Anda di halaman 1dari 20

UJIAN AKHIR SEMESTER

Pengendalian Internal

Oleh:
Nastiti Kartika Dewi
( 200020102011002 )

Pendidikan Profesi Akuntansi


Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Brawijaya
2021
I. Pendahuluan

Dalam teori akuntansi dan organisasi, pengendalian intern atau kontrol intern
didefinisikan sebagai suatu proses, yang dipengaruhi oleh sumber daya manusia dan sistem
teknologi informasi, yang dirancang untuk membantu organisasi mencapai suatu tujuan atau
objektif tertentu. Pengendalian intern merupakan suatu cara untuk mengarahkan, mengawasi,
dan mengukur sumber daya suatu organisasi.
Sistem akuntansi yang memadai akan memudahkan akuntan perusahaan untuk dapat
menyediakan informasi keuangan bagi setiap tingkatan manajemen, pemilik atau pemegang
saham, kreditur, serta para pemakai laporan keuangan yang lain. Sistem tersebut akan
dijadikan sebagai dasar pengambilan keputusan, serta bagi manajemen, untuk merencanakan
dan mengendalikan operasi perusahaan.
Pengendalian intern terdiri atas kebijakan dan prosedur yang digunakan dalam operasi
perusahaan untuk menyediakan informasi keuangan yang handal dan menjamin dipatuhinya
hukum dan aturan yang berlaku. Pengendalian intern sendiri merujuk pada aksi atau
prosedur yang dilakukan untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Tujuan dari pengendalian
intern sendiri antara lain:
a. Menjamin tercapainya tujuan perusahaan yang telah ditetapkan.
b. Menjadikan laporan keuangan perusahaan dapat dipercaya.
c. Meyakinkan jika kegiatan perusahaan sejalan dengan hukum dan aturan yang berlaku.
Dari pengendalian intern yang dilakukan perusahaan, dapat didapatkan informasi
mengenai kinerja suatu perusahaan. Hal ini membantu pihak-pihak terkait dalam hal
pengambilan perencanaan dan pengambilan keputusan, serta mencegah kerugian atau
pemborosan sumber daya dalam lingkup perusahaan. Berkaitan dengan pengendalian intern
itu sendiri, terdapat beberapa elemen pengendalian intern yang diimplementasikan dalam
suatu perusahaan.
a. Lingkungan Pengendalian (Control Environment)
Lingkungan pengendalian merupakan pilar utama dalam pengendalian intern. Hal ini
dikarenakan elemen ini yang menjadi dasar dari struktur dan kedisiplisinan suatu
perusahaan. Lingkungan pengendalian mencakup sikap manajemen dan karyawan terhadap
pentingnya suatu pengendalian dalam perusahaan.
b. Penilaian Risiko (Risk Assesment)
Penilaian risiko merupakan identifikasi dan analisis pengelolaan risiko suatu perusahaan.
Dari risiko yang telah dianalisis dan diidentifikasi, maka tindakan untuk meminimalisir risiko
itu sendiri dapat dipertimbangkan dengan tepat.
c. Prosedur Pengendalian (Control Activities)
Prosedur pengendalian merupakan kebijakan atau prosedur yang telah dipertimbangkan
dan ditetapkan oleh perusahaan untuk memastikan tujuan perusahaan akan dapat tercapai,
serta menghindarkan dari adanya kecurangan.
d. Pengawasan (Monitoring)
Pengawasan merupakan langkah atau proses suatu perusahaan untuk menilai kualitas
kinerja pengendalian intern suatu perusahaan. Pengawasan dilakukan untuk menemukan
kelemahan atau hal-hal yang dirasa kurang dari prosedur pengendalian yang telah ditetapkan.
e. Informasi dan Komunikasi (Information and Communication)
Informasi yang dibutuhkan oleh perusahaan didapatkan dari pihak eksternal. Manajemen
akan menggunakan informasi yang didapatkan untuk menilai standar eksternal. Informasi
tersebut berupa hukum, peristiwa, maupun kondisi yang berpengaruh pada keputusan yang
diambil dan pelaporan eksternal. Sedangkan komunikasi melibatkan ketersediaan atas
pemahaman yang jelas mengenai peran dan tanggung jawab individu sehubungan dengan
pengendalian intern atas pelaporan keuangan.

II. Sistem Informasi


Sistem informasi merupakan kombinasi dari teknologi informasi dan user atau orang
yang menggunakan teknologi tersebut untuk mendukung operasi dan manajemen sebuah
perusahaan. Sistem informasi kerap kali merujuk pada interaksi antara orang, proses
algoritmik, data, dan teknologi. Dalam sebuah perusahaan sendiri, sistem informasi yang
digunakan pada setiap bagian atau departemen yang dimilikinya berbeda-beda tergantung
dengan yang diperlukan.
a. Sistem Informasi Pemasaran dan Penjualan
Sistem informasi pemasaran dan penjualan adalah salah satu sistem yang di dalamnya
menganalisa dan juga mengukur informasi pemasaran. Informasi tersebut dikumpulkan dan
didapatkan secara terus menerus dari berbagai sumber perusahaan. Di dalam sistem
informasi pemasaran dan penjualan, umumnya tersedia informasi penjualan, promosi
penjualan, aktivitas pemasaran, kegiatan penelitian pasar, dan hal lainnya yang berkaitan
dengan pemasaran.
Philip kotler menjelaskan bahwa sistem informasi pemasaran dan penjualan adalah
suatu struktur set prosedur dan cara reguler untuk direncanakan penghimpunan, analisa, dan
juga penyajian informasi untuk bisa digunakan dalam membuat keputusan pemasaran.
Manfaat dari sistem informasi pemasaran dan penjualan sendiri adalah untuk memecahkan
masalah terkait dengan pemasaran dalam suatu perusahaan, serta membantu pengambilan
kebijakan yang berhubungan dengan ruang lingkup pemasaran.
Sistem informasi pemasaran dan penjualan memiliki beberapa fungsi yang dijalankan
oleh perusahaan, antara lain:
 Memudahkan perusahaan dalam hal mengontrol perkembangan bisnisnya.
 Membantu memudahkan setiap sistem informasi yang dimiliki perusahan.
 Membantu mempercepat informasi ketika ada kesalahan ataupun kekeliruan pada
data.
 Mempermudah menjalankan kegiatan perusahaan terkait dengan manajemen waktu,
terutama dalam hal pemasaran.
 Meminimalisir terjadinya human error.
Berbagai fungsi sistem tersebut mengindikasikan bahwa manajemen perusahaan akan
sangat terbantu dalam kegiatan pemasaran, baik itu secara langsung maupun secara tidak
langsung. Kotler menjelaskan bahwa terdapat tiga jenis sistem informasi pemasaran dan
penjualan, yakni:
 Marketing Intelligence
Informasi yang didapat dari lingkungan dan terus diserap kedalam perusahaan.
 Internal Marketing Information
Suatu informasi yang dihimpun dari dalam perusahaan.
 Marketing Communication
Sistem yang diperoleh dari dalam perusahaan ke lingkungan perusahaan.

b. Sistem Informasi Produksi


Sistem informasi produksi merupakan satu susunan kegiatan ataupun elemen yang
semuanya saling berhubungan untuk mencapai tujuan akhir. Tidak hanya saling
berhubungan, tapi juga semua elemen tersebut akan saling menopang satu dengan yang
lainnya. Sistem ini adalah sistem integral yang didalamnya terdapat fungsional perusahaan
dan juga komponen yang sifatnya struktural.
Terdapat dua garis besar jenis sistem informasi produksi. Jenis yang pertama dari sistem
ini adalah berdasarkan proses yang menghasilkan sesuatu. Bisa dibilang ini adalah proses
yang menghasilkan sebuah output. Dalam jenis ini akan dibagi lagi menjadi dua bagian yang
didasarkan pada waktu prosesnya, antara lain:
 Continuous Process. 
Continuous process merupakan proses produksi sifatnya berlanjut atau kontinu. Untuk
proses produksi ini biasanya sistem akan menyusun peralatan ataupun komponen
yang dibutuhkan secara berurutan sesuai dengan kegiatan produksi yang dilakukan.
 Intermitten Process. 
Intermitten Process adalah proses produksi yang memiliki waktu produksi dengan sifat
yang putus-putus. Biasanya kegiatan ini baru akan dilakukan ketika ada permintaan
pada produk. Proses ini biasanya tidak membutuhkan standar khusus ketika
melakukannya. Jadi dalam penyusunan peralatan produksinya juga tidak berurutan
dan lebih fleksibel.
Jenis yang kedua merupakan operasi produksi berdasarkan tujuan dari operasi produksi
tersebut dibuat. Hal-hal tersebut akan dijabarkan di bawah ini:
 Assembly To Order (ATO). 
Produsen hanya membuat desain yang standar, dengan modul operasional yang juga
standar. Nantinya biasanya produk yang dihasilkan merupakan hasil rakitan
berdasarkan permintaan konsumen dan juga modul. Salah satu industri yang seperti
ini adalah perusahaan pabrik mobil.
 Engineering To Order (ETO). 
Perusahaan memproduksi barang custom, atau sesuai dengan pesanan pelanggan. Bisa
dibilang bahwa perusahaan memproduksi suatu barang dari mulai desain sampai
hasilnya sesuai dengan permintaan dari pihak konsumen. Jadi sistem yang diterapkan
juga biasanya disesuaikan dengan kebutuhan dari proses ini.
 Make To Order (MTO). 
Produsen baru akan mengerjakan produk tersebut setelah sebelumnya pesanan item
tersebut sudah diterima. Jadi sistem produksi yang digunakan pastinya akan jauh lebih
berbeda jika dibandingkan dengan yang lain, karena pengerjaan baru akan dilakukan
setelah produk yang dipesan sudah diputuskan oleh konsumen.
 Make To Stock (MTS). 
Sistem ini dibuat untuk menyelesaikan produksinya hanya sebagai barang untuk
berjaga-jaga atau untuk stock, sehingga tidak harus menunggu pesanan dari konsumen
terlebih dahulu dan proses pengerjaan sudah bisa dilakukan.
Sistem produksi bertujuan untuk yang pertama adalah memenuhi kebutuhan dari
perusahaan tersebut, dimana kebutuhan tersebut bisa berupa barang hasil produksi. Dengan
adanya sistem produksi seperti ini kegiatan produksi bisa berjalan dengan lancar, dan semua
barang produksi yang dibutuhkan bisa dibuat sesuai dengan pesanan. Bahkan untuk barang
yang sifatnya custom sekalipun, akan tetap bisa diproses sesuai keinginan dengan proses
yang baik.
Tujuan yang kedua adalah membantu pengusaha untuk memperhitungkan modal yang
digunakan. Karena sistem ini membantu untuk mengurutkan komponen yang digunakan dan
apa saja yang perlu untuk dilakukan dalam membuat sebuah produk, sehingga modal yang
digunakan dapat diperhitungkan dengan jelas.
Tujuan yang terakhir yaitu agar proses produksi bisa berjalan dengan teratur karena
semuanya diatur dengan baik. Bisa dipastikan bahwa apapun proses produksinya bisa
dilangsungkan dengan baik apabila memiliki sistem produksi yang jelas.

c. Sistem Informasi Pembelian


Sistem informasi pembelian merupakan sistem yang selalu digunakan oleh perusahaan
dalam pengadaan barang yang dibutuhkan perusahaan. Transaksi pembelian dibedakan
menjadi dua jenis yaitu pembelian lokal dan impor. Dimaksud dengan pembelian lokal adalah
pembelian yang dilakukan dari pemasok dalam negeri. Sedangkan pembelian impor adalah
pembelian yang dilakukan melalui pemasok luar negeri. Sistem pembelian dibagi menjadi:
 Sistem pembelian dengan pengadaan langsung.
 Sistem akuntansi pembelian dengan penujukkan langsung.
 Sistem akuntansi pembelian dengan lelang.
Terdapat beberapa fungsi yang terkait dalam sistem informasi pembelian. Berikut
merupakan fungsi-fungsi tersebut:
 Fungsi gudang, yaitu mengajukan permintaan pembelian ke fungsi pembelian.
 Fungsi pembelian, meminta penawaran harga dari pemasok, menerima penawaran
harga dari berbagai pemasok dan melakukan pemilihan pemasok, dan membuat order
pembelian kepada pemasok yang dipilih.
 Fungsi penerimaan, memeriksa dan menerima barang yang dikirim oleh pemasok,
menyerahkan barang yang diterima kepada fungsi gudang untuk disimpan, dan
melaporkan penerimaan barang kepada fungsi akuntansi.
 Fungsi akuntansi, wajib mencatat kewajiban yang muncul dari transaksi pembelian.
Terdapat jaringan yang membentuk sistem informasi pembelian. Berikut merupakan
jaringan prosedurnya:
 Prosedur permintaan pembelian, pada prosedur ini fungsi gudang mengajukan
permintaan pembelian dalam formular surat permintaan permintaan pembelian
kepada fungsi pembelian.
 Prosedur permintaan penawaran harga dan pemilihan pemasok, prosedur ini fungsi
pembelian mengirimkan surat permintaan penawaran harga kepada para pemasok
untuk memperoleh informasi mengenai harga barang dan berbagai macam syarat
pembelian yang bertujuan untuk menjadi pamasok perusahaan.
 Prosedur order pembelian, fungsi pembelian di sini mengirim surat order pembelian
kepada pemasok yang dipilih.
 Prosedur penerimaan barang, fungsi penerimaan melakukan pemeriksaan segala jenis,
kuantitas, dan mutu barang yang telah diterima dari pemasok yang kemudian diikuti
dengan membuat laporan penerimaan barang.
 Prosedur pencatatan utang, dalam fungsi ini akuntansi memeriksa segala dokumen-
dokumen yang terkait dengan pembelian.
 Prosedur distribusi pembelian, prosedur ini meliputi distribusi akun yang didebit dari
transaksi pembelian sebagai kepentingan pembuatan laporan manajemen.
Terdapat beberapa informasi yang diperlukan dalam manajemen sistem informasi
pembelian, antara lain:
 Jenis persediaan yang sudah mencapai titik pemesanan kembali (reorder point).
 Order pembelian yang telak dikirim kepada pemasok.
 Order pembelian yang telah dipenuhi oleh pemasok.
 Total saldo utang dagang pada tanggal tertentu.
 Saldo utang dagang kepada pemasok tertentu.
 Tambahan kuantitas dan harga pokok persediaan dari pembelian.
Beberapa dokumen penting harus digunakan dalam sistem informasi pembelian.
Dokumen-dokumen tersebut meliputi:
 Surat permintaan pembelian, dokumen ini biasanya berupa formulir yang diisi oleh
fungsi gudang atau fungsi pemakai barang.
 Surat permintaan penawaran harga, dokumen ini berfungsi untuk meminta penawaran
harga bagi pengadaan barangnya.
 Surat order pembelian, dokumen yang digunakan untuk memesan barang pada
pemasok.
 Laporan penerimaan barang, dokumen yang dibuat sebagai fungsi penerimaan bahwa
menunjukkan barang yang diterima sesuai.
 Surat perubahan order, dokumen yang dibuat jika tiba-tiba terdapat order yang
berubah seperti kuantitas, spesifikasi, dan lain sebagainya.
 Bukti kas keluar, sebagai catatan transaksi pembelian.
d. Sistem Informasi Human Resources and Development
Human resource and development atau yang biasa disingkat HRD merupakan bagian di
perusahaan yang bertanggung jawab mengelola karyawan dalam berbagai aspek. HRD akan
membantu perusahaan untuk mengembangkan potensi karyawan secara maksimal melalui
berbagai cara, seperti misalnya lewat pelatihan karyawan dan pengembangan karier. Usaha-
usaha tersebut akan mengembangkan potensi dan skill karyawan sekaligus meningkatkan
efektivitas dan performa di dalam perusahaan.
HRD memiliki beragam tanggung jawab terhadap karyawan suatu perusahaan. Beberapa
tanggung jawab tersebut mencakup payroll, kompensasi serta tunjangan, perekrutan
karyawan baru, pemberhentian kerja, kontrak kerja, sistem absensi, hingga career
development. Fungsi dan tugas HRD antara lain:
 HRD memiliki fungsi dan tugas salah satunya untuk merekrut karyawan baru yang
dibutuhkan perusahaan. Pada umumnya, orang yang bekerja di bagian HRD lebih paham
mengenai karateristik apakah seorang pekerja tersebut cocok untuk perusahaan. Proses
rekrutmen dan seleksi ini dilakukan oleh HRD untuk mendapatkan karyawan yang terbaik
serta dapat mengisi kekosongan pada lowongan yang dibutuhkan.
 HRD berfungsi memastikan agar karyawan dapat bekerja secara produktif dan juga
nyaman. HRD dapat memenuhi fungsi ini dengan manajemen kinerja. Sebuah perusahaan
dapat memiliki manajemen kinerja yang baik apabila perusahaan dapat menentukan target
yang jelas untuk karyawan serta mampu menampung feedback yang terbuka.
 HRD bertanggung jawab terhadap pengembangan diri karyawan. Fungsi HRD pada
aspek ini tak lain adalah untuk mempersiapkan karyawan untuk menghadapi tantangan-
tantangan selanjutnya di perusahaan.
 HRD bertugas memberikan kompensasi pada karyawan. Pemberian kompensasi tidak
hanya terbatas pada pekerjaan sales saja. HRD biasanya akan memberi tahu kompensasi
serta benefit apa yang didapatkan karyawan ketika proses interview.
 HRD bertanggung jawab atas perencanaan jenjang karier bagi semua karyawan di
suatu perusahaan. HRD bertugas untuk menunjukkan karyawan bagaimana jenjang karier
mereka di perusahaan sehingga dapat selaras dengan kebutuhan perusahaan.

e. Sistem Informasi Akuntansi


Sistem Informasi Akuntansi (SIA) adalah suatu sistem yang terdiri dari berbagai formulir,
catatan dan laporan yang telah disusun dan menghasilkan suatu informasi keuangan yang
dibutuhkan oleh perusahaan. SIA melibatkan pengumpulan, penyimpanan, dan pemrosesan
data keuangan dan akuntansi yang digunakan oleh pengguna internal untuk melaporkan
informasi kepada investor, kreditor, dan otoritas pajak.
Umumnya, SIA merupakan metode berbasis komputer untuk melacak aktivitas akuntansi
dalam hubungannya dengan sumber daya teknologi informasi. SIA menggabungkan praktik
akuntansi tradisional dengan sumber daya teknologi informasi modern. Dengan demikian,
manajemen perusahaan dapat melihat keuangan dengan jelas melalui sistem tersebut. Selain
itu, manajemen juga dapat mengontrol kinerja dari sistem yang digunakan.
SIA berfungsi menyediakan informasi dan memiliki beberapa fungsi lain terkait
keberlangsungan usaha. Berikut beberapa fungsi SIA:
 Mengumpulkan semua data kegiatan bisnis perusahaan dan menyimpan data tersebut
secara efektif dan efisien. SIA dapat mencatat semua sumber daya yang berpengaruh
terhadap usaha tersebut dan semua pihak yang terkait. Dengan fungsi ini, tidak akan
ada suatu hal dalam perusahaan yang tidak tercatat.
 Mengambil data yang diperlukan dari berbagai sumber dokumen yang berkaitan
dengan aktivitas bisnis. Data yang sudah tersimpan akan lebih mudah diambil karena
setiap detail dari data sudah terekam dengan SIA.
 Membuat dan mencatat data transaksi dengan benar ke dalam jurnal-jurnal yang
diperlukan dalam proses akuntansi sesuai dengan urutan dan tanggal terjadinya
transaksi. Pencatatan ini bertujuan untuk mempermudah pihak-pihak yang
membutuhkan dalam pengecekan semua transaksi sehingga jika terjadi suatu
kesalahan dapat dikoreksi dengan mudah dan dapat diketahui penyebabnya dengan
cepat.
 Mengubah sekumpulan data menjadi informasi keuangan yang dibutuhkan
perusahaan. Informasi ini berbentuk laporan keuangan baik secara manual maupun
secara online yang diperlukan oleh semua pihak.
 Sebagai suatu sistem pengendali keuangan, agar tidak terjadi suatu kecurangan.
Dengan sistem ini, keuangan perusahaan dapat dilacak dengan pasti karena sistem
pertanggungjawaban yang detail. Fungsi ini dapat menjaga aset perusahaan dan
mengurangi risiko untuk penggelapan aset oleh semua pihak terkait.
Meskipun informasi yang terkandung dalam sistem bervariasi antara industri dan ukuran
bisnis, SIA mencakup data yang berkaitan dengan:
 Pendapatan
 Pengeluaran
 Data pelanggan
 Data karyawan
 Informasi pajak
 Invoice
SIA menyediakan dua tipe dasar pencatatan akuntansi yaitu Jurnal dan Buku Besar
Pembantu. Ada dua jenis jurnal yaitu jurnal umum dan jurnal khusus. Semua entri jurnal
dapat dicatat di jurnal umum, yang mengharuskan setiap debit dan kredit dimasukkan secara
manual.
Jurnal khusus digunakan untuk mencatat jenis transaksi serupa. Sistem informasi akuntansi
biasanya memiliki empat jurnal khusus:
 Jurnal penjualan untuk mencatat penjualan kredit
 Jurnal penerimaan kas untuk mencatat semua transaksi yang memiliki debit menjadi
kas
 Jurnal pembelian untuk mencatat semua pembelian yang dilakukan secara kredit
(kredit ke hutang dagang)
 Jurnal pengeluaran kas untuk mencatat semua transaksi pengkreditan kas
Tipe pencatatan akuntansi yang kedua adalah penggunaan buku besar pembantu. Buku
besar pembantu adalah daftar semua transaksi yang membentuk akun buku besar umum.
Dua dari buku besar pembantu yang paling umum adalah:
 Buku besar piutang dagang, di mana transaksi dengan setiap pelanggan individu
dicatat
 Buku besar hutang dagang, dimana transaksi dengan vendor individu dicatat
Jurnal dan buku besar pembantu ini adalah komponen untuk banyak laporan lainnya,
contohnya laporan piutang, penyusutan asset tetap, neraca saldo, buku besar, inventaris stok
barang, dan lain-lain.
Dengan beberapa informasi tambahan yang ditangkap di tempat lain dalam sistem,
informasi penting seperti pelanggan dan profitabilitas produk, hutang dagang dan umur
piutang, dan proyeksi arus kas, dan pembukuan menjadi lebih mudah untuk dilakukan. Selain
itu, sistem pembukuan dapat menghasilkan laporan keuangan seperti laporan neraca, laporan
laba rugi, laporan arus kas atau cash flow, serta laporan pengembalian pajak. Informasi
akuntansi dapat diurutkan berdasarkan berbagai kriteria, memberikan wawasan penting bagi
manajemen tentang operasi bisnis, sehingga dapat mengambil keputusan dengan tepat.
Bagian-bagian dari SIA sendiri adalah:
 People: Mengoperasikan sistem dan melakukan berbagai fungsi.
 Procedure: Mengumpulkan, memproses dan menyimpan data yang berhubungan
dengan aktivitas organisasi.
 Data: Kegiatan atau proses bisnis.
 Software: Memproses data yang ada di organisasi.
 Infrastruktur Informasi Teknologi: komputer dan peralatan lainnya.
Menurut American Institute of CPA (AICPA) dan Canadian Institute of Chartered
Accountants (CICA), terdapat lima prinsip dasar yang penting bagi keandalan sistem ini, yaitu:
 Keamanan: akses ke sistem dan datanya dikontrol dan dibatasi hanya untuk yang
berwenang.
 Kerahasiaan: perlindungan informasi sensitif dari pengungkapan yang tidak sah.
 Privasi: pengumpulan, penggunaan, dan pengungkapan informasi pribadi tentang
pelanggan dilakukan dengan cara yang tepat dan privat.
 Memproses integritas: pemrosesan data yang akurat, lengkap, dan tepat waktu
dilakukan dengan otorisasi yang tepat.
 Ketersediaan: sistem ini tersedia untuk memenuhi kewajiban operasional sesuai
kontrak.
Jika perusahaan menerapkan SIA adalah dengan baik, diharapkan semua laporan dapat
disajikan tepat waktu. Jadi semua pihak internal maupun eksternal dapat mengambil
keputusan dengan baik mengenai perkembangan perusahaan. Penggunaan SIA yang
efektif akan membantu perkembangan perusahaan dalam jangka waktu yang panjang. Untuk
mendukung sebuah usaha yang memiliki sebuah SIA yang baik tentunya butuh sistem
pencatatan dan pelaporan yang baik pula.

III. Pengendalian Internal


Risiko adalah bahaya, akibat, atau konsekuensi yang dapat terjadi akibat sebuah proses
yang sedang berlangsuang atau kejadian di masa yang akan datang. Perusahaan umumnya
mengimplementasikan penanggulangan risiko dengan menyesuaikan pengendalian intern
perusahaan baik di masa sekarang atau yang akan datang, terutama untuk hal-hal yang
mengancam kelangsungan usaha atau aktivitas perusahaan agar tidak terjadi suatu kerugian.
Berikut ini akan dijelaskan mengenai risiko berikut penanggulangan terhadap beberapa
sistem atau departemen yang ada di perusahaan.

a. Sistem Pemasaran dan Penjualan


Pemasaran dan penjualan adalah semua kegiatan usaha yang berkaitan dengan arus
penyerahan barang dan jasa-jasa dari produsen ke konsumen. Risiko pemasaran dan
penjualan adalah kejadian buruk yang berpotensi terjadi dan berpeluang terjadi pada semua
kegiatan usaha yang berkaitan dengan arus penyerahan barang dan jasa dari produsen ke
konsumen. Risiko-risiko pemasaran dan penjualan tersebut antara lain:

 Risiko pada Produk


Produk yang diluncurkan ke pasaran akan menghadapi 4 tahapan siklus hidup produk.
Siklus-siklus tersebut antara lain:
o Tahap Pengenalan (introducing stage): tahap pertama kali produk dipasarkan
dengan penjualan yang relatif lambat dan berakhir pada penjualan yang drastis.
o Tahap Pertumbuhan (Growth Stage): tahap dimana penjualan terhadap produk
mulai meningkat drastis dan konsumen mau membeli ulang produk tersebut dan
akan berakhir pada penjualan yang stabil pada target yang diinginkan.
o Tahap Kedewasaan (Mature Stage): tahap dimana penjualan produk sudah
meningkat cukup tinggi dan stabil dan diakhiri pada penurunan penjualan yang
sangat drastic.
o Tahap Penurunan (Declining Stage): yakni tahapan penjualan produk yang semakin
menurun sampai menuju titik yang terendah.
o Tahap Kritis Siklus Hidup Produk
Tahapan paling kritis yang dihadapi oleh produk dalam penetrasi pasaran adalah
bagaimana melewati tahapan pasar pemula produk sampai menuju tahap pasar utama.
Bila mampu melewatinya, dipastikan produk akan merajai pasaran, dan bila tidak bisa
melewatinya, produk tersebut bisa gagal dan akan mati di pasaran.
Adapun rintangan yang harus dihadapi, yaitu:
o Harga.
o komunikasi.
o Kebudayaan
o kebiasaan konsumen
o target pasar.
o produk.
Langkah-langkah dalam meminimalisir risiko kegagalan produk antara lain adalah
sebagai berikut:
o Market Understanding atau pemahaman pasar, misalnya dengan riset kualitatif,
pengkategorian dan segmentasi untuk mengetahui peta persaingan dalam industri
tersebut, alasan mengapa konsumen membeli produk tertentu, bagaimana mereka
menggunakan suatu produk dan kebutuhan mana yang belum terpenuhi.
o Riset Kualitatif. Hal ini akan membantu perusahaan untuk mengetahui pendapat
konsumen mengenai suatu produk, pekerjaan dan gaya hidup. Riset kualitatif juga
membantu memperoleh insight mengenai konsumen yang tidak didapatkan
sebelumnya.
o Assessment Research. Perusahaan akan meneliti perilaku konsumen terhadap
produk dan penggunaan produk dalam suatu kategori, bagaimana konsumen
mengevaluasi merek berdasarkan atribut produk, apa yang mendorong konsumen
untuk melakukan pembelian, serta mengidentifikasi kebutuhan konsumen.
o Segmentasi untuk membantu mengidentifikasi target pasar. Segmentasi juga
membantu dalam membuat positioning produk yang tepat, sehingga melalui
pemahaman pasar yang baik, hal tersebut dapat meminimalisir risiko pemasaran.
 Risiko Harga
Risiko harga atau price risk adalah risiko yang timbul sebagai akibat dari
ketidakpastian dalam perubahan harga suatu asset. Misalnya pendapatan yang kurang
menguntungkan dan sekuritas yang memiliki pendapatan tetap akibat perubahan tingkat
suku bunga. Risiko harga adalah risiko yang ditanggung oleh investor karena penurunan
harga pada saat menjual asset, sehingga jumlah uang yang diterima akan berkurang.
 Risiko Pengiriman Barang
Risiko pengiriman barang merupakan risiko yang dapat terjadi ketika suatu produk
tengah berada dalam proses pengiriman. Hal-hal tersebut biasanya merupakan kecelakaan
atau hal-hal yang tidak diduga akan terjadi, yang mana berkaitan dengan kendaraan yang
mengangkut produk.
Cara terbaik untuk mengurangi resiko yang terkait dengan pengiriman adalah dengan
menyerahkan segala proses pengiriman tersebut kepada Perusahaan Jasa Pengiriman
yang andal dan terpercaya. Dalam memilih perusahaan jasa pengiriman, terlebih dahulu
harus dipastikan bahwa mereka memiliki reputasi yg baik dan berpengalaman serta
professional. Perusahaan juga harus memastikan dan membaca semua dokumen
pengiriman yang akan ditanda-tangani. Hal ini untuk mencegah risiko yang mungkin
terjadi dari pihak Perusahaan Jasa Pengiriman itu sendiri.

b. Sistem Produksi
Dalam suatu bisnis, siklus produksi memiliki peranan penting dalam pencapaian tujuan
perusahaan. Siklus produksi menghasilkan produk yang dapat dijual untuk menghasilkan
laba, yang berarti mendorong terciptanya profitabilitas bagi perusahaan. Oleh karenanya,
apabila pengendalian internal perusahaan terkait dengan departemen produksi tidak
maksimal, hal ini akan berisiko langsung pada laba perusahaan.

Beberapa risiko yang dapat terjadi pada sistem produksi antara lain:
 Dokumen Produksi
Kurangnya kelengkapan informasi dalam dokumen seperti operasi dan prosedur
pelaksanaan secara terperinci yang mengakibatkan sulitnya pengecekan dalam proses
produksi. Serta tidak terdapat dokumen untuk pengecekan hasil produksi akhir yang
dinyatakan selesai, sehingga dapat menimbulkan risiko terjadinya penurunan kualitas
pada hasil produksi yang dikerjakan.
 Struktur Organisasi
Jika terdapat fungsi ganda pada beberapa bagian produksi seperti pengawasan dan
pengecekan hasil produksi, hal tersebut dapat mengakibatkan tidak maksimalnya kinerja
yang diberikan dan mengakibatkan penurunan kualitas mutu. Tidak adanya fungsi kepala
bagian produksi yang dapat bertanggung jawab sepenuhnya dalam otorisasi dokumen dan
pengawasaan tertinggi juga dapat mengakibatkan menurunnya integritas dan nilai-nilai
etika pada perusahaan.
 Pembagian Tugas
Ketidakrician tanggung jawab pada tiap bagian dapat mengakibatkan cara kerja yang
dilakukan karyawan tidak sesuai yang diharapkan dan dapat menimbulkan kerugian bagi
perusahaan. Penugasan dalam melaksanakan kegiatan yang berada diluar tugasnya dapat
mengakibatkan risiko kelalaian dalam tugas yang seharusnya dikarenakan adanya
ketidakstabilan waktu dalam penyelesaian tugas keduanya.
 Prosedur
Kelemahan pada proses penjadwalan waktu penyelesaian produksi dikarenakan
ketidaksesuaian dalam penyampaian waktu penyelesaian tersebut dapat mengaibatkan
keterlambatan dalam proses pengiriman hasil produksi. Serta prosedur dalam quality
control pada setiap jenis pekerjaan yang belum dilakukan secara maksimal dapat
mengakibatkan tingginya tingkat kesalahan karena kurangnya ketelitian dan menurunnya
kualitas mutu produksi yang dihasilkan.
Dari risiko-risiko yang sebelumnya telah disebutkan, terdapat beberapa langkah atau
prosedur untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi siklus produksi, meliputi:
 Perlu adanya pemisahan fungsi dan penambahan fungsi quality control dan fungsi
kepala produksi, serta perbaikan sistem pada siklus produksi perusahaan, sehingga
memungkinkan lancarnya operasi produksi. Selain itu perlu adanya perbaikan
prosedur pada bagian pengontrolan sehingga diharapkan proses produksi dapat
berjalan lebih baik.
 Produksi yang dicatat pada surat perintah kerja dilakukan oleh bagian penjualan dan
pelanggan yang telah bersepakat. Bagian produksi membuat jadwal produksi sehingga
dapat dengan mudah dilakukan pengontrolan jadwal yang telah ditentukan.
 Transaksi pengambilan barang dengan kemudahan cara dan waktu yang relatif singkat
karena adanya ketersediaan bahan baku yang disediakan bagian gudang dan bagian
pembelian yang secara cepat melakukan transaksi pembelian bahan yang dibutuhkan
meminimalkan waktu yang dibutuhkan.
 Seluruh proses produksi yang ada dicatat dengan benar dan lengkap sesuai pesanan
pelanggan, yang mana pencatatannya harus dilakukan verifikasi pada bagian yang
diminta.
 Transaksi produksi dilakukan sesuai dengan prosedur, wewenang dan tanggung jawab
dari bagian yang mendapat tugas dari kepala produksi, karena hal tersebut
berpengaruh terhadap penyelesian proses produksi. Kegiatan pengawasan dilakukan
secara keseluruhan sehingga bagian produksi dapat mengukur setiap kinerja yang
diberikan. Pengawasan yang dilakukan secara benar akan memberikan efektivitas
pada kualitas mutu pekerjaan yang dilakukan. Dan pengecekan yang dilakukan dengan
sebenar-benarnya oleh bagian quality control akan memberikan kualitas mutu yang
tetap terjaga.
 Proses produksi yang dilakukan secara terstruktur dengan job description yang jelas
dan terperinci membuat alur proses produksi lebih singkat, sehingga meningkatkan
efisiensi waktu yang digunakan dalam proses produksi.

c. Sistem Pembelian
Salah satu siklus dalam perusahaan yaitu siklus pembelian. Siklus pembelian ini terdiri
dari aktivitas pembelian barang serta pembayaran barang dan jasa. Setiap aktivitas yang
terjadi harus melalui prosedur yang telah ditetapkan oleh perusahaan. Demikian juga dalam
aktivitas pembelian barang oleh perusahaan. Aktivitas pembelian merupakan salah satu
aktivitas yang penting bagi perusahaan sebab menyangkut perolehan persediaan serta
pembelian kas.
Karena menyangkut mengenai kas keluar perusahaan, terdapat beberapa risiko yang bisa
terjadi dalam siklus pembelian. Antara lain sebagai berikut:
 Terjadi kekeliruan dalam memesan barang, karena adanya pesanan barang yang belum
dibutuhkan atau memesan barang yang berlebihan tidak sesuai dengan kebutuhan. 
Apabila hal ini terjadi, maka perusahaan harus menanggung biaya ekstra untuk
penyimpanan barang dan akan terjadi dana mengendap berupa barang dalam
persediaan dan berakibat mengurangi likuiditas perusaahaan.
 Barang yang sudah dipesan ternyata tidak pernah diterima atau barang yang diterima
sering terjadi keterlambatan. Jika hal ini terjadi, maka perusahaan akan merugi jika
sampai barang yang laris ternyata habis (out of stock), yang berarti perusahaan akan
kehilangan peluang untuk memenuhi permintaan konsumen atau proses produksi
menjadi terhambat atau tertunda.
 Terjadinya faktur fiktif atau dokumen pendukung lainnya. Faktur fiktif ini akan
merugikan perusahaan karena perusahaan berisiko mengeluarkan kas untuk faktur
fiktif tersebut. Hal ini terjadi karena adanya kecurangan dan pengendalian yang kurang
baik dalam sistem pengendalian internal perusahaan.
 Terjadinya persediaan yang sudah kedaluwarsa atau out of date. Persediaan yang
kedaluwarsa atau out of date di gudang akan menghabiskan ruang yang dapat
digunakan menyimpan persediaan yang lain.
 Kesalahan informasi dalam faktur. Sebagai contoh, adanya salah catat atau salah hitung
dalam faktur atau bisa juga terjadi kesalahan kode barang dalam faktur. Kesalahan
dalam faktur ini dapat menyebabkan dalam proses penagihan, karena nilai yang
ditagih terlalu besar atau terlalu kecil dari utang yang seharusnya.
 Terjadi kelalaian dalam melakukan pembayaran satu faktur dua kali. Pengendalian
yang kurang baik akan dapat mengakibatkan kerugian pada perusahaan. karena kas
perusahaan menjadi tertahan di pemasok. Jika administrasi pemasok juga tidak rapi,
bisa jadi perusahaan harus melalui prosedur yang rumit untuk menarik kembali kas
yang terlanjur dikirim ke pemasok.
 Pencurian cek oleh karyawan. Jika cek kosong perusahaan dimanfaatkan oleh
karyawan, maka perusahaan akan rugi.
 Terjadi pelanggaran hak akses terhadap daftar pemasok perusahaan oleh karyawan
yang tidak berkepentingan. Hal ini karena daftar pemasok merupakan informasi yang
mestinya tidak boleh tersebar ke orang yang tidak berkepentingan.
Berikut ini merupakan pengendalian-pengendalian yang dapat diterapkan dalam siklus
pembelian untuk mengurangi risiko yang dapat terjadi pada perusahaan:
 Pengendalian organisasi. Terjadinya pemisahaan tanggung jawab antara unit yang
bertanggung jawab dalam pengendalian persediaan dengan unit yang bertanggung
jawab dalam mencatat transaksi. Demikian juga unit yang mencatat pengeluaran
kas harus terpisah dari unit yang mengeluarkan cek.
 Pengendalian dokumen. Pada proses pembelian, harus ada dokumen yang
didokumentasikan (termasuk flowchart, contoh dokumen, rancangan database
dan lain sebagainya.) Setiap kebijakan yang terkait dengan pembelian harus
dinyatakan secara tertulis, seperti kebijakan atas tawaran potongan dari pemasok.
 Pengendalian praktik manajemen. Praktik manajemen yang baik meliputi
pelatihan karyawan yang sesuai dengan bidang, prosedur yang jelas atas
pengembangan sistem atau perubahan atas sistem yang sudah berjalan, serta
adanya audit rutin atas siklus pembelian.
 Pengendalian akses, seperti adanya password, pembatasan hak akses terhadap
komputer, pembuatan backup data secara rutin, pembatasan akses masuk ke
gudang tempat menyimpan barang, dan lain sebagainya.

d. Sistem Human Resources and Development


Bagian Human Resources and Development (HRD) pasti pernah mengalami
permasalahan ketika sedang menjalankan departemen atau ketika harus menekankan
peraturan yang berlaku di perusahaannya. Apalagi, HRD juga bertanggungjawab terhadap
pengelolaan karyawan. Berikut ini merupakan risiko yang mungkin terjadi dan dihadapi
oleh HRD, antara lain:
 Pemeliharaan Dan Pengelolaan Karyawan
Perusahaan bisa berjalan karena faktor karyawan dan produktivitas yang berjalan.
Tanpa keduanya, tujuan yang ingin dicapai oleh perusahaan akan berjalan tersendat-
sendat. Pemeliharaan karyawan akan berdampak pada produktivitas yang meningkat.
Hubungan antara perusahaan dan karyawan pada akhirnya tidak hanya terkesan satu
arah, namun berlaku timbal-balik.
 Produktivitas
Produktivitas adalah salah satu faktor terpenting dalam perusahaan. HR harus
mampu menentukan level produktivitas karyawannya guna menentukan strategi
serta alasan apabila produktivitasnya menurun.
 Tingkat disiplin karyawan
Produktivitas membutuhkan kedisiplinan kerja. Dalam hal ini, kedisiplinan bisa
berjalan ketika ada aturan yang jelas.
 Payroll
Salah satu tugas krusial yang dilakukan oleh HR adalah menghitung besaran gaji
karyawan. Termasuk di dalamnya bonus, intensif, pajak dan sebagainya yang
diperoleh. Proses ini cenderung memakan waktu lama, apalagi kalau jumlah
karyawannya cukup banyak.
 Diskriminasi pada karyawan
Diskriminasi adalah permasalahan yang harus dihindari oleh perusahan. Baik itu
antarkaryawan maupun dari karyawan ke client.
 Cuti Karyawan
Cuti memang menjadi salah satu hak karyawan. Oleh karena itu, perusahaan biasanya
harus mengatur waktu cuti dengan cermat. Hal ini terkait dengan alur produktivitas
supaya tetap berjalan optimal
 Training karyawan
Training diperlukan guna meningkatkan kemampuan yang dimiliki dan dibutuhkan
oleh karyawan. Training pun bertujuan supaya kinerja karyawan mengarah pada
produktivitas. Untuk mempermudah hal ini, HR perlu merencanakan training bagi
karyawan.
Berkaitan dengan risiko-risiko yang telah disebutkan, terdapat pengendalian yang
dapat dilakukan pihak HRD untuk meminimalisir kerugian perusahaan karena risiko
tersebut. Hal tersebut antara lain:
 Perusahaan bisa melakukan penanaman budaya khas perusahaan yang terkait
peningkatan produktivitas. Selain budaya, HRD juga bisa melakukan renumerasi
serta pemberian intensif secara berkeadilan.
 Penggunaan software HRD yang terintegrasi dan sesuai dengan kebutuhan HRD
terkait dengan peningkatan produktivitas perusahaan.
 Melakukan pemetaan demografis dan mencatat semua kejadian terkait dengan
prosedur yang harus dan telah dilakukan.
 Menganalisis kebutuhan training serta melakukan cek dari training yang sudah
dilakukan sebagai bahan evaluasi.

e. Sistem Informasi Akuntansi


Sistem Informasi Akuntansi (SIA) sangat dibutuhkan dalam bisnis. Baik perusahaan
kecil maupun besar semuanya membutuhkan sistem ini. Pasalnya akuntansi ini sangat
penting untuk mengetahui bagaimana kondisi keuangan bisnis perusahaan. Penggunaan
SIA akan memudahkan perusahaan untuk memanajemen keuangan perusahaan. 
Sejalan dengan manfaat SIA sendiri, sistem informasi tersebut tidak luput dari
beberapa risiko yang mungkin terjadi. Risiko-risiko tersebut antara lain:
 Strategic: perusahaan melakukan strategi yang salah dalam penggunaan sistem
informasi dan pengendalian yang dimilikinya.
 Financial: adanya kerugian sumber daya keuangan, pemborosan pencurian atau
pembuatan kewajiban yang tidak tepat.
 Information: menerima informasi yang salah atau tidak relevan, sistem yang tidak
andal dan laporan yang tidak benar atau menyesatkan.
 Operasional: melakukan hal atau strategi yang sudah benar, tetapi dengan cara
yang salah atau tidak efisien.
Dengan risiko-risiko yang telah disebutkan, perusahaan perlu menerapkan
pengendalian internal yang andal agar ditemukan solusi yang meniminalisir kerugian
akibat risiko-risiko tersebut. Beberapa solusi yang dapat dilakukan perusahaan antara
lain:
 Otorisasi transaksi dan kegiatan yang efektif dan memadai.
 Pemisahan tugas antara satu bagian dengan bagian yang lain.
 Desain dan penggunaan dokumen serta catatan yang memadai.
 Penjagaan aset dan catatan yang memadai.
 Pemeriksaan berkala dan independen atas kinerja.
 Supervisi yang efektif, pelaporan yang bertanggung jawab, dan audit internal.

IV. Penutup
Pengendalian internal merupakan faktor penting bagi perusahaan karena dapat
membantu pihak-pihak terkait dalam pengambilan keputusan dan pemaksimalan sistem di
perusahaan itu sendiri. Pengendalian internal yang baik, seperti desain sistem yang baik,
penerapan standar operasional prosedur, pengecekan barang yang masuk dan keluar sesuai
dengan sistem akan membantu perusahaan dalam meminimalkan terjadinya kesalahan dan
kecurangan yang mungkin dapat terjadi.
Pemisahan pembagian tugas pada bagian permintaan, pemesanan, penerimaan, juga
merupakan hal yang penting agar fungsi masing-masing bagian dapat berfungsi dengan baik
dan berjalan sesuai ketentuan yang berlaku. Pemisahan tugas dan tanggung jawab ini akan
memudahkan pengendalian internal pada siklus pembelian di perusahaan.
Setiap bagian dari sistem dan departemen yang digunakan oleh perusahaan, selain
membawa manfaat yang besar juga memiliki risiko-risiko tersendiri. Oleh karenanya
diperlukan pengendalian yang memadai untuk menanggulangi risiko-risiko tersebut.
Perusahaan harus mengestimasi risiko apa saja yang mungkin terjadi dengan penggunaan
sistem tersebut dan mengidentifikasi kelangsungan usaha perusahaan dengan sistem yang
digunakan.
Setelah menganalisis risiko, perusahan perlu melakukan tindakan baik untuk mencegah
maupun mengubah prosedur agar perusahaan terhindarkan dari risiko-risiko tersebut sesuai
dengan pengendalian internalnya, serta mengomunikasikan tindakan-tindakan tersebut pada
karyawan dan pihak-pihak terkait.
Berdasarkan hal-hal di atas, dapat disimpulkan jika pengendalian internal melaksanakan
tiga fungsi penting, antara lain:
a. Pengendalian untuk pencegahan, yakni mencegah timbulnya suatu masalah sebelum
mereka muncul.
b. Pengendalian untuk pemeriksaan, yang mana dibutuhkan untuk mengungkap masalah
begitu masalah tersebut muncul.
c. Pengendalian untuk korektif, yaitu memecahkan masalah yang ditemukan oleh
pengendalian untuk pemeriksaan.

Anda mungkin juga menyukai