Pengendalian Internal
Oleh:
Nastiti Kartika Dewi
( 200020102011002 )
Dalam teori akuntansi dan organisasi, pengendalian intern atau kontrol intern
didefinisikan sebagai suatu proses, yang dipengaruhi oleh sumber daya manusia dan sistem
teknologi informasi, yang dirancang untuk membantu organisasi mencapai suatu tujuan atau
objektif tertentu. Pengendalian intern merupakan suatu cara untuk mengarahkan, mengawasi,
dan mengukur sumber daya suatu organisasi.
Sistem akuntansi yang memadai akan memudahkan akuntan perusahaan untuk dapat
menyediakan informasi keuangan bagi setiap tingkatan manajemen, pemilik atau pemegang
saham, kreditur, serta para pemakai laporan keuangan yang lain. Sistem tersebut akan
dijadikan sebagai dasar pengambilan keputusan, serta bagi manajemen, untuk merencanakan
dan mengendalikan operasi perusahaan.
Pengendalian intern terdiri atas kebijakan dan prosedur yang digunakan dalam operasi
perusahaan untuk menyediakan informasi keuangan yang handal dan menjamin dipatuhinya
hukum dan aturan yang berlaku. Pengendalian intern sendiri merujuk pada aksi atau
prosedur yang dilakukan untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Tujuan dari pengendalian
intern sendiri antara lain:
a. Menjamin tercapainya tujuan perusahaan yang telah ditetapkan.
b. Menjadikan laporan keuangan perusahaan dapat dipercaya.
c. Meyakinkan jika kegiatan perusahaan sejalan dengan hukum dan aturan yang berlaku.
Dari pengendalian intern yang dilakukan perusahaan, dapat didapatkan informasi
mengenai kinerja suatu perusahaan. Hal ini membantu pihak-pihak terkait dalam hal
pengambilan perencanaan dan pengambilan keputusan, serta mencegah kerugian atau
pemborosan sumber daya dalam lingkup perusahaan. Berkaitan dengan pengendalian intern
itu sendiri, terdapat beberapa elemen pengendalian intern yang diimplementasikan dalam
suatu perusahaan.
a. Lingkungan Pengendalian (Control Environment)
Lingkungan pengendalian merupakan pilar utama dalam pengendalian intern. Hal ini
dikarenakan elemen ini yang menjadi dasar dari struktur dan kedisiplisinan suatu
perusahaan. Lingkungan pengendalian mencakup sikap manajemen dan karyawan terhadap
pentingnya suatu pengendalian dalam perusahaan.
b. Penilaian Risiko (Risk Assesment)
Penilaian risiko merupakan identifikasi dan analisis pengelolaan risiko suatu perusahaan.
Dari risiko yang telah dianalisis dan diidentifikasi, maka tindakan untuk meminimalisir risiko
itu sendiri dapat dipertimbangkan dengan tepat.
c. Prosedur Pengendalian (Control Activities)
Prosedur pengendalian merupakan kebijakan atau prosedur yang telah dipertimbangkan
dan ditetapkan oleh perusahaan untuk memastikan tujuan perusahaan akan dapat tercapai,
serta menghindarkan dari adanya kecurangan.
d. Pengawasan (Monitoring)
Pengawasan merupakan langkah atau proses suatu perusahaan untuk menilai kualitas
kinerja pengendalian intern suatu perusahaan. Pengawasan dilakukan untuk menemukan
kelemahan atau hal-hal yang dirasa kurang dari prosedur pengendalian yang telah ditetapkan.
e. Informasi dan Komunikasi (Information and Communication)
Informasi yang dibutuhkan oleh perusahaan didapatkan dari pihak eksternal. Manajemen
akan menggunakan informasi yang didapatkan untuk menilai standar eksternal. Informasi
tersebut berupa hukum, peristiwa, maupun kondisi yang berpengaruh pada keputusan yang
diambil dan pelaporan eksternal. Sedangkan komunikasi melibatkan ketersediaan atas
pemahaman yang jelas mengenai peran dan tanggung jawab individu sehubungan dengan
pengendalian intern atas pelaporan keuangan.
b. Sistem Produksi
Dalam suatu bisnis, siklus produksi memiliki peranan penting dalam pencapaian tujuan
perusahaan. Siklus produksi menghasilkan produk yang dapat dijual untuk menghasilkan
laba, yang berarti mendorong terciptanya profitabilitas bagi perusahaan. Oleh karenanya,
apabila pengendalian internal perusahaan terkait dengan departemen produksi tidak
maksimal, hal ini akan berisiko langsung pada laba perusahaan.
Beberapa risiko yang dapat terjadi pada sistem produksi antara lain:
Dokumen Produksi
Kurangnya kelengkapan informasi dalam dokumen seperti operasi dan prosedur
pelaksanaan secara terperinci yang mengakibatkan sulitnya pengecekan dalam proses
produksi. Serta tidak terdapat dokumen untuk pengecekan hasil produksi akhir yang
dinyatakan selesai, sehingga dapat menimbulkan risiko terjadinya penurunan kualitas
pada hasil produksi yang dikerjakan.
Struktur Organisasi
Jika terdapat fungsi ganda pada beberapa bagian produksi seperti pengawasan dan
pengecekan hasil produksi, hal tersebut dapat mengakibatkan tidak maksimalnya kinerja
yang diberikan dan mengakibatkan penurunan kualitas mutu. Tidak adanya fungsi kepala
bagian produksi yang dapat bertanggung jawab sepenuhnya dalam otorisasi dokumen dan
pengawasaan tertinggi juga dapat mengakibatkan menurunnya integritas dan nilai-nilai
etika pada perusahaan.
Pembagian Tugas
Ketidakrician tanggung jawab pada tiap bagian dapat mengakibatkan cara kerja yang
dilakukan karyawan tidak sesuai yang diharapkan dan dapat menimbulkan kerugian bagi
perusahaan. Penugasan dalam melaksanakan kegiatan yang berada diluar tugasnya dapat
mengakibatkan risiko kelalaian dalam tugas yang seharusnya dikarenakan adanya
ketidakstabilan waktu dalam penyelesaian tugas keduanya.
Prosedur
Kelemahan pada proses penjadwalan waktu penyelesaian produksi dikarenakan
ketidaksesuaian dalam penyampaian waktu penyelesaian tersebut dapat mengaibatkan
keterlambatan dalam proses pengiriman hasil produksi. Serta prosedur dalam quality
control pada setiap jenis pekerjaan yang belum dilakukan secara maksimal dapat
mengakibatkan tingginya tingkat kesalahan karena kurangnya ketelitian dan menurunnya
kualitas mutu produksi yang dihasilkan.
Dari risiko-risiko yang sebelumnya telah disebutkan, terdapat beberapa langkah atau
prosedur untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi siklus produksi, meliputi:
Perlu adanya pemisahan fungsi dan penambahan fungsi quality control dan fungsi
kepala produksi, serta perbaikan sistem pada siklus produksi perusahaan, sehingga
memungkinkan lancarnya operasi produksi. Selain itu perlu adanya perbaikan
prosedur pada bagian pengontrolan sehingga diharapkan proses produksi dapat
berjalan lebih baik.
Produksi yang dicatat pada surat perintah kerja dilakukan oleh bagian penjualan dan
pelanggan yang telah bersepakat. Bagian produksi membuat jadwal produksi sehingga
dapat dengan mudah dilakukan pengontrolan jadwal yang telah ditentukan.
Transaksi pengambilan barang dengan kemudahan cara dan waktu yang relatif singkat
karena adanya ketersediaan bahan baku yang disediakan bagian gudang dan bagian
pembelian yang secara cepat melakukan transaksi pembelian bahan yang dibutuhkan
meminimalkan waktu yang dibutuhkan.
Seluruh proses produksi yang ada dicatat dengan benar dan lengkap sesuai pesanan
pelanggan, yang mana pencatatannya harus dilakukan verifikasi pada bagian yang
diminta.
Transaksi produksi dilakukan sesuai dengan prosedur, wewenang dan tanggung jawab
dari bagian yang mendapat tugas dari kepala produksi, karena hal tersebut
berpengaruh terhadap penyelesian proses produksi. Kegiatan pengawasan dilakukan
secara keseluruhan sehingga bagian produksi dapat mengukur setiap kinerja yang
diberikan. Pengawasan yang dilakukan secara benar akan memberikan efektivitas
pada kualitas mutu pekerjaan yang dilakukan. Dan pengecekan yang dilakukan dengan
sebenar-benarnya oleh bagian quality control akan memberikan kualitas mutu yang
tetap terjaga.
Proses produksi yang dilakukan secara terstruktur dengan job description yang jelas
dan terperinci membuat alur proses produksi lebih singkat, sehingga meningkatkan
efisiensi waktu yang digunakan dalam proses produksi.
c. Sistem Pembelian
Salah satu siklus dalam perusahaan yaitu siklus pembelian. Siklus pembelian ini terdiri
dari aktivitas pembelian barang serta pembayaran barang dan jasa. Setiap aktivitas yang
terjadi harus melalui prosedur yang telah ditetapkan oleh perusahaan. Demikian juga dalam
aktivitas pembelian barang oleh perusahaan. Aktivitas pembelian merupakan salah satu
aktivitas yang penting bagi perusahaan sebab menyangkut perolehan persediaan serta
pembelian kas.
Karena menyangkut mengenai kas keluar perusahaan, terdapat beberapa risiko yang bisa
terjadi dalam siklus pembelian. Antara lain sebagai berikut:
Terjadi kekeliruan dalam memesan barang, karena adanya pesanan barang yang belum
dibutuhkan atau memesan barang yang berlebihan tidak sesuai dengan kebutuhan.
Apabila hal ini terjadi, maka perusahaan harus menanggung biaya ekstra untuk
penyimpanan barang dan akan terjadi dana mengendap berupa barang dalam
persediaan dan berakibat mengurangi likuiditas perusaahaan.
Barang yang sudah dipesan ternyata tidak pernah diterima atau barang yang diterima
sering terjadi keterlambatan. Jika hal ini terjadi, maka perusahaan akan merugi jika
sampai barang yang laris ternyata habis (out of stock), yang berarti perusahaan akan
kehilangan peluang untuk memenuhi permintaan konsumen atau proses produksi
menjadi terhambat atau tertunda.
Terjadinya faktur fiktif atau dokumen pendukung lainnya. Faktur fiktif ini akan
merugikan perusahaan karena perusahaan berisiko mengeluarkan kas untuk faktur
fiktif tersebut. Hal ini terjadi karena adanya kecurangan dan pengendalian yang kurang
baik dalam sistem pengendalian internal perusahaan.
Terjadinya persediaan yang sudah kedaluwarsa atau out of date. Persediaan yang
kedaluwarsa atau out of date di gudang akan menghabiskan ruang yang dapat
digunakan menyimpan persediaan yang lain.
Kesalahan informasi dalam faktur. Sebagai contoh, adanya salah catat atau salah hitung
dalam faktur atau bisa juga terjadi kesalahan kode barang dalam faktur. Kesalahan
dalam faktur ini dapat menyebabkan dalam proses penagihan, karena nilai yang
ditagih terlalu besar atau terlalu kecil dari utang yang seharusnya.
Terjadi kelalaian dalam melakukan pembayaran satu faktur dua kali. Pengendalian
yang kurang baik akan dapat mengakibatkan kerugian pada perusahaan. karena kas
perusahaan menjadi tertahan di pemasok. Jika administrasi pemasok juga tidak rapi,
bisa jadi perusahaan harus melalui prosedur yang rumit untuk menarik kembali kas
yang terlanjur dikirim ke pemasok.
Pencurian cek oleh karyawan. Jika cek kosong perusahaan dimanfaatkan oleh
karyawan, maka perusahaan akan rugi.
Terjadi pelanggaran hak akses terhadap daftar pemasok perusahaan oleh karyawan
yang tidak berkepentingan. Hal ini karena daftar pemasok merupakan informasi yang
mestinya tidak boleh tersebar ke orang yang tidak berkepentingan.
Berikut ini merupakan pengendalian-pengendalian yang dapat diterapkan dalam siklus
pembelian untuk mengurangi risiko yang dapat terjadi pada perusahaan:
Pengendalian organisasi. Terjadinya pemisahaan tanggung jawab antara unit yang
bertanggung jawab dalam pengendalian persediaan dengan unit yang bertanggung
jawab dalam mencatat transaksi. Demikian juga unit yang mencatat pengeluaran
kas harus terpisah dari unit yang mengeluarkan cek.
Pengendalian dokumen. Pada proses pembelian, harus ada dokumen yang
didokumentasikan (termasuk flowchart, contoh dokumen, rancangan database
dan lain sebagainya.) Setiap kebijakan yang terkait dengan pembelian harus
dinyatakan secara tertulis, seperti kebijakan atas tawaran potongan dari pemasok.
Pengendalian praktik manajemen. Praktik manajemen yang baik meliputi
pelatihan karyawan yang sesuai dengan bidang, prosedur yang jelas atas
pengembangan sistem atau perubahan atas sistem yang sudah berjalan, serta
adanya audit rutin atas siklus pembelian.
Pengendalian akses, seperti adanya password, pembatasan hak akses terhadap
komputer, pembuatan backup data secara rutin, pembatasan akses masuk ke
gudang tempat menyimpan barang, dan lain sebagainya.
IV. Penutup
Pengendalian internal merupakan faktor penting bagi perusahaan karena dapat
membantu pihak-pihak terkait dalam pengambilan keputusan dan pemaksimalan sistem di
perusahaan itu sendiri. Pengendalian internal yang baik, seperti desain sistem yang baik,
penerapan standar operasional prosedur, pengecekan barang yang masuk dan keluar sesuai
dengan sistem akan membantu perusahaan dalam meminimalkan terjadinya kesalahan dan
kecurangan yang mungkin dapat terjadi.
Pemisahan pembagian tugas pada bagian permintaan, pemesanan, penerimaan, juga
merupakan hal yang penting agar fungsi masing-masing bagian dapat berfungsi dengan baik
dan berjalan sesuai ketentuan yang berlaku. Pemisahan tugas dan tanggung jawab ini akan
memudahkan pengendalian internal pada siklus pembelian di perusahaan.
Setiap bagian dari sistem dan departemen yang digunakan oleh perusahaan, selain
membawa manfaat yang besar juga memiliki risiko-risiko tersendiri. Oleh karenanya
diperlukan pengendalian yang memadai untuk menanggulangi risiko-risiko tersebut.
Perusahaan harus mengestimasi risiko apa saja yang mungkin terjadi dengan penggunaan
sistem tersebut dan mengidentifikasi kelangsungan usaha perusahaan dengan sistem yang
digunakan.
Setelah menganalisis risiko, perusahan perlu melakukan tindakan baik untuk mencegah
maupun mengubah prosedur agar perusahaan terhindarkan dari risiko-risiko tersebut sesuai
dengan pengendalian internalnya, serta mengomunikasikan tindakan-tindakan tersebut pada
karyawan dan pihak-pihak terkait.
Berdasarkan hal-hal di atas, dapat disimpulkan jika pengendalian internal melaksanakan
tiga fungsi penting, antara lain:
a. Pengendalian untuk pencegahan, yakni mencegah timbulnya suatu masalah sebelum
mereka muncul.
b. Pengendalian untuk pemeriksaan, yang mana dibutuhkan untuk mengungkap masalah
begitu masalah tersebut muncul.
c. Pengendalian untuk korektif, yaitu memecahkan masalah yang ditemukan oleh
pengendalian untuk pemeriksaan.