Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

SISTEM KOMUNIKASI OPTIK

SEJARAH, JENIS, DAN APLIKASI FO

Disusun oleh :
Nama / NRP : Ines Sastre Umayya / 222164003
Kelas : LJ – D4 Teknik Telekomunikasi
Dosen Pengampu : Nihayatus Sa’adah, S.ST., M.T.

LANJUT JENJANG D4 TEKNIK TELEKOMUNIKASI

POLITEKNIK ELEKTRONIKA NEGERI SURABAYA

2021

KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Tuhan yang telah menolong hamba-Nya menyelesaikan makalah ini
dengan penuh kemudahan. Makalah ini disusun agar pembaca dapat memperluas
pengetahuan tentang FO. Makalah ini disajikan berdasarkan pengamatan dari berbagai
sumber.

Kami juga mengucapkan terima kasih kepada pihak maupun sumber yang telah
membantu kami dalam menyusun makalah ini sehingga dapat diselesaikan dengan baik.
Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat kepada pembacanya. Kritik dan saran
demi perbaikan dimasa mendatang sangat diharapkan.Terima kasih.

Penulis

BAB I
PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Fiber Optik (FO) adalah merupakan satu jenis kabel yang terbuat dari bahan
kaca atau sejenis plastik yang sangat halus dan lebih kecil dari sehelai rambut, dan dapat
digunakan untuk mengirim sinyal cahaya dari suatu tempat ke tempat lain. Sumber
cahaya yang digunakan biasanya adalah laser. Kabel ini berdiameter lebih kurang 120
mikrometer.

Perkembangan teknologi kabel FO sampai saat ini, telah dapat menghasilkan


pelemahan (attenuation) kurang dari 20 decibels (dB)/km. Dengan lebar jalur
(bandwidth) yang besar sehingga kemampuan dalam mengirimkan data menjadi lebih
banyak dan cepat dibandingan dengan penggunaan kabel konvensional seperti kabel
UTP.

Kabel FO merupakan kabel jaringan yang dapat mentransmisi cahaya.


Dibandingkan dengan jenis kabel lainnya, kabel FO ini lebih mahal. Namun, kabel FO
memiliki jangkauan yang lebih jauh dari 550 meter sampai ribuan kilometer, tahan
terhadap interferensi elektromagnetik dan dapat mengirim data pada kecepatan yang
lebih tinggi dari jenis kabel lainnya. Kabel FO tidak membawa sinyal elektrik, seperti
kabel lainnya yang menggunakan kabel tembaga. Sebagai gantinya, sinyal yang
mewakili bit tersebut diubah ke bentuk cahaya. Hal ini yang menyebabakan mengapa
kabel FO tidak terpengaruh radiasi atau induk listrik. Kabel FO terdiri dari dua tipe,
yang dikenal sebagai single mode dan multi mode. Kabel single mode dapat
menjangkau jarak yang lebih jauh dann hanya mengirim satu sinyal pada satu waktu.
Kabel multimode mengirim sinyal yang berbeda pada saat yang bersamaan, mengirim
data pada sudut refraksi yang berbeda. Kabel single mode dapat menjangkau ratusan
kilometer sedangkan kabel multimode biasanya hanya mencapai 550 meter atau kurang.

Konektor kabel FO terdiri dari dua jenis-konektor model ST yang berbentuk


lingkaran dan konektor SC yang berbentuk persegi. Penggunaan kabel ini harus
disesuaikan dengan jenis perangkat yang anda gunakan dan harus competible. Hal ini
untuk memastikan koneksi kabel FO bisa sempurna.
I.2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah yang digunakan dalam makalah FO kali ini yakni:

1. Bagaimana sejarah perkembanga teknologi FO?


2. Apa saja jenis kabel FO?
3. Bagaimana aplikasi / implementasi FO?

I.3 Tujuan

Tujuan dari makalah FO ini yakni untuk menjelaskan teknologi FO yang


manfaatnya sangat mendukung akses yang cepat dibutuhkan teknologi yang baru
sehingga dapat mendukung secara penuh akses informasi yang didapatkan. Dengan
adanya teknologi FO akses jauh lebih cepat dibanding dengan kabel tembaga.
BAB II

PEMBAHASAN

II.1 Sejarah Perkembangan Teknologi Fiber Optik

Pada tahun 1880, Alexander Graham Bell menciptakan sebuah sistem


komunikasi cahaya yang disebut photo-phone dengan menggunakan cahaya matahari
yang dipantulkan dari sebuah cermin suara-termodulasi tipis untuk membawa
percakapan, pada penerima cahaya matahari termodulasi mengenai sebuah foto-
kondukting sel-selenium, yang merubahnya menjadi arus listrik, sebuah penerima
telepon melengkapi sistem. Photophone tidak pernah mencapai sukses komersial,
walaupun sistem tersebut bekerja cukup baik.

Penerobosan besar yang membawa pada teknologi komunikasi serat optik


dengan kapasitas tinggi adalah penemuan Laser pada tahun 1960, namun pada tahun
tersebut kunci utama di dalam sistem serat praktis belum ditemukan yaitu serat yang
efisien.

Baru pada tahun 1970 serat dengan loss yang rendah dikembangkan dan
komunikasi serat optik menjadi praktis (Serat optik yang digunakan berbentuk silinder
seperti kawat pada umumnya, terdiri dari inti serat (core) yang dibungkus oleh kulit
(cladding) dan keduanya dilindungi oleh jaket pelindung (buffer coating)). Ini terjadi
hanya 100 tahun setelah John Tyndall, seorang fisikawan Inggris, mendemonstrasikan
kepada Royal Society bahwa cahaya dapat dipandu sepanjang kurva aliran air.
Dipandunya cahaya oleh sebuah serat optik dan oleh aliran air adalah peristiwa dari
fenomena yang sama yaitu total internal reflection.

Teknologi serat optik selalu berhadapan dengan masalah bagaimana caranya


agar lebih banyak informasi yang dapat dibawa, lebih cepat dan lebih jauh
penyampaiannya dengan tingkat kesalahan yang sekecil-kecilnya. Informasi yang
dibawa berupa sinyal digital, digunakan besaran kapasitas transmisi diukur dalam 1
Gb.km/s yang artinya 1 milyar bit dapat disampaikan tiap detik melalui jarak 1 km.
Berikut adalah beberapa tahap sejarah perkembangan teknologi serat optik :
a. Generasi Pertama ( mulai tahun 1970)
- Sistem masih sederhana dan menjadi dasar bagi sistem generasi berikutnya terdiri
dari

Encoding : Mengubah input (misal suara) menjadi sinyal listrik.

Transmitter : Mengubah sinyal listrik menjadi gelombang cahaya termodulasi,


berupa LED dengan panjang gelombang 0,87 μm.

Serat Silika : Sebagai pengantar gelombang cahaya

Repeater : Sebagai penguat gelombang cahaya yang melemah di jalan

Receiver : Mengubah gelombang cahaya termodulasi menjadi sinyal listrik, berupa


foto-detektor

Decoding : Mengubah sinyal listrik menjadi ouput (misal suara)

- Repeater bekerja dengan merubah gelombang cahaya menjadi sinyal listrik kemudian
diperkuat secara elektronik dan diubah kembali menjadi gelombang cahaya.
- Pada tahun 1978 dapat mencapai kapasitas transmisi 10 Gb.km/s.
b. Generasi Ke- Dua ( mulai tahun 1981)

- Untuk mengurangi efek dispersi, ukuran inti serat diperkecil.

- Indeks bias kulit dibuat sedekat-dekatnya dengan indeks bias inti.

- Menggunakan diode laser, panjang gelombang yang dipancarkan 1,3 μm.

- Kapasitas transmisi menjadi 100 Gb.km/s.

c. Generasi Ke- Tiga ( mulai tahun 1982)

- Penyempurnaan pembuatan serat silika.

- Pembuatan chip diode laser berpanjang gelombang 1,55 μm.

- Kemurniaan bahan silika ditingkatkan sehingga transparansinya dapat dibuat untuk

panjang gelombang sekitar 1,2 μm sampai 1,6 μm


- Kapasitas transmisi menjadi beberapa ratus Gb.km/s.

d. Generasi Ke- Empat ( mulai tahun 1984)

- Dimulainya riset dan pengembangan sistem koheren, modulasinya bukan modulasi


intensitas melainkan modulasi frekuensi, sehingga sinyal yang sudah lemah
intensitasnya masih dapat dideteksi, maka jarak yang dapat ditempuh, juga kapasitas
transmisinya, ikut membesar.
- Pada tahun 1984 kapasitasnya sudah dapat menyamai kapasitas sistem deteksi
langsung (modulasi intensitas).
- Terhambat perkembangannya karena teknologi piranti sumber dan deteksi modulasi
frekuensi masih jauh tertinggal.

e. Generasi Ke- Lima ( mulai tahun 1989)

- Dikembangkan suatu penguat optik yang menggantikan fungsi repeater pada


generasi-generasi sebelumnya.
- Pada awal pengembangannya kapasitas transmisi hanya dicapai 400 Gb.km/s tetapi
setahun kemudian kapasitas transmisinya sudah menembus 50.000 Gb.km/s

f. Generasi Ke- Enam

- Pada tahun 1988 Linn F. Mollenauer mempelopori sistem komunikasi optik soliton.
Soliton adalah pulsa gelombang yang terdiri dari banyak komponen panjang
gelombang yang berbeda hanya sedikit dan juga bervariasi dalam intensitasnya.
- Panjang soliton hanya 10-12 detik dan dapat dibagi menjadi beberapa komponen
yang saling berdekatan, sehingga sinyal-sinyal yang berupa soliton merupakan
informasi yang terdiri dari beberapa saluran sekaligus (wavelength division
multiplexing).
- Eksprimen menunjukkan bahwa soliton minimal dapat membawa 5 saluran yang
masing-masing membawa informasi dengan laju 5 Gb/s. Kapasitas transmisi yang
telah diuji mencapai 35.000 Gb.km/s.
- Cara kerja sistem soliton ini adalah efek Kerr, yaitu sinar-sinar yang panjang
gelombangnya sama akan merambat dengan laju yang berbeda di dalam suatu bahan
jika intensitasnya melebihi suatu harga batas. Efek ini kemudian digunakan untuk
menetralisir efek dispersi, sehingga soliton tidak melebar pada waktu sampai di
receiver. Hal ini sangat menguntungkan karena tingkat kesalahan yang
ditimbulkannya amat kecil bahkan dapat diabaikan.

II.2 Jenis Kabel Fiber Optik

Profil indeks bias dan mode gelombang yang terjadi pada perambatan cahaya
didalam fiber optik, maka jenisnya dapat dibedakan menjadi 3, yaitu :

a. Serat Optik Multimode Step-Index

Serat Optik Multimode Step-Index memiliki core besar (50μm) dan dilapisi
cladding yang sangat tipis dapat dilihat pada Gambar 2.1. Penyambungan kabel lebih
mudah karena memiliki core yang besar terjadi dispersi. Hanya digunakan untuk jarak
pendek dan transmisi data bit rate rendah.

Gambar 2.1. Multimode Step-Index

b. Serat Optik Graded Index Multimode

Cahaya merambat karena difraksi yang terjadi pada core sehingga rambatan
cahaya sejajar dengan sumbu serat. Core terdiri dari sejumlah lapisan gelas yang
memiliki indeks bias yang berbeda, indeks bias tertinggi terdapat pada pusat core dan
berangsur-angsur turun sampai ke batas core-cladding dapat dilihat pada Gambar 2.2.
Gambar 2.2. Graded Index Multimode

c. Serat Optik Single Mode Step-Index

Serat single mode mempunyai ukuran diameter core yang sangat kecil dan diameter
cladding sebesar 125 μm dapat dilihat pada Gambar 2.3. Cahaya merambat dalam satu
mode saja yaitu sejajar dengan sumbu serat optik. Serat optik Single Mode Step-Index
digunakan dengan bit rate tinggi. Gambar 2.3. Single Mode Step-Index.

Gambar 2.3. Single Mode Step-Index

Untuk mendukung sistem yang mentransmisikan informasi dengan kapasitas


tinggi, pemilihan serat optik yang tepat sebagai media transmisi juga diperhatikan. Ada
dua tipe serat optik yang digunakan pada sistem DWDM, yaitu

a. Non Dispersion Shifted Fiber (NDSF)

Serat optik Non Dispersion Shifted Fiber (NDSF) merupakan rekomendasi ITU-T
seri G.652. NDSF memiliki nilai koefisien dispersi kromatik mendekati nol di daerah
panjang gelombang 1310 nm.

b. Non Zero Dispersion Shifted Fiber (NZDSF)


Non Zero Dispersion Shifted Fiber (NZDSF) merupakan jenis fiber yang sesuai
dengan rekomendasi ITU-T seri G.655. NZDSF memiliki perlakukan dispersi tidak nol
namun juga tidak lebar di daerah panjang gelombang 1550 nm.

III.3 Aplikasi Fiber Optik

a. Jaringan Local Akses Fiber Optik (JARLOKAF)

Penggunaan kabel serat optik pada jaringan local dikenal dengan sebutan
Fiber in The Loop (FITL) atau Jaringan Lokal Akses Fiber. Teknologi yang
mendukungnya dapat dilihat pada Gambar 2.4.

JARLOKA
F

SISTEM TRANSMISI
SISTEM UMUM

OAN SDH
PDH
DLC

PON AON

Gambar 2.4. Bagan dari JARLOKAF


DLC digital loop carrier merupakan konfigurasi point to point antar
sentral dan pelanggan. Konfigurasi ini tepat untuk pelanggan dengan
kebutuhan bandwidth dan volume trafik yang besar. Sedang OAN Optical
Access Network digunakan untuk jumlah pelanggan yang banyak dan
menyebar. Ada dua jenis OAN yaitu PON (Passive Optical Network) dan AON
(Active Optical Network)
a) Fiber To The Zone (FTTZ)
TKO terletak di suatu tempat di luar bangunan, baik di dalam kabinet
maupun manhole. Terminal pelanggan dihubungkan dengan TKO melalui
kabel tembaga hingga beberapa kilometer. FTTZ seperti pada Gambar 2.5
dapat dianalogikan sebagai pengganti RK

Gambar 2.5. FTTZ


b) Fiber To The Curb (FTTC)
PON OLT pada FTTC juga dipasang pada central office, sama seperti
FTTH/FTTO ataupun FTTB. Adapun splitter terpasang di luar gedung. ONU
tersetting di basement atau curb, ataupun terpasang di tiang atau outdoor
cabinet untuk melayani pelanggan perumahan.
Sama seperti teknologi FTTx lainnya, ONU FTTC membutuhkan
interface berupa POTS, FE/GE, E1, ADSL/NADSL2/ ADSL2+, VDSL dan
SHDSL.
Menggunakan rasio pembagi bandwidth di setiap terminal, FTTC yang
terdapat pada Gambar 2.6. mampu menyediakan bandwidth berkapasitas
antara 100 Kbps-100 Mbps untuk setiap pelanggan.

Gambar 2.6. FTTC


c) Fiber To The Building (FTTB)
FTTB seperti terdapat pada Gambar 2.7., menempatkan PON OLT
sama seperti FTTH yaitu pada central office, basement atau ruang perangkat
jika diinstall di gedung. Splitter terpasang di dalam gedung untuk melayani
beberapa lantai sekaligus. Sedangkan ONU tersetting di basement atau di tiap
lantai tergantung pada jumlah pelanggan serta efektivitas layanan. Pada
FTTB, Interface yang dibutuhkan ONU antara lain POTS, FE/GE, E1,
ADSL/ADSL2/ADSL2+, VDSL2, dan SHDSL. Untuk besar bandwidth yang
disediakan ialah setiap terminal menggunakan rasio pembagi bandwidth,
umumnya antara 50-100 Mbps untuk setiap pelanggan.

Gambar 2.7. FTTB

d) Fiber To The Home (FTTH)


Penempatan perangkat pada teknologi FTTH (Gambar 2.8)
diantaranya ialah PON OLT dipasang di central office. Sementara itu, splitter
dipasang di luar bangunan, di dinding atau kabinet outdoor. Apabila gedung
bertingkat sebuah splitter dapat digunakan untuk melayani beberapa tingkat
sekaligus. Namun pada umumnya splitter akan dipasang di tengah-tengah
area layanan untuk menghemat penggunaan fiber optik.
Gambar 2.8. FTTH

Sementara itu, letak ONU yang membedakan dengan teknologi FTTx


lainnya disetting di rumah-rumah pelanggan dan langsung dihubungkan ke
pesawat pelanggan melalui kabel tembaga indoor atau IKR di dalam rumah.
Ordenya dapat mencapai puluhan meter menyesuaikan dengan dimensi rumah
pelanggan. Interface yang dibutuhkan pada ONU diantaranya ialah POTS,
FE/GE, Wifi dan RF. Sedangkan bandwidth yang disediakan per pelanggan
berkisar 10 – 100 Mbps.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Fiber optik adalah salah satu transmiter yang memiliki sedikit sekali kendala, hal
itu dapat dibuktikan dengan sangat pesatnya perkembangan penggunaan fiber optik
di dalam bidang telekomunikasi. Kabel fiber optik dibedakan menjadi 3 jenis, yaitu
single mode step index, multi mode step index dan multi mode gradde index, dimana
pada umumnya tipe multi mode dipakai untuk jarak yang dekat, sementara single
mode untuk jarang yang cukup jauh. Fiber optik sendiri sangat besar sekali kapasitas
transfer datanya. Fiber optik sangat cocok sekali dengan keadaan geografis di
Indonesia khususnya di Jawa, karena daerahnya tidak terlalu banyak yang curam.

B. Saran
Semoga dengan adanya transmiter fiber optik ini kualitas telekomunikasi di
Indonesia lebih maju lagi dan lebih merata ke seluruh indonesia
DAFTAR PUSTAKA

Ni’mah, Kiptiatun: Mata Kuliah Optika Serat

Universitas Jember, 2017.

C.Palais, Joseph : Fiber Optic Communication [online]

Diakses pada http://www.howstuffworks.com

Diakses pada http://tpub.com

P. Agrawal. Govind : Fiber-Optic Communication System. John Wiley & Sons, Inc.

Saleh, B.E.A : Fundamentals Of Photonics, John Wiley & Sons, Inc

Anda mungkin juga menyukai