Laporan KP - Bernadetha Efata
Laporan KP - Bernadetha Efata
Oleh:
B. Efata Ferryka S K U
11218012
i
HALAMAN PENGESAHAN
Disetujui:
Koordinator Kerja Praktik
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat dan
karunia-Nya sehingga laporan kerja praktik ini dapat diselesaikan. Laporan ini tidak akan
dapat diselesaikan apabila tidak mendapat bantuan dari banyak pihak selama kerja praktik
berlangsung. Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya
kepada siapapun yang telah membantu keberlangsungan penulisan laporan ini. Pada
kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih terutama kepada:
1. Keluarga di rumah yang senantiasa mendukung penulis untuk melaksanakan kerja
praktik di PT Bali Extract Utama.
2. Ibu Rizkita Rachmi Esyanti dan Bapak Neil Priharto selaku dosen pengampu mata
kuliah kerja praktik yang selalu memberikan dukungan dan saran kepada penulis
selama keberjalanan kerja praktik.
3. Ibu Nur Aini selaku QA/QC supervisor yang selalu bersedia mengajari penulis bila
ada masalah yang terjadi dalam kerja praktik.
4. Mba Desi, Mba Sendy, Pak Kadek, Pak Cenik dan seluruh karyawan di PT Bali
Extract Utama yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu selalu memberikan saran
dan masukan kepada penulis saat sedang melaksanakan kerja praktik.
Penulis menyadari bahwa laporan kerja praktik ini memiliki banyak kekurangan. Oleh
karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari bermacam
pihak. Semoga laporan kerja praktik ini dapat bermanfaat bagi siapapun yang membacanya,
dan dapat membangun kemampuan penulis dalam berkarya untuk kedepannya.
iii
DAFTAR ISI
HALAMAN PENGESAHAN...................................................................................................ii
KATA PENGANTAR..............................................................................................................iii
DAFTAR GAMBAR................................................................................................................vi
DAFTAR TABEL....................................................................................................................vii
BAB I.........................................................................................................................................1
PENDAHULUAN......................................................................................................................1
BAB II........................................................................................................................................3
PROFIL PERUSAHAAN..........................................................................................................3
BAB III.....................................................................................................................................11
iv
3.3 Proses Produksi..............................................................................................................12
3.4.1. Sistem Perancangan Produksi Bubuk Alpukat (Persea grattisima) dengan Prinsip
Valorisasi..........................................................................................................................15
3.4.2. Produksi dan Pemanfaatan Bubuk dari Biji Alpukat di PT. Bali Extract Utama. . .19
3.4.3. Pemanfaatan Limbah Biji Alpukat (Persea grattisima) dengan Prinsip Valorisasi
menggunakan Variasi Massa Biji Alpukat.......................................................................20
BAB IV....................................................................................................................................26
4.1. Kesimpulan....................................................................................................................26
4.2. Saran..............................................................................................................................26
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................28
LAMPIRAN.............................................................................................................................30
v
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3.3 Alat dan Bahan yang Digunakan dalam Pembuatan Bioplastik dari Biji Alpukat
……………………………………………………………………………..…………………14
Gambar 3.8 Diagram Neraca Massa Produksi Bubuk Alpukat dengan Prinsip Valorisasi
………………………………………………………………………………………………..19
Gambar 3.9 Hubungan Variasi Massa Pati Biji Alpukat terhadap (a) Tensile Strength; (b)
Daya Serap Air; dan (c) Densitas
Bioplastik………………………………………………………..22
vi
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Komposisi kimia dan sifat – sifat pati biji alpukat …………………………..
……..18
Tabel 3.2 Hubungan Variasi Massa Pati Biji Alpukat terhadap Warna dan Kekakuan…...
…...21
vii
BAB I
PENDAHULUAN
1
upaya untuk menanggulangi masalah tersebut adalah dengan menggunakan plastik berbahan
dasar hayati atau yang kerap disebut sebagai bioplastik.
Bioplastik merupakan plastik yang dibuat dari sumber hayati yang terbarukan serta
dapat diurai oleh mikroorganisme. Karakteristik dari bioplastik tersebut membuat
penggunaanya lebih ramah lingkungan apabila dibandingkan dengan plastik sintetis.
Umumnya, bahan yang sering digunakan dalam pembuatan bioplastik adalah pati. Pati
merupakan biopolimer alami yang berperan sebagai cadangan karbohidrat utama dan
memiliki potensi untuk menggantikan polimer sintetis. Indonesia sebagai negara agraris
tentunya memiliki sumber pati berlimpah. Namun sumber pati tersebut sering kali hanya
dibuang sebagai limbah, salah satu contohnya adalah limbah biji alpukat.
Berdasarkan hal yang di bahas sebelumnya, penulis memutuskan untuk melakukan
penelitian mandiri di PT. Bali Extract Utama dengan memanfaatkan limbah biji alpukat untuk
dijadikan bioplastik dengan memvariasikan massa pati biji alpukat yang digunakan serta
menentukan potensi dari produk tersebut untuk diproduksi dalam skala industri. Penulis juga
berkeinginan untuk menentukan sistem rancangan produksi yang efisien untuk produksi buah
alpukat, yang menerapkan konsep valorisasi untuk meningkatkan nilai tambah dari limbah-
limbah tersebut.
2
BAB II
PROFIL PERUSAHAAN
3
2.3. Struktur dan Organisasi Perusahaan
PT. BEU memiliki kepemimpinan pusat yang berkantor di Jakarta, sedangkan yang
ada di PT. BEU merupakan manager wilayah PT. BEU, Klungkung, Bali. Karena itu, segala
aktivitas perusahaan yang bersifat global dilaporkan kepada pimpinan pusat di Jakarta. Secara
organisasi, seluruh karyawan PT. BEU memiliki hak dan kewajiban yaitu perintah mengalir
dari pimpinan melalui kepala bagian, diteruskan kepada para pekerja. Begitu pula sebaliknya
tanggung jawab mengalir dari bawahan melalui kepala bagian diteruskan ke pimpinan.
Adapun struktur organisasi pada PT. BEU dapat dilihat pada Gambar 2.1.
4
memenuhi kebutuhan berbagai industri di Bali, Nusa Tenggara, Jawa Timur,
Sulawesi, bahkan seluruh Indonesia. Adapun konsumen produk ekstrak yang
tersebar di Bali, Jawa, dan Nusa Tenggara seperti, industri spa dan lulur
kecantikan, industri pengolahan mie instan, industri minuan berperisa buah,
industri pengobatan tradisional, dan industri minyak wangi maupun aroma
terapi.
2. Sumber bahan baku
Pengolahan produk ekstrak yang ada di PT.BEU menggunakan bahan baku
yaitu aneka buah, sayur, dan rempah yang ada di Indonesia. Dengan lokasi
berada di Indonesia bagian tengah, hal tersebut sangat menguntungkan untuk
jalur distribusi bahan baku dari berbagai jenis buah, sayur, dan rempah yang
tersebar di Pulau Jawa, Bali, Nusa Tenggara, Kalimantan, dan Sulawesi.
3. Sumber tenaga kerja
Untuk mendukung setiap bagian proses pada PT. BEU dibutuhkan tenaga
kerja yang cukup dan memadai. Bali juga termasuk pulau yang kepadatan
penduduknya tinggi. Bali memiliki jumlah penduduk sejumlah 4.109.900
orang. Sedangkan untuk jumlah pendudukna yang memiliki usia kerja di Bali
adalah 3.092.880 orang (BPS, 2014).
4. Air
Air merupakan kebutuhan pokok bagi kelangsungan hidup perusahaan. Untuk
itu di PT. BEU setiap karyawan dan kegiatan dalam perusahaan dipenuhi
dengan kebutuhan air yang mencukupi. Kebutuhan air pabrik didapat dari air
tanah menggunakan sumur bor, sedangkan untuk air yang lebih murni
dilakukan proses penjernihan air untuk kebutuhan umum maupun produksi.
5. Suhu Udara
Siklus udara yang seimbang dapat menjaga kualitas bahan baku meupun bahan
jadi. Lokasi PT. BEU yang dekat dengan pantai membuat aliran udara terus
berjalan, dan dengan kondisi lingkungan pedesaan yang basih banyak
ditumbuhi pepohonan membuat suhu ruang tetap terjaga di PT. BEU.
Berdasarkan faktor – faktor tersebut, dibentuklah lokasi yang terbaik dari PT. Bali
Extract Utama yaitu pabrik ini berada di Dusun Lepang, Desa Takmung, Kecamatan
Banjarakan, Kabupaten Klungkung – Bali. Untuk mengetahui lokasi perusahaan dapat
menyimak peta lokasi perusahaan pada Gambar 2.2.
5
Gambar 2.2. Peta Lokasi PT. Bali Extract Utama
6
Oil Capsicum Oil Extract Capsicum annum Pangan dan Kosmetik
500.000 SHU, 6.000 CU L
Cair Centella Asiatica Extract Centella asiatica Kosmetik
Cair Coffee Extract Coffea robusta Pangan dan Kosmetik
Cair Cucumber Extract Cucumis sativus Kosmetik
L
Cair Frambozen Concentrate Rubus idaeus Pangan
Cair Garlic Oleoresin Extract Allium sativum Pangan
Cair Ginger extract Zingiber Kosmetik
officinalis
Cair Ginger extract Zingiber Pangan
officinalis
Cair Grape Extract Viis vinivera Kosmetik
Cair Green tea Extract Camelia sinensis Pangan dan kosmetik
Cair Hibiscus Extract Hibiscus Kosmetik
sabdariffa
Cair Legundi Extract Vitex trifolia L Kosmetik
Cair Lemon Extract Citrus limonum Kosmetik
Cair Lemon Extract Citrus limonum Pangan
Cair Mangosteen Extract Garcinia Kosmetik
mangostana
Cair Orange Extract Citrus sinensis Pangan
Cair Orange Peel Extract Citrus sinensis Kosmetik
Cair Papaya Extract Carica papaya Kosmetik
Oil Paprika Oil Extract 50.000 Capsicum annum Pangan dan kosmetik
CU WS L
Oil Paprika Oil Extracti 100.000 Capsicum annum Pangan dan kosmetik
CU OS L
Oil Paprika Oil Extracti 40.000 Capsicum annum Pangan dan kosmetik
CU OS L
Oil Paprika Oil Extracti 90.000 Capsicum annum Pangan dan kosmetik
CU OS L
Cair Pineapple Extract Ananas comosus Pangan
Cair Pineapple Extract Ananas comosus Kosmetik
Cair Pineapple Extract Black Ananas comosus Pangan
Cair Piper Betle Extract Piper betle Kosmetik
Cair Prickly Pear Extract Opuntia Mill Kosmetik
Cair Starfruit Extract Averrhoa Kosmetik
carambola
Cair Strawberry Extract Fragaria vesca Kosmetik
Cair Strawberry Extract Fragaria vesca Pangan
Cair Sugarcane Extract OS Sacharum Kosmetik
officinarum
7
Cair Tamarind Extract Kawak Tamarindus Pangan dan kosmetik
indica
Cair Tamarind Extract Fresh Tamarindus Pangan dan kosmetik
indica
Cair Tamarind Extract Tamarindus Pangan dan kosmetik
Concentrate indica
Cair Temulawak / Curcuma Curcuma Kosmetik
Extract xanthorrhiza
Cair Waru Leaf Extract Hibiscus tiliaceus Kosmetik
Cair Yam Bean Extract Pachyrhizuz Kosmetik
erosus
Bubuk Aloe Vera Powder Aloe barbadensis Pangan dan Kosmetik
Bubuk Avocado Powder Persea gratissima Pangan dan Kosmetik
Bubuk Avocado Seed Powder #40 Persea gratissima Pangan dan Kosmetik
Bubuk Avocado Seed Powder #20 Persea gratissima Pangan dan Kosmetik
Bubuk Banana Powder Musa acuminate Pangan dan Kosmetik
coll
Bubuk Centella Asiatica Powder Centella asiatica Pangan dan Kosmetik
Bubuk Coconut Slice Dried Cocos nucifera Pangan
Bubuk Coconut Flakes Cocos nucifera Pangan
Bubuk Roasted Coconut Cocos nucifera Pangan
Bubuk Coffee Robusta Scrub #20 Coffea canephora Kosmetik
Bubuk Coffee Robusta Scrub #40 Coffea canephora Kosmetik
Bubuk Coffee Robusta Scrub #60 Coffea canephora Kosmetik
Bubuk Cucumber Powder Cucumis sativus Pangan dan Kosmetik
L
Bubuk Curcuma Powder Curcuma Pangan dan Kosmetik
xanthorrhiza
Bubuk Curcuma Heyneana Powder Curcuma Pangan dan Kosmetik
heyneana
Bubuk Garlic Powder Allium sativum Pangan
Bubuk Grape Powder Vitis vinivera Pangan dan Kosmetik
Bubuk Green Tea Powder Camelia sinensis Pangan dan Kosmetik
Bubuk Guava Leaf Powder Psidium guajaya Pangan dan Kosmetik
Bubuk Hibiscus Powder Hibiscus Pangan dan Kosmetik
sabdariffa
Bubuk Jackfruit Leaf Powder Artocarpus Pangan dan Kosmetik
heterophyllus
Bubuk Kaempferia Galanga Kaempferia Pangan dan Kosmetik
Powder galangal
Bubuk Kaffir Lime Leaf Powder Citrus hystrix Pangan dan Kosmetik
Bubuk Lemongrass Slice Cymbopogon Pangan dan Kosmetik
8
citratus
Bubuk Lemongrass Powder Cymbopogon Pangan dan Kosmetik
citratus
Bubuk Lengkuas Powder Alpinia galangal Pangan dan Kosmetik
Bubuk Mango Powder Mangifera indica Pangan dan Kosmetik
Bubuk Papaya Powder Carica papaya Pangan dan Kosmetik
Bubuk Pineapple Powder Ananas comosus Pangan dan Kosmetik
Bubuk Rice Scrub #20 Oryza sativa Kosmetik
Bubuk Rice Scrub #40 Oryza sativa Kosmetik
Bubuk Rice Scrub #60 Oryza sativa Kosmetik
Bubuk Rice Scrub #10 Oryza sativa Kosmetik
Bubuk Rice Scrub #30 Oryza sativa Kosmetik
Bubuk Seaweed Powder White Eucheuma Pangan dan Kosmetik
seaweed
Bubuk Seaweed Powder Green Eucheuma Pangan dan Kosmetik
seaweed
Bubuk Strawberry Powder Fragaria vesca Pangan dan Kosmetik
Bubuk Turmeric Powder Curcuma longa Pangan dan Kosmetik
Bubuk Waru Leaf Powder Hibiscus tiliaceus Pangan dan Kosmetik
Bubuk Yam Bean Powder Pachyrizus Pangan dan Kosmetik
erosus
9
BAB III
10
Bahan yang digunakan di PT Bali Extract Utama ini sebagai bahan pendukung
dari proses produksi bubuk alpukat yang didatangkan dari PT Indo Acidatama
Tbk.
2. Air
Air yang telah di treatment menggunakan resin yang disebut sebagai softener
water. Softener water yang diperoleh kemudian dilakukan pengujian skala lab
untuk memastikan tingkat kelayakan air dengan menganalisa kandungan mineral
yang terkandung didalamnya. Tingkat kelayakan dinilai dari hasil Analisa dimana
air yang baik untuk digunakan sebagai pelarut adalah air dengan kesadahan
minimal 5 ppm.
3.2.3 Mesin dan Peralatan
1. Grinding (Mesin Penggiling)
Salah satu mesin yang digunakan untuk mengasah atau memotong. Prinsip kerja
dari mesin adalah pisau besi yang berputar kemudian bergesekan dengan objek
sehingga terjadi pemotongan atau pengasahan.
2. Balance Tank
Prinsip kerja balance tank yaitu melakukan proses mixing atau pencampuran
dengan sistem sirkulasi pada tangka – tangka yang telah tersedia sampai diperoleh
produk yang homogen.
3. Vacuum Chamber Oil (VCO dryer)
Pengering vacuum chamber oil (VCO dryer) disebut juga pengering rak atau
pengering kabinet. Pengeringan jenis baki atau wadah adalah dengan meletakkan
material yang akan dikeringkan pada baki yang langsung berhubungan dengan
media pengering. Proses drying bertujuan untuk menyusutkan bahan atau
memisahkan antara perlarut denga produk yang diinginkan. Sumber panas berupa
oli yang dipanaskan yang mengalir pada besi plat selain itu pemanasnya berasal
pula dari blower. Chamber ini beroperasi dalam keadaan vakum, uap air
dikeluarkan dari alat pengering dengan pompa vakum.
11
pencampuran dengan filler, dilakukan pengeringan, dan terakhir hasil produksi dikemas
dalam kemasan. Diagram alir proses pembuatan bubuk alpukat di PT. BEU dapat dilihat pada
Gambar 3.1.
Alpukat
Penimbangan
Perajangan
Filler Pencampuran
Pengeringan
Pengemasan
Bubuk Alpukat
12
Biji Buah
Penimbangan
Perajangan
Pengeringan
Agar
Penimbangan
Gliserol
Pencampuran
Gelatin
Pemanasan
Air
Pencetakan
Pengeringan
Bioplastik
13
Gambar 3.3. Alat dan Bahan yang digunakan dalam pembuatan bioplastik dari biji alpukat
14
umur simpan maksimum buah matang setelah panen. Setelah buah matang dipotong, daging
buah memburuk dengan cepat. Perubahan warna yang cepat (pencoklatan) merupakan
masalah utama dalam pemrosesan alpukat dan terjadi karena oksidasi yang dikatalisis oleh
polifenol oksidase (PPO).
Pengeringan merupakan salah satu langkah pascapanen yang paling tepat untuk
memperpanjang umur simpan dan menjaga kualitas buah (Akpinar dan Bicer, 2005). Menurut
Kamsiati (2006) bentuk serbuk juga memiliki kelebihan yaitu lebih awet, ringan dan
volumenya lebih kecil sehingga dapat mempermudah dalam pengemasan dan pengangkutan.
Pengeringan menggunakan pengering Vacuum chamber oil (VCO dryer) dapat digunakan
untuk produksi bubuk alpukat. Vacuum chamber oil (VCO dryer) digunakan untuk
mengeringkan padatan bergumpal atau pasta, yang ditebarkan pada baki logam dengan
ketebalan 10 – 100 mm. Cara perpindahan panas yang umum digunakan adalah konveksi dan
perpindahan panas secara konduksi juga dimungkinkan dengan memanaskan baki tersebut.
Berdasarkan hasil yang didapatkan setelah melalui proses, sampel yang dikeringkan
dengan VCO dryer menjadi gelap, menjadi keras dan renyah, dan mengalami penyusutan
yang parah. Setelah didinginkan, sampel menjadi padat dan sulit dikeluarkan dari baki. Untuk
mengatasi penyusutan dan hal lainnya, pada proses pengeringan menggunakan VCO dryer
dibutuhkan adanya bahan pengisi (filler). Bahan pengisi dapat mempercepat proses
pengeringan, meningkatkan total padatan, mencegah kerusakan akibat panas selama
pengeringan, melapisi komponen flavor dan memperbesar volume (Mulyani dkk, 2014).
Pemanfaatan filler dalam industri antara lain sebagai bahan pengisi pada produk – produk
tepung, dapat menahan air, menambah viskositas dan tekstur, tanpa menambah kemanisan
pada produk (Jati, 2007).
Selama pengomposan terdapat aliran input dan output bahan. Input merupakan jumlah
bahan yang masuk dalam proses produksi, sedangkan output adalah jumlah bahan yang
keluar selama proses produksi. Oleh karena itu, perlu dilakukan penghitungan neraca massa
proses produksi, supaya diketahui aliran input dan output nya. Neraca massa merupakan
aplikasi dari hukum kekekalan massa yang menyatakan bahwa massa tidak dapat diciptakan
atau dihancurkan. Dengan mengetahui neraca massa, akan diketahui input nya berupa jumlah
buah alpukat maupun biji alpukat yang terpakai dan output nya berupa bubuk alpukat yang
dihasilkan, bioplastik yang diproduksi, jumlah air yang menguap, dan residu yang keluar
selama produksi serta keefektifan pengelolaan limbah. Prinsip umum neraca massa adalah
membuat sejumlah persamaan-persamaan yang saling tidak tergantung satu sama lain,
dimana persamaan-persamaan tersebut jumlahnya sama dengan jumlah komposisi massa
15
yang tidak diketahui. Diagram neraca massa pada proses produksi bubuk alpukat di PT. Bali
Extract Utama dapat dilihat pada Gambar 3.6.
Bahan baku berupa buah alpukat sebanyak 500 kg. Tahap pertama melalui proses
pemisahan dan grinding sehingga diasumsikan buah utuh terbagi menjadi 30% biji buah,
10% kulit dan limbah, dan 60% daging buah bersih. Selanjutnya 60% daging buah bersih
sebanyak 300 kg memasuki balance tank untuk dicampurkan bersama filler. Massa filler
dapat diabaikan karena hanya digunakan untuk mengatasi penyusutan dan hal lainnya pada
proses pengeringan. Selanjutnya 300 kg campuran daging buah dan filler dikeringkan
menggunakan VCO dryer selama beberapa jam untuk menghilangkan kadar air. Menurut
Zafar dan Sidhu (2011), kadar air alpukat adalah sebanyak 87%, sehingga jika semua kadar
air dihilangkan dalam VCO dryer maka jumlah keluaran bubuk alpukat yang dihasilkan akan
sangat sedikit. Namun menurut Mulyani dkk.(2014), bahan pengisi (filler) dapat
meningkatkan total padatan, mencegah kerusakan akibat panas selama pengeringan, melapisi
komponen flavor dan memperbesar volume. Diasumsikan efektitas filler dalam menahan
volume dan air dalam bahan ±80%, maka kadar air yang terbuang adalah 5% atau sebanyak
15 kg. Diasumsikan dihasilkan 3% residu yang terbuang yaitu sebanyak 9 kg. Atas
perhitungan neraca massa yang dilakukan, produksi bubuk alpukat dengan 500 kg buah akan
menghasilkan output sebanyak 276 kg atau 92% rendemen.
16
Pada Gambar 3.7. dapat dilihat diagram neraca massa produksi bioplastik. Bahan baku
berupa biji buah alpukat sebanyak 150 kg. Tahap pertama melalui proses grinding dengan
asumsi terdapat residu berupa kulit air biji alpukat 1% yaitu sebanyak 1,5 kg, sehingga
dihasilkan biji alpukat bersih sebanyak 148,5 kg. Kemudian, biji alpukat bersih dikeringkan
menggunakan VCO dryer selama beberapa jam untuk menghilangkan kadar air. Menurut
Winarti dan Purnomo (2016), kadar air dalam biji alpukat adalah sebanyak 10%, sehingga
diasumsikan seluruh kadar air dalam biji menghilang sebanyak 14,85 kg air. Diasumsikan
terdapat 3% residu atau sebanyak 4,455 kg terbuang dalam proses pengeringan. Atas
perhitungan neraca massa yang dilakukan, produksi tepung biji alpukat dengan 150 kg biji
buah akan menghasilkan output sebanyak 129,2 kg atau 87% rendemen dari biji alpukat.
Menurut Abdullah Saleh (2017), sebanyak 5 gram biji alpukat dapat digunakan untuk
membuat bioplastik dengan luas 20x20 cm2. Dengan biji alpukat sebanyak 129,2 kg artinya
dapat diproduksi menjadi 10,3x106 cm2 luas bioplastik atau ±25.000 bioplastik dengan luas
20x20 cm2.
Dengan 129,2 kg biji alpukat, untuk dapat diproduksi menjadi bioplastik dibutuhkan
bahan tambahan seperti gliserol yang berperan sebagai plasticizer, agar, gelatin, dan air.
Gliserol digunakan dengan perbandingan 1:1 yaitu sebanyak 129,2 kg, Gelatin digunakan
dengan perbandingan 1:2 yaitu sebanyak 64,6 kg, Agar digunakan dengan perbandingan 1:6
yaitu sebanyak 21,5 kg, dan Air digunakan dengan perbandingan 21:1 yaitu sebanyak 2,7 ton.
Selanjutnya campuran tersebut dipanaskan dalam suhu 80oC selama beberapa jam sehingga
diasumsikan terdapat penguapan air sebanyak 5%. Proses terakhir adalah pencetakan dan
pengeringan bioplastik selama 3 hari di suhu ruang hingga seluruh air menguap. Pada
Gambar 3.8 dapat dilihat diagram neraca massa proses produksi bubuk alpukat dengan
prinsip valorisasi. Limbah biji buah alpukat dapat diproduksi menjadi produk dengan nilai
lebih tinggi yaitu bioplastik.
17
Gambar 3.8 Diagram Neraca Massa Proses Produksi Bubuk Alpukat dengan Prinsip
Valorisasi
3.4.2. Produksi dan Pemanfaatan Bubuk dari Biji Alpukat di PT. Bali Extract Utama
Biji Alpukat yang merupakan limbah dari produksi bubuk alpukat di PT. Bali Extract
Utama, biasa dimanfaatkan sebagai scrub untuk konsumen dibidang kosmetik. Namun,
apabila tidak diproduksi menjadi scrub, biji alpukat umumnya tidak diproduksi lebih lanjut
dan berakhir hanya menjadi limbah tanpa adanya peningkatan nilai. Maka dari itu, diperlukan
proses valorisasi pada biji alpukat sehingga dihasilkannya produk baru dengan nilai lebih
tinggi dan penggunaan yang lebih luas.
Biji alpukat mengandung pati yang cukup tinggi, sehingga dapat dimanfaatkan sebagai
bahan baku dalam pembuatan bioplastik. Bioplastik saat ini sangat digemari oleh banyak
industri di Bali, mengingat peraturan daerah di Bali yang melarang penggunaan plastik
konvensional pada pusat pembelajaan maupun pasar tradisional. Sehingga dapat disimpulkan
bahwa permintaan dan kebutuhan akan bioplastik di Bali sangat tinggi.
Seperti yang diketahui, kantong plastik yang terbuat dari bahan alam (bio based)
memiliki harga yang cukup mahal sehingga konsumen lebih sering menggunakan tote bag
atau tas belanja. Sehingga dengan adanya penelitian tentang pemanfaatan bioplastik dari
limbah produksi bubuk alpukat, akan sangat membantu dan menambah inovasi baru dalam
produksi bioplastik dengan harga terjangkau.
18
Produksi bioplastik dengan biji alpukat harus diteliti lebih lanjut sifat mekanisnya, baik
dari uji kuat tarik (Tensile Streght), uji ketahanan air, uji warna, dan uji densitas, sehingga
nantinya dapat disimpulkan kelayakan bahan dan komposisi yang digunakan dalam produksi
bioplastik skala besar. Dari penelitian ini, penulis dapat menyarankan kepada PT BEU
apabila terdapat biji alpukat yang tidak dimanfaatkan menjadi produk scrub, dibandingkan
hanya menjadi limbah, biomassa ini bisa dijadikan bioplastik yang tentunya dapat
memberikan keuntungan bagi BEU.
3.4.3. Pemanfaatan Limbah Biji Alpukat (Persea grattisima) dengan Prinsip Valorisasi
menggunakan Variasi Massa Biji Alpukat.
Biji alpukat yang merupakan salah satu hasil produk pertanian masih belum
dimanfaatkan dengan maksimal. Biji buah alpukat sampai saat ini hanya dibuang sebagai
limbah. Padahal didalam biji alpukat mengandung zat pati yang cukup tinggi, yakni sekitar
23%. Hal ini memungkinkan biji alpukat sebagai alternatif sumber pati. Biji alpukat juga
memiliki kandungan yang kaya akan manfaat. Hasil penafsiran fitokimia ekstrak biji alpukat
menunjukkan bahwa biji alpukat mengandung polifenol, flavonoid, triterpenoid, kuinon,
saponin, tanin, monoterpenoid dan seskuiterpenoid (Zuhrotun, 2007).
Pati merupakan penyusun utama cadangan makanan tumbuh-tumbuhan. Pati adalah
polimer D-glukosa dan ditemukan sebagai karbohidrat simpanan dalam tumbuhan. Pati
berupa butiran kecil dengan ukuran dan bentuk yang khas untuk setiap spesies tumbuhan.
Kadar pati yang tinggi dan kadar air yang cukup rendah, dapat memudahkan untuk
pembuatan pati dengan kualitas gizi yang baik. Komposisi kimia dan sifat – sifat pati biji
alpukat dapat dilihat pada Tabel 3.1.
Tabel 3.1. Komposisi kimia dan sifat – sifat pati biji alpukat (Winarti dan Purnomo,
2016)
Komponen Jumlah (%) Komponen Jumlah (%)
Kadar air 10,2 Lemak tn
Kadar pati 80,1 Serat kasar 1,21
*Amilosa 43,3 Rendemen pati 21,3
*Amilopektin 37,7 Kehalusan granula Halus
Protein tn Warna Putih coklat
Pemanfaatan pati masih sangat jarang dikarenakan sifat fisik dan kimianya yang sulit
digunakan secara luas, sehingga dilakukan modifikasi secara fisika dan kimia maupun
kombinasi keduanya. Pada pembuatan plastik biodegradable, pati digunakan sebagai bahan
19
utama pembuatan plastik karena sifatnya yang elastis dan menyerupai plastik dari polimer
minyak bumi. Amilosa adalah polimer dari glukosa yang tidak larut dalam air, berwujud
bubuk putih dan tidak berbau. Amilosa merupakan bagian polimer linier glukosa dengan alfa
(1-4) unit glukosa. Amilosa memiliki berat molekul yang berbeda, tergantung dari jenisnya.
Amilosa memiliki kemampuan untuk membentuk ikatan hidrogen dan retrogradasi
(Ulyarti,1997). Retrogradasi adalah pembentukan kembali kristal matriks pati setelah
tergelatinasasi akibat dari pemanasan. Pati yang memiliki kandungan amilosa yang tinggi
sulit larut di dalam air. Untuk menghidrolisis polimer ini dilakukan dalam suasana asam.
Senyawa asam yang biasa digunakan seperti asam karboksilat, asam fosfor organik, dan asam
sulfat organik (Erica, B ,2012).
Plastik biodegradabel biasanya disebut dengan bioplastik, yaitu plastik yang seluruh
atau hampir seluruh komponennya berasal dari bahan baku yang dapat diperbaharui.
Pembuatan plastik biodegradable mempunyai metode yang beragam tergantung dari sifat
fisika dan kimia bahan baku yang digunakan. Pada penelitian yang dilakukan, bioplastik
terdiri dari campuran biopolimer dengan polimer sintetis. Film jenis ini dibuat dari campuran
granula pati (5 –20 %) dan polimer sintetis serta bahan tambahan (prooksidan dan
autooksidan). Komponen ini memiliki angka biodegradabilitas yang rendah dan
biofragmentasi sangat terbatas. Pada penelitian ini dilakukan variasi pada penambahan
jumlah pati dari biji alpukat dalam pembuatan bioplastik. Kandungan amilosa dan
amilopektin mempengaruhi kristalinitas dan kekuatan mekanis bioplastik yang dihasilkan
(Elmi Kamsiati et al., 2017).
Sifat mekanik dari bioplastik dapat diuji dengan menggunakan uji kuat tarik (Tensile
Streght), uji ketahanan air, uji warna, dan uji densitas. Kekuatan tarik adalah salah satu sifat
dasar dari bahan polimer yang terpenting dan sering digunakan untuk karakteristik suatu
bahan polimer.Kekuatan tarik suatu bahan didefenisikan sebagai besarnya beban maksimum
(Load) yang digunakan untuk memutuskan specimen bahan dibagi dengan luas penampang
awal (Ao).
Load
Kekuatan Tarik (σ) = Pers. 3.1
Ao
Prosedur uji ketahanan air yaitu dengan menimbang berat awal sampel yang akan diuji (Wo),
kemudian dimasukkan kedalam wadah yang berisi akuades selama 10 detik. Sampel diangkat
dari wadah yang berisi akuades dan air yang terdapat pada permukaan plastik dihilangkan
20
dengan tisu kertas, setelah itu baru dilakukan penimbangan. Sampel dimasukkan kembali
kedalam wadah yang berisi akuades selama 10 detik. Kemudian sampel diangkat dari wadah
dan ditimbang kembali. Prosedur perendaman dan penimbangan dilakukan kembali sampai
diperoleh berat akhir sampel konstan (Ban et al. 2005).
W −Wo
Daya Serap Air (%) = x 100 % Pers. 3.2
Wo
Uji densitas dilakukan dengan menimbang berat 100 mL air (W1), lalu ditambahkan dengan
film bioplastik (W2). Selisih berat dari keduanya adalah berat bioplastik sehingga dengan
menggunakan rumus massa dibagi volume air akan didapatkan densitas dari bioplastik
tersebut.
W 2−W 1
Densitas = Pers. 3.3
100 mL
Hasil dari uji mekanik produksi bioplastik dengan variasi penambahan massa pati biji
buah alpukat dapat dilihat pada Gambar 3.6 dan Tabel 3.2.
60
15.4
Daya serap air (%)
50
15.2
15 40
14.8 30
14.6
20
14.4
14.2 10
14 0
14 16 18 20 22 24 26 28 30 32 14 16 18 20 22 24 26 28 30 32
Variasi massa pati biji alpukat (gram) variasi massa pati biji alpukat (gram)
(a) (b)
21
Densitas
0.08
0.07
Densitas (gram/mL)
0.06
0.05
0.04
0.03
0.02
0.01
0
14 16 18 20 22 24 26 28 30 32
Variasi massa pati biji alpukat (gram)
(c)
Gambar 3.9. Hubungan Variasi Massa Pati Biji Alpukat terhadap (a) Tensile Strength; (b)
Daya Serap Air; dan (c) Densitas Bioplastik
Tabel 3.2. Hubungan Variasi Massa Pati Biji Alpukat terhadap Warna dan Kekakuan
Sifat Mekanik
Variasi (gram) Gambar
Warna Kekakuan
15 Terang Transparan -
20 Gelap Transparan -
22
Gelap Tidak
30 -
Transparan
Dapat dilihat pada Gambar 3.6 hubungan variasi massa pati biji alpukat terhadap
tensile strength, densitas, dan daya serap air. Tensile strength dan daya serap air tertinggi
diperoleh dengan variasi massa pati biji alpukat sebesar 30 gram, sedangkan untuk densitas
tertinggi diperoleh dengan variasi massa pati biji alpukat sebesar 15 gram. Pada Gambar XX.
dapat dilihat bahwa semakin banyak pati yang ditambahkan dalam bioplastik, maka semakin
tinggi juga tensile strength dan daya serap air yang dimiliki oleh plastik tersebut, sebaliknya
semakin sedikit pati yang ditambahkan dalam pembuatan bioplastik maka tensile strength
dan daya serap air juga semakin menurun. Berbeda dengan tensile strength dan daya serap
air, semakin banyak pati yang ditambahkan pada bioplastik didapatkan nilai densitas yang
semakin kecil atau berbanding terbalik dengan rasio massa pati.
Pada Tabel 3.2. dapat dilihat juga variasi massa pati biji alpukat terhadap warna dan
sifat kekakuan (stiffness) yang dimiliki oleh bioplastik. Semakin banyak pati yang
ditambahkan pada bioplastik berpengaruh pada warna yang dihasilkan, pada variasi massa
pati 15 gram menunjukkan warna paling terang dan transparan, lalu menggelap dan menjadi
semakin tidak transparan seiring pertambahan massa pati biji alpukat pada bioplastik. Namun
pada sifat kekakuan (stiffness) ketiganya dapat dianggap sama yaitu tidak kaku, bioplastik
yang dihasilkan oleh pati biji alpukat bersifat cukup elastis, mudah ditekuk, dan dilipat.
Komponen utama pati yang terdiri dari amilosa dan amilopektin mempunyai sifat
yang berbeda. Amilosa mudah larut dalam air, memiliki kecenderungan terjadinya
retrogradasi dan menghasilkan gel yang keras serta film yang kuat (Ashogbon dan Akintayo,
2013). Sedangkan pada amilopektin, tidak memiliki kecenderungan terjadinya retrogradasi
dan tidak membentuk gel, kecuali pada konsentrasi tinggi. Jika amilopektin dipanaskan
dalam air akan membentuk lapisan yang transparan, yaitu larutan dengan viskositas tinggi
23
dan berbentuk lapisan-lapisan seperti untaian tali. Kandungan amilosa memiliki pengaruh
yang kuat terhadap karakteristik produk. Menurut Charles et al. (2005), menyatakan bahwa
semakin tinggi kadar amilosa maka viskositas maksimum pati akan semakin tinggi sehingga
semakin mudah produk mengalami retrogradasi. Retrogradasi merupakan bersatunya
(terikatnya) kembali molekul-molekul amilosa yang keluar dari granula pati yang telah pecah
(saat gelatinisasi) akibat penurunan suhu, membentuk jaring-jaring mikrokristal dan
mengendap.
Menurut Anggraeni dan Yuwono (2014), semakin tinggi kadar amilosa maka semakin
tinggi nilai indeks penyerapan air pada pati. Molekul amilosa bersifat hidrofilik (mudah
menyerap air) karena mengandung banyak gugus hidroksil pada senyawa polimernya. Oleh
sebab itu, semakin banyak komponen amilosa maka indeks penyerapan air juga semakin
tinggi. Indeks penyerapan air juga dipengaruhi oleh adanya denaturasi protein, gelatinisasi
pati, dan pembengkakan serat kasar yang terjadi selama pengolahan menjadi tepung. Indeks
penyerapan air tergantung pada ketersediaan grup hidrofilik dan kapasitas pembentukan gel
dari makromolekul yaitu pati yang tergelatinisasi dan terdekstrinasi. Semakin banyak pati
yang tergelatinisasi dan terdekstrinasi, semakin besar kemampuan produk menyerap air.
Tabel 3.3. Sifat Mekanik Plastik Sesuai SNI (Darni dan Herti, 2010)
Karakteristik Nilai
Kuat Tarik (MPa) 24,7 – 3022
Persen elongasi (%) 21 – 220
Hidrofobisitas (%) 99
Meskipun hasil percobaan ini sesuai dengan teori beberapa literatur, bioplastik dari
limbah biji alpukat masih belum dikatakan layak untuk diproduksi dalam skala besar. Hal ini
dikarenakan sifat bioplastik yang dihasilkan pada penelitian tidak mencukupi standar SNI
sifat mekanik plastik yang dapat dilihat pada Tabel 3.3. Melalui penelitian ini, disarankan
untuk dilakukannya pengujian lebih lanjut dan dapat mempertimbangkan penambahan
plasticizer yang dapat mempengaruhi sifat mekanis bioplastik. Menurut Fahrullah et al.
(2020), plasticizer dapat meningkatkan fleksibilitas plastik dikarenakan kemampuannya
untuk menyisip di antara molekul polimer guna untuk menurunkan interaksi antara polimer-
polimer sehingga meningkatkan fleksibilitas film.
24
BAB IV
4.1. Kesimpulan
1. PT. Bali Extract Utama memproduksi ekstrak alpukat dalam bentuk bubuk
menggunakan bahan baku alpukat (Persea grattissima). Produk samping biji alpukat
dapat dimanfaatkan sebagai sumber pati dalam pembuatan bioplastik.
2. Proses pengolahan bubuk alpukan di PT. Bali Extract Utama melalui beberapa tahap
yaitu:
a) Pengecilan Ukuran - Grinding (Mesin Penggiling)
Proses memotong daging buah alpukat menjadi ukuran yang lebih kecil dengan
tujuan memperluas permukaan untuk proses pengeringan yang lebih cepat. Prinsip
kerja dari mesin adalah pisau besi yang berputar kemudian bergesekan dengan
objek sehingga terjadi pemotongan atau pengasahan.
b) Pencampuran - Balance Tank
Prinsip kerja balance tank yaitu melakukan proses mixing atau pencampuran
dengan sistem sirkulasi pada tangka – tangka yang telah tersedia sampai diperoleh
produk yang homogen.
c) Pengeringan - Vacuum Chamber Oil (VCO dryer)
Pengering vacuum chamber oil (VCO dryer) disebut juga pengering rak atau
pengering kabinet. Proses drying bertujuan untuk menyusutkan bahan atau
memisahkan antara perlarut denga produk yang diinginkan.
3. Rendemen bubuk alpukat yang didapat dari proses produksi buah alpukat yaitu
sebanyak 92% dengan penambahan filler.
4. Sifat mekanik bioplastik terbaik didapatkan dengan variasi massa pati sebanyak 30
gram.
4.2. Saran
Adapun saran yang dapat diberikan penulis agar produksi bubuk alpukat dapat terus
berkembang adalah:
25
2. Memperbaiki manajemen perusahaan agar setiap karyawan memiliki kompetensi
kerja pada bidangnya.
3. Dilakukan percobaan kembali dan peninjauan lebih lanjut mengenai potensi biji
alpukat untuk pengembangan produk biji alpukat sebagai bioplastik.
26
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah Saleh. (2017). Pembuatan dan Karakterisasi Film dari Pati Biji Alpukat (Persea
americana mill) dan Polivinil Alkohol. Skripsi. Universitas Sumatera Utara.
Afrianti, LH. (2010). Pengawet Makanan Alami dan Sintetis. Alfabeta, Bandung.
Anggraeni, Puspita Y, Yuwono, Setyo S. (2014). Pengaruh Fermentasi Alami Pada Chips Ubi
Jalar (Ipomea batatas) Terhadap Sifat Fisik Tepung Ubi Jalar Terfermentasi. Jurnal
Pangan dan Agroindustri ;2(2):59-69.
Ashogbon AO, Akintayo ET (2013). Recent Trend in TheP and Chemical Modification of
Starches from Different Botanical Sources: A Review. Starch/Starke 65:1-17. DOI
10.1002/star.201300106.
Charles, A., Sriroth K., dan Huang T. (2005). Proximate composition, mineral contents,
hydrogen cyanide and phytic acid of 5 cassava genotypes. Food Chemistry, 92(4),
615–620. doi:10.1016/j.foodchem.2004.08.02.
Darni, Yuli Dan Herti Utami. (2010). Studi Pembuatan Dan Karakteristik Sifat Mekanik Dan
Hidrofobisitas Bioplastik Dari Pati Sorgum. Jurnal Rekayasa Kimia Dan Lingkungan.
Vol. 7, No. 4, Hal. 190-195.
Fahrullah, F., Radiati, L. E., Purwadi, P., & Rosyidi, D. (2020). The Effect of different
plasticizers on the characteristics of whey composite edible film. Jurnal Ilmu dan
Teknologi Hasil Ternak (JITEK), 15(1), 31-37.
Elmi K., Heny H., dan Endang Y., (2017). Potensi Pengembangan Plastik Biodegradable
Berbasis Pati Sagu dan Ubikayu di Indonesia. Jurnal Litbang Pertanian Vol. 36 No.
2.
Kamsiati E. (2006). Pembuatan Bubuk Sari Buah Tomat (Licopersicon esculentum Mill)
dengan Metode Foam-Mat Drying. Jurnal Teknologi Pertanian 7(2), 113 – 119
27
Lopez, V.M.G. (2002). Fruit Characterization of High Oil Content Avocado Varieties.
Scientia Agricol 59(2):403-406.
Mulyani Sri, Bambang A.H, Gusti Ayu Kadek D. (2014). Potensi Minuman Kunyit Asam
(Curcuma domestica Val. Tamarindus indica L.) Sebagai Minuman Kaya
Antioksidan. AGRITECH, Vol 34, No.1. Universitas Udayana.
Nurrasid, E.S. (1998). Aktivitas Antidiabetes Ekstrak Etanol Biji Alpukat, Daun Murbei dan
Buah Terong Ungu Pada Tikus Putih. Skripsi. Jurusan Farmasi FMIPA Unpad,
Bandung.
Ozdemir, F. dan Topuz, A. (2004). Changes In Dry Matter, Oil Content and Fatty Acids
Coposition Of Avocado During Harvesting Time and Post Harvesting Ripening
Period. University of Akdeniz, Turkey.
Zafar, T., & Sidhu, J. S. (2011). Avocado: Production, Quality, and Major Processed
Products. Handbook of Vegetables and Vegetable Processing, 525–
543. doi:10.1002/9780470958346.ch26
Zuhrotun, A. (2007). Aktivitas Antidiabetes Ekstrak Etanol Biji Buah Alpukat (Persea
americana Mill.) Bentuk Bulat [Karya Ilmiah]. UNPAD, Jatinangor.
28
LAMPIRAN
Minggu ke-
Rincian Kegiatan
1 2 3 4
Pengenalan profil perusahaan
Penentuan topik proyek
Studi pustaka topik proyek
Percobaan dan pengamatan
Progress report
Analisis neraca massa
Penyusunan laporan
29
30