Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PENDAHULUAN

PADA GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN MOBILISASI


DISLOKASI

OLEH : YOHANES FRANSISKUS, S.Kep


.................................................................
NIM. .......................

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS


UNIVERSITAS CAHAYA BANGSA
TAHUN 2021
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN PENDAHULUAN
PADA GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN MOBILISASI
DISLOKASI

OLEH : YOHANES FRANSISKUS, S.Kep


...................................................................
NIM. ...................

Banjar,
Mengetahui,
Preseptor Akademik Preseptor Klinik
(Jika ada CI)

(Agustina Lestari, S.Kep., Ners., M.Kep)


(.....................................)
LAPORAN PENDAHULUAN
PADA GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN MOBILISASI

1. Pengertian

a. Dislokasi ialah keluarnya (bercerainya) kepala sendi dari

mangkuknya. Dislokasi merupakan suatu kedaruratan yang

memerlukan pertolongan segera (Kapita Selecta Kedokteran, 2000).

Sebuah sendi yang pernah mengalami dislokasi, ligmen – ligmennya

biasanya menjadi kendor. Akibatnya sendi itu akan gampang

mengalami dislokasi kembali. Apabila dislokasi itu disertai pula

patah tulang, pembetulannya menjadi sulit dan harus dikerjakan di

rumah sakit. Semakin awal usaha pengembalian sendi itu dikerjakan,

semakin baik penyembuhannya. Tetapi apabila setelah dikirim ke

rumah sakit dengan sendi yang cedera sudah dibidai.

b. Traksi adalah : Suatu metode yang dipakai untuk mempertahankan

reduksi ekstremitas yang mengalami Dislokasi.

Traksi adalah : pemasangan gaya tarikan ke bagian tubuh.

2. Macam – Macam Dislokasi

a. Dislokasi Sendi Rahang

Dislokasi sendi rahang dapat terjadi karena :

a) Menguap atau terlalu lebar.


b) Terkena pukulan keras ketika rahang sedang terbuka, akibatnya

penderita tidak dapat menutup mulutnya kembali.

Tindakan Pertolongan :

Rahang ditekan ke bawah dengan kedua ibu jari sudah dilindungi

balutan tadi. Ibu jari tersebut diletakkan di graham yang paling

belakang. Tekanan itu harus mantap tapi pelan – pelan. Bersamaan

dengan penekanan itu jari – jari yang lain mengangkat dagu

penderita ke atas. Apabila berhasil rahang itu akan menutup dengan

cepat dan keras. Setelah selesai untuk beberapa saat pasien tidak

diperbolehkan terlalu sering membuka mulutnya.

b. Dislokasi Sendi Jari.

Sendi jari mudah mengalami dislokasi dan bila tidak ditolong

dengan segera sendi tersebut akan menjadi kaku kelak. Sendi jari

dapat mengalami dislokasi ke arah telapak tangan atau punggung

tangan.

Tindakan Pertolongan :

Jari yang cedera dengan tarikan yang cukup kuat tapi tidak

disentakkan. Sambil menarik, sendi yang terpeleset ditekan dengan

ibu jari dan telunjuk. Akan terasa bahwa sendi itu kembali ke tempat

asalnya. Setelah diperbaiki sebaiknya untuk sementara waktu ibu


jari yang sakit itu dibidai. Untuk membidai dalam kedudukan

setengah melingkar seolah – olah membentuk huruf O dengan ibu

jari.

c. Dislokasi Sendi Bahu

Dislokasi yang sering ke depan. Yaitu kepala lengan atas

terpeleset ke arah dada. tetapi kemampuan arah dislokasi tersebut ia

akan menyebabkan gerakan yang terbatas dan rasa nyeri yang hebat

bila bahu digerakkan.

Tanda – tanda lainnya :

Lengan menjadi kaku dan siku agak terdorong menjauhi sumbu

tubuh. Ujung tulang bahu akan nampak menonjol ke luar. Sedang di

bagian depan tulang bahu nampak ada cekungan ke dalam.

Tindakan Pertolongan :

Usaha memperbaiki letak sendi yang terpeleset itu harus

dikerjakan secepat mungkin, tetapi harus dengan tenang dan hati –

hati. Jangan sampai itu justru merusak jaringan – jaringan penting

lainnya. Apabila usaha itu tidak berhasil, sebaiknya jangan diulang

lagi. Kirim saja klien ke Rumah sakit segera.


Apabila tidak ada patah tulang, dislokasi sendi bahu dapat

diperbaiki dengan cara sebagai berikut :

Ketiak yang cedera ditekan dengan telapak kaki (tanpa sepatu)

sementara itu lengan penderita ditarik sesuai dengan arah letak

kedudukannya ketiak itu.Tarikan itu harus dilakukan dengan pelan

dan semakin lama semakin kuat, hal itu untuk menghidarkan rasa

nyeri yang hebat yang dapat mengakibatkan terjadinya shock. Selain

tarikan yang mendadak merusak jaringan – jaringan yang ada di

sekitar sendi. Setelah ditarik dengan kekuatan yang tetap beberapa

menit, dengan hati – hati lengan atas diputar ke luar (arah menjauhi

tubuh). Hal ini sebaiknya dilakukan dengan siku terlipat dengan cara

ini diharapkan ujung tulang lengan atas menggeser kembali ke

tempat semula.

d. Dislokasi Sendi Siku

Jatuh pada tangan dapat menimbulkan dislokasi sendi siku ke

arah posterior. Reposisi dilanjutkan dengan membatasi gerakan

dalam sling atau gips selama tiga minggu untuk memberikan

kesembuhan pada sumpai sendi.


e. Dislokasi Sendi Metacarpophalangeal Dan Inter Phalangeal

Dislokasi disebabkan oleh hiperekstensi – ekstensi persendian

direposisi secara hati – hati dengan tindakan manipulasi tetapi

pembedahan terbuka mungkin diperlukan untuk mengeluarkan

jaringan lunak yang terjepit di antara permukaan sendi.

f. Dislokasi Sendi Pangkal Paha

Diperlukan gaya yang kuat untuk menimbulkan dislokasi sendi

ini dan umumnya dislokasi ini terjadi akibat kecelakaan lalu lintas

(tabrakan mobil). Dalam posisi duduk benturan dash board pada

lutut pengemudi diteruskan sepanjang tulang femur dan mendorong

caput femuris ke arah poterior ke luar dati acetabulum yaitu bagian

yang paling pangkal. Tindakannya adalah reposisi dengan anestesi

umum dan pemasangan gips selama enam minggu atau tirah baring

dengan traksi yang ringan untuk mengistirahatkan persendian dan

memberikan kesembuhan bagi ligamentum. Dislokasi sendi lutut

dan eksremitas bawah sangat jarang terjadi kecuali peda pergelangan

kaki di mana dislokasi disertai fraktur.


3. Macam – Macam Traksi

a. Traksi lurus atau langsung

Pada traksi ini memberikan gaya tarikan dalam satu garis

lurus dengan bagian tubuh berbaring di tempat tidur.

b. Traksi Suspensi Seimbang

Traksi ini memberikan dukungan pada eksremitas yang

sakit di atas tempat tidur sehingga memungkinkan mobilisasi

pasien sampai batas tertentu tanpa terputusnya garis tarikan.

c. Traksi Kulit

Traksi kulit tidak membutuhkan tindakan pembedahan.

Traksi kulit terjadi apabila beban menarik kulit, spon karet, atau

bahan kanvas yang diletakkan pada kulit, beratnya bahan yang

dapat dipasang sangat terbatas, tidak boleh melebihi toleransi

kulit, yaitu tidak lebih dari 2 sampai 3 kg beban tarikan yang

dipasang pada kulit. Traksi pelvis pada umumnya 4,5 sampai

dengan 9 kg tergantung dari berat badan. Rumus traksi kulit : 1/7

x BB

d. Traksi Skelet

Dipasang langsung pada tulang, metode traksi ini

digunakan paling sering untuk menangani fraktur tibia, humerus


dan tulang leher. Traksi skelet biasanya menggunakan 7 – 12 kg

untuk dapat mencapai efek therapi, Rumus traksi skelet 1 / 10 x

BB.

e. Traksi Manual

Traksi yang dipasang untuk sementara, saat akan dilakukan

pemasangan gibs.

4. Anatomi Fisiologi

Tulang pelvis adalah penghubung antara badan dan anggota bawah

yaitu tulang sakrum dan koksigis bersendi antara satu dengan yang

lainnya. Pada simfasis pubis pelvis terbagi atas 2 bagian :

1. Pelvis mayor atau rongga panggul besar.

2. Pelvis minor atau rongga panggul kecil

Di antara ke 2 rongga tersebut dibatasi oleh garis tepi atau linea

terminalis.

Sendi – sendi pelvis antara lain : sendi sakro iliaka adalah sendi

antara ilium yang disebut aurikuler dan kedua sisi sakrum, gerakan ini

sangat sedikit karena ligamennya sangat kuat menyatukan permukaan

sendi sehingga membatasi gerakan ke seluruh jurusan.


5. Penyebab Dislokasi

a. Trauma

Jika disertai fraktur, keadaan ini disebut fraktur dislokasi.

b. Kongenital

Sebagian anak dilahirkan dengan dislokasi, misalnya dislokasi

pangkal paha. Pada keadaan ini anak dilahirkan dengan dislokasi

sendi pangkal paha secara klinik tungkai yang satu lebih pendek

dibanding tungkai yang lainnya dan pantat bagian kiri serta kanan

tidak simetris. Dislokasi congenital ini dapat bilateral (dua sisi).

Adanya kecurigaan yang paling kecil pun terhadap kelainan

congenital ini mengeluarkan pemeriksaan klinik yang cermat dan

sianak diperiksa dengan sinar X, karena tindakan dini memberikan

hasil yang sangat baik.

Tindakan dengan reposisi dan pemasangan bidai selama

beberapa bulan, jika kelainan ini tidak ditemukan secara dini,

tindakannya akan jauh sulit dan diperlukan pembedahan.

c. Patologis

Akibatnya destruksi tulang, misalnya tuberkolosis tulang belakang


6. Tanda dan Gejala

1. Deformitas pada persendiaan

Kalau sebuah tulang diraba secara sering akan terdapat suatu celah.

2. Gangguan gerakan

Otot – otot tidak dapat bekerja dengan baik pada tulang tersebut.

3. Pembengkakan

Pembengkakan ini dapat parah pada kasus trauma dan dapat

menutupi deformitas.

4. Rasa nyeri terdapat sering terjadi pada dislokasi

Sendi bahu, sendi siku, metakarpal phalangeal dan sendi

pangkal paha servikal.

7. Lokasi Yang Sering Terjadi Dislokasi

Sendi bahu, sendi siku, metakarpal phalangeal dan sendi pangkal

paha servikal.

8. Patofisiologi

Dislokasi panggul paling sering dialami oleh dewasa muda dan

biasanya diakibatkan oleh abdukasi. Ekstensi dan ekstra traumatik yang

berlebihan. Contohnya posisi melempar bola berlebihan. Caput humeri

biasanya bergeser ke anterior dan inferior melalui robekan traumatik

pada kapsul sendi panggul.


Skema Patofisiologis

Abdukasi

Posisi Ekstensi

Akstra Traumatik

Pergeseran Berlebihan dan


Dalam Waktu Cepat

Dislokasi Inferior Dislokasi Anterior

Kekakuan Sendi
Karena
Terjadi “Dislokasi”
Dengan tanda :
- N
yeri
- B
engkak
- K
aku sendi

9. Penatalaksanaan
a. Dislokasi

Penatalaksanaan dislokasi sebagai berikut :

1) Lakukan reposisi segera.

2) Dislokasi sendi kecil dapat direposisi di tempat kejadian tanpa

anestesi, misalnya : dislokasi siku, dislokasi bahu, dislokasi jari

pada fase syok), sislokasi bahu, siku atau jari dapat direposisi

dengan anestesi loca; dan obat penenang misalnya valium.

3) Dislokasi sendi besar, misalnya panggul memerlukan anestesi

umum.

b. Traksi

Periksa sesering mungkin kulit pasien mengenai tanda tekanan atau

lecet. Perhatian lebih ditekankan pada tonjolan tulang. Lakukan

perubahan posisi sesering mungkin untuk membantu mencegah

kerusakan kulit.

10. Prinsip Traksi Efektif

Pada setiap pemasangan traksi harus dipikirkan adanya

kontratraksi. Kontratraksi adalah gaya yang bekerja dengan arah yang

berlawanan (hukun Newton yang ketiga mengenai gerak. Menyebutkan

bahwa bila ada aksi maka akan terjadi reaksi dengan besar yang sama
namun arahnya berlawanan). Umumnya berat badan pasien pengaturan

posisi tempat tidur mampu memberikan kontraksi.

Prinsip – prinsip traksi efektif adalah :

1. Kontraksi harus dipertahankan agar traksi tetap efektif.

2. Traksi skelet tidak terputus

3. Pemberat / beban tidak boleh diambil kecuali bila traksi

dimaksudkan intermiten.

4. Tubuh pasien harus dalam keadaan sejajar dengan pusat tempat tidur

ketika traksi dipasang.

5. Tali tidak boleh macet.

6. Pemberat harus tergantung bebas dan tidak boleh terletak pada

tempat tidur atau lantai.

7. simpul pada tali atau telapak kaki tidak boleh menyentuh katrol atau

kaki tempat tidur.

11. Tindakan Pada Dislokasi

a. Dengan memanipulasi secara hati – hati, permukaan diluruskan

kembali. Tindakan ini sering memerlukan anestesi umum untuk

melemaskan otot – otonya.


b. Pembedahan terbuka mungkin diperlukan khususnya kalau jaringan

lunak terjepit di antara permukaan sendi.

c. Persendian tersebut, disangka dengan pembebatan dengan gips.

Misalnya : pada sendi pangkal paha, untuk memberikan kesembuhan

pada ligamentum yang teregang.

d. Fisioterapi harus segera dimulai untuk mempertahankan fungsi otot

dan latcher (exercise) yang aktif dapat diawali secara dini untuk

mendorong gerakan sendi yang penuh khususnya pada sendi bahu.

12. Dampak Masalah

Bila salah satu anggota tubuh mengalami gangguan yang

mengakibatkan cedera, maka tubuh akan memberikan reaksi baik fisik

maupun psikologis sebagai mekanisme pertahanan tubuh, disamping itu

juga akan memberikan pengaruh atau dampak terhadap kebutuhan

penderita sebagai makluk hidup yang holistik dan juga akan berpegaruh

terhadap keluarga klien.

Pola Persepsi dan Tata Laksana Kesehatan

Bahwa biasanya klien dislokasi mempunyai harapan dan alasan

masuk Rumah Sakit, Adapun alasannya ingin segera sembuh dari


penyakitnya dan harapan tersebut adalah tidak ingin terjadi kecacatan

pada dirinya kelak di kemudian hari.

Pola Nutrisi dan Metabolisme.

Pola nutrisi dan metabolik pada klien dislokasi jarang mengalami

gangguan kecuali apabila terdapat trauma pada abdomen atau

komplikasi lain yang dapat menyebabkan klien antreksia.

Pola Aktifitas dan Latihan

Pada klien dislokasi setelah dilakukan pemasangan traksi akan

mempengaruhi gerak dan pola. Aktivitasnya, oleh sebab itu dalam

memenuhi kebutuhan hidupnya sehari – hari, klien akan di bantu oleh

perawat atau keluarganya dan suami mungkin untuk dilakukan latihan

rentang gerak baik aktif maupun pasif.

Pola Tidur dan istirahat

Terganggunya pola tidur dan kebutuhan istirahat pada klien

pemasangan traksi dengan dislokasi biasanya di sebabkan olah raga

nyeri dan pemasangan juga di sebabkan adanya traksi.

Pola Perceptual dan Kognitif

Klien biasanya kurang memahami tentang proses penyembuhan

dan pembentukan atau penyambungan sendi kembali yang


memerlukan proses dan waktu sehingga dalam tahap – tahap

perawatan perlu kata penatalaksanaan yang kompraktif.

Pola Defekasi dan Miksi

Klien kadang – kadang masih dalam perawatan di rumah sakit

membatasi makan dan minum, hal ini dikarenakan adanya

immobilisasi pemasangan traksi yang mengharuskan pasien tidak

mempergunakan kakinya yang cedera untuk aktifitas sehingga klien

kurang beraktifitas dan dapat mengakibatkan konstipasi (sembelit).

Pola Seksual dan Repraduksi

Klien Dislokasi dengan pemasangan traksi jelas akan

mempengaruhi pola kebutuhan seksualitas, di samping klien harus

menjaga agar daerah traksi seminimal mungkin mendapat beban dan

rasa nyeri yang tidak memungkinkan klien untuk melakukan

aktifitas seksualnya.

Pola Hubungan Peran

Pola hubungan peran berpengaruh sekali terutama sekali apabila

klien seorang kepala rumah tangga yang merupakan satu – satunya

orang yang mencari nafkah bagi keluarganya.


Dampak Psikologis

Dampak psikologis yang ditimbulkan adalah rasa kuatir

terhadap kecacatan yang mungkin terjadi kelak dikemudian hari

sehingga memungkinkan tidak mampu beraktifitas seperti biasa.

Immobilisasi

Untuk memungkinkan kesembuhan fragmen yang

dipersatukan.

13. Komplikasi

a. Komplikasi yang dapat menyertai dislokasi antara lain :

a) Fraktur.

b) Kontraktur.

c) Trauma jaringan.

b. Komplikasi yang dapat terjadi akibat pemasangan traksi :

a) Dekubitus

b) Kongesti paru dan pneumonia

c) Konstipasi

d) Anoreksia

e) Stasis dan infeksi kemih

f) Trombosis vena dalam

Anda mungkin juga menyukai