neckline to roll line (naiknya kerah dari

garis leher untuk garis lipatan)

4. Neckline : line where the collar is joined to the neck (garis kerah yang

menyambung pada leher)

5. Style line : outer edge of collar or rever (garis pingiran dari kerah atau rever)

6. Rever : lapel
10

7. Break line : line along which rever rolls back (garis panjang dimana rever

dibalik ke belakang)

8. Break point : where the rever turns back (titik batas bukaan)

Ada beberapa macam bentuk lapel (style line)pada kerah jas pria, setiap

bentuk dari lapel kerah jas tersebut disesuaikan dengan bentuk jasnya. Berikut ini

merupakan bentuk dari lapel kerah jas pria :

1. Notched lapels untuk jas single-breasted dan jas informal yang lain

2. Peaked lapels biasanya untuk jas double-breasted


11

3. Shawl lapels adalah bentuk lapel yang berasal dari the Victorian informal

evening wear.

Gambar 2.4 Variasi bentuk lapel


Sumber : wikipedia.org/wiki/Suit

2.3 Pembuatan Kerah Jas Pria

Pembuatan kerah jas pria memerlukan beberapa tahap dalam proses

pengerjaannya meliputi : perencanaan, pelaksanaan, penyelesaian dan hasil akhir.

2.3.1 Perencanaan

2.3.1.1 Memilih Model

Menentukan bagian-bagian busana yang diinginkan, misalnya bentuk

kerah, saku, garis hias, lengan serta cara menjahitnya. Pemilihan model ini berarti

menentukan model kerah jas pria yang akan dibuat.


12

DESAIN KERAH JAS PRIA

Gambar 2.5 Disain Kerah Jas Pria (Sumber: Data Penelitian 2013)
13

DESAIN PRODUKSI KERAH JAS PRIA

Kerah bagian depan

Bentuk kelepak kerah runcing,


lebar 3 inci

kerah bagian belakang

Gambar 2.6 Desain Produksi Kerah Jas Pria bagian muka dan belakang
(Sumber: Data Penelitian 2013)
14

2.3.1.2 Memilih Bahan

Pemilihan bahan dalam pembuatan kerah jas pria meliputi bahan utama,

bahan pembantu, dan bahan pelengkap. Pemilih bahan-bahan tersebut harus

mempertimbangkan beberapa hal yang saling berkaitan, misalnya kesempatan dan

keadaan sipemakai. Menurut Soekarno (1982:188) pemilihan bahan perlu

memperhatikan faktor-faktor sebagai berikut :

1. Bentuk pakaian atau busana yang direncanakan

2. Model pakaian yang diinginkan

3. Warna kulit yang cocok dengan dengan warna bahan

4. Sifat-sifat permukaan bahan tekstil dapat memberikan kesan yang baik

5. Kualitas bahan busana dengan kemampuan daya beli

Bahan utama dan bahan pembantu dalam penelitian ini yaitu menggunakan

kain jas karena memiliki karakteristik yaitu tidak kusut dan teksturnya setengah

tebal atau tebal disesuaikan dengan kebutuhan sipemakai. Bahan pelapis yang

digunakan pada kain jas tersebut adalah cufner karena memiliki tekstur yang

halus, bahannya tipis hingga tebal dan mempunyai perekat, sedangkan untuk

bahan furing atau lining menggunakan kain dormile.

Bahan pelengkap adalah bahan-bahan yang dibutuhkan untuk melengkapi

bagian-bagian busana baik pada bagian luar maupun dalam. Bahan pelengkap

yang digunakan dalam penelitian ini adalah kancing dan padding atau yang sering

disebut dengan bantalan bahu.


15

2.3.1.3 Alat-alat Pembuatan Kerah Jas Pria

Alat-alat yang dibutuhkan dalam pembuatan kerah jas pria adalah :

1. Alat ukur dan membuat pola

Pita ukur digunakan untuk


Skala digunakan untuk Penggaris pola digunakan
mengambil ukuran dan
membuat pola kecil untuk membuat pola besar
membuat pola besar

Pensil merah biru digunakan


untuk memberi tanda pola
depan dan belakang

2. Alat untuk menjahit

Mesin jahit digunakan untuk Gunting kain digunakan Gunting benang digunakan
menjahit produk untuk memotong kain untuk memotong benang

Jarum pentul digunakan


Jarum tangan digunakan
Jarum mesin untuk menyemat potongan
untuk mengesom
kain yang akan dijahit
16

Karbon dan rader digunakan Kapur jahit digunakan untuk


Pendedel digunakan untuk
untuk memberi tanda jahitan memberi tanda jahitan pada
melepas jahitan yang salah
pada kain kain

3. Alat untuk mengepres

Setrika digunakan untuk Papan setrika digunakan Sprayer digunakan untuk


merapikan produk untuk mempermudah menghaluskan produk saat
setelah dijahit pada saat menyetrika disetrika

Papan setrika lengan


Tailor ham’s digunakan
digunakan untuk Alat press digunakan
untuk mempermudah saat
mempermudah saat untuk mengepres bahan
menyetrika bagian-
menyetrika bagian- pelapis pada kain
bagian produk yang sulit
bagian produk yang sulit

Gambar 2.7 Alat-alat Pembuatan Kerah Jas


17

2.3.1.4 Sistem Pola Pembuatan Kerah Jas Pria

Pembuatan kerah jas pria dalam penelitian ini ditinjau dari beberapa sistem

pola yaitu Winifred Aldrich, M.H.Wancik dan Soekarno. Pembuatan pola tersebut

harus diikuti dengan tanda-tanda pola yang mempunyai fungsi untuk

mempermudah dalam memahami dan membaca pola sesuai dengan disain yang

dibuat. Berikut ini merupakan anda-tanda dalam pembuatan

pola :

1. : Garis pensil hitam (Garis pola asli)

2. : Garis merah/ pensil merah (Garis pola badan depan)

3. : Garis biru/ pensil biru (Garis pola badan belakang)

4. : Titik-titik (garis pertolongan dengan pensil warna)

5. : Garis titik garis titik ( garis lipatan kain pada Tengah

Muka dan Tengah Belakang)

6. : Garis putus-putus tidak tebal sekali (garis lipatan umum)

7. : Tanda panah dua arah (arah serat benang)

8. TM : Tengah Muka

9. TB : Tengah Belakang
18

2.3.1.4.1 Sistem Winifred Aldrich

Pada Sistem Pola Winifred Aldrich, pembuatan pola dimulai dari badan

bagian belakang terlebih dahulu lalu bagian pola depan menyesuaikan, kemudian

membuat kerah jasnya. Dalam sistem pola ini hanya dibutuhkan 8 ukuran yaitu :

lingkar badan, rendah punggung, panjang punggung, ukuran leher, setengah

punggung, panjang jas, panjang lengan, ukuran manset. Hal yang diperhatikan

dalam sistem pembuatan pola ini adalah cara pembuatan kerah jasnya, dan arah

serat pemotongan kerah. Arah serat yang digunakan pada sistem ini adalah arah

serong dan salah 1 bagian dari kerah tersebut dipotong pada garis lipatan kerah

yang dijadikan sebagai kaki kerah.

Cara mengambil ukuran pada Sistem Pola Winifred Aldrich adalah posisi

tubuh harus santai. Pengukuran dilakukan dengan mengenakan kaos dan celana.

Ikatkan sebuah tali atau elastik pada pinggang mengelilingi lingkar pinggang.

Petunjuk untuk mengambil ukuran :


19

Gambar 2.8 Proporsi Tubuh Pria


Sumber : Aldrich, (1997:141)
20

Cara mengukur :

1. A – B = Panjang punggung. Diukur dari tulang tengkuk pada leher


sampai garis pinggang.
2. A – C = Panjang pakaian. Diukur dari tulang tengkuk pada leher sampai
panjang yang dikehendaki.
3. D – E = Setengah lebar punggung. Diukur dari tengah punggung (15 cm
ke bawah dari tengkuk ).
4. F = Dada. Diukur mengelilingi tubuh pada permukaan dada sampai
punggung.
5. G = Lingkar pinggang. Diukur mengelilingi pinggang.
6. H = Letak pinggang celana. Diukur 4 cm dibawah garis pinggang.
7. I = Panggul. Diukur mengelilingi bagian panggul terbesar, biasanya
21 cm dibawah garis pinggang.
8. J =Leher. Diukur mengelilingi leher terendah, ambillah ukuran pada
pinggir pita yang lebih rendah.
9. K – L = Bahu. Diukur pada dasar leher ke tulang bahu.
10. L – M = Panjang lengan untuk lengan 1 bagian. Diukur dari tulang bahu
sampai tulang pergelangan tangan.
11. D – N = Panjang lengan untuk lengan 2 bagian. Diukur dari tengah
belakang ( 15 cm dibawah tulang leher ) dari jarak belakang
kemudian melalui O pada titik siku tangan, turun ke lengan
sampai tulang pergelangan tangan. D – O adalah panjang siku
tangan yang diambil ketika lengan panjang/pendek.
12. A – L – N = Panjang lengan pada kemeja. Angkatlah lengan dan tekuklah.
Diukur dari tulang leher ke seberang bahu bahu sampai L,
melalui
O ke N sampai tulang pergelangan tangan.
13. P – Q = Panjang celana. Diukur dari pinggang sampai tumit pada sepatu.
14. R – S = Tinggi duduk. Diukur dari pinggang sampai atas bangku tanpa
sandaran.
15. T – U = Kaki bagian dalam. Diukur pada tinggi selangkangan sampai
tumit pada sepatu.

Trouser width ( lebar celana ), lebar dari bawah celana diukur sesuai ukuran yang
dikehendaki.
16. V = Keliling pergelangan tangan. Diukur pada posisi pergelangan
tangan.
Ukuran tambahan :
17. W =Keliling lengan. Diukur pada lengan atas yang mana harus
ditekuk.
18. A – X = Syce depth. Tempatkan pita pada punggung dibawah lengan,
ukurlah ke bawah dari tulang leher sampai pada tengah pita.
21

Cara Membuat Pola

Ukuran yang dipakai adalah :

Chest ( dada ) : 94 cm
Scye depth : 24 cm
Natural waist lenght (panjang punggung ): 46 cm
Neck size ( ukuran leher) : 45 cm
Half back ( setengah punggung ) : 20,5 cm
Jacket lenght ( panjang jaket ) : 60 cm
Sleeve lenght ( panjang lengan ) : 58 cm
Cuff size ( ukuran manset ) : 29 cm

Cara membuat pola Sistem Winifred Aldrich adalah dimulai dari


pembuatan pola bagian belakang dan pola bagian depan menyesuaikan. Berikut
merupakan cara membuat pola badandan kerah jas :

Gambar 2.9 Pola badan dan kerah jas skala 1:8 (Aldrich,1997:90-91)

Cara membuat pola badan :

1. 0–1 : scye depth ditambah 1 cm, buat garis siku


2. 0–2 : ½ ukuran 0 – 1, buat garis siku
3. 0–3 : ¼ scye depth, buat garis siku
4. 0–4 : panjang punggung, buat garis siku
22

5. 4–5 : 21 cm ( tinggi panggul ), buat garis siku


6. 0–6 : panjang jas, buat garis siku
7. 4–7 : 1,5 cm, garis 8 dan 9 sama, hubungkan 7 – 1 untuk melengkapi
garis punggung
8. 0 – 10 : ¼ ukuran leher dikurangi 0,5 cm, tarik garis ke atas.
9. 10 – 11 : 2 cm, gambar garis lengkung leher
10. 1 – 12 :setengah punggung ditambah 2,5 cm tarik garis ke atas 13, 14.
11. 14 – 15 : 2,25 cm
12. 15 – 16 : 2 cm, gambarlah garis bahu dengan agak cekung.
13. 12 – 17 : ¼ syce depth dikurangi 1 cm. 17 – 18 : 0,5 cm
14. 18 – 19 : 1 cm, tarik garis ke bawah untuk no 20. 19 – 21 : 1 cm
15. 12 – 22 : 2,5 cm, tarik garis kebawah ke 28 – 24
16. 1 – 25 : ½ lingkar badan ditambah 10 cm, tarik garis ke bawah ke no26-27
17. 27 – 28 : 2 cm, hubungkan 28 – 24
18. 12 – 29 : 1/6 lingkar badan dikurangi 1,5 cm tarik garis ke atas 2 cm
menjadi no.30
19. 29 – 31 : ½ ukuran 29 – 25 dikurangi 1 cm, tarik garis ke atas menjadi
no.32. hubungkan no 32 ke 14
20. 32 – 33 : ukuran 11 - 16. Tarik garis ke bawah 1 cm menjadi 34.
Hubungkan 34 ke 30 dan 34 ke 32.
21. 30 – 35 : 1/3 ukuran 30 – 34; 35 – 36 : 1,5 cm
22. 29 – 37 : 4 cm, tarik garis ke bawah ke 38 – 39
Gambarlah bentuk lubang lengan, buatlah jarak 0,5 cm pada
no.19
23. 24 – 40 : 3,5 cm, gambarlah sisi belakang pada no.19, 23, 40
24. 39 – 41 : 0,5 cm
25. 39 – 42 : 2cm. gambarlah sisi depan dari badan pada no.37, 38, 41
Gambarlah sisi depan pada no.37,38,42; lengkungan no.37-
38:1cm
26. 29 – 43 : 2,5 cm, tarik garis ke bawah ke no.44, 8 cm dibawah garis
pinggang ( ditengah saku ), buat garis siku
27. 44 – 45 : 8,25 cm. 44 – 46 : 9,5 cm; 46 – 47 : 1 cm; hubungkan 45 – 47
28. 45 – 48 : 1,5 cm tarik garis ke atas ke 49 dan 50, 6 cm dibawah garis scye
depth
Gambarlah anak panah 1 cm dari 50
29. 25 – 51 : 1,25 cm; hubungkan 30 – 51
30. 30 – 52 : 4 cm. 52 – 53 : 10 cm; tarik garis ke atas dari no.52 dan 53;
gambarlah saku
31. 26 – 54 : 1,5 cm; posisi lubang kancing atas
32. 54 – 55 : 10 cm, posisi lubang kancing bawah
33. 54 – 56 : 2,5 cm
34. 28 – 57 : 6 cm, hubungkan 56 – 57
35. 29 – 58 : ½ ukuran 12 – 29 dikurangi 1 cm, buatlah titik dibawah lengan
23

Cara membuat kerah jas :

1. Tanda titik 1 adalah garis patah, no. 2 adalah garis leher dari bahu,tarik garis
ke bawah dari no. 2
2. 2 – 3 = 1/8 ukuran leher + 1cm
3. 3 – 4 = 1,5 cm; tarik garis keseberang menjadi angka 5 pada garis TM,
hubungkan 3 – 5. Perlebar garis rever dari angka 5.
4. Tandai ke dalam dan lebar fitting line dari bahu, tanda 6 untuk titik leher,
6 – 7 = 2,5cm
5. Gambar garis patah dari titik 1 sampai 7, lebarkan garis, 7 – 8 adalah ukuran
dari leher belakang + 0,5 cm,
6. ukurlah sepanjang fitting line. 8 – 9 = 2cm
7. hubungkan 7 – 9. Gunakan garis siku kedua arah diseberang dari 9. 9 – 10
adalah 3cm
8. 9 – 11 = 4cm. Gambar sebuah garis dari 10 sejajar ke garis 7 – 9 untuk
menyentuh garis 3 – 5 menjadi 12.

Catatan : Jika garis patah dibawah garis pinggang buat 8 – 9 = 1,5cm. Jika
garis patah sangat tinggi buat 8 – 9 = 2,5cm. Tandai titik kerah pada 13 (2 cm dari
5). Gambar garis model dan rever, garis lengkung luar tepi kerah.
24

Gambar 2.10 Pola lengan skala 1:8 (Aldrich,1997:94-95)

1. Buat titik 0, tarik ke atas dan ke bawah


2. 0-1 = 2cm, tarik garis ke atas
3. 0-2 = ukuran 12-BP, tarik ke atas
4. 0-3 = 1/3 ukuran (16-18 ditambah 21-34)
5. 1-4 = ukuran 34-FP + 2cm. hubungkan 1-4
6. 4-5 = ukuran 16-BP + 1cm. hubungkan 4-5
7. 0-6 = 2 cm
8. 7 = ½ ukuran 5-4
9. 4-8 = 1/3 ukuran 4-1
10. 5-9 = 1,5cm
11. 9-10 = panjang lengan – half back + 1cm
12. 10-11 = ½ ukuran 1-10
13. 10-12 = 3,5 cm
14. 12-13 = ½ ukuran manset + 2cm
15. 10-14 = 2cm. hubungkan 13-10
16. 0-17 = 2cm
17. 17-18 = 0,5cm
18. 10-19 = 2cm. hubungkan 18-19
19. 0-20 = ukuran 29-58 + 0,3cm
20. 21-22 = 21-22
25

21. 23 = ½ ukuran 21-22


22. 23-24 = 1,75cm
23. 22-25 = 1,5cm . hubungkan titik 26 pada garis siku

Berikut ini merupakan gambar pecah pola :

Badan Badan Lapisan Lengan depan


belakang depan lapel dan belakang

Kerah

Gambar 2.11 Hasil pecah pola badan, kerah, lengan (Sumber:data penelitian2013)
26

Gambar 2.12 Hasil Kerah Jas Sistem Aldrich skala 1:1

2.3.1.4.2 Sistem M.H. Wancik

Pada Sistem Wancik pembuatan pola diawali dari bagian badan depan

kemudian dilanjutkan pada badan bagian belakang. Cara pembuatan pola badan

dan kerah jas membutuhkan 11 ukuran untuk yaitu : panjang baju, panjang

punggung, badan keliling, panjang lengan, lingkar leher, lingkar lengan keliling,

punggung atas, dada bawah, dada atas, punggung bawah, dan panjang dada. Arah
27

serat yang digunakan pada kerah Sistem Wancik ada dua yaitu arah serat kain dan

arah serong kain.

Cara Mengambil Ukuran

Sebelum membuat pola dengan sistem M.H. Wancik akan dijelaskan


dahulu cara mengukur yang benar yaitu dengan mengikat pinggang orang yang
hendak diukur. Saat mengukur, meteran tidak boleh kendor, dan juga tidak boleh
tertarik kencang.
28

Gambar 2.13 Proporsi Tubuh Pria


Sumber : M.H. Wancik, (2003:64)
Cara mengambil ukuran badan :

1. A = Lingkar badan keliling. Diukur tepat pada bagian badan yang terbesar,
tepat dibawah ketiak.
2. B = Lingkar pinggul keliling. Diukur tepat pada bagian pinggul yang
terbesar.
3. C = Lingkar leher keliling. Diukur pada bagian leher yang terbawah.
4. D = Lingkar lengan keliling. Diukur mendatar melalui bawah ketiak.
29

5. E = Dada atas. Diukur diatas bahu dari ujung bahu sebelah kanan sampai
ujung bahu sebelah kiri.
6. F = Dada Bawah. Diukur dari kiri ke kanan, pada ujung ketiak, tanpa
menekan dan memasukkan meteran ke ketiak.
7. G = Panjang dada. Diukur dari lekuk bawah leher sampau tali ikat pinggang.
8. H = Lengan pendek. Diukur dari ujung pangkal bahu sampai diatas siku pada
batas yang dikehendaki.
9. I = Lengan panjang. Diukur dari ujung pangkal bahu sampai di pergelangan
tangan pada batas yang dikehendaki.
10. J = Lingkar pinggang keliling. Diukur tepat dipinggang dengan kelonggaran
sesuai keinginan.
11. K = Pinggang turun (untuk celana model pinggang dibawah). Diukur lebih
rendah dari waktu mengukur lingkar pinggang keliling. Kerendahannya
sesuai keinginan.
12. L = Punggung atas. Diukur diatas bahu, dari ujung bahu sebelah kanan
sampai ujung bahu sebelah kiri.
13. M = Punggung bawah. Diukur dari kiri ke kanan, meteran menempel tepat
diujung ketiak, tanpa ditekan dan tanpa dimasukkan ke ketiak.

Cara Membuat Pola

Ukuran yang dipakai adalah :

Panjang dada : 38 cm
Panjang punggung : 46 cm
Panjang lengan : 58 cm
Panjang baju : 60 cm
Dada atas : 39 cm
Dada bawah : 36 cm
Punggung atas : 41 cm
Punggung bawah : 34 cm
Lingkar lengan keliling: 50 cm
Lingkar leher keliling : 45 cm
Badan keliling : 94 cm (Untuk lingkar badan keliling bisa ditambah 16,
17, 18, 19, 20 cm sesuai keinginan).
Cara membuat pola Sistem M.H. Wancik adalah dimulai dengan membuat

pola bagian depan terlebih dahulu dan pola bagian belakang menyesuaikan pola

depan. Berikut adalah cara membuat pola badan dan kerah jas :
30

Gambar 2.14 Pola badan dan kerah skala 1:8 (Wancik, 2003:63-65)

Cara membuat pola badan :

1. A–a : Lingkar badan keliling yang sudah ditambah, dibagi 2


2. B–A : Panjang bahu. Buatlah garis tegak lurus.
3. C–B : Lingkar leher keliling dibagi 4 dikurangi 1 cm
4. D – C:Lingkar leher keliling dibagi 6. Buatlah garis kerungan leher dari D
sampai B
5. E – C : C – B dibagi 2, F – E: Dada atas dibagi 2 ditambah 1cm
6. G – E : Lingkar lengan keliling dibagi 3, H – G : Dada bawah dibagi 2
7. I – G : 7 cm. Jika panjang punggung lebih 7 cm dari panjang dada
8. I – G : 8 cm. Jika panjang punggung lebih 5 cm dari panjang dada
9. I – G : 6 cm. Jika panjang punggung lebih 9 cm dari panjang dada
10. J – I : Lingkar badan keliling dibagi 4, dikurangi 1 atau 2 cm
11. K – A : J – I. Buatlah garis penolong K – J, L – B : Panjang dada
dikurangi 1 cm
12. M – L : A – a. Buatlah garis penolong M – L dan hubungkan M - a
13. N – M : Panjang punggung ditambah 1 cm
14. O – N : D – C dibagi 3, P – C= E – C, Q – P: Punggung atas dibagi 2
15. R – Q : F – D, S – P =G – E, T – S : Punggung bawah dibagi 2
16. U – M : 2 cm. tetap, V – a: 2 cm. tetap, W – V=T – S dikurangi 3
17. X – U : W – V. Hubungkan X sampai W, Y – J=J – T – Q dibagi 4
18. Z – X : 2,5 boleh lebih/kurang. Bentuklah garis seperti pada contoh
31

gambar, Z sampai W dan Z sampai Y


19. b – A : 2 cm. Tetap. Buatlah garis miring b – W
20. c – L : L – b dibagi 4. Ukurlah dulu L sampai b, d – K =c – b dikurangi
1cm, e – d: 14 cm boleh lebih/kurang, g – f: 3 cm. Buatlah garis penolong I –
h – g – f – y, h – g: 10 cm. Boleh lebih/kurang, i – h: 2 cm. Boleh
lebih/kurang, j – h: 5 cm. h – g dibagi 2
21. k – e : 2,5 cm. boleh lebih /kurang, l – j: 8 cm. boleh lebih/kurang
22. m – d : 2,5 cm. i – j. Buatlah kupnat 1,5 cm dari m sampai J seperti pada
contoh gambar, n – c : 2 cm. untuk orang gendut n – c = 3 cm
23. o – n : 11 cm. jika jasnya berkancing 3, maka jarak antara kancing yang
satu dengan yang lain 10 cm.

Cara membuat pola kerah jas :

1. p – D : 2 cm. buatlah garis patahan p - o


2. q – B : 6 cm. boleh lebih/kurang. Buatlah garis penolong q – B – F dan
buatlah garis bukaan kelepak dari q sampai o seperti pada contoh
gambar.
3. r – q : q – o dibagi 2. Ukurlah dulu q – o, kemudian buat garis penolong
untuk kerah, dari r menyentuh garis kerungan leher dan mendapat
s-t
4. t – s : R – N dikurangi 0,5 cm. Ukurlah dulu kerungan leher belakang,
baru kemudian buat t - s
5. u – t : 7 cm. boleh lebih/kurang. Buat garis siku
6. v – q : 3 cm. boleh lebih/kurang
7. w – v : 3 cm. v – q. Buatlah bentuk kerah v – w – u seperti pada contoh
gambar
8. x – t : 3 cm. boleh lebih/kurang

Jika pola sudah selesai dibuat, pisahkan pola dari rangkaiannya masing-
masing dengan cara menjiplaknya, hati-hati pada titik D, jangan sampai salah
jiplak.
q – V – D – F – H – J – Y – Z – W – n – o – q = badan depan
Y – T – Q – R – N – P – S – U – V – W – X – Y = badan belakang
v – W – u – X – t – s – v = kerah jas
32

Gambar 2.15 Pola Lengan skala 1:8 (Wancik, 2003:65-66)

1. A- a : (kerungan lengan + 6cm) : 3cm


2. B-A : (kerungan lengan : 4cm) + 1cm
3. C-B : A-a : 2cm. garislah ke kanan
4. D-a : C-B : 2cm. buatlah garis tegak
5. E-B : D-a : 2cm. buat garis cekung dari E-C sampai D
6. F-A : A-a : 3cm. Hubungkan garis E sampai F berupa garis cembung
tepat digaris E-F, lalu melengkung sampai D
7. G-A : panjang lengan
8. H-G : E-G : 2cm
9. I-H : A-a. Hubungkan I-H dan buat garis tegak dari I sampai D
10. J-H : E-B. Hubungkan J-G dan J-E
11. K-G : A-a – 5cm. buat garis kekiri
12. L-K : Hubungkan L-G dan L-I
33

Berikut ini merupakan gambar pecah pola :

Badan Badan Lapisan Lengan depan


depan belakang lapel dan belakang

kerah

Gambar 2.16 Pecah pola badan, kerah, lengan Sistem Wancik


34

Gambar 2.17 Hasil Kerah Jas Sistem Wancik skala

2.3.1.4.3 Sistem Soekarno

Pada sistem Soekarno pembuatan pola badan diawali dengan membuat

pola badan belakang terlebih dahulu kemudian baru membuat pola badan bagian

depan. Ukuran yang dibutuhkan untuk membuat pola badan dengan sistem

Soekarno ada 11 yaitu : panjang jas, panjang punggung, badan keliling, panjang

lengan, lingkar leher, ½ lingkar lengan, lebar punggung, lingkar pinggang, lebar

dada, rendah punggung, dan rendah bahu. Arah serat pada kerah yang digunakan

adalah arah melebar.


35

Gambar 2.19 Tubuh Pria


Sumber : Soekarno, (1982:73)
36

Langkah-langkah mengambil ukuran :

1) Mengukur panjang jas = a – b. Diukur dari punggung sampai bawah ibu


jari
2) Mengukur lebar punggung = c – d. Diukur dari ujung bahu sebelah sebelah
kiri sampai ujung bahu sebelah kanan
3) Mengukur lingkar badan = e – f – e. Diukur bagian badan yang terbesar
diambil keliling badannya dalam keadaan bernafas
4) Mengukur lingkar leher = lingkar G. Diukur keliling leher bagian lekuk
bawah
5) Mengukur panjang lengan = d – h. Diukur dari ujung bahu sebelah kanan
kebawah sampai ± 2 cm dibawah ruas pergelangan tangan
6) Mengukur ½ lingkar lengan = K – L – K. Diukur keliling lengannya,
diambil setengahnya ditambah 3 ½ cm
7) Mengukur rendah bahu = U – O. Diukur dari ruas tulang leher kebawah
sampai garis lurus bahu sebelah kiri dan kanan
8) Mengukur rendah punggung = U – M. Diukur dari ruas leher belakang
kebawah sampai garis lurus ketiak sebelah kiri dan kanan
9) Mengukur panjang punggung = U – N. Diukur dari ruas tulang leher
kebawah sampai pinggang
10) Mengukur lebar dada = r – s. Diukur dari ujung dada sebelah kiri sampai
ujung dada sebelah kanan
11) Mengukur lingkar pinggang = v – t – v . diukur keliling pinggangnya dari
ukuran pas ditambah 2 cm

Cara Membuat Pola

Ukuran yang dipakai adalah :

1. Panjang jas : 60 cm
2. Lebar punggung : 41 cm
3. Lingkar badan : 94 cm
4. Lingkar leher : 45 cm
5. Panjang lengan : 58 cm
6. ½ lingkar lengan : 25 cm
7. Rendah bahu : 6 cm
8. Rendah punggung : 24 cm
9. Panjang punggung : 46 cm
10. Lebar dada : 35 cm
11. Lingkar pinggang : 80 cm
37

Cara membuat pola Sistem Soekarno adalah dimulai dengan membuat pola

bagian belakang terlebih dahulu dan pola bagian depan menyesuaikan pola

belakang. Berikut adalah cara membuat pola jas dan kerah jas :

Gambar 2.19 Pola badan dan kerah Jas (Soekarno,1981:82-84)

Membuat pola badan bagian G = kekanan 3 cm


belakang : 3. Menentukan kerongan leher
A–N = ¼ lingkar leher
1. Membuat garis siku A – B – C – dikurangi 1 ½ cm
D – E – F – G – H dan K N – N’= naik 2 cm
A – B = 2 cm A – O = turun 1 cm
A – K = 61 cm, panjang jas 4. Menentukan lebar punggung
B – C = 4 ½ cm, rendah bahu C – P = ½ lebar punggung
B – F = 23 cm, rendah punggung P – P = naik 4 cm
B – G = 41 cm, panjang 5. Menentukan besar pinggang
punggung G – X = ¼ lingkar pinggang
C–D=½ C-F dikurangi 5 cm
D–E=½D-F Hubungkan titik P’ dengan titik
K – H = 1/3 K – G K
2. Menentukan bangunan belakang Digaris lurus D terdapat titik R
B – C = tetap Digaris lurus E terdapat titik M =
D = kekanan ½ cm kekanan 1 cm
F = kekanan 1 cm Digaris F terdapat titik L
38

6. Menentukan besar pinggul H–Y = ( G – X ) + 1 ½ cm


K–Z = ( G – X ) + 2 cm
H–K = kekanan 2 ½ cm

Menentukan pola badan depan :

1. Membuat garis siku a – b – c – d – e – f – g – h – k = garis siku pola badan


depan
2. Membuat kerongan leher
b – q = 1/6 lingkar leher ditambah 2 cm
b – x = ( A – N ) ditambah 1 cm
3. Menentukan lebar punggung
x – y = N’ – P ‘ = lebar bahu belakang. Titik y = pada garis c
4. Menentukan lebar dada
e – u = ½ lebar dada ditambah 1 cm
5. Menentukan besar badan
f – l = ½ lingkar badan ditambah 6 cm
dikurangi F – L ( badan belakang)
6. Menentukan besar pinggang
g – m = ½ lingkar pinggang ditambah 3 cm dikurangi G – X (pinggang
belakang) ditambah besarnya kedua jupitan
7. Menentukan besar pinggul
h – n = f – l + ½ cm
k – o = f – l + 1 cm
titik k = turun 2 cm dan kekiri 3 cm
8. Menentukan faham gambar bukaan
g – g’ = kekanan 2 cm
g – h’ = turun ± 3 ½ cm lubang kancing
h’ – m ‘ = naik 1 cm, batas bukaan bawah
x – v = kekanan 1 ½ cm, batas bukaan atas
t – r = ± 9 cm, lebar bukaan
r – q’ = ½ ( r – t ) + ½
q’ – s = ± 6 cm
r – s = ± 3 cm
q’ – w = ± 4 ½ cm
v – p = ± 4 ½ cm

9. Membuat pola kerah


y – x – z’ = adalah sudut siku-siku
x – z’ = O – N = kerongan leher belakang
z – z = 1 cm
z – i = 3 cm
x – x’ = 1 cm
x’ – i’ = x – z
x’ – i – z = adalah sudut siku-siku
z – j = 4cm
39

Gambar 2.20 Pola Lengan (Soekarno, 1981:84-85)


Membuat pola lengan
1. Membuat segi panjang A-B-C-D
A-B = C-D = rendah punggung
A-C = B-D = panjang lengan
A-T = T-B = rendah punggung : 2
A-G = B-Y = 1/10 A-B
B-N = 3 ½ cm, dewasa sedang
B-H = B-T + 3cm
H-E = (H-D) – 2cm
2. Membuat pola lengan bawah
F-L = A-G
S-M = naik 1cm
L-Q = ½ cm lingkar lengan dikurangi F-L
M-R = (L-Q) – 2 ½ cm
R-I = 3cm, dalamnya klep
Garis yang menghubungkan = V-P-K-L-M-R-Q-V adalah pola lengan bawah
3. Membuat pola lengan atas
V-O = O-N
K-J = 2 x A-G
L-U = M-W = K-J
T-Z = Z-X = X-J
Garis yang menghubungkan = T-J-U-W-R-Q-O-T

Berikut ini merupakan gambar pecah pola :


40

Badan Badan Lapisan Lengan depan dan


belakang depan lapel belakang

kerah

Gambar 2.21 Pecah pola badan,kerah,lengan Sistem Soekarno


41

Gambar 2.23 Hasil Kerah Jas Sistem Soekarno

Setiap sistem pola pembuatan kerah jas pria memiliki kelebihan dan

kekurangan masing-masing. Hal tersebut dapat dilihat dari cara pembuatan

polanya. Berikut ini merupakan tabel perbedaan dari masing-masing sistem pola

pembuatan kerah jas pria.


42

Tabel 2.1 Perbedaan Sistem Pola

No Winifred Aldrich M.H. Wancik Soekarno

Lingkar leher diukur pas Lingkar leher diukur pas Lingkar leher diukur pas
1
ditambah 5cm
Membuat leher belakang Membuat leher depan terlebih Membuat leher belakang
terlebih dahulu dengan dahulu dengan rumus ¼ terlebih dahulu dengan
2
rumus ¼ lingkar leher – lingkar leher – 1 dan 1/6 rumus ¼ lingkar leher – 1
0,5 lingkar leher ½
Membuat leher depan Membuat leher belakang Membuat leher depan
dengan rumus 1/8 lingkar dengan cara mengukur dengan rumus 1/6 lingkar
leher – 1 punggung atas dibagi 2 lalu leher + 1 dan ¼ lingkar –
3
Lalu diturunkan 1,5cm dibuat panjang bahu dahulu 1 ½ + 1cm
untuk menentukan leher
belakang
Menentukan garis patah Menentukan garis patah dari Menentukan garis patah
dari ujung kerung leher ujung kerung leher pada bahu dari ujung kerung leher
4
pada bahu diukur kekanan diukur kekanan 2cm pada bahu diukur kekanan
2,5cm 1,5cm
Cara membuat kerah Cara membuat kerah dengan Cara membuat kerah
dengan cara mengukur cara mengukur kerung leher dengan cara mengukur
5
kerung leher belakang – belakang + 0,5cm kerung leher belakang pas
0,5cm
Sistem Winifred Aldrich Sistem M.H. Wancik memiliki Sistem Soekarno memiliki
6 tidak memiliki kerung kerung leher melengkung kerung leher melengkung
leher
Membuat kerah terlebih Membuat kelepak terlebih Membuat kelepak terlebih
7 dahulu kemudian dahulu sebelum membuat dahulu sebelum membuat
kelepaknya kerah kerah
Arah serat kerah yang Arah serat kerah yang Arah serat kerah yang
8 digunakan adalah serong digunakan adalah serong dan digunakan adalang
panjang melebar

9
43

2.4.1.5 Merancang Bahan dan Harga

Merancang bahan dan harga adalah memperkirakan banyaknya keperluan

atau kebutuhan bahan pokok dan bahan pembantu serta biaya untuk mewujudkan

sebuah busana (Djati Pratiwi, 2009:79).

Merancang harga yaitu memperkirakan jumlah biaya yang diperlukan

untuk membuat busana dengan model tertentu.

Tabel 2.2 Rancangan harga pembuatan kerah jas pria


No Nama Barang Jumlah Barang Harga satuan (Rp) Jumlah harga (Rp)
1. Kain Jas 1,75 m Rp 65.000,- Rp 113.750,-

2. Cufner 1m Rp 56.000,- Rp 56.000,-

3. Kain furing 1m Rp 10.000,- Rp 10.000,-

4. Benang 1 gulung Rp 1.000,- Rp 1.000,-

5. kancing 1 buah Rp 1.000,- Rp 1.000,-

6. Padding 1 pasang Rp 5.000,- Rp 5.000,-

TOTAL Rp 186.750,-

Merancang bahan dan harga ada dua macam :

1. Merancang bahan secara global

Merancang bahan secara global adalah memperkirakan jumlah kebutuhan

bahan dengan menghitung jumlah panjang masing-masing pola yang sudah

diubah, ditambah untuk kampuh atau kelim.

2. Merancang bahan secara terperinci

Merancang bahan secara terperinci adalah merancang bahan dengan

menggunakan pola-pola kecil dari kertas sampul yang dimisalkan sebagai kain

yang diukur selebar kain yang diperlukan (Djati Pratiwi, 2009:80). Gambar

terdapat pada lampiran 13 halaman 127.


44

Merancang bahan dan harga bertujuan untuk memahami sesuatu model

dengan tepat dan dengan cepat pula dapat memperhitungkan banyaknya bahan

dan biaya yang diperlukan dalam pembuatan busana (Djati Pratiwi, 2009:79).

2.3.2 Pelaksanaan

2.3.2.1 Meletakkan Pola Pada Bahan

Langkah selanjutnya setelah membuat pola adalah meletakkan pola diatas

bahan. Meletakkan pola diatas bahan memerlukan ketelitian dan harus

memperhatikan hal-hal sebagai berikut ini :

1. Memperhatikan baik buruknya bahan

2. Mengecek konstruksi kain (menyusut atau mulur)

3. Meluruskan bahan terlebih dahulu dengan arah lusi/panjang kain

4. Meletakkan pola sesuai dengan arah serat

5. Apabila bahan tersebut polos maka pola dapat diletakkan dengan arah bolak-

balik

2.3.2.2 Memotong Bahan

Memotong atau menggunting bahan harus dilakukan dengan hati-hati dan

memperhatikan hal-hal sebagai berikut ini :

1. Periksalah ketajaman gunting terlebih dahulu agar tidak merusak kain apabila

gunting tersebut tumpul

2. Bentangkan kain atau bahan yang akan dipotong pada meja yang datar

3. Letakkan pola diatas kain/bahan sesuai dengan rancangan bahan yang telah

dibuat sebelumnya dengan disemat jarum pentul


45

4. Saat menggunting bahan, lakukan dengan tangan kanan sedangkan tangan kiri

diletakkan diatas bagian kain/bahan yang sedang digunting supaya kain tidak

bergeser

5. Saat menggunting kain/bahan tidak boleh diangkat karena pola pada kain akan

bergeser

2.3.2.3 Memberi Tanda Jahitan

Memberi tanda jahitan dilakukan setelah bahan selesai dipotong dan

sebelum memisahkan antara pola dengan potongan bahan. Pemberian tanda

jahitan yang baik adalah yang jelas dan bersih, selain itu tanda jahitan juga harus

bisa hilang saat dicuci. Ada beberapa cara yang dilakukan dalam memberi tanda

jahitan pada bahan yaitu :

1. Menggunakan rader dan karbon jahit

2. Menggunakan pensil kapur atau kapur jahit

3. Memberi tusuk jelujur renggang pada bagian pola tertentu

2.3.2.4 Pengepresan

Perhatikan jenis kain atau bahan terlebih dahulu sebelum melakukan

pengepresan. Untuk mendapatkan hasil yang baik, berilah lapisan dari kain katun

atau mori yang telah dibasahi dengan air diatas kain/bahan utama. Hal itu

mencegah agar tektur kain tidak rusak atau mengkilap karena setrika yang terlalu

panas. Gunakan tailor’s ham atau papan setrika lengan untuk membantu

mengepres bagian-bagian jahitan yang melengkung.


46

2.3.2.5 Urutan menjahit Kerah Jas

Teknik menjahit dan Penyelesaian Kerah Jas menurut Reader’s Digest

(1978 : 370 – 374) meliputi 5 tahap yaitu :

a. Applying interfacing to under collar (Merekatkan bahan pelapis pada

kerah bawah)

1) Letakkan bahan pelapis pada bagian sisi buruk kerah dengan

menyematkan jarum pentul.Gabungkan kelim kerah bawah dan bahan pelapis

dengan menjelujur pada garis lengkung.

2) Satukan bahan pelapis dan kain kerah dengan mengambil 1-2 helai

benang. Mulailah pada garis lengkung kerah, akan tetapi jangan dilakukan pada

bagian kampuh.

3) Gunakan tusuk yang lebih panjang dengan mengikuti arah serat bahan

pelapis pada bagian kerah bawah yang jatuh. Jangan lakukan pada kampuh.
47

4) Hilangkan sisa bahan pelapis sepanjang kampuh dan beri tusuk flanel

untuk merapikan pinggiran bahan pelapis.

5) Gunakanlah setrika uap untuk merekatkan bahan pelapis dengan kerah.

Apabila kerah tidak segera digunakan, jangan mengepresnya sampai pipih.

Sebagai pengganti untuk menyokong bentuknya, gunakanlah peniti untuk

menyematkan kerah pada gulungan bantalan.

Padstitching (setikan pada bahan pelapis) dapat juga dilakukan dengan

menggunakan mesin untuk menghemat waktu, gunakan setikan lurus atau zigzag

seperti yang ditunjukkan. Meskipun demikian, kualitas dari setikan dengan mesin

tidak begitu memuaskan seperti halnya bila mengunakan tangan.


48

Gambar 2.23 merekatkan bahan pelapis pada kerah (Reader’s Digest, 1978:370)

Teknik perekatan bahan pelapis seperti pada gambar diatas adalah

dengan cara menyambung terlebih dahulu potongan kerah pada bagian tengah

belakang, kemudian merekatkan bahan pelapis dengan setikan tangan ataupun

dengan mesin (Reader’s Digest, 1978 : 370). Ada beberapa cara yang diterapkan

dalam teknik merekatkan bahan pelapis pada bahan utama seperti yang

diterangkan oleh Rose Marie Tonld (1984 : 2 – 4) yaitu dengan menempelkan

bahan pelapisnya terlebih dahulu pada potongan kerah bawah, setelah itu

disambung pada bagian tengah belakang.

Kampuh bagian tengah belakang dirapikan, kemudian potong selembar

bahan pelapis sebagai tambahan yang dibentuk melengkung. Setelah itu

tempelkan bahan pelapis tambahan tersebut dibawah garis lengkung pada kerah

dan beri setikan pada kerah bawah tersebut. Hal yang perlu dilakukan adalah

jangan memberi setikan melebihi garis lengkung pada kerah.

b. Attaching under collar to garment (Menggabungkan kerah bawah dengan

dengan pakaian)
49

1) Satukan bagian badan depan dan belakang furing dengan dijahit pada

bahu. Setelah itu kampuh bahu dibuka dan dipres, kemudian diberi tusuk flanel

untuk memudahkan langkah berikutnya.

2) Sisi baik pada pakaian dan kerah digabungkan dengan cara menjahit kerah

pada bagian kampuh leher. Potonglah kampuh leher agar rapi, kemudian setrika

kelim leher hingga rata.

3) Kampuh dirapikan 3/8 inci atau ± 1cm, kemudian dibuka dan disetrika

hingga rata.

Gambar 2.24 menggabung kerah bawah dengan badan


(Reader’s Digest, 1978:371)
50

c. Attaching upper collar to facing (Menggabungkan kerah atas pada pelapis)

1) Berilah setikan pada kampuh leher bagian furing depan dan belakang.

Kemudian jahit kelim bahu dan dipres hingga rata.

2) Sisi baik pada kerah atas dan furing disatukan pada kampuh leher.

Potonglah kampuh untuk menyesuaikan bentuk kerahnya, kemudian disetrika

hingga rata.

3) Kampuh dirapikan 3/8 inci atau ± 1 cm, kemudian dibuka dan disetrika

hingga rata.

Gambar 2.25 menggabungkan kerah bawah dengan pelapis


(Reader’s Digest, 1978:371)

d. Attaching upper collar unit to under collar and garment (Menggabungkan

bagian kerah atas ke kerah bawah pada pakaian)

1) Periksa kembali sambungan kerah atas dan bawah untuk menyesuaikan

bentuknya. Ratakan gabungan antara kerah dan lapel, sudut kampuh bawah leher

pada kerah atas dan bawah agar tidak tertarik saat disetik.
51

2) Setikan dimulai pada tengah kerah, kemudian mengelilingi kerah, sudut,

sambungan antara kerah dan lapel. Setelah itu, setik kembali setengah dari kerah

tersebut dan lebihkan beberapa setikan pada awal mulai menjahitnya.

3) Satukan bagian depan furing pada pakaian sepanjang tepi lapel bagian atas

dan pada bukaan depan, sambungan antara kerah dan lapel, pada saat menjahit

kampuh leher pada pakaian dan furing diangkat ke atas agar tidak terkena setikan.

Setikan dimulai dari tepi atas.


52

Semua kampuh pada gabungan kerah dan lapel, bagian lengkung pada lapel,

kelim lapel atas pada furing dipotong dengan tingkat ketebalan. Kemudian semua

kelim dibuka dan disretika hingga rata.

4) Kampuh leher disimpan didalam pakaian agar rapi.

5) Lipatlah kelim lengkungan sepanjang kerah dan tepi lapel ke arah kerah

bawah dan pakaian.

6) Setik pada bagian bawah sepanjang kerah bawah dan sisi pakaian

sepanjang kerah dan tepi lapel dengan setika 1/8 inci ± 0,3cm, kemudian dari

furing sepanjang tepi bukaan.


53

Gambar 2.26 menggabungkan kerah atas dan bawah (Reader’s Digest, 1978:373)

e. Completion of collar and lapel (Penyelesaian kerah dan lapel)

1) Sebelum kerah dan lapel diselesaikan, sisi kampuh harus dijahit agar

pakaian dapat dicoba terlebih dahulu. Gabungkan sisi baik bagian depan dan

belakang, kemudian disetrika hingga rata

2) Bagian kerah dan lapel digulung kebelakang dan biarkan mereka jatuh

dengan luwes pada tempatnya. Sematlah sepanjang garis lengkung leher dan

kelim leher belakang.

3) Rapikan gulungan dari kerah dan lapel dengan sematan jarum pentul.

Angkat ke atas leher belakang furing dan gunakan setikan yang sederhana,
54

setiklah bagian furing dan pakaian pada kelim leher bersama seperti yang telah

jatuh pada sematan.

4) Letakkan lubang kancing pada sisi depan, selesaikan sisi bawah lubang

kancing dengan setikan yang kuat, jelujurlah diantara lubang yang pertama dan

yang terakhir dibuat. Jika kancing dan lubang kancing yang terakhir tanpa

rangkapan.

5) Gunakan sebuah gulungan handuk di kerah bawah dan lapel sebagai

penahan, kemudian gunakan setrika uap untuk menyetrika pakaian.


55

Gambar 2.7 Penyelesaian kerah dan lapel (Reader’s Digest, 1978:374)

telah disediakan oleh

TUGAS.PERSIAPAN PRAKTEK JAS

1. Pelajari materi diatas sebagai konsep dasar yang harus dikuasai

2. Buat rancangan kerja pembuatan jas pria al: disain jas di kertas A3 untuk pesta

dengan model bisa single breasted atau doble breasted, kriteria : menggunakan

Krah jas dan kelepak jas atau model tuxedo, model krah boleh runcing, bersaku

klep, pola badan dan lengan jas, menggunakan belahan, menggunakan hiasan atau

kombinasi bahan, kombinasi bahan usahakan bahan tradisonal (tenun, batik dsb),

lengan panjang. Disain lengkapi dengan model hasil observasi, dan bahan yang

digunakan.

3. Buatlah 3 kelompok dalam 1 rombel kelas saudara untuk menentukan 1 pilihan

sistem pembuatan pola jas yang digunakan sehingga proposrsional .

4. Buatalah pola dan rancangan bahan sesuai sistem pola yang digunakan al

:Aldrich , Sukarno dan sistem praktis , pola sesuai ukuran peragawan (konsumen)

atau passpop, jika peragawan menggunakan paspop produk harus terjual.


56

5. Buatlah rencana kerja untuk teknik menjahit jas yang akan digunakan dalam

pembuatan jas

6. Persiapan kerja berupa disain, pola dan rencana bahan digunakan untuk konsultasi

pertemuan ke 11.

Anda mungkin juga menyukai