Sejarah Desain Grafis Dan Perkembanganny
Sejarah Desain Grafis Dan Perkembanganny
MAKALAH TI.34
APLIKASI KOMPUTER GRAFIS
Oleh:
STMIK AKBA
KOTA MAKASSAR
Jl. Perintis Kemerdekaan Km. 9 No.75 Makassar
Telp/Fax : 0411-588371, Website : www.akba.ac.id
KATA PENGANTAR
Kata Pengantar ................................................................................................................. 4
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ........................................................................................................... 5
B. Tujuan ........................................................................................................................ 5
C. Manfaat ...................................................................................................................... 5
DAFTAR PUSTAKA
Daftar Pustaka ................................................................................................................. 30
STMIK AKBA
KOTA MAKASSAR
Jl. Perintis Kemerdekaan Km. 9 No.75 Makassar
Telp/Fax : 0411-588371, Website : www.akba.ac.id
Alhamdulillah segala puji bagi Allah Subhanahu Wata‟ala yang telah memberikan
rahmat, karunia serta kesempatan dan kesehatan sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
ini, dengan judul “Sejarah Desain Grafis dan Perkembangannya di Indonesia” dalam
waktu yang telah ditentukan.
Desain grafis adalah seni dalam berkomunikasi menggunakan tulisan, ruang, dan
gambar. Bidang ini merupakan bagian dari komunikasi visual. Ilmu desain grafis mencakup
seni visual, tipografi, tata letak, dan desain interaksi.
Tujuan dari penyusunan makalah ini yaitu sebagai salah satu tugas dalam mata kuliah
Aplikasi Komputer Grafis. Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun
dari pembaca demi tercapainya kesempurnaan makalah ini.
Kami berharap semoga Makalah ini dapat bermanfaat untuk berbagai pihak khususnya
Mahasiswa yang menekuni Pemrograman Visual.
Achmad Rizali
A. Latar Belakang
Desain Grafis adalah suatu bentuk komunikasi visual yang menggunakan gambar
untuk menyampaikan informasi atau pesan seefektif mungkin. Dalam desain grafis, teks juga
dianggap gambar karena merupakan hasil abstraksi simbol-simbol yang bisa dibunyikan.
Desain grafis diterapkan dalam desain komunikasi dan ”fine art”. Seperti jenis desain lainnya,
desain grafis dapat merujuk kepada proses pembuatan, metode merancang, produk yang
dihasilkan rancangan, atau pun disiplin ilmu yang digunakan desain.
B. Tujuan
Berdasarkan latar belakang diatas, tujuan penulisan makalah ini adalah untuk
mengetahui Sejarah Desain Grafis dan Perkembangannya di Indonesia.
C. Manfaat
Setelah Membaca dan Memahami Makalah ini, Mahasiswa diharapkan :
Mengetahui Sejarah Desain Grafis
Mengetahui Peran Penting Desain Grafis
Memahami Perkembangan Desain Grafis di Indonesia.
A. SEJARAH AWAL
Desain Grafis adalah suatu bentuk komunikasi visual yang menggunakan gambar
untuk menyampaikan informasi atau pesan seefektif mungkin. Dalam disain grafis, teks juga
dianggap gambar karena merupakan hasil abstraksi simbol-simbol yang bisa dibunyikan.
disain grafis diterapkan dalam disain komunikasi dan fine art. Seperti jenis disain lainnya,
disain grafis dapat merujuk kepada proses pembuatan, metoda merancang, produk yang
dihasilkan (rancangan), atau pun disiplin ilmu yang digunakan (disain).
Seni disain grafis mencakup kemampuan kognitif dan keterampilan visual, termasuk di
dalamnya tipografi, ilustrasi, fotografi, pengolahan gambar, dan tata letak.
Pada tahun, Henry Cole menjadi salah seorang yang paling berpengaruh dalam
pendidikan desain di Inggris, ia meyakinkan pemerintah tentang pentingnya desain dalam
sebuah jurnal yang berjudul Journal of Design and Manufactures. Dia menyelenggarakan The
Great Exhibition sebagai perayaan atas munculnya teknologi industri modern dan desain
bergaya Victoria.
Dari tahun 1891 sampai 1896, Percetakan William Morris Kelmscott mempublikasikan buku
karya desain grafis yang dibuat oleh gerakan Arts and Crafts , dan membuat buku dengan
desain yang lebih bagus dan elegan untuk dijual kepada orang-orang kaya. Morris
membuktikan adanya potensi pasar untuk produk-produk desain grafis. Morris juga
mempelopori pemisahan desain grafis dari seni rupa. Karya –karya Morris dan karya dari
pergerakan Private Press secara langsung mempengaruhi Art Nouveau, dan secara tidak
langsung mempengaruhi perkembangan desain grafis pada awal abad ke 20.
Kata Desain Grafis pertama kali digunakan pada tahun 1922 di sebuah esai berjudul New
Kind of Printing Calls for New Design yang ditulis oleh William Addison Dwiggins, seorang
desainer buku Amerika.
Raffe's Graphic Design, yang diterbitkan pada tahun 1927, dianggap sebagai buku pertama
yang menggunakan istilah Desain Grafis pada judulnya
Ketika perguruan tinggi pertama kali berdiri di Eropa pada awal milenium kedua,
buku menjadi sebuah tuntutan kebutuhan yang sangat tinggi. Teknologi cetak belum
ditemukan pada masa itu, sehingga sebuah buku harus disalin dengan tangan. Konon untuk
penyalinan sebuah buku dapat memakan waktu berbulan-bulan. Guna memenuhi tuntutan
kebutuhan penyalinan berbagai buku yang semakin meningkat serta untuk mempercepat kerja
para penyalin (scribes), maka lahirlah huruf Blackletter Script, berupa huruf kecil yang dibuat
dengan bentuk tipis-tebal dan ramping. Efisiensi dapat terpenuhi lewat bentuk huruf ini
karena ketipis-tebalannya dapat mempercepat kerja penulisan. Disamping itu, dengan
keuntungan bentuk yang indah dan ramping, huruf-huruf tersebut dapat dituliskan dalam
jumlah yang lebih banyak diatas satu halaman buku.
B. ERA CETAK
Desain grafis berkembang pesat seiring dengan perkembangan sejarah peradaban
manusia saat ditemukan tulisan dan mesin cetak. Pada tahun 1447, Johannes Gutenberg
(1398-1468) menemukan teknologi mesin cetak yang bisa digerakkan dengan model tekanan
menyerupai disain yang digunakan di Rhineland, Jerman, untuk menghasilkan anggur. Ini
adalah suatu pengembangan revolusioner yang memungkinkan produksi buku secara massal
dengan biaya rendah, yang menjadi bagian dari ledakan informasi pada masa kebangkitan
kembali Eropa.
1910, Modernisme
Modernisme terbentuk oleh urbanisasi dan industrialisasi dari masyarakat Barat. Sebuah
dogma yang menjadi nafas desain modern adalah “Form follow Function” yang di lontarkan
oleh Louis Sullivan.Symbol terkuat dari kejayan modernisme adalah mesin yang juga
diartikan sebagai masa depan bagi para pengikutnya. Desain tanpa dekorasi lebih cocok
dengan “bahasa mesin”, sehingga karya-karya tradisi yang bersifat ornamental dan dekoratif
dianggap tidak sesuai dengan “estetika mesin”.
1916, Dadaisme
Suatu pergerakan seni dan kesusasteraan (1916-1923) yang dikembangkan mengikuti masa
Perang Dunia Pertama dan mencari untuk menemukan suatu kenyataan asli hingga
penghapusan kultur tradisional dan bentuk estetik. Dadaisme membawa gagasan baru, arah
dan bahan, tetapi dengan sedikit keseragaman. Prinsipnya adalah ketidakrasionalan yang
disengaja, sifat yang sinis dan anarki, dan penolakan terhadap hukum keindahan.
1916, De Stijl
Gaya yang berasal dari Belanda, De Stijl adalah suatu seni dan pergerakan disain yang
dikembangkan sebuah majalah dari nama yang sama ditemukan oleh Theo Van Doesburg. De
Stijl menggunakan bentuk segi-empat kuat, menggunakan warna-warna dasar dan
menggunakan komposisi asimetris. Gambar dibawah adalah Red and Blue Chair yang
dirancang oleh Gerrit Rietveld.
The Red and Blue Chair
1918, Constructivism
Suatu pergerakan seni modern yang dimulai di Moscow pada tahun 1920, yang ditandai oleh
penggunaan metoda industri untuk menciptakan object geometris. Constructivism Rusia
1919, Bauhaus
Bauhaus dibuka pada tahun 1919 di bawah arahan arsitek terkenal Walter Gropius. Sampai
akhirnya harus ditutup pada tahun 1933, Bauhaus memulai suatu pendekatan segar untuk
mendisain mengikuti Perang Duni Pertama, dengan suatu gaya yang dipusatkan pada fungsi
bukannya hiasan.
Gedung Bauhaus
1984, Émigré
Majalah disain grafis Amerika, Émigré adalah publikasi pertama untuk menggunakan
komputer Macintosh, dan mempengaruhi perancang grafis untuk beralih ke desktop
publishing ( DTP). Majalah ini juga bertindak sebagai suatu forum untuk eksperimen
tipografi.
Sampul Majalah Émigré
Mesin cetak pertama kali didatangkan ke Indonesia (Batavia) pada tahun 1659
Industri percetakan di wilayah Nusantara berkembang sejalan dengan penerbitan surat
kabar dan buku yang diperkirakan berkembang sejak abad ke-17, ketika mesin cetak pertama
kali di datangkan ke pulau Jawa pada tahun 1659. Karena tidak ada operatornya, mesin itu
menganggur sampai berpuluh-puluh tahun.
Dunia persuratkabaran milik warga pribumi adalah Bromartani yang terbit di Surakarta pada
tahun 1920-an. (Kartodirjo,1992:112-113) Pada tahun 1776, setelah pelarangan penerbitan
surat kabar De Bataviase Nouvelles pada tanggal 20 November 1745, pemerintah kolonial
memberi izin kepada L Dominicus seorang pakar dalam percetakan untuk menerbitkan
mingguan yang diberi nama Het Vendu-Nieuws (Berita Lelang). Mingguan ini berisi berita
lelang perusahaan-perusahaan perdagangan di bawah VOC. Sedangkan pemasangan iklan
diluar perusahaan VOC dikenakan biaya. Mingguan ini bertahan terbit antara tahun 1776
hingga 1809. (Riyanto,2000:52-53)
Di abad ke-19, terbit beberapa surat kabar berbahasa Indonesia (Melayu) di antaranya ˜Soerat
Kabar Bahasa Melajoe™ yang diterbitkan di Surabaya pada tahun 1861. Kemudian ˜Bintang
Timoer surat kabar dua mingguan yang memuat pelbagai berita sosial-ekonomi. Kemudian di
Semarang pada tahun 1860 terbit Selompret Melajoe of Semarang. Pada tahun 1883 para
pengusaha Cina mulai terlibat usaha percetakan dan buku, terutama penerbitan buku
terjemahan sastra Cina klasik yang kemudian berkembang menjadi komoditas percetakan
yang semakin meluas.
1945
Pada tahun 1943, Affandi mengadakan pameran tunggal pertamanya di Gedung
Poetera Djakarta yang saat itu sedang berlangsung pendudukan tentara Jepang di Indonesia.
Empat Serangkai yang terdiri dari Ir. Soekarno, Drs. Mohammad Hatta, Ki Hajar Dewantara,
dan Kyai Haji Mas Mansyur “ memimpin Seksi Kebudayaan Poetera (Poesat Tenaga Rakyat)
untuk ikut ambil bagian. Dalam Seksi Kebudayaan Poetera ini Affandi bertindak sebagai
tenaga pelaksana dan S Soedjojono sebagai penanggung jawab, yang langsung mengadakan
hubungan dengan Bung Karno.
Populernya penggunaan logo sebagai identitas suatu produk atau merek, membawa bisnis
baru untuk perusahaan periklanan dari kliennya. Yaitu merancangkan logo yang sesuai
dengan jenis, kepribadian dan citra produk yang ingin dikembangkan produk-produk tersebut.
Beberapa perusahaan bahkan meminta perusahaan periklanannya untuk juga menguruskan
nomor pendaftaran (gedeponeerd) merek atau logo produk mereka tersebut di Kantor
Pendaftaran Merk Dagang.
Sepanjang perjalanannya, eksponen GSRB yang juga desainer grafis tercatat antara lain FX
Harsono, Syahrinur Prinka (1947-2004), Wagiono Sunarto, Priyanto Sunarto, Gendut Riyanto
(1955-2003), Harris Purnama dan Oentarto.
Pada tahun 1979 Gerakan Seni Rupa Baru membubarkan diri, tetapi sempat dihidupkan
kembali pada tahun 1987.
Periode awal 1980 mencatat perkembangan jumlah perusahaan desain grafis yang
cukup signifikan di Jakarta, antara lain: Gugus Grafis (FX Harsono, Gendut Riyanto),
Polygon (Ade Rastiardi, Agoes Joesoef), Adwitya Alembana (Iwan Ramelan, Djodjo Gozali),
dan di Bandung: Zee Studio (Iman Sujudi, Donny Rachmansjah), MD Grafik (Markoes
Djajadiningrat), Studio OK• (Indarsjah Tirtawidjaja dkk), dll.
Pada masa ini, studio mana pun dituntut bisa mengerjakan pekerjaan apa pun, klien datang
dengan pekerjaan mulai dari desain logo sampai kepada ilustrasi sampul kaset, desainer
bak superman atausuperwoman. Studio grafis tidak punya pilihan lain supaya bertahan hidup.
Ilustrasi menggunakan teknik air brush, dengan gaya hyper-realism dan Pop Art menjadi
trend waktu itu, sejalan dengan perkembangan ilustrasi di dunia maju (majalah Tempo• dan
“Zaman• adalah dua penerbitan yang mengakomodasi teknik ini untuk sampulnya). Air brush
gun, pensil, kuas, cutter, Cow Gum, Spraymount dan huruf gosok Letraset/Mecanorma
adalah alat-alat yang lazim bertengger di meja kerja desainer waktu itu.
Salah satu desainer yang mempopulerkan aliran Pop Art dengan teknik air brush adalah Tony
Tantra. Tony Tantra menggunakan media kaos yang dijualnya di Bakungsari, Kuta, pada
akhir 80an, dengan label “Tony Illustration”. Tony, bersama Harris Purnama dan Gendut
Riyanto dulunya pengisi rubrik Pop Art di majalah Aktuil dengan editor tamu Jim Supangkat.
Setiap studio membawa serta kekhasannya masing-masing sebagai akibat dari „ideologi‟
desainernya. Misi keIndonesiaan menuntun cara kerja Citra Indonesia dalam mengolah
karya-karya desainnya. Di dalam Citra Indonesia ada seorang tokoh budaya, SJH Damais,
yang menjadi „kamus berjalan‟ bagi pendekatan-pendekatan yang ingin diterapkan.
Sementara Gugus Grafis berupaya setia dengan ideologi GSRB-nya walau tidak seluruh nilai
dan praksis seni rupa kontemporer bisa diterapkan pada semua kesempatan yang didapat.
Pada tahun 1973 ada Decenta (Design Centre Association) di Bandung, yang terlibat AD
Pirous, G Sidharta, Adrian Palar, Sunaryo, T Sutanto, Priyanto Sunarto. Saat itu ada
pertentangan antara pandangan bahwa seni itu universal dengan pandangan seni yang digali
dari bumi sendiri. Decenta menjadi tempat menggali khasanah Indonesia yang diterapkan
dalam seni (grafis, lukis, patung) dan desain (pameran, elemen estetis,
furnitur, curtain, greeting card, sampul buku). Pendekatannya formal atau total, formal
melalui olahan artefak budaya, dan total melalui penghayatan terhadap spirit yang hidup
Makalah Pemrograman Visual STMIK AKBA 20
dalam masyarakat tradisi. Meski bukan studio desain grafis, Decenta sudah melayani
pekerjaan-pekerjaan desain grafis (walau masih sedikit).
Pada masa ini, studio mana pun „dituntut‟ bisa mengerjakan pekerjaan apa pun, klien datang
dengan pekerjaan mulai dari desain logo sampai kepada ilustrasi sampul kaset, desainer
bak superman atau superwoman. Studio grafis tidak punya pilihan lain supaya bertahan
hidup. Ilustrasi menggunakan teknik air brush, dengan gaya hyper-realism dan Pop Art
menjadi trend waktu itu, sejalan dengan perkembangan ilustrasi di dunia maju (majalah
“Tempo” dan “Zaman” adalah dua penerbitan yang mengakomodasi teknik ini untuk
sampulnya). Air brush gun, pensil, kuas, cutter, Cow Gum, Spraymount dan huruf gosok
Letraset/Mecanorma adalah alat-alat yang lazim bertengger di meja kerja desainer waktu itu.
Pertumbuhan usaha di bidang desain grafis serentak dengan perkembangan di bidang
pendidikannya. Menyusul STSRI “ASRI” di Yogyakarta dan FSRD ITB di Bandung yang
sudah ada terlebih dulu, pada tahun 1976 juga dibuka di LPKJ (Lembaga Pendidikan
Kesenian Jakarta) dan kemudian di Universitas Trisakti pada tahun 1978.
Pameran IPGI ke-2 digelar pada tanggal 22-31 Agustus 1983 di Galeri Utama TIM,
Jakarta dengan tajuk “Grafis „83”. Ini adalah untuk pertama kalinya – setelah 15 tahun berdiri
– Dewan Kesenian Jakarta dan TIM (Taman Ismail Marzuki) menyelenggarakan sebuah
pameran seni terap, yang secara tidak langsung merupakan pengakuan resmi otoritas kesenian
atas desain grafis sebagai seni. Sudarmadji, Ketua Dewan Pekerja Harian Dewan Kesenian
Jakarta mengungkap bahwa “Kemasan pasta gigi atau sabun, jika isinya sudah diambil dan
digunakan, maka kemasan (pembungkusnya) langsung begitu saja dibuang. Poster atau
reklame yang terpampang di jalan, begitu tahu isinya, habis perkara. Jarang yang
penghayatannya dilanjutkan dari aspek artistik dan estetisnya.”
Upaya menyejajarkan desain dengan cabang kesenirupaan yang lain, juga menjadi landasan
kurasi “Jakarta Art & Design Expo „92” atau “JADEX„92” yang digelar di Jakarta Design
Center tanggal 25-30 September 1992. Untuk pertama kalinya semua cabang seni rupa – seni
lukis, seni patung, seni grafis, seni serat, seni keramik, instalasi, desain interior, desain grafis,
desain produk, desain tekstil, desain busana, desain aksesori, kria kayu, kria keramik dan kria
bambu – „dipersatukan‟ dalam sebuah pameran besar. “Sejauh ini, pengkajian kemungkinan
persentuhan itu – khususnya melalui sebuah pameran – belum dilakukan. Pameran-pameran
yang diselenggarakan umumnya berkaitan dengan keutamaan masing-masing cabang seni
rupa yang lalu lebih menunjukkan perbedaan. Pameran desain, mengutamakan aspek fungsi
dan kaitannya dengan berbagai bidang usaha. Pameran lukisan, patung atau grafis, bila tak
menekankan tujuan menjual, terlalu sibuk dengan apresiasi”.
Seirama dengan pembangunan yang sedang berjalan dengan pesat pada periode 90an, profesi
desainer grafis pun semakin dikenal, demand masyarakat juga meningkat, dan didorong oleh
faktor teknologi yang semakin canggih dan memudahkan (komputerisasi terjadi di masa ini),
terjadilah pertumbuhan jumlah perusahaan desain grafis, di antaranya di Jakarta: LeBoYe
(Hermawan Tanzil), MakkiMakki (Sakti Makki), Afterhours (Lans Brahmantyo), Avigra
(Ardian Elkana), di Yogyakarta: Petakumpet (M Arief Budiman) dan di Bali: Matamera
(Arief “Ayip” Budiman). Jenis pekerjaan hampir spesifik:brand/corporate identity, annual
report, company profile, marketing brochure,packaging, calendar.
Desain grafis Indonesia kini juga telah memiliki dua media cetak: Concept (2004) dan Versus
(2008), serta forum maya DGI (Desain Grafis Indonesia) pada
alamatwww.desaingrafisindonesia.co.cc (sekarang: DGI-Indonesia.com) yang diluncurkan
pada Maret 2007, juga Jurnal Grafisosial (2007) di http://grafisosial.wordpress.com. Situs
Stabilitas ekonomi yang terjaga paska krisis, telah menumbuhkan jumlah perusahaan desain
grafis di berbagai daerah. Di Jakarta saja untuk menyebut beberapa di antaranya: Inkara
Design (Danton Sihombing, Ilma Noe‟man), DesignLab (Divina Natalia), Whitespace Design
(Irvan N Suryanto), Kineto (Djoko Hartanto), Octovate (Bernhard Subiakto), Banana Inc.
(Nico A Pranoto), Jerry Aurum Design (Jerry Aurum), Mendiola Design Associates
(Mendiola B Wiryawan), Roundbox (Bima Shaw), Nubrain Design (Ato Hertianto), Fresh
Creative (Imelda Dewajani), AhmettSalina (Irwan Ahmett), Crayon Design (Melvi Samodro),
Halfnot Indesign (Heri Mulyadi), Thinking*Room (Eric Wijaya), Lumiére (Ismiaji Cahyono),
Paprieka (Eka Sofyan), Songo (Hastjarjo B Wibowo, Hagung Sihag, Arif PSA), Neuborn
(Vera Tarjono) dan masih banyak lagi.
Tidak sedikit pula desainer-desainer muda Indonesia berkarya dan sukses di luar
negeri:Henricus Kusbiantoro (Senior Art Director-Landor Associates, San Francisco), Lucia
C Dambies (Head Designer-Wharton Bradley Mack, Newcastle), John Kudos (Principal-
Studio Kudos, Chelsea), Melissa Sunjaya (Principal-Bluelounge Design, Pasadena), Kalim
Winata (Computer-Generated Images Artist-ImageMovers Digital, San Francisco),Yolanda
Santosa (Principal-Ferroconcrete, Los Angeles) dan Bambang Widodo (Principal-BWDesign,
New Jersey) adalah beberapa di antaranya.
Logo ini memiliki kesan yang lebih mendalam. Jika dilihat ke kata „Ex‟ pada logo mereka,
kamu bakal menyadari ada ruang kosong di antara huruf „E‟ dan „x‟. Ruang kosong itu
ternyata menyimbolkan tanda panah ke kanan. Arti dari tanda panah ini adalah kecepatan,
keakuratan dan pentingnya perkembangan ke depan.
Baskin Robbins – 31
Di tahun 1953, Baskin Robbins menghasilkan sebuah inovasi dimana mereka menawarkan es
krim dengan total 31 rasa. Angka 31 ini dimunculkan dalam logo mereka, terlihat jelas di
antara nama Baskin dan Robbins, tidak seperti sekarang ini.
Lalu pada tahun 2005, bersamaan dengan perayaan 60 tahun mereka, logo mereka di-desain
ulang. Walaupun angka 31 yang terlihat jelas dihilangkan, angka 31 ini disembunyikan di
huruf B dan R. Jika warna mereka bukan pink, maka orang-orang kemungkinan besar tidak
akan menyadarinya. Arti dari angka 31 ini sendiri dimaksudkan agar setiap orang dapat
merasakan rasa yang berbeda setiap hari, dimana 1 bulan paling banyak terdiri dari 31 hari.
Video Audio Intelligent Organizer atau singkatnya Vaio adalah salah sub-brand yang
digunakan oleh Sony untuk berbagai produk komputernya, dan nama logo atau brand ini
sangatlah terkenal. Di samping dari kata „vaio‟, ada makna tersembunyi yang jika kamu
mengerti sedikit akan istilah digital atau analog, maka kamu akan menyadarinya.
Sisi kiri dari logo dibuat menyerupai simbol gelombang yang menggambarkan ide teknologi
analog. Sedangkan sisi kanannya terdiri dari angka “1” dan “0”, dimana berartikan 2 digit
binari komputer, yaitu teknologi digital.
Oleh karena itulah NBC dikenal sebagai “Jaringan Merak” (Peacock Network). Selain itu,
logo mereka juga memiliki arti lain, dimana 6 bulu ekor merak ini menunjuk ke 6 divisi NBC
pada saat mereka dibuat, yakni divisi Berita, Olahraga, Entertainment, Stasiun, Jaringan dan
Produksi. Kepala burung merak yang menghadap ke kanan juga berartikan bahwa ia selalu
melihat ke depan, bukan ke belakang.
Arti dari logo Carrefour sendiri merupakan 2 panah yang satu mengarah ke kiri dan satunya
lagi mengarah ke kanan. Mengartikan kata “carrefour” dalam Perancis yang berarti
“persimpangan”, sama halnya seperti banyaknya produk yang ditawarkan oleh supermarket
ternama ini kemanapun kamu berjalan. Warnanya sendiri berdasarkan bendera Perancis,
tempat dimana Carrefour didirikan. Apakah kamu menyadari ada huruf „C‟ yang
tersembunyi di balik logo Carrefour tersebut?
Logo perusahaan ini memberikan kata amazon dengan panah di bawah huruf a sampai huruf
z. Panah itu sendiri memberikan dua arti, yang pertama adalah bahwa amazon selalu
memberikan kepuasan kepada pelanggannya sehinga mereka tersenyum, dengan lubang di
kedua huruf a sebagai mata. Kedua adalah bahwa amazon memberikan keragaman produk
yang tidak terbatas dari „a‟ sampai „z‟.
B. Saran
Dari hasil pembahasan yang telah kami susun, kami memberikan saran kepada Mahasiswa
untuk meningkatkan pengetahuan tentang Sejarah Desain Grafis dan Perkembangannya di
Indonesia.
https://baguspermady.wordpress.com/2012/10/16/sejarah-desain-grafis-didunia-dan-di-
indonesia-tugas-kuliah/
http://dgi.or.id/in-depth/history/garis-waktu-desain-grafis-indonesia.html
http://www.wadezig.com/10-logo-dengan-simbol-dan-arti-tersembunyi/