Anda di halaman 1dari 16

1

METODE PENANGANAN TANAH LONGSOR DENGAN


PEMAKUAN TANAH (SOIL NAILING)

I Nengah Sinarta1)
1) Dosen Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Warmadewa

ABSTRAK

Analisis stabilitas lereng dan kecocokan terhadap metode perkuatan lereng


agar tidak terjadi longsor mempunyai peran yang sangat penting pada perencanaan
konstruksi-konstruksi sipil Paper ini bertujuan untuk menjelaskan tentang macam-
macam tipe dinding penahan tanah sebagai salah satu metode perbaikan kestabilan
lereng. Sebelum memilih metode penanganan tanah longsor yang tepat, perlu
dilakukan pennyelidikan penyebab ketidakstabilan lereng. Salah satu metode yang
dapat digunakan untuk menjadikan suatu tebing lebih stabil terhadap tekanan tanah
adalah dengan pemakuan tanah “soil nailing”. Soil nailing termasuk kategori
perkuatan kaku (rigid) yang dapat memikul gaya normal, gaya lintang dan gaya
momen. Kontrol utama terhadap pemakuan tanah adalah hasil dari pull out test yang
berupa; Kurva lengkung beban Vs Displacement, Max Pull Out Force, Displacement
total massa tanah. Soil Nailing merupakan solusi potensial dari masalah longsor
karena ekonomis dan juga berlaku di zona seismik. Pemakuan tanah dapat
memecahkan masalah lereng terjal, pada daerah yang sebagian besar perumahan,
akibat pemasangan tidak membutuhkan lahan yang luas serta dapat digunakan untuk
berbagai jenis tanah.

Kata kunci: Soil Nailing, Penanganan Longsor, Perkuatan kaku.

PADURAKSA, Volume 3 Nomor 2, Desember 2014 ISSN: 2303-2693


2

1 PENDAHULUAN Perkuatan tanah dengan metode ini


Morfologi alam setiap kawasan dengan memanfaatkan tekanan pasif
membentuk bidang datar atau yang akan dikerahkan jika terjadi
mempunyai perbedaan elevasi antara gerakan. Hal ini dapat digunakan untuk
tempat yang satu dengan yang lain mempertahankan galian dan
sehingga membentuk suatu lereng menstabilkan lereng alam (tanah asli)
(slope). Perbedaan elevasi tersebut pada dengan menciptakan suatu perkuatan
kondisi tertentu dapat menimbulkan struktur penahan tanah (Abramson, et
kelongsoran lereng sehingga dibutuhkan al., 2002), yang umumnya di pasang
suatu analisis stabilitas lereng, serta pasang dengan sudut 10° – 20° terhadap
aplikasi perkuatan lereng yang di bidang datar tanah dan Pemasangan di
butuhkan. Analisis stabilitas lereng dan lakukan dari atas ke bawah (Top Down
kecocokan terhadap metode perkuatan Constructed).
lereng agar tidak terjadi longsor Soil nailing termasuk katagori
mempunyai peran yang sangat penting perkuatan kaku (rigid) yang dapat
pada perencanaan konstruksi-konstruksi memikul gaya normal, gaya lintang dan
sipil. Tanah asli yang tidak selalu sesuai gaya momen, sangat cocok digunakan
dengan perencanaan yang diinginkan lereng alam. Pada pemakuan tanah
misalnya propertis tanah yang tidak untuk penahan galian, tulangan-tulangan
menguntungkan, lereng yang terlalu umumnya terbuat dari batang-batang
curam pemotongan bukit atau kondisi baja, pipa baja atau batang metal Paku-
lain yang membutuhkan timbunan paku atau Tulangan-tulangan dipasang
menyebabkan rawan longsor. Sehingga dengan cara menekan atau mengebor
diperlukan analisis stabilitas lereng yang lebih dahulu, dan kemudian di grouting
lebih akurat, aplikasi perkuatan lereng (ditutup dengan larutan semen).
yang cocok agar diperoleh konstruksi
lereng yang mantap sesuai syarat
2 PERSYARATAN DAN
keamanan yang di butuhkan.
PEMASANGAN
Salah satu metode yang dapat
digunakan untuk menjadikan suatu 2.1 Persyaratan
tebing lebih stabil terhadap tekanan Pada pemakuan tanah untuk
tanah adalah dengan pemakuan tanah penahan galian, tulangan-tulangan
“soil nailing”. Soil Nailing termasuk umumnya terbuat dari batang-batang
teknik untuk stabilitas lereng dinding baja, pipa baja atau batang metal yang
penahan tanah yang paling ekonomis tidak hanya dapat menahan gaya tarik,
karena sistem pekerjaan yang cepat dan tapi juga gaya geser dan momen lentur.
tidak membutuhkan tempat yang luas. Tulangan-tulangan dipasang dengan
Pelaksaan soil nailing cukup cara menekan atau mengebor lebih
menggunakan peralatan portable yang dahulu, dan kemudian di grouting
mudah dipindah dan diubah sesuai (ditutup dengan larutan semen).
kebutuhan dan kondisi lapangan yang Bahan-bahan yang di gunakan
disesuaikan dengan sudut kemiringan dalam dalam pekerjaan soil nailing
dinding tanah. meliputi:

PADURAKSA, Volume 3 Nomor 2, Desember 2014 ISSN: 2303-2693


3

Gambar 1. Soil Nailing (Williams Form Hardware & Rockbolt Ltd., 2011)

1. Batang baja ulir sebagai tendon Ketentuan soil nailing pada


mengacu pada: SNI 07-2529- spesifikasi khusus interim -1
1991 (Metode Pengujian Kuat Departemen Pekerjaan Umum, SKh-
Tarik Baja Beton), ASTM A 615 1.7.19-1 adalah sebagai berikut:
(Reinforcing Steel Properties),
ASTM A 722 (Prestresing Steel 1. Batang baja ulir sebagai tendon
Properties). Batang baja ulir menerus tanpa
2. Semen mengacu pada: SNI 15- sambungan atau las, baru, lurus,
2049-1994 (Sement Portland). tidak rusak, seperti yang tertera
3. Agregat Halus mengacu pada: dalam gambar rencana. Baja
SNI 03-1968-1990 (Metode tulangan yang digunakan memiliki
pengujian tentang analisis kuat tarik 420 Mpa atau 520 Mpa
saringan agregat halus dan sesuai ketentuan ASTM A 615.
kasar), ASTM C 33 (Standard untuk baja prategang digunakan
Spesification for Concrete mutu baja 1035 Mpa, sesuai
Agregate). ketentuan ASTM A 722.
4. Air mengacu pada: SNI 03-6817- 2. Centralizers
2002 (Metode Pengujian Mutu Dibuat dengan menggunakan
air untuk digunakan dalam bahan PVC atau bahan sntetik
beton). lainnya yang tidak membahayakan
5. Campuran kimia (admixture) batang baja (kayu tidak boleh
mengacu SNI 1495-1992 digunakan); dipasang dengan baik
6. Bahan tambah seperti: air- pada batang baja sehingga
entraining agent, water reducer, memungkinkan batang baja berada
superplasticizer, retarder, silika di tengah lubang dengan maksimum
fume mengacu pada: SNI 03- penyimpangan 25 mm,
2495-1991 (Spesifikasi bahan memungkinkan batang tremie masuk
tambahan untuk beton) sampai dasar lubang. dan
7. Baja tulangan mengacu pada: memungkinkan material grout
SNI 07-2529-1991 (Metode memenuhi seluruh lubang sampai
Pengujian Kuat Tarik Baja atas.
Beton) 3. Grout

PADURAKSA, Volume 3 Nomor 2, Desember 2014 ISSN: 2303-2693


4

Semen atau campuran antara agar tidak tercampur dengan bahan


semen dan pasir dengan kuat tekan lain.
umur 3 hari sebesar 10.5 Mpa dan 6. Agregat Halus
kuat tekan umur 28 hari sebesar 21 Sesuai keterangan AASHTOM6/
Mpa dengan faktor air semen 0.4 ASTM C33.
sampai 0.45.
7. Baja Tulangan
4. Bahan Tambah (Admixture) Baja tulangan harus diletakkan
Campuran untuk mengontrol pada tumpuan dan tidak boleh
bleed pada beton, memperbaiki diletakkan langsung menyentuh
flowability, mengurangi kadar air, permukaan tanah. Kerusakan pada
memperlama waktu set beton untuk baja tulangan akibat abrasi,
grout dapat digunakan setelah terpotong, tergores, terkena las,
diperiksa dan disetujui. Accelerator dapat menjadi alasan tidak boleh
tidak diijinkan untuk digunakan. dipasang atau tidak dapat
Admixture harus sesuai dengan digunakannya material tersebut.
material grout dan dicampurkan Baja tulangan harus dilindungi
sesuai dengan persyaratandari terhadap kotoran, karat. dan cairan
pembuat (manufacturer). kirnia tertentu sebelum dipasang.
5. Semen Kondisi berkarat yang parah
Sesuai ketentuan AASHTO sehingga batang baja terkikis dapat
M85/ASTM C 150, tipe, I, II, III menjadi alasan penolakan, namun
atau V. Semen disimpan agar tidak bila karat ringan yang tidak
mengalami hidrasi parsial atau menyebabkan baja terkikis dapat
kelembaban. Semen yang telah diterima.
mengeras atau membongkah tidak Detail elemen-elemen dan material
boleh digunakan. Agregat disimpan Soil Nailing seperti pada Gambar 2 dan
Gambar 3 di bawah ini:

Gambar 2. Detail Elemen-Elemen Soil Nailing (Cornforth, 2005)

PADURAKSA, Volume 3 Nomor 2, Desember 2014 ISSN: 2303-2693


5

Gambar 3. Material Soil Nailing (Yeung, 2008) (a): batang baja, (b): bentuk
bagian dari batang baja nailing, (c): pelat baja dan kepala tendon, (d): proses
instalatian dari pelat baja dan kepala

Tabel 1. Tipikal Dimensi Nail di Eropa

Tabel 2. Tipikal Nail di Amerika Utara

PADURAKSA, Volume 3 Nomor 2, Desember 2014 ISSN: 2303-2693


6

2.2 Pemasangan 4. Jet-grouted soil nail: dilakukan


Pemasangan soil nailing harus di jika tanah mudah longsor, saat
lakakukan secara berkelanjutan dan penggalian dan membuat lubang
sesuai ketentuan yang berlaku, metode kemudian di injeksi beton untuk
pemasangan dalam Prashant, 2010 menghindar korosi.
adalah sebagai berikut: 5. Lounching soil nail: Batang baja
di masukkan dengan tekanan
1. Grouted nail: Baja di masukkan
udara tinggi, metode ini sangat
ke dalam lubang berikutnya
cepat, kesulitan hanya
ujungnya ditutup dengan semen.
mengontrol kedalaman masuknya
2. Driven nail: Baja di masukkan
batang baja.
ketanah langsung meskipun
proses penggalian masih di Berdasarkan metode di atas maka
laksanakan biasa dilaksanakan pemasangan soil nailing dapat di bagi
untuk perkuatan sementara. menjadi 2 yaitu pemasangan yang
3. Self-drilling soil nail: proses sifatnya darurat atau sementara karena
pemboran lubang serta dinding yang mudah longsor dan
memasukkan batang baja dan pemasangan permanen dimana soil
proses grouting dilaksanakan nailing dilakukan perkuatan dengan
secara simultan selama proses facing beton, seperti terlihat pada
memasukkan batang baja, Gambar 4.
merupakan metode tercepat
untuk menghindari korosi.

Gambar 4. Metode Pemasangan (a).sementara (b).permanen

PADURAKSA, Volume 3 Nomor 2, Desember 2014 ISSN: 2303-2693


7

Tahapan umum Pelaksanaan dihindari, oleh sebab itu


Pekerjaan adalah sebagai berikut: pengulangan grouting (pengisian air
1. Pemboran semen) kembali ke dalam lubang bor
Pemboran dilaksanakan dengan hingga penuh.
sudut 15° - 20° dari arah horizontal 5. Shotcrete
dengan system “wash boring”, Pekerjaan shotcrete dilksanakan
kedalaman bor bisa mencapai 12 sesudah beberapa nailing selesai
meter dengan diameter 10 cm atau digrouting. Pembesian dinding ini
sesuai yang telah ditentukan. Posisi berupa 1 layer wiremesh M5
masing-masing nailing sesuai (50x50). Shotcrete berupa campuran
dengan yang telah ditentukan pada air +semen+ screening + abu batu,
gambar rencana yaitu misalnya adapun mutu yang disyaratkan untuk
berjarak 1.5 meter arah horizontal material shotcrete ini adalah K175
dan vertical. dengan ketebalan 7cm.
2. Flushing 6. Finishing
Setelah pemboran selesai, lubang Tahapan terakhir setelah
bor dicuci sehingga diharapkan pelaksanaan shotcrete dilaksanakan
semua lumpur sisa pengeboran adalah pemasangan plat penguat
keluar dari lubang bor. Pencucian ukuran 150x150x10 mm serta
dilaksanakan dengan memompakan pengencangan baut pada ujung
air ke dalam lubang bor melalui deform bar.
tremie berupa pipa PVC ∅ ¾ “ atau Proses pemasangannya dapat dilihat
1”. pada Gambar 5 dan 6 di bawah ini:
3. Pemasukan Deform Bar
Setelah Lubang Bor bersih dari 3 MENDESIGN SOIL NAILING
lumpur, Deform Bar misalnya D.25
grade 40 dimasukkan ke dalam Salah satu metode yang dapat
lubang bor. Untuk menjamin posisi digunakan untuk menjadikan suatu
deform bar pada tengah-tengah tebing lebih stabil terhadap tekanan
lubang, pada beberapa tempat tanah adalah dengan pemasangan soil
sepanjang deform bar dibuatkan dan nailing. Soil nailing termasuk kategori
dipasang centralizer, centralizer ini perkuatan kaku (rigid) yang dapat
dipersiapkan sebelumnya bersamaan memikul gaya normal, gaya lintang dan
dengan pembuatan/fabrikasi drat gaya momen. Mendesign soil nailing
pada ujung luar nail. perlu di lakukan analisis:
4. Grouting 1. Internal Stability Analisis
Grouting dilaksanakan dengan Soil naililing harus mampu
campuran air semen yang memikul beban yang bekerja,
menghasilkan compressive strength / sehingga sebuah reinforcement ini
mutu mortar K225. Karena bahan dapat menahan gaya Tarik dan gaya
grouting adalah campuran air dan geser yang akan bekerja. Jika
semen, maka susut tidak bisa reinforcement soil nailing ini gagal
hanya terjadi pada kegagalan local

PADURAKSA, Volume 3 Nomor 2, Desember 2014 ISSN: 2303-2693


8

dan men-trigger progressive failure. 2. External Stability Analisis


Untuk menambah kuat Tarik soil Stabilitas external di lakukan
reinforcement ini dapat dengan untuk memastikan bahwa panjang
memperpanjang atau memperbesar soil nailing yang di butuhkan
diameter. mampu menahan stabilitas global.

Gambar 5. Ilustrasi Pemasangan Soil Nailing (Cornforth, 2005)

Gambar 6. Proses pemasangan (a).pembentukan lahan, (b).Pemboran


(c).Pemasukan & melakukan injeksi semen pada keliling paku dan tanah
(d).strip drainase, (e)lapisan shotcrete awal & memasang bantalan srew
(Prashant, 2010)

PADURAKSA, Volume 3 Nomor 2, Desember 2014 ISSN: 2303-2693


9

Dalam Bruce, 2000, ada 4 parameter 3. Rasio Kekuatan pengaturan nail


yang menjadi pertimbangan mendesign
Soil Nailing tetapi bisa juga berbeda
dalam project yang lain:
1. Ratio keseluruhan geometri 4. Ratio perubahan nailing dalam
struktur masa penggalian dan
pemasangan

2. Rasio permukaan nail antara


tendon dengan tanah
Di bawah ini adalah tabel 3 dan 4,
rasio yang di harapkan dalam
pemasangan soil nailing (Bruce, 2000):

Tabel 3. Tanah Granular

Tabel 4. Tanah Lempung Overconsolidated

Perhitungan dalam mendesign soil besarnya faktor keamanan akan


nailing dapat dilakukan secara manual menjadi:
dimulai dengan menghitung faktor atau
keamanan sebelum dilakukan nailing
adalah:

Besarnya momen tambahan


menjadi:
Untuk meningkatkan faktor
keamanan kepada suatu nilai faktor
keamanan baru maka diperlukan suatu
momen penahan tambahan sehingga

PADURAKSA, Volume 3 Nomor 2, Desember 2014 ISSN: 2303-2693


10

Momen tambahan didapatkan satu batang nail dalam arah mendatar


dengan cara memberikan gaya T dengan (P) adalah:
arah yang searah dengan garis singung
bidang gelincir pada titik tangkap ujung
bagian bawah bidang gelincir atau
sejauh r dari titik pusat bidang gelincir. Dimana a adalah jarak dati T ke titik
Besarnya gaya T dihitung dengan pusat bidang gelincir, posisi a1, a2, ..., an
rumus: dapat dilihat pada Gambar 7. Sedangkan
n adalah jumlah nail dalam satu baris
vertikal.
Sedangkan gaya yang harus
Gaya diatas adalah yang harus diberikan oleh satu batang nail searah
diberikan per meter panjang tebing. batang nal (F) adalah:
Sehingga besarnya gaya yang harus
diberikan oleh satu baris horisontal nail
(T‟) menjadi:
T‟ = T x b Dimana β adalah besar sudut antara
dimana b adalah jarak antar baris batang nail dengan bidang mendatar,
untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada
horisontal nail dalam satuan meter.
Gambar 7.
Untuk menghasilkan momen tambahan
diatas, gaya yang harus diberikan oleh

Gambar 7. Ilustrasi Pemasangan

Diameter nail dihitung dengan D = Diameter penampang nail


menggunakan persamaan: (mm)
= Tegangan ijin tarik bahan
nail (kg/cm2)
Panjang nail di hitung dengan
persamaan :

dimana:
F = Gaya yang harus diberikan
satu batang nail (kg)

PADURAKSA, Volume 3 Nomor 2, Desember 2014 ISSN: 2303-2693


11

Dimana: r = Diameter lubang nail (m)


Lr = panjang nail di atas bidang c = kohesi tanah (kg/m2)
longsor (m) Panjang batang nail (L) minimal
Le = panjang nail di bawah harus mencapai pada bidang gelincir
bidang longsor (m), Le ≥ 1 dengan angka keamanan yang
m memenuhi syarat.
F = Gaya yang harus diberikan
satu batang nail (kg)

Gambar 8. Ilustrasi panjang Lr dan Le

4 PENGAMATAN DAN 2. Selama Konstruksi:


PENGUJIAN a. Gudang penyimpanan
4.1 Pengamatan material yang disesuaikan
dengan spesifikasi.
Proses pemasangan soil nailing di
b. Pengamatan galian,
butuhkan pengamatan secara seksama
pengeboran, pemasangan
terhadap kondisi tanah berupa
tendon, grouting, dinding
penyelidikan tanah, selama pelaksanaan
structural facing dan drainase.
konstruksi dan setelah konstruksi
adapun yang perlu diamati dalam proses 3. Setelah Konstruksi:
tersebut adalah: (Prashant, 2010) a. Gerakan horizontal dan
vertical pada ujung tendon,
1. Sebelum Konstruksi:
permukaan sekitar tendon dan
a. SPT, CPT dan Tinggi muka
permukaan keseluruhan.
air (lapangan).
b. Pengamatan konstruksi
b. Distribusi butiran, batas-batas
pendukung untuk perkuatan.
atterberg, kadar air,
c. Kerusakan Tendon.
konsolidasi, UCT, triaksial
d. Sistem drainase.
test.
c. Test baja di lakukan secara
4.2 Pengujian
acak minimal 5% dari baja
yang di gunakan. Proses pengujian dari soil nailing
d. Uji tarik pada baja pada berupa interaksi antara tanah dan batang
kekuatan ultimit. adalah sebagai berikut:

PADURAKSA, Volume 3 Nomor 2, Desember 2014 ISSN: 2303-2693


12

Dengan proses pengujian: 3. Batang baja tendon ditarik


1. AASHTO (1990) jumlah pasak dengan dongkrak hidrolis dengan
di test 1 buah untuk satu deret kapasitas 50 ton.
horizontal dan maksimal 3 % dari 4. Soil nailing di anggap runtuh bila
jumlah total soil nailing. pergerakan melebihi 0.04 inchi
2. Pengujian dilaksanakan setelah antara 1-10 menit atau 0.08 inchi
beton grouting berumur minimal dalam periode 60 menit.
28 hari, dengan umur beton Uji tarik (pull out test) pada soil
grouting f’c = 25 MPa dengan nailing dapat dilihat pada ilustrasi
uji tarik. Gambar 9:

Gambar 9. Ilustrasi Pengujian Pull Out

Prosedur pengujian: 4. Masing-masing pembebanan


1. Nail yang diuji harus ada dijaga atau ditahan pada beban
“Unbonded Length” pada ujung tertentu, sementara dial
luar nail displacement dibaca pada unit
2. Estimasi Pull Out Failure menit ke 1, 2, 3, 4, 5 dan 10
misalnya: TL = 5 Ton. menit. Bila selisih displacement
3. Pengujian dilakukan dengan antara bacaan 1 menit dan 10
melakukan pembebanan secara menit > 1mm, maka beban harus
bertahap misalnya masing- ditahan terus sampai menit ke –
masing 1, 2, 3, 4 sampai 9 atau 60 dengan dibarengi pembacaan
10 ton. dial displacement setiap 10
menit.

PADURAKSA, Volume 3 Nomor 2, Desember 2014 ISSN: 2303-2693


13

5. Lanjutkan pengujian untuk beban 2. Total perpindahan (ΔL) dengan


selanjutnya dengan prosedur uji pullout 200% dari beban
yang sama untuk setiap design minimal mencapai 80%
penambahan beban. pergerakan elastic.
6. Pull out dianggap tercapai bila 3. Dimana kreteria tersebut dalam
displacement yang terjadi pada Prashant, 2010
beban test saat itu adalah 2mm
pada menit ke 60 atau pada
puncak beban.
Pengujian dilaksanakan sampai
kondisi runtuh atau nilai kekuatan
minimum sehingga akan di dapatkan Dari hasil Pull Out Test akan
safety factor dari kekuatan bond dengan berupa:
pullout, dengan kreteria: 1. Kurva lengkung beban Vs
1. Tidak terjadi kegagalan pullout Displacement
pada 200% dari beban design 2. Max Pull Out Force
selanjutnya dilanjutkan 3. Displacement total massa tanah
mengamati pergerakaannya Hasil pengujian terlihat seperti
Gambar 11 di bawah ini:

Gambar 10. Proses Pengujian

Gambar 11. Hasil pengujian pull-out

PADURAKSA, Volume 3 Nomor 2, Desember 2014 ISSN: 2303-2693


14

5 MONITORING LERENG 1. Gerakan horizontal dan vertical


SETELAH PEMASANGAN dari lereng, permukaan struktur
secara keseluruhan.
Hal terpenting dalam pemasangan
2. Pengamatan terhadap struktur
soil nailing, terhadap keberhasilan
lainnya yang ikut memperkuat
pekerjaan dan bekerjanya paku (nail)
tanah.
untuk menjaga kestabilan lereng adalah
3. Kerusakan tendon dengan soil
melakukan monitoring terhadap lereng
nailing elemen
tersebut, adapun pengamatan yang
4. Kondisi drainase tanah.
dilakukan terhadap lereng yg telah
terpasang soil nailing adalah sebagai Pemasangan instrument untuk
berikut: mengamati pergerakan vertikal
diperlihatkan pada Gambar 12.
(Prashant, 2010).

Gambar 12. Pemasangan Instrumen Monitoring

6 KELEBIHAN DAN penggunaan tenaga kerja sedikit


KEKURANGAN serta pelaksanaannya
menggunakan alat berat sehingga
6.1 Kelebihan:
waktu bias dipersingkat.
1. Biaya : memberikan biaya yang 3. Berlaku di hampir semua jenis
lebih ekonomis daripada bentuk tanah; konstruksi soil nailing
konstruksi penahanan tanah dapat di laksananakan pada
lainnya. semua jenis tanah.
2. Waktu : karena memiliki bentuk 4. Peralatan konstruksi: sedikit dan
yang relative sederhana, dan relative mudah mendapatkannya

PADURAKSA, Volume 3 Nomor 2, Desember 2014 ISSN: 2303-2693


15

dan luas area yang dibutuhkan ekonomis dan juga berlaku di zona
dalam masa konstruksi lebih seismik. Hal ini dapat memecahkan
sempit dibandingkan dengan masalah daerah yang sebagian besar
teknik lain, sehingga cocok untuk perumahan, akibat pemasangan tidak
pekerjaan yang memiliki areal membutuhkan lahan yang luas serta
konstruksi terbatas. dapat digunakan untuk berbagai jenis
5. Prestasi: kemampuan konstruksi tanah.
untuk menstabilkan lereng dapat
di handalkan.
8 DAFTAR PUSTAKA
6. Fleksibilitas konstruksi:
konstruksi dapat di modifikasi Abramson, L. W., Lee, T. S., Sharma, S.
sesuai dengan kondisi tanah. & Boyce, G. M., 2002. Slope
7. Pertimbangan lingkungan dan Stability and Stabilization Methods.
estetika: tidak terlihat masiv atau Second ed. New York: John Wiley
kaku karena ujung-ujung tendon & Sons, Inc..
dapat ditutupi dengan bahan Amit Prashant, Mousumi Mukherjee.,
alami. 2010. Soil Nailing for Stabilization
6.2 Kekurangan: of Steep Slopes Near Railway
Tracks, Research Design and
1. Soil Nailing tidak cocok Standard Organization (RDSO),
diaplikasikan untuk struktur yang Lucknow, Indian Istitute of
membutuhkan kontrol ketat Technology Kanpur.
terhadap deformasi. Hal ini dapat
diatasi dengan menggunakan post Atarfil, 2011.
tension nail, namun langkah ini http://en.atarfil.com/applications_an
akan meningkatkan biaya d_products/. [Online] Available at:
konstruksi. http://en.atarfil.com/applications_an
2. Metode ini tidak cocok untuk d_products/ [Accessed 6 Mei 2014].
daerah yang memiliki muka air Balitbang, Departemen Permukiman dan
tanah tinggi, penggalian di bawah Prasarana Wilayah., 2002, Metode,
permukaan air. Spesifikasi dan Tata Cara,
3. Tidak cocok jika di perlukan Bagian:1 Tanah, Longsoran,
penggalian di tanah lempung Balitbang Departemen Kimpraswil,
lunak. Jakarta
4. Pelaksanaan konstruksi soil
nailing relatif lebih sulit, D.A Bruce.and R.A Jewell, 2000. Soil
sehingga membutuhkan Nailing: Aplication and Practice
kontraktor yang ahli dan Part 1-2., ASCE.
berpengalaman. Cornforth, D. H., 2005. Landslides in
Practice: Investigation, Analysis
7 SIMPULAN and Remedial/Preventative Options
Soil nailing merupakan solusi in Soils. Canada: John Wiley &
potensial dari masalah longsor karena Sons, Inc. .

PADURAKSA, Volume 3 Nomor 2, Desember 2014 ISSN: 2303-2693


16

Hardiyatmo, H. C., 2012. Tanah


Longsor dan Erosi: Kejadian dan
Penanganan. Pertama penyunting
Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press.
J.A.R.Ortigoa,A.SFJ. Sayoa.,2004.
Handbook of Slope Stabilisation,
Springer-Verlag Berlin Heidelberg-
Germany.
Penelitian dan Pengembangan Dinas
Pekerjaan Umum.,2000, Spesifikasi
khusus Interim-1 Seksi 7.19 Soil
Nailing.
PT Tetrasa, 2014. Geosinindo. [Online]
Available at:
http://www.geosinindo.co.id
[Accessed 6 Mei 2014].
Williams Form Hardware & Rockbolt
Ltd., 2011. Williams Form
Engineering Corps. [Online]
vailable at:
http://www.williamsform.com
[Accessed 6 Mei 2014].
Xianjing, H., Guilin, X., Guolin, Y. &
Yongli, D., 2012. Field Test of the
Reinforced Gabion Retaining Wall,
a New Kind of Compound that
Supports and Retains Structure.
Journal of Highway and
Transportation Research and
Development, January, 6(No.3), pp.
1-7.

PADURAKSA, Volume 3 Nomor 2, Desember 2014 ISSN: 2303-2693

Anda mungkin juga menyukai