Usulan Pembangunan Penahan Tanah
Usulan Pembangunan Penahan Tanah
DATA TEKNIS 5
Uraian Pendekatan, Metodologi
dan Program Kerja
1. Pekerjaan persiapan
2. Pengumpulan data sekunder
3. Pekerjaan survey pendahuluan
4. Pekerjaan survey lapangan dan pengambilan data
5. Analisa data hasil pekerjaan di lapangan
6. Pekerjaan perencanaan perkuatan tebing
7. Pembuatan Laporan
Persiapan yang bersifat desk studi dari literatur-literatur tetap dapat dilakukan
oleh para ahli teknik sungai, hidrologi dan hidrolika. Terutama analisa
kemungkinan penyebab banjir, sifat-sifat banjir dan kerusakan sungai sungai
aluvial di dataran rendah, mempelajari kejadian-kejadian banjir dan kerusakan
1
Usulan Teknis
Pada tahap persiapan awal ini dibentuk tim pelaksanaan pekerjaan yang akan
bekerja sama dalam melakukan pekerjaan. Organisasi tim terdiri dari satu
2
Usulan Teknis
orang tim leader yang akan dibantu oleh beberapa tenaga ahli dan tenaga
penunjang. Kegiatan yang tercakup dalam pekerjaan ini adalah :
Sebelum tim survey lapangan diberangkatkan maka perlu ada pekerjaan persiapan
yang meliputi :
3
Usulan Teknis
4
Usulan Teknis
Pada waktu survey diperoleh informasi adanya titik-titik kontrol/station yang pernah
dipakai dan ditetapkan sebagai kerangka acuan untuk pekerjaan survey berikutnya.
Juga untuk menentukan gambaran pasti tentang Lokasi pekerjaan, Titik referensi
untuk pengukuran, Kondisi Prasarana Pengaman Tebing Sungai dan pengumpulan
dari data-data survey dan verifikasi bangunan yang telah ada serta bangunan
pelengkap lainnya. Bentuk form pengambilan data survey dan verifikasi bangunan
yang telah ada dapat dilihat pada tabel pada lampiran laporan ini.
5
Usulan Teknis
Pada garis besarnya lingkup pekerjaan Survey Topografi adalah sebagai berikut :
Pekerjaan Persiapan
Dalam tahap pekerjaan persiapan, dilakukan persiapan peralatan yang
digunakan, pembuatan patok-patok bantu dari kayu, persiapan lahan dan
pengumpulan data titik-titik kerangka dasar horisontal dan vertikal yang ada
dan peta dasar, seperti peta situasi lama. Dengan peta dasar dan titik-titik
kerangka dasar tersebut, direncanakanlah sistem pengukuran topografi.
Peralatan pengukuran yang digunakan adalah alat ukur theodolite dan alat
ukur waterpas, daftar peralatan yang digunakan selengkapnya.
Pengumpulan Data
Secara garis besar tahap pekerjaan pengumpulan data topografi pada
Perencanaan / DED PDAM Kec.Pengandonan ini antara lain meliputi :
Pengukuran Polygon
Pengukuran Sifat Datar
Pengukuran Situasi Detail
6
Usulan Teknis
Nama
No Tipe Alat Jumlah
Alat
1. Theodolite T.1 1 buah
4. Meteran 50 m 1 buah
1. Pengukuran Polygon
a. Pengukuran Utama
b. Polygon Sekunder
7
Usulan Teknis
8
Usulan Teknis
9
Usulan Teknis
10
Usulan Teknis
11
Usulan Teknis
START
PENGUKURAN LOKASI
TOPOGRAFI PEMETAAN
Data Pengukuran
ANALISA DATA
TIDAK
Visualisasi / PRINT OUT
Tidak
EVALUASI
Diterima
SELESAI
12
Usulan Teknis
A. Persiapan
Persiapan yang bersifat desk studi dari literatur-literatur tetap dapat dilakukan
oleh para ahli teknik sungai, hidrologi dan hidrolika. Terutama analisa
kemungkinan penyebab banjir, sifat-sifat banjir dan kerusakan sungai sungai
aluvial di dataran rendah, mempelajari kejadian-kejadian banjir dan kerusakan
sungai yang pernah terjadi di sepanjang sungai pada umumnya, menetapkan
lokasi-lokasi yang perlu akan diamati dilapangan.
B. Pengumpulan data
13
Usulan Teknis
14
Usulan Teknis
tergambaran morfologi sungai saat ini, yang digunakan sebagai dasar untuk
peridiksi kemungkinan perubahan morfologi, bila dibangun perkuatan tebing
skitar perkotaan.
15
Usulan Teknis
Untuk pengukuran ini harus berpegangan pada titik referensi yang sama,
kesulitan pengamatan di muara biasanya tidak ada perkampungan sekitar
muara, maka dapat dipilih di kampung yang terdekat dengan mulut muara.
Untuk debit akan dihasilkan 2 grafik Routing Curve pada satu lokasi
pengukuran yaitu; pada saat air pasang dan pada saat air surut. Besar
kemungkinan bentuknya berbeda, karena saat pasang aliran menanjak dan
pada surut aliran menurun. Contoh ilustrasi ini menggambarkan debit surut
lebih besar dari debit pasang. Pada tampang basah dan tinggi air yang sama.
Perbedaan debit tersebut akan menghasilkan volume angkutan sedimen yang
berbeda pula.
16
Usulan Teknis
debit
pengukur tinggi air h Gambar. 6.4 Routing Curve Aliran Surut
aliran Q
an (m)
(m3/dt)
10
1 140 6
Tinggi air h (m)
8
2 100 3
3 250 6.5
6
4
2
0
0 100 200 300
Debit Q (m3/dt)
Dan untuk angkutan sedimen akan dihasilkan grafik hubungan debit dan
sedimen, untuk kondisi pasang dan surut pada 2 lokasi. Dari pengukuran
angkutan sedimen tersebut akan dibuat analisa dan evaluasi tentang apa
yang akan terjadi pada ruas sungai yang akan diperkuat tebing-tebingnya.
17
Usulan Teknis
¼L ¼L ¼L ¼L
0,2 h III IV
I II
0,8 h
18
Usulan Teknis
b. ppm sedimen
c. penyaringan dengan kertas filter
d. penyaringan dengan oven
e. penimbangan
f. analisa distribusi partikel sedimen yang telah dikeringkan
g. pentabelan sesuai dengan permintaan spesifikasi
19
Usulan Teknis
a. Tahap Persiapan
Pada tahap persiapan dilakukan pembentukan tim pelaksana pekerjaan yang
akan bekerjasama dalam melakukan pekerjaan. Organisasi tim pelaksana
terdiri dari satu orang chief surveyor yang akan dibantu oleh beberapa
surveyor dan tenaga penunjang. Kegiatan yang tercakup dalam tahap ini
adalah :
Konsolidasi tim pelaksana.
Penetapan organisasi pelaksana.
Melakukan kunjungan lokasi (site visit).
Persiapan data dan informasi awal.
Persiapan peralatan survey lapangan.
20
Usulan Teknis
21
Usulan Teknis
22
Usulan Teknis
3. Stang bor pertama dirangkaikan dengan mata bor (bit single) dan
dimasukkan kedalam mesin bor yang sudah digerakkan dengan
mesin penggerak.
4. Pengeboran tanah dimulai dengan menekan secara kontinu
rangkaian stang bor kedalam tanah, diiringi dengan penyemprotan
air kedalam tanah yang dilakukan dengan mesin pompa air.
5. Hancuran tanah (lumpur) yang keluar dari lubang bor dapat
dialirkan keluar lokasi pengeboran dengan membuat parit.
6. Pada kedalaman-kedalaman tertentu, mata bor dapat diganti
dengan tabung untuk mengambil contoh tanah, atau mata bor
dapat diganti dengan tabung SPT bilamana diinginkan pengujian
SPT.
7. Pekerjaan pengeboran dihentikan bilamana kedalaman maksimum
yang diinginkan telah dicapai atau dicapai nilai SPT 50.
23
Usulan Teknis
1. Pycnometer
2. Vacuum pump
3. Mortar and pestle
4. Balance sensitive to 0.1 g
5. Temperature – stabilized water
24
Usulan Teknis
3. Loading device
4. Stop Watch
5. Thermometer
6. Sample trimming equipment
25
Usulan Teknis
2. Dial gauge
3. Device to measure length and diameter
4. Sampel extruder
5. Trimming tools
6. Harvard miniature compaction equipment
7. Water content cans
8. Balance sensitive to 0.1 g and to 0.01 g
Start
Pekerjaan Persiapan
Survey Lapangan
Laboratorium Test
Kompilasi Data
Analisa Data
26
Evaluasi/Print Out
Finish
Usulan Teknis
27
Usulan Teknis
Cara kerja pengukuran debit dan pengambilan data sedimen dilakukan pada saat
air pasang dan surut, maka dihasilkan 2 macam data, dari data ini diolah menjadi
grafik;
28
Usulan Teknis
Saat Pasang:
1) hubungan tinggi air dan debit,
2) hubungan debit dan sedimen
Saat Surut :
1) hubungan tinggi air dan debit,
2) hubungan debit dan sedimen
Pekerjaan Laboratorium :
a. Analisa granulair material dasar dan tebing sungai
b. Analisa granulair angkutan sedimen
Pengukuran debit dan sedimen langsung dilakukan pada 2 lokasi (hulu dan hilir
batas pekerjaan), Pengukuran debit dan sedimen dilakukan bersamaan. Dari 2
lokasi tersebut dibandingkan hasilnya, antara saat air pasang berapa volume
sedimen (Qsp) dan saat surut berapa pula volume sedimenya (Qss). Akan dapat
dibuat kesimpulan antara lain :
1) Bila lebih besar sedimen saat pasang (Qsp) dari saat surut(Qss), maka lama
kelamaan akan terjadi pendangkalan sungai.
2) Dan bila sedimen saat pasang (Qsp) < dari saat surut (Qss), maka lama
kelamaan akan terjadi penggerusan.
Akibat dari angkutan sedimen ini akan besar pengaruhnya terhadap bangunan-
bangunan sungai seperti; perkuatan tebing, kolam pelabuhan, tebing-tebing
sungai dan lain-lain.
29
Usulan Teknis
Ada beberapa hasil penelitian untuk perencanaan tampang basah saluran stabil,
yang bertujuan agar tidak terjadi scouring dan pengendapan pada tampang
basah sungai diantaranya metode “tractive force teori” dan “regime theory”.
1. Tractive force theory atau teori gaya geser
2. Regime theory teori berdasarkan pengalaman
Sedangkan tractive force teory atau teori gaya geser labih menekankan pada
teori-teori hidrolika dan sedimen secara ilmiah, teori ini banyak digunakan di
Amerika seperti; United State Berau Reclamation (USBR) diperbaharui oleh E.W
Lane.
Maka untuk saluran yang dibuat seperti saluran irigasi, saluran banjir yang
debitnya relatif konstan baik digunakan tractive force teori atau teori gaya geser.
Sedangkan untuk sungai yang terbuat secara alamiah mungkin lebih ditekankan
menggunakan Regime theory.
30
Usulan Teknis
This method determines the tractive force at which the bed material will be in
state of incipient motion, but not actually moving. So this method is less
appropriate for large channels in sandy sediments supplied from heavily
loaded rivers.
Tractive force atau teori gaya geser kurang cocok digunakan canal yang
besar dengan material dasar pasiran. Beberapa teori yang dapat diklompokan
pada teori gaya geser antara lain adalah:
US Bereau of Reclamation
T/2
x
dx
y=d
d max dy
dx 2 dy 2
31
Usulan Teknis
Pembentukan rumus shear stress (tegangan geser) pada pada pias sepanjang
AB ditentukan oleh persamaan sebagai berikut yaitu tegangan geser adalah
merupakan hasil bagi dari berat air diatas permukaan suatu bidang dibagi
dengan luas bidang tersebut:
. ydy.S
c . yS cos
dx 2 dy 2
dy
tg 2 ( ) , maka rumus menjadi:
dx
dy 2 y 2 2
( ) ( ) tg tg 2
dx d max
pada titik tengah akan didapat y = dmax dan x = 0. Dengan kondisi tersebut
hasil deferensial persamaan :
tg
y d max cos( x)
d max
32
Usulan Teknis
Merupakan kurve persamaan cosinus bentuk tampang saluran yang ideal (lihat
gambar diatas).
2d max
A
tg
B1 Lt B2
1 d cos 2 / 3 1 / 2
U ( max ) S
n E (sin )
1 Q1 Qt Q2
E (sin ) (1 sin 2 )
2 4
c
d max
0.97S
T d max
2 2 tg Gambar 5.10 TAMPANG SALURAN
dimana:
A = Luas tampang basah saluran (m2)
U = kecepatan aliran (m/dt)
dmax = kedalaman maksimum ditengah saluran (m)
T = Lebar permukaan air bagian atas tampang basah (m)
S = Slope / kelandaian saluran memanjang
= berat jenis air yang mangalir (kg/m3)
n = n Strikcler’s / Manning’s
33
Usulan Teknis
c 0,18( s w ) Ds tg
Metode gaya geser diatas banyak digunakan untuk desain saluran banjir,
drainase dan saluran irigasi dimana debit yang meliwati dapat diatur
sedemikian rupa dapat konstan, lain halnya dengan sungai alam yang
perbedaan debit minimum dan maksimum sangat besar. Maka untuk
perencanaan sungai alam harus dapat ditentukan debit yang dominan untuk
digunakan sebagai dasar perencanaan bentuk dan dimensi tampang basah
sungai yang relatif stabil.
Beberapa ahli membuat kesimpulan debit dominan adalah debit yang telah
membuat tampang basah sungai sedemikian rupa seperti yang ada dilapangan
(bankfull discharge).
34
Usulan Teknis
Berdasarkan rumusan diatas dapat dibuat tiga persamaan regime sungai atau
saluran yang dapat ditulis :
Lebar permukaan air: W K1Q1 / 2
Radius Hidroulik: R K 2 Q1 / 3
Kelandaian / Slope: S K 3Q 1 / 6
dimana:
Q = dominan discharge (cfs) dan d = kedalaman air (ft)
K1,K2,K3 = koefisien yang tergantung dari ukuran bed Material dan angkutan
sediment.
Blench dan Lacey menyempurnakan persamaan tersebut menjadi :
35
Usulan Teknis
a. Penelitian Blench
Membuat persamaan:
*
Q F
W ' Fb
( b * )1 / 2 Q 1 / 2
Fs Fs
*
Q F
d R 3 Fs 2
( s*2 )1 / 3 Q1 / 3
Fb Fb
5 / 6 K
S Fb Fs
1 189g (1 ac)
1 6 1/ 4
K Q
12
Fb Fbo (1 0,12c)
dimana:
W’= lebar rata-rata potongan saluran
Fb* = V2/d (metric unit) = bed factor
Fs* = V3/W’ (metric unit) = side factor
= viscositas air bercampur pasir halus.
d = kedalaman air (depth of trapezium)
a = 1/233 (for natural river bed sands)
c = bed load charge in part per 100.000 by weight
g = grafitasi bumi
36
Usulan Teknis
dimana :
f = silt factor, dihitung dengan rumus: V 1,17 fR dalam satuan feet.
37
Usulan Teknis
R 0,28 Q 0,361
For d: dasar sungai krikil, batu-batu
V 12,1 R 2 / 3 S 1 / 3
d. Penelitian Lacey’s
besarnya kecepatan: U a1 R b1
a1 = 1,17 dan b1 = 0,5, sehingga U 1,17 R1 / 2 , hasil penelitian Lacey’s
sangat lebar R = d.
38
Usulan Teknis
Dari hasil dua rumus diatas terdapat perbedaan, rumus-rumus ini adalah
hasil pengamatan dari beberapa penelitian sungai. Maka untuk
perencanaan sungai diperlukan pengalaman untuk menentukan mana
yang akan dipilih.
Tetapi Lacey’s masih mencari penyempurnaan rumusanya dengan
penelitian lebih lanjut, untuk saluran yang digali / dibuat, sehingga
mendefinisikan besarnya silt factor f ditetapkan:
a
f ( 1 )2 Untuk saluran yang digali / dibuat.
1,17
In fact for large plains of mild slope and fine granular soil Lacey’s method
is reasonbly successful. Lacey’s selanjutnya mendefinisikan besarnya silt
a
factor f ditetapkan: f ( 1 ) 2 Untuk saluran yang digali: Rumus
1,17
39
Usulan Teknis
n 0,022 f 0, 2
f2
D50
64
f 8 D50 , D50 (inchis )
Lacey’s formula for Computation of Stable Channels (dalam satuan feet) Yang
berperan penting adalah besarnya partikel dan kecepatan aliran.
1. U 1,15 Rf 6. U 0,794Q 1 / 6 f 1 / 3
f 1,59 D50 f 1,59 D50
2
U Q1 / 3
2. R 0,7305 7. R 0,473
f f 1/ 3
U5 Q5/ 6
3. A 3,8 8. A 1,26
f2 f 1/ 3
U3 8 1/ 3
4. P 3,8 9. P Q
0,7305 f 3
f2 f 5/3
5. S 0,00044 10 S 0,000547
U Q1 / 6
Formula ini saling berkaitan, apabila semua formula dipenuhi maka dapat
dikatakan morfologi sungai tersebut memenuhi teori rigime sungai.
Teori regime sungai dapat digunakan untuk memeriksa suatu tampang sungai
yang telah diketahui kedalaman, lebar, kelandaian beserta debitnya pada
kondisi tertentu. Rumus-rumus dari Lacey’s dapat digunakan untuk
merencanakan tampang saluran atau sungai yang stabil. Apabila rumus
Regime Sungai tidak dipenuhi, maka akan terjadi ketidak stabilan pada sungai
tersebut.
40
Usulan Teknis
Perkiraan gerusan pada ujung krib menjadi penting, karena kerusakan krib
dimulai dari ujung dan berlanjut kepangkal selanjutnya terjadi ambruk. Unsur-
unsur yang menimbulkan gerusan / skouring.
1) Perkiraan gerusan lokal pada ujung (Ys1)
2) Gerusan maksimum pilar tunggal (Ys2)
3) Gerusan akibat penyempitan (Ys3)
Ys1 K .q2 Y2
2/3
dimana :
Ys1 = kedalaman relatif gerusan lokal terhadap elevasi dasar normal (m)
Y2 = kedalaman normal aliran seragam pada bagian konstraksi (m)
K = faktor gerusan gabungan = K0.K1.K2.K3 tersedia pada tabel 5.3, 5.4, 5.5
K0 = 2,0 pengaruh debit akibat penyempitan, maka K = 2.K1.K2.K3
q2 = Q/b2 debit persatuan lebar (m3/dt)
b2 = lebar sungai pada konstraksi (penyempitan) (m)
41
Usulan Teknis
0.9
0.85
Eksponen
0.8
0.75
0.7
0.65
0.6
0 0.2 0.4 0.6 0.8 1
c/1
42
Usulan Teknis
rc
T/2 T/2
ro
x
O
A
D
T y 1,445 D
Pusat Lengkung
Pada tikungan
Gbr. sungaiTAMPANG
5.1 BENTUK aluvial, nampak
BASAHbahwa konfigurasi
SUNGAI DI penampang lintang
TIKUNGAN
sungai kira-kira sesuai dengan hukum-hukum alam. Persoalan ini telah diselidiki
oleh beberapa ahli Ilmu Pengetahuan dan Sarjana Teknik hidrolika sungai,
dimulai dari Bouisssinesq. Sesuai dengan studi yang dilakukan Ripley, konfigurasi
pada lengkungan sungai aluvial Gambar diatas, dinyatakan dalam bentuk
persamaan empiris sebagai berikut:
x2 17,52 x
y 6,35D( 0,437 2
0,433)(1 )
T ro
Dalam satuan (feet), dimana y adalah ordinat atau kedalaman, x adalah absis
atau jarak dari pusat lengkiung, D kedalaman hidroulis adalah perbandingan
antara luas tampang basah A dengan lebar permukaan air T. Dan T adalah lebar
atas muka air dan K adalah koefisien yang besarnya = 17,52.
43
Usulan Teknis
5. Angkutan Sedimen
Persamaan kontinuitas debit (Q) dan angkutan sedimen (S). Pada tampang
sungai yang debitnya tidak ada penambahan untuk jarak yang pendek (setempat)
akan berlaku persamaan Q1 = Q0 dan angkutan sedimen S1 = S0 serta koefisien
Chezy C1 = C0.
Q1 Q0
S1 S 0
b
Q 1b b
S B.s B.av B.a b
B aQ .h
b
B.h
b b
1b aQ1 1b aQ0
B1 b
B0 b
h1 h0
44
Usulan Teknis
u u
u C RI .................C
RI hI
C1 C 0
Q1 Q0
B1 .h1 B0 h0
1/ 2 1/ 2
1/ 2 1/ 2
Q1 Q0 maka:
h1 I1 h0 I0
Q1 Q0
3/ 2 1/ 2
3/ 2 1/ 2
B1 h1 I 1 B0 h0 I0
B0 h0
3/ 2 1/ 2 3/ 2 1/ 2
B1 h1 I1 I0
1/ 2 3/ 2
I1 B h0 B0 2 h0 3
0 ...................I 1 I 0 .( ) ( )
I0 B1 h1 B1 h1
3
1
I B1 b
atau 1
I0 B0
45
Usulan Teknis
3/ 2
1/ 2
3/ 2 s w .h.I
T 8b.Dm g. 0,047
S W
w .Dm
W
3/ 2
C
C'
12h
U 5,75U * log
k 2 / 7
12h
C 18 log
k 2 / 7
12.h
C ' 18 log
D90
11,6.
U
U * ghI
Dimana:
T = Angkutan sedimen bed load (m3/dt)
b = lebar sungai (m)
h = tinggi air sungai (m)
Dm = diameter rata-rata partikel dasar (m)
D90 = diameter partikel dasar lolos 90% (m)
k = diameter kekasaran dasar (bukan diameter butir) (m)
ρ = rapat massa untuk air pakai indek w, untuk air indek a (kg/m3)
g = gravitasi bumi = 9,81 m/dt2.
δ = tebal lapisan laminer (m)
µ = perbandingan C rata-rata denga C90.
46
Usulan Teknis
Start
Survey Lapangan
Presentasi
Prelimanary Design
dan diskusi
FINAL DESIGN
Gambar Perencanaan A3
Rencana Anggaran Biaya (RAB)
Rencana Kerja dan Syarat (RKS)
Laporan Perhitungan
Finish
47
Usulan Teknis
Bentuk lay out sungai harus diperhatikan dalam rangka penempatan bangunan di
sungai, hal ini supaya tidak banyak merubah aliran dari kondisi awal, maka
perletakan bangunan perkuatan tebing harus dibuat mengikuti bentuk morfologi
sungai yang sesuai dengan kehendak alam. Dari foto udara terbaru (Google earth),
Sungai Musi sekitar Kecamatan Buay Madang terdapat 2 tikungan yang berjari-jari
sekitar 1,0 – 1,5 km yaitu sebelum Jembatan Ampera dan sesudah Jembatan
Ampera. Kampung 11-14 Ulu terletak sebelum Jembatan Ampera yaitu ditikungan
dalam. Penempatan bangunan sungai yang kurang tepat akan berdampak pada
perilaku aliran sungai, maka untuk hal itu harus dibuat letak yang tidak banyak
mempengaruhi kondisi aliran. Untuk Pelaksanaan harus dibuat titik tetap yang dapat
dipedomani saat pelaksanaan. Syarat agar tidak terjadi aliran spiral ditikungan luar
adalah :
rc
3 dimana rc = jari-jari tikungan, b = lebar sungai.
b
Apabila rc / b < 3 , akan terjadi aliran spiral yang dapat mempercepat tikungan
semakin tajam, tebing luar longsor, karena lokal scouring ditikungan luar yang
semakin besar.
Dari kajian hidroulik akan dapat terlihat kondisi yang akan terjadi dari bentuk
tikungan yang berdekatan. Kelihatanya pada sekitar Jembatan sungai lurus.
Pembangunan perkuatan tebing sekitar Kecamatan Buay Madang yang ada saat ini
masih setempat-setempat, hal ini akan membentuk morfologi sungai menuju
keseimbangan baru.
48
Usulan Teknis
Perhitungan stabilitas turap kantilever (cantilever sheet pile wall) dilakukan dengan
menggunakan metode perhitungan free earth method dan fixed earth method
dengan memperhitungkan berbagai variasi elevasi muka air pada sisi aktif dan sisi
pasif turap. Dari hasil perhitungan tersebut didapatkan momen lentur maksimum
(Mmaks) yang timbul pada turap dan besarnya gaya angkur (Fa).
Anggapan dalam analisis slabilitas turap diangker dengan metode ujung bebas:
1. Turap merupakan bahan yang sangat kaku dibandingkan dengan tanah
disekitarnya.
2. Kondisi tekanan tanah yang bekerja dianggap memenuhi syarat teori Rankine
atau Coulomb.
3. Turap dianggap berotasi dengan bebas pada ujung bawah dan tidak
dizinkan bergerak secara lateral di tempat angker.
49
Usulan Teknis
Gambar 5.20. Diagram Tekanan Tanah yang bekerja pada dinding turap
yang didesain Metode Free Earth Method
Dalam metode ini diasumsikan bahwa kedalaman turap sudah mencapai tanah
keras sehingga ujung bawah turap dianggap kaku. Kedalaman penembusan
turap di bawah dasar galian dianggap sudah cukup dalam, sehingga tanah di
bawah dasar galian mampu memberikan tahanan pasif yang cukup untuk
mencegah ujung bawah turap berotasi.
Anggapan dalam analisis slabilitas turap diangker dengan metode ujung tetap :
Pada metode ujung tetap hanya cocok untuk turap yang secara keseluruhan
terletak dalam tanah granuler.
50
Usulan Teknis
Gambar 5.21. Diagram Tekanan Tanah yang bekerja pada dinding turap yang
didesain Metode Fixed Earth Method
1 1
Pp h tan 2 (45 o ) 2c tan(45 o )
2 2
51
Usulan Teknis
Dalam perencanaan pembangunan turap ini direncanakan beban yang bekerja pada
struktur turap adalah :
1. Beban Tetap
Beban tetap Jembatan adalah beban sendiri dari masing-masing bagian
struktural dan bagian non struktural Jembatan. Masing-masing berat
elemen ini harus dianggap sebagai aksi yang tak boleh dipisahkan. Beban-
beban tersebut dapat berupa :
a. Berat sheet pile turap, platform slab, balok-balok dan pilecap.
b. Beban mati tambahan
2. Beban Lateral
Beban yang diakibatkan oleh tanah timbunan, baik tanah aktif maupun
tanah pasif dan tekanan akibat muka air tanah dan air sungai.
3. Beban Hidup
Beban hidup yang diperhitungkan terdiri dari beban tersebar merata (UDL)
dan beban garis (KEL).
Beban UDL diambil :
- untuk L ≤ 30 m maka q=8 kN/m2
- untuk L > 30 m maka q=8 (0.5 + 15/L) kN/m2
Beban garis KEL P= 25 kN/m.
Beban gempa ini juga dikombinasikan untuk arah x (transversal) dan arah y
(longitudinal), selain ditinjau untuk masing-masing arah x dan y. Untuk beban gempa
kombinasi yaitu 100 % arah x + 30 % arah y dan 100 % arah y + 30 % arah x.
52
Usulan Teknis
Analisis terhadap struktur turap dan pondasi pile didasarkan pada penggunaan
sistem struktur precast, dimana pengecekan terhadap struktur sebagai berikut :
Penulangan lentur balok dihitung secara verifikasi dan manual berdasarkan hasil/
output program SAP2000. Perhitungan tulangan pada turap didasarkan pada tingkat
daktilitas 1 (daktilitas terbatas). Analisis balok dibagi menjadi dua perhitungan dua
balok dan kemudian dihitungan dengan cara superposisi. Distribusi regangan,
tegangan dan gaya dalam pada balok ini ditunjukkan pada gambar b sampai d.
Untuk analisis Balok 1, terdiri dari tulangan tekan pada bagian atas dan sebagian
tulangan tarik pada bagian bawah dengan kesetimbangan gaya adalah T1 = Cs , dan
Balok 2 terdiri dari bagian tekan beton dan sisa tulangan tarik, seperti pada
gambar e dan f. Dengan asumsi tulangan tekan leleh.
53
Usulan Teknis
Gambar 5.23. Regangan, Tegangan dan gaya-gaya pada balok dengan tulangan
leleh
C s T1
A' s As 1 . f y
As2 As As1
54
Usulan Teknis
f 'c
Vc .b.d
6
• Besar kuat geser nominal penampang balok beton adalah :
V
Vn
• Besar kuat geser nominal tulangan geser :
Vs Vn Vc
55
Usulan Teknis
RENCANA KERJA
Selama kegiatan ini berlangsung, konsultan akan mengatur detail rencana kerja.
Untuk pelaksanaan survey ini, konsultan membentuk team untuk mencatat data-data
yang diperlukan, seperti :
Data mengenai kondisi prasarana pengaman tebing yang ada dan bagian-
bagian yang rusak.
Data lokasi rencana trase bangunan pengaman tebing sungai, dan daerah
sekitarnya.
Data lain yang diperlukan untuk bangunan air, gorong-gorong dan bangunan
pelengkap lainnya.
Data nbanjir dan erosi yang terjadi beserta periode banjir tahunan dan muka
air banjir tertinggi.
Bahan yang tersedia yang dapat menentukan macam konstruksi yang paling
menguntungkan.
Data yang berupa informasi mengenai harga satuan dan biaya hidup sehari-
hari.
Data lain yang diperlukan dan dianggap penting.
Usulan lainnya dari pengguna jasa
56
Usulan Teknis
Pemeriksaan juga untuk informasi sumber material dalam formulir adalah sebagai
berikut :
Jenis konstruksi yang digunakan untuk pengaman tebing sungai yang telah
ada beserta keterangan kondisinya.
Jenis bahan untuk perkerasan yang ada, misalnya pasir, kerikil, tanah
timbunan, batu.
Lokasi quarry setiap jenis bahan perkerasan berikut perkiraan jumlah yang
ada. Perkiraan harga satuan tiap jenis bahan perkerasan.
Perkiraan jarak pengangkutan bahan dari quarry ke base camp proyek.
Peta lokasi quarry berikut keterangan lokasinya (Km, Sta)
Data yang diperoleh dicatat dalam formulir.
Semua hasil survey inventory akan dilaporkan dalam bentuk laporan survey lengkap
dengan photo berwarna ukuran post card.
57
Usulan Teknis
Semua hasil survey ini akan dilaporkan dalam bentuk laporan survey lengkap dengan
foto berwarna ukuran post card.
58
Usulan Teknis
59