TUGAS REVIEW MINGGUAN POLITIK PERKOTAAN KELAS C

KULIAH : #5
TEMA PERKULIAHAN : Kebijakan dan Budgeting Perkotaan
BAHAN REVIEW : Novy & Leubolt, “Participatory Budgeting in Porto Alegre”, 2005
(Hal:1-14) dan feruglio & Rifai, “Participatory Budgeting in Indonesia”, 2017 (Hal:1-16)
NAMA LENGKAP : Bianca Ananda Safira

Tulisan ini bertujuan untuk membahas kebijakan budgeting dalam perencanaan dan
pengembangan kota serta partisipasi warga untuk mengimplementasikan kebijakan penganggaran yang
lebih transparan, inklusif dan berdampak oleh pemerintah. Dalam buku “Participatory Budgeting in
Indonesia”, penganggaran partisipatif atau yang disebut musrenbang merupakan wadah untuk warga
agar dapat memberikan aspirasi dalam turut serta berpartisipasi merencanakan kota tempat mereka
tinggal. Dijelaskan juga dua acara untuk terlibat langsung dalam menyusun anggaran partisipatif yaitu
informasi untuk mengidentifikasi kebutuhan dan hal prioritas yang dibutuhkan masyarakat dan
informasi tentang proses penganggaran partisipatif yang memungkinkan dibutuhkannya perumusan
proposal sesuai dengan anggaran yang tersedia, dan pemantauan hasil. Namun, warga yang ingin
berpartisipasi terhambat karena mereka yang seharusnya menghadiri musyawarah secara langsung
malah digantikan dengan platform yang tidak menunjang percakapan yang sebenarnyas sehingga tidak
berjalan dengan seharusnya karena pengertian warga yang masih minim mengenai platform baru
tersebut. Banyak juga kelompok yang secara tradisional terpinggirkan dan tidak diikutsertakan dalam
diskusi, misalnya perempuan, anak-anak, dan penyandang disabilitas.
Sementara, dalam buku “Participatory Budgeting in Porto Alegre”, juga membahas hal yang sama yaitu
tentang proses anggaran partisipatif di Porto Alegre, negara bagian paling selatan Brasil agar lebih
transparan dan demokratis dan dapat diketahui oleh masyarakat sipil sesuai kepetingannya. Dibahas
juga mengenai teori inovasi social yang membicarakan pentingnya tingkat partisipasi politik untuk
membangun kota dari kelompok-kelompok yang terpinggirkan, dan teori-teori lainnya.
Menurut pendapat saya, upaya yang dilakukan pemerintah dalam mengikutsertakan warganya
untuk turut berpartisipasi untuk menyampaikan aspirasi mereka tentang prioritas apa yang lebih
dibutuhkan dalam perencanaan dan pembangunan tata kota sudah sangat baik dan memberlakukan
penganggaran yang transparan sehingga warga dapat mengetahui dan mengakses informasi tersebut.
Namun, disisi lain pemerintah kurang melibatkan kalangan masyarakat yang terpinggirkan
secara tradisonal, seperti perempuan, anak-anak dan para penyandang disabilitas dalam pelaksanaan
musyawarah dalam perencanaan tata kota. Serta, penggunaan teknologi atau platform pengganti
musyawarah secara langsung dapat mengakibatkan masyarakat yang minim pemahamannya mengenai
teknologi cenderung tidak paham dan tidak dapat ikut berpartisipasi lagi.
Saya sangat mendukung pemerintah dalam melaksanakan kebijakan pengangaran partisipatif
ini, dan perlu diperhatikan lagi bahwa murenbang juga dapat berfungsi sebagai fasilitator untuk
memberikan pemahaman masalah perkotaan dan menganalisis masalah yang menjadi prioritas utama,
pemerintah juga harus lebih menyederhanakan proses penganggaran sehingga lebih efisien dan dapat
lebih menyerap aspirasi masyarakat setempat, peran dan partisipasi masyarakat sipil pun sangat
dibutuhkan dalam penyusuna anggaran ini, selain itu harus lebih ditingkatkannya lagi jumlah
pengalokasian anggaran disetiap kota, serta penggunaan platform dan teknologi baru sangat
mempermudah penganggaran partisipatif bagi masyarakat namun kurang efektif untuk digunakan,
sehingga harus lebih melibatkan anak muda yang melek teknologi dan karena itu pemerintah juga harus
mengadakan musyawah secara online untuk kalangan orang tua atau para lansia. Lalu, apakah
pengalokasian anggaran ini dapat diberikan secara sama antar daerah maupun kota di Indonesia
sehingga tidak terjadinya ketimpangan antara kota besar seperti Jakarta dengan daerah erpencil di luar
Pulau Jawa yang masih tertinggal?