Anda di halaman 1dari 9

INSTITUT AGAMA KRISTEN NEGERI (IAKN) TARUTUNG T.

A 2020

Etika Feminis

Oleh : Theresia Situmorang (190102029)

Dosen Pengampu: Mega Manullang M.Th

Abstrack

We know that women are more likely to experience violent sexual behavior. In this
country every 2 hours there are 3 sexual violence against women, and the law is not
able to process it. This means that there is a fundamental problem in the legal system,
so a paradigm breakthrough is needed. Especially in terms of evidence, the
requirements of the procedural law are unable to understand the construction of
sexual crimes as crimes against the integrity of the body and the whole psychology of
women. The biggest obstacle to legal reform efforts is a false attitude among
academics. They talk about justice for the victims, but at the same time display a
patriarchal attitude to oppress their colleagues. Patriarchism can be practiced by
anyone!

Feminism is not just about academic intelligence. Feminism is primarily a matter


of ethical intelligence.

Keyboard: feminism;ethics;woman

ABSTRAK

Kita tahu bahwa perempuan lebih cenderung mendapatkan perilaku kekerasan seksual. Di
negeri ini setiap 2 jam terjadi 3 kekerasan seksual pada perempuan, dan hukum tak mampu
memprosesnya. Artinya, ada masalah mendasar dalam sistem hukum, sehingga perlu
terobosan paradigma. Terutama dalam segi pembuktian, persyaratan-persyaratan hukum
acara tak mampu memahami konstruksi peristiwa kejahatan seksual sebagai kejahatan
terhadap integritas tubuh dan seluruh psikologi perempuan. Hambatan terbesar dalam upaya
pembaruan hukum adalah sikap palsu di kalangan akademisi. Mereka bicara tentang keadilan
bagi korban, tetapi pada saat yang sama menampilkan sikap patriarkis menindas koleganya.
Patriarkisme dapat dipraktikkan siapa saja!

Feminisme memang bukan sekadar soal kecerdasan akademis. Feminisme pertama-tama


adalah soal kecerdasan etis.

Kata kunci: feminis/feminisme;Etika;perempuan


BAB I
PENDAHULUAN

Etika erat hubungannya dengan Persoalan kemanusiaan. Seseorang sering


Menghubungkan etika dengan sikap atau Tindakan. Etika berhubungan dengan kata Baik,
buruk, bertanggung jawab atau pun Tidak bertanggung jawab. Terdapat dua sisi Positif dan
negatif terhadap penilaian atas Etika seseorang. Kita sering mendengar Atau menilai bahwa
sikap atau tindakan Seseorang beretika atau pun tidak. Penilaian terhadap etika seseorang
pada Dasarnya dilakukan secara objektif. Akan Tetapi, tidak menutup kemungkinan Penilaian
terhadap etika dilakukan secara Subjektif. Penilaian terhadap etika yang Dilakukan akan
menimbulkan stigma standar Penilaian moral.

Etika pun menjadi bahan Kajian dalam gerakan feminis. Kajian-kajian tentang feminis
Berkembangan terus-menurus. Gerakan Feminis merupakan bagian dari upaya Manusia
untuk melakukan proses Mewujudkan keadilan agar tercipta gender Equality atau kesetaraan
gender.Gerakan tentang upaya Menciptakan kesetaraan gender mulai Memengaruhi cara
pandang laki-laki. Saat Ini, terdapat golongan yang diberi nama Male feminist untuk laki-laki
yang Memiliki kepedulian lebih terhadap kondisi kaum perempuan.

Penelitian feminisme pada dasarnya harus memperhatikan Konstruksi budaya dari dua
makhluk hidup yakni pria dan wanita. Studi ini mencoba untuk menguji perbedaan dan
persamaan, Pengalaman dan interpretasi keduanya dalam berbagai konteks Dan jenis
hubungan sosial. Sedangkan seks dikategorikan sebagai Kategori pria dan wanita secara
biologis (jenis kelamin). Seks Lebih merujuk kepada pengertian biologis sedangkan gender
pada Makna sosialnya. Studi gender dimulai tahun 1960. Sejalan dengan Tumbuhnya
perhatian dan kebudayaan untuk mengembangkan Paradigma feminis dalam karya-karya
etnografi

Metode Penilitian

Peran metodologi penelitian sangat menentukan dalam upaya menghimpun data yang
Diperlukan dalam penelitian, dengan kata lain metodologi penelitian akan memberikan
Petunjuk terhadap pelaksanaan penelitian atau petunjuk bagaimana penelitian ini dilakukan.
Metodologi mengandung makna yang menyangkut prosedur dan cara melakukan pengujian
Data yang diperlukan untuk memecahkan atau menjawab masalah penelitian. Penelitian ini
menggunakan metode analisis deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Sebagaimana yang
dikemukakan oleh Nana Sudjana dan Ibrahim (1989 : 64) bahwa :Penelitian deskriptif
merupakan penelitian yang berusaha mendeskripsikan suatu Gejala, peristiwa dan kejadian
yang terjadi pada saat sekarang dimana peneliti berusaha Memotret peristiwa dan kejadian
yang menjadi pusat perhatian untuk kemudian Digambarkan sebagaimana adanya. 1

1
Catatan kaki: 1. Nasaruddin Umar, Argumen Kesetaraan Jender Perspektif Al-Qur’an(Jakarta: Paramadina,
1999), hlm. 73-76. 2

2. Norman K. Denzin dan Yvonna S. Lincoln, (ed.), Handbook of Qualitative Research (United Kingdom: SAGE
Publication, 1994), hlm. 158-159
BAB II
PEMBAHASAN

1. Pengertian Etika

Dalam bahasa Indonesia istilah “etika” dipakai dalam berbagai-bagai hubungan. Ia


misalnya kita gunakan untuk menjelaskan apakah kelakuan atau tindakan seseorang baik
atau buruk. Atau untuk mengetahui norma-norma apakah yang digunakan oleh sesorang
untuk tindakan atau perbuatannya. Atau untuk megatakan apakah keputusan seseorang
benar atau tidak benar. Dan lain-lain. Dalam percakapan kita sehari-hari fakta-fakta
( kenyataan-kenyataan), kejadian-kejadian, kebiasaan-kebiasaan, keputusan-keputusan dan
lain-lain, bukan saja dibicarakan, tetapi juga dinilai secara etis.

1. Istilah-istilah
a. Etos
Istilah etika berasal dari kata Yunani etos. Dalam bahasa Yunani berarti tempat
tinggal (baik dari manusia, maupun dari binatang).

b. Moral
Suatu kata atau istilah lain, yang banyak kita gunakan pada waktu ini ialah kata atau
istilah moral. Kata atau istilah ini berasal dari kata Latin mos (jamak mores) dan mempunyai
arti kira-kira sama dengan kata Yunani “etos”, yaitu kebiasaan atau adat istiadat. Moralitas
yang berasal dari kata Latin yang sama seperti moral – mempunyai arti yang kira-kira sama
dengan kata atau istilah “kesusilaan” dalam bahasa kita. Moralitas terutama memaksudkan
kadar kesusilaan dari moral yang tertentu.

2. Ari kata etika dan moral


Di atas dikatakan, bahwa etika dan moral mempunyai arti yang kira-kira sama. Dan
bahwa keduanya banyak kita gunakan dalam hidup kita seehari-hari. Etika bukan saja kita
gunakan dalam hidup kita sehari-hari. Etika juga telah berabad-abad lamanya dipelajari dan
diajarkan sebagai ilmu, biasanya dalam kerangka falsafah atau teologi, kadang-kadang juga
dalam kerangka sosiologi dan antropologi budaya. Uraian kita dalam makalah ini terutama
akan bergerak di bidang khusus.

Biasanya etika didefinisikan sebagai ilmu atau ajaran tentang tindakan (perbuatan)
manusia, yang dinilai berdasarkan suatu norma etis. Kita juga dapat mendefinisikannya
secara lain. Kita juga dapat katakan, bahwa yang kita bicarakan dalam etika ialah pertanyaan
tentang apa yang baik dan apa yang buruk, tentang apa yang benar dan apa yang salah. Tiap-
tiap manusia terlibat dalam pertanyaan itu. Tindakan atau perbuatannya selalu ditinjau dari
sudut itu, yaitu dari apa yang baik dan apa yang buruk. Selain itu, kita juga dapat
meninjaunya dengan menggunakan tinjauan atau kriteria yang lain, umpamanya kriteria
tentang yang indah atau tentang yang berguna, kriteria tentang yang mahal atau tentang yang
bermanfaat, kriteria tentang yang mempunyai arti bagi politik atau tentang yang mempunyai
manfaat bagi ekonomi dan lain-lain. Tinjauan etis adalah salah satu tinjauan yang kita
gunakan untuk menilai tindakan atau perbuatan orang. Dalam penilaian etis tindakan atau
perbuatan orang ditempatkan di bawah tinjauan tentang yang baik dan yang buruk.
2. Gerakan Feminis dan Pengaruhnya Di Indonesia

Gerakan feminis mulai berkembang pada abad ke-18. Gerakan feminis kemudian
berkembang di seluruh belahan dunia termasuk Indonesia.Gerakan feminis di Indonesia
dilakukan dalam bentuk komunitas-komunitas dan saat ini mulai masuk dunia pendidikan
untuk memberikan pendidikan kesetaraan gender dalam kurikulum. Gerakan feminis di
Indonesia belum dikatakan berhasil karena masih terjadi ketidakadilan kepada perempuan
dalam berbagai bidang, seperti politik.7 Ketidakadilan kepada perempuan contohnya,
kuatnya stigma bahwa perempuan merupakan individu yang kedudukannya di bawah kaum
laki-laki.

Gerakan feminisme diakui telah banyak membawa Perubahan positif pada kondisi
perempuan. Kritik tersebut Bersifat teoritis, namun lebih sering berupa bukti nyata kegagalan
Feminisme. Kritik dan tanggapan negatif tersebut sebagaimana Dikutip dalam situs tentang
perdagangan perempuan, antara Lain:17

1. Berbagai eksperimen membuktikan bahwa pria dan perempuan Sama mengalami


kegagalan. Contohnya, ketika pada tahun 1997 Pemerintahan Inggris
memberlakukan: gender free approach” Dalam merekrut tentaranya dan
memberlakukan ujian fisik Yang sama.
2. Eksperimen penerapan persamaan gender juga dilakukan Negara-negara
Skandinavia. Mereka mengkampanyekan agar Laki-laki tidak malu berkerja di
sektor domestik, dan sisi lain Mendorong perempuan untuk bekerjaan di luar
rumah dengan Cara menyediakan tepat penitipan anak (day care center) secara
Besar-besaran.
3. Germaine Greer, salah satu tokoh feminisme, pada tahun 1999 menerbitkan buku
barunya, The Whole Woman. Greer Menggambarkan betapa sesudah berpuluh
tahun gerakan Feminisme, gadis-gadis sekarang masih dijajah oleh konsep
“perempuan cantik”.

Sebuah gerakan perempuan yang bergerak aktif dalam menuntut emansipasi


(kesamaan hak) dengan pria dalam kehidupan sosial.Gerakan feminisme dicanangkan
untuk pertama kalinya pada tahun 1785 oleh Lady Mary Wortley Mantagu dan
Marquis de Condorcet di Middelburg, sebuah kota di Selatan Belanda. Pada kisaran
abad 17-21 Masehi, gerakan ini telah melahirkan tokoh-tokoh feminis yang terkenal
seperti Hillary Rose, Evelyn Fox Keller, Sandra Harding, Donna Haraway dan tokoh-
tokoh feminis lainnya. Diskursus gender 2

Budaya Patriarki yang begitu kuat dalam Kehidupan masyarakat Indonesia memiliki
Dampak signifikan terhadap perempuan. Budaya patriarki tersebut mulai Mendapatkan
perlawanan dari kaum Perempuan seperti yang dilakukan oleh R.A Kartini. Seiring dengan
masifnya Gerakan feminis di Indonesia, Perlahan-lahan mulai muncul kesadaran Tentang

2
Catatan kaki: 1. Haidar Baqir, Buku Saku Filsafat Islam, (Bandung Mizan, 2005), h. 189-190
2. K Bertens, Etika, (Jakarta: Gramedia, 1993), h. 27
3. Sarwoko, Pengantar Filsafat Ilmu Keperawatan, (Jakarta: Salemba), h. 80
mewujudkan keadilan gender bagi Perempuan dan laki-laki dalam berbagai Bidang
kehidupan.

Feminis terus melakukan gerakan Untuk membantu mengedukasi tentang Perwujudan


kesadaran antara perempuan Dan laki-laki. Pada saat ini, gerakan Feminis di seluruh dunia
bahkan di Indonesia tidak hanya dipelopori kaum Perempuan. Kaum laki-laki pun mulai
Tertarik untuk mewujudkan kesetaraan Gender dalam berbagai bidang. Munculnya Gerakan
laki-laki yang peduli terhadap Kesetaraan gender merupakan dampak Positif dari berbagai
upaya perempuan Dalam memperjuangkan hak-haknya Sebagai seorang makhluk yang setara
Dengan laki-laki. Kepedulian laki-laki Terhadap gerakan feminis memunculkan Istilah baru,
yaitu male feminist. Istilah Male feminist pun masih dalam perdebatan Karena sebagian orang
menganggap tidak Ada male feminist yang ada hanya feminist.

3. Ethics of Care Male Feminist kepada Perempuan Korban KDRT

of care merupakan etika kepedulian. Istilah ethics of caresenantiasa dihubungkan dengan


gerakan male feminist atau laki-laki baru pejuang hak-hak perempuan. Male feminist
berupaya memperjuangkan hak-hak perempuan dalam segala bidang. Kepedulian ini muncul
bukan karena secara alamiah. Tuhan telah menciptakan laki-laki dan perempuan dengan ciri-
ciri tertentu, kelebihan dan kekurangan masing-maisng. Sejatinya keduanya saling
melengkapi. Akan tetapi, stigma tentang budaya patriarki yang menjadikan posisi perempuan
berada di bawah laki-laki dan dianggap sebagai kaum lemah. Selain itu, perempuan dijadikan
sebagai the second human being. Ibid, Habib Shulton Asnawi, 2012, hal. 78Pandangan
tersebut menjadi salah satu dasar munculnya stigma kepada perempuan sebagai kaum lemah.
Dalam kasus KDRT, sebagian besar pelaku adalah kaum laki-laki dan korbannya ialah istri.
Beberapa istri tidak melaporkan kasus Kekerasan yang dialaminya karena faktor bahwa
dirinya merasa wajib menjaga aib keluarga. Kekerasan suami kepada istri dianggap sebagai
aib keluarga. Tidak melaporkan suami pelaku KDRT kepada polisi juga demi menjaga agar
anak-anak tidak merasa malu. .Kekerasan terhadap perempuan adalah suatu hal yang menjadi
fenomena dalam kehidupan perempuan yang sudah berlangsung sejak lama Munculnya
kasus-kasus kekerasan yang dialami perempuan dalam rumah tangga yang kerap dilakukan
laki-laki menjadi fokus dalam perhatian studi hak asasi manusia.

Laki-laki tidak bisa Merasakan penderitaan seorang istri yang Mendapatkan perlakuan
kekerasan dari Suaminya. Tindakan suaminya pun tidak Bisa dibenarkan. Tindakan yang
dilakukan Suami menunjukkan sikap arogansi Seorang lak-laki atas perempuan. Seorang
Laki-laki penggiat feminis dalam kasuskekerasan dalam rumah tangga pun tidak Akan bisa
sepenuhnya merasakan apa yang Dirasakan oleh istri korban.
3

BAB III
PENUTUP

3
Catatan kaki: Maisah, 2016, “Rumah Tangga dan HAM: Studi atas Trend Kekerasan dalam Rumah Tangga di
Provinsi Jambi”, Jurnal Musawa, vol. 15 No. 1, hal. 117-118.
A. Kesimpulan

male feministTerhadap perlindungan perempuan korban KDRT menunjukkan adanya


dampak dari Upaya feminis untuk mendapatkan porsi Dalam hubungan, baik privat
maupun Publik. Oleh karena itu, hukum yang ada Saat ini sudah seharusnya
menempatkan Gender equality sebagai upaya Mewujudkan perlindungan dan kesetaraan
Kepada perempuan dalam ranah domestik.Negara menunjukkan kepedulian Khusus
kepada perempuan. Hal tersebut Terlihat dari peraturan Perundang-undangan yang ramah
terhadap Kesetaraan gender. Hal tersebut berdampak Terhadap proses penyelenggaraan
Pemerintahan yang berbasis gender.

Pandangan mengenai perspektif gender ini mengalami perdebatan teoritis, apabila


ditilik dari perspektif ekonomi, sub ordinasi kedudukan perempuan yang berada di bawah
laki-laki dikatakan berakar pada ketergantungan ekonomi. Menurut perspektif politis,
karena perempuan tidak memiliki kendali atas properti dan alat produksi, maka
perempuan tidak memiliki akses untuk berpartisipasi dalam ranah politik. Berbeda pula
menurut perspektif budaya bahwa budaya secara kental dipengaruhi oleh etika agama,
yang mengakibatkan kedudukan dan peran perempuan juga turut terbentuk dengan
mengacu pada nilai-nilai yang terkandung dalam ajaran agama dalam sebuah negara.

B. Saran
Sebagai seorang makhluk hidup, kita haru saling menghargai dan tidak
membeda-bedakan gender/ jenis kelamin. Dan sebagai seorang laki-laki seharusnya
menjaga seorang perempuan yang lemah bukan malah menyerang perempuan karena
lemah.
C. Daftar Pustaka

Asnawi, Habib Shulton, 2012, “Politik Hukum Kesetaraan Kaum Perempuan dalam
OrganisasiMasyarakat Islam di Indonesia”, Jurnal Musawa, Vol. 11 Nomor

Maisah, 2016, “Rumah Tangga dan HAM: Studi atas Trend Kekerasan dalam Rumah Tangga
di Provinsi Jambi”, Jurnal Musawa, vol. 15, No. 1

Haidar Baqir, Buku Saku Filsafat Islam, (Bandung Mizan, 2005), h. 189-19

K Bertens, Etika, (Jakarta: Gramedia, 1993), h. 27


Sarwoko, Pengantar Filsafat Ilmu Keperawatan, (Jakarta: Salemba), h. 80

Nasaruddin Umar, Argumen Kesetaraan Jender Perspektif Al-Qur’an(Jakarta: Paramadina,


1999), hlm. 73-76. 2

Norman K. Denzin dan Yvonna S. Lincoln, (ed.), Handbook of Qualitative Research (United
Kingdom: SAGE Publication, 1994), hlm. 158-159

Anda mungkin juga menyukai