Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Perjalanan sejarah bangsa-bangsa di dunia menunjukkan bahwa kualitas sumber
daya manusia terbukti sangat menentukan kemajuan dan keberhasilan pembangunan
suatu negara-negara. Terbentuknya sumber daya manusia yang berkualitas, yaitu sumber
daya manusia yang sehat, cerdas, dan produktif ditentukan oleh berbagai faktor. Salah
satu faktor yang sangat esensial adalah terpenuhinya kebutuhan pangan yang bergizi.
Permintaan pangan yang tumbuh lebih cepat dari produksinya akan terus berlanjut.
Akibatnya, akan terjadi kesenjangan antara kebutuhan dan produksi pangan domestik
yang makin lebar. Penyebab utama kesenjangan itu adalah adanya pertumbuhan
penduduk yang masih relatif tinggi, dengan jumlah besar dan penyebaran yang tidak
merata.
Dampak lain dari masalah kependudukan ini adalah meningkatnya kompetisi
pemanfaatan smber daya lahan dan air disertai dengan penurunan kualitas sumber daya
tersebut. Hal ini dapat menyebabkan kapasitas produksi pangan nasional dapat terhambat
pertumbuhannya. Rendahnya konsumsi pangan atau tidak seimbang gizi makanan yang
dikonsumsi mangakibatkan terganggunya pertumbuhan organ dan jaringan tubuh,
lemahnya daya tahan tubuh terhadap serangan penyakit, serta menurunnya aktifitas dan
produktivitas kerja.
1.      Asam urat telah diidentifikasi lebih dari 2 abad yang lalu, namun beberapa aspek
patofisiologi dari hiperurisemia tetap belum dipahami dipahami dengan baik. Selama
beberapa tahun hiperurisemia telah diidentifikasi bersama-sama atau dianggap sama
dengan gout, namin sekarang asam urat telah diidentifikasi sebagai marker untuk
sejumlah kelainan metabolik dan hemodinamik.
2.      Salah satu masalah kesehatan yang berkaitan dengan gizi di Indonesia adalah penyakit
asam urat. Asam urat sering dialami oleh banyak orang sekarang ini. Bahkan, orang-
orang  yang masih tergolong muda juga sering ditimpa penyakit ini.

B.     Tujuan
1.      Mengurangi pembentukan asam urat sehingga kadarnya dalam darah berada di dalam
batas-batas normal. Tujuan ini dicapai dengan membatasi konsumsi makanan, khususnya
yang tinggi purin (kandungan purin 150 mg -1500 mg/100 gram bahan makanan)
2.      Mempermudah ekskresi asam urat ke dalam urin dengan peninggian pH urin melalui
diet tinggi sisa basa dan peningkatan asupan cairan. Diet tinggi sisa basa dilakukan
dengan mengurangi konsumsi makanan yang mengasamkan urin dan memperbesar
konsumsi bahan makanan yang membuat urin lebih alkalis.
3.      Menurunkan berat badan jika penderitanya terlalu gemuk dan kemudian
mempertahankan berat badan yang normal.
4.      Untuk mengetahui bahan makanan apa saja yang menjadi pantangan maupun anjuran
bagi penderita asam urat.
5.      Serta memberi pengertian tentang pola diet sehat bagi penderita asam urat.

C.    Rumusan Masalah

1.      Penertian asam urat.


2.      Ciri-ciri asam urat.
3.      Pengaturan diet bagi penderita asam urat.
4.      Prinsip diet asam urat.
5.      Makanan-makanan yang harus dihindari dan dianjurkan bagi penderita asam urat.
BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian Asam Urat

Prof  DR Dr Harry Isbagio SpPd-KR Kger, Guru Besar Reumatologi FKUI-


RSCM  menjelaskan bahwa penyakit asam urat termasuk dalam golonga penyakit
rematik (artitis gout). Penyakit ini disebabkan oleh penumpukan asam urat (monosodium
urat) yang masuk ke dalam rongga sendi. Asam urat terbentuk jika tubuh mengkonsumsi
makanan yang banyak mengandung purin.
Di dalam buku Perencanaan Menu untuk Penderita Asam Urat, Ir. Diah
Krisnatuti, M.S, dkk menjelaskan, di dalam bahan pangan, purin terdapat dalam asam
nukleat berupa nukleoprotein. Ketika dikonsumsi di dalam usus asam nukleat ini akan
dibebaskan dari nukleoprotein oleh enzim pencernaan. Selanjutnya, asam nukleat dipecah
lebih lanjut menjadi purin dan pirimidin. Purin teroksidasi menjadi asam urat.
Jika pola makan tidak dirubah, kadar asam urat dalam darah yang berlebihan akan
menimbulkan menumpuknya kristal asam urat. Apabila kristal terbentuk dalam cairan
sendi, maka akan terjadi penyakit gout (asam urat). Lebih parah lagi jika penimbunan ini
terjadi dalam ginjal, tidak menutup kemungkinan akan menumpuk dan menjadi batu
asam urat (batu ginjal.

B.     Ciri-ciri Asam Urat

Berdasarkan subkomite The American Rheumatism Association yang menetapkan


kriteria diagnostik untuk asam urat adalah :
1.      Adanya kristal urat yang khas dalam cairan sendi.
2.      Thopus terbukti mengandung kristl urat berdasarkan pemeriksaan kimiawi dan
mikroskopik dengan sinar terpolarisasi.
3.      Lebih dari sekali mengalami serangan artthritis akut.
4.      Terjadi peradangan secara maksimal dalam satu hari.
5.      Oligorthritis (jumlah sendi yang meradang kurang dari 4).
6.      Kemerahan di sekitar sendi yang meradang.
7.      Sendi metatarsophalangeal pertama (ibu jari kaki) terasa sakit atau membengkak.
8.      Serangan unilateral (satu sisi) pada sendi metatarsophalangeal pertama.
9.      Serangan unilateral pada sendi tarsal (jari kaki).
10.  Thopus (deposit besar dan tidak teratur dari natrium urat) di kartilago artikular (tulang
rawan sendi) dan kapsula sendi.
11.  Hiperuricemia (kadar asam urat dalam darah lebih dari 7,5 mg/dL).
12.  Pembengkakan sendi secara asimetris (satu sisi tubuh saja).
13.  Serangan arthritis akut berhenti secara menyeluruh.
Ketika terjadi serangan arthritis akut, penderita diberikan terapi untuk mengurangi
peradangannya. Hal ini dapat dilakukan dengan memberikan obat analgesik/NSAID,
kortikosteroid, tirah baring, atau dengan pemberian kolkisin.
Setelah serangan akut berakhir, terapi ditujukan untuk menurunkan kadar asam
urat dalam tubuh. Hal ini dapat dilakukan dengan memberikan kolkisin atau obat yang
memacu pembuangan asam urat lewat ginjal (misal probenesid) atau obat yang
menghambat pembentukan asam urat (misal allopurinol).
C.    Pengaturan Diet bagi Penderita Asam Urat
Penyakit asam urat memang sangat erat kaitannya dengan pola makan seseorang.
Pola makan yang tidak seimbang dengan jumlah protein yang sangat tinggi merupakan
penyebab penyakit ini. Meskipun demikian, bukan berarti penderita asam urat tidak boleh
mengkonsumsi makanan yang mengandung protein. Asalkan jumlahnya dibatasi, ya tidak
masalah. Selain itu, pengaturan diet yang tepat bagi penderita asam urat mampu
mengontrol kadar asam dan urat dalam darah. Penderita asam urat tinggi, memang harus
hati-hati terhadap makanan. Diet yang dilakukan, harus memenuhi syarat sebagai
berikut :
1.      Pembatasan purin
Apabila telah terjadi pembengkakan sendi maka penderita gangguan asam urat harus
melakukan diet bebas purin. Namun karena hampir semua bahan makanan sumber
protein mengandung nukleoprotein maka hal ini hampir tidak mungkin dilakukan. Maka
yang harus dilakukan adalah membatasi asupan purin menjadi 100-150 mg purin per hari
(diet normal biasanya mengandung 600-1.000 mg purin per hari).
2.      Kalori sesuai kebutuhan
Jumlah asupan kalori harus benar disesuaikan dengan kebutuhan tubuh berdasarkan pada
tinggi dan berat badan. Penderita gangguan asam urat yang kelebihan berat badan, berat
badannya harus diturunkannn dengan tetap memperhatikan jumlah konsumsi kalori.
Asupan kalori yang terlalu sedikit juga bisa meningkatkan kadar asam urat karena adanya
keton bodies yang akan mengurangi pengeluaran asam urat melalui urin.
3.      Tinggi karbohidrat
Karbohidrat kompleks seperti nasi, singkong, roti dan ubi sangat baik dikonsumsi oleh
penderita gangguan asam urat karena akan meningkatkan pengeluaran asam urat melalui
urin. Konsumsi karbohidrat kompleks ini sebaiknya tidak kurang dari 100 gram per hari.
Karbohidrat sederhana jenis fruktosa seperti gula, permen, arum manis, gulali, dan sirop
sebaiknya dihindari karena fruktosa akan meningkatkan
kadar asam urat dalam darah.
4.      Rendah protein
Protein terutama yang berasal dari hewan dapat meningkatkan kadar asam urat dalam
darah. Sumber makanan yang mengandung protein hewani dalam jumlah yang tinggi,
misalnya hati, ginjal, otak, paru dan limpa. Asupan protein yang dianjurkan bagi
penderita gangguan asam urat adalah sebesar 50-70 gram/hari atau 0,8-1 gram/kg berat
badan/hari. Sumber protein yang disarankan adalah protein nabati yang berasal dari susu,
keju dan telur.
5.      Rendah lemak
Lemak dapat menghambat ekskresi asam urat melalui urin. Makanan yang digoreng,
bersantan, serta margarine dan mentega sebaiknya dihindari. Konsumsi lemak sebaiknya
sebanyak 15 persen dari total kalori.
6.      Tinggi cairan
Konsumsi cairan yang tinggi dapat membantu membuang asam urat melalui urin. Karena
itu, Anda disarankan untuk menghabiskan minum minimal sebanyak 2,5 liter atau 10
gelas sehari. Air minum ini bisa berupa air putih masak, teh, atau kopi. Selain dari
minuman, cairan bisa diperoleh melalui buah-buahan segar yang mengandung banyak air.
Buah-buahan yang disarankan adalah semangka, melon, blewah, nanas, belimbing manis,
dan jambu air. Selain buah-buahan tersebut, buah-buahan yang lain juga boleh
dikonsumsi karena buah-buahan sangat sedikit mengandung purin. Buah-buahan yang
sebaiknya dihindari adalah alpukat dan durian, karena keduanya mempunyai kandungan
lemak yang tinggi.
7.      Tanpa Alkohol
Berdasarkan penelitian diketahui bahwa kadar asam urat mereka yang mengonsumsi
alkohol lebih tinggi dibandingkan mereka yang tidak mengonsumsi alkohol. Hal ini
adalah karena alkohol akan meningkatkan asam laktat plasma. Asam laktat ini akan
menghambat pengeluaran asam urat dari tubuh.
D.    Prinsip Diet Asam Urat
Diet penderita asam urat pertama-tama harus mengikuti dahulu prinsip umum diet
gizi seimbang seperti yang dikemukakan dalam Pedoman Empat-Sehat Lima Sempurna
dan 13 Pesan Dasar Gizi Seimbang. Selanjutnya diet tersebut mengacu pada lima
pedoman yang disyaratkan dalam diet rendah purin, yaitu :
1)      Pembatasan bahan makanan yang tinggi purin,
2)      Alkalinisasi urin untuk memudahkan ekskresi asam urat,
3)      Peningkatan asupan cairan,
4)      Penurunan berat badan pada pasien dengan kegemukan,dan
5)      Penghindaran alkohol.
E.     Pengaturan Makanan pada Diet Asam Urat
Penyakit asam urat (Arthritis Gout) terkadang sangat menyiksa penderitanya.Rasa
nyeri di persendian akibat penumpukan asam urat dapat mengganggu kenyamanan dan
aktifitas sehari-hari. Selain konsumsi obat-obatan, baik itu obat pereda nyeri maupun obat
pengontrol kadar asam urat, pemilihan jenis makanan mempunyai peran penting untuk
mengontrol penyakit ini.
1)      Jenis makanan yang sebaiknya dihindari oleh penderita asam urat antara lain adalah :
·         Makanan laut seperti udang, remis, kepiting, tiram, dan cumi-cumi.
·         Minuman yang mengandung alkohol seperti tape, bir, tuak pahit, dll.
·         Makanan kaleng seperti sarden, kornet sapi, dll.
·         Jeroan seperti usus, hati, limpa, paru, jantung, ginjal, dll.
·         Beberapa jenis buah-buahan seperti durian, alpukat, air kelapa muda, emping mlinjo,
dll.
·         Kaldu daging.
2)      Jenis makanan yang boleh dikonsumsi dalam jumlah sedikit antara lain :
·         Tahu dan tempe.
·         Ikan, daging kambing, daging ayam, daging sapi.
·         Beberapa jenis sayuran tertentu seperti kangkung, bayam, brokoli, tauge, daun pepaya,
asparagus, kacang-kacangan, jamur.
·         Makanan berlemak seperti santan, margarin, dan goreng-gorengan. Lemak dapat
menghambat pengeluaran asam urat lewat urin.
3)      Jenis makanan yang boleh dikonsumsi antara lain :
·         Keju, susu, telur.
·         Makanan sumber karbohidrat seperti beras, kentang, singkong, terigu, tapioka,
hunkwe, makaroni, mie, bihun, roti, dan biskuit. Tetapi karbohidrat sederhana golongan
fruktosa seperti gula, permen, arum manis, gulali, dan sirup sebaiknya dihindari karena
fruktosa dapat meningkatkan kadar asam urat.
·         Buah-buahan seperti semangka, melon,nanas, belimbing manis, dan jambu air. Buah-
buahan lain juga boleh dimakan kecuali durian dan alpukat.
Selain itu, penderita asam urat dianjurkan untuk banyak minum, minimal 2 liter atau 10
gelas sehari. Hal ini bertujuan untuk membantu pengeluaran asam urat lewat air seni dan
mencegah penumpukan asam urat di ginjal atau kandung kemih. Air minum ini bisa
berupa air putih masak, teh, atau kopi.
BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Kesimpulan dari makalah ini adalah sebagai berikut :
1.      Asam urat adalah hasil akhir dari katabolisme (pemecahan) purin. Purin adalah salah
satu kelompok struktur kimia pembentuk DNA.
2.      Asam urat dikeluarkan dalam tubuh melalui feses (kotoran) dan urin, tetapi karena
ginjal tidak mampu mengelurkan asam urat yang ada menyebabkan kadarnya meningkat
dalam tubuh. Hal lain yang dapat meningkatkan kadar asam urat adalah kita terlalu
banyak mengkonsumsi bahan makanan yang mengandung banyak purin. Asam urat yang
berlebih selanjutnya akan terkumpul pada persendian sehingga menyebabkan rasa nyeri
atau bengkak.
3.      Gejala asam urat seperti kesemutan dan linu, nyeri terutama malam hari atau pagi hari
saat bangun tidur, sendi yang terkena asam urat terlihat bengkak, kemerahan, panas dan
nyeri luar biasa pada malam hari dan pagi.
4.      Solusi mengatasi asam urat : melakukan pengobatan hingga kadar asam urat kembali
normal. Kadar normalnya adalah 2,4 hingga 6 untuk wanita dan 3,0 hingga 7 untuk pria,
control makanan yang dikonsumsi dan banyak minum air putih.
5.      Prinsip diet yang harus dipatuhi oleh penderita asam urat :
a.       Menbatasi asupan purin atau rendah purin.
b.      Asupan energy sesuai dengan kebutuhan.
c.       Mengkonsumsi lebih banyak karbohidrat.
d.      Mengurangi konsumsi lemak.
e.       Tidak mengkonsumsi minuman beralkohol.
f.       Mengkonsumsi cukup itamin dan mineral.
B.     Saran
1.      Penderita asam urat atau arthritis gout harus benar-benar menjaga pola makan sehari-
hari agar kadar asam urat dalam tubuh bisa terkendali. Dan hindari makanan bahan
makanan yang mengandung banyak mengandung purin karena dapat memicu
meningkatnya kadar asam urat dalam darah.
2.      Selain dengan mengkonsumsi obat-obatan, pengaturan pola makanan dapat dijadikan
pilihan untuk mengatasi masalah asam urat. Menu makanan diatur sedemikian rupa agar
lebih banyak makanan dengan kandungan nukleotida purin yang rendah.

DAFTAR PUSTAKA
 Ahmad, N. 2011.Cara Mencegah dan Mengobati Asam Urat dan Hipertensi.
Jakarta: Rineka Cipta.
 Andry, Saryono, Arif Setyo U. 2009. Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi
Kadar Asam Urat pada Pekerja Kantor di Desa Karang Turi, Kecamatan
Bumiayu, Kabupaten Brebes. Jurnal Keperawatan Soedirman. Vol. 4 No. 1.
 Andry, Saryono, Arif Setyo Upoyo. Analisis Faktor–Faktor yang Mempengaruhi
Kadar Asam Urat pada Pekerja Kantor di Desa Karang Turi, Kecamatan
Bumiayu, Kabupaten Brebes. Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman
Journal of Nursing). 2009; Volume 4 No.1 Maret.
 Azari RA. 2014. Journal Reading: Artritis Gout. Semarang: Fakultas Kedokteran
Universitas Islam Sultan Agung.
 Badrushalih. 2008. Lanjut usia. Jakarta: EGC
 Bridges SL. 2001. Gout epidemiology, pathology and pathogenesis. In: Klippel
jh. Primer on the rheumatic diseases. Atlanta: Arthritis Foundation.
 Carter MA. 2002.Buku Ajar Patofisiologi.edisi 6. Jakarta : EGC.
 Choi HK, Karen A, Elizabeth WK, Gary C. 2008. Obesity, weight change,
hypertension, diuretic use and risk of gout in men. Inggris. Archives of Internal
Medicine.
 Damayanti. 2012. Panduan Lengkap Mencegah & Mengobati Asam Urat.
Yogyakarta: Araska.
 Darmawan. 2008. Mencegahan dan Mengobati Asam Urat. Yogyakarta: Araska.
 Dian. 2015. Hubungan Lingkar Pinggangdan Indeks MassaTubuh Dengan Kadar
Asam Urat Wanita Usiadi Atas 50 Tahun. Jurnal kedokteran. Universitas
Diponegoro Semarang.
 Diantari. 2012. Pengaruh Asupan Purin dan Cairan Terhadap Kadar Asam Urat
pada Wanita Usia 50-60 Tahun di Kecamatan Gajah Mungkur Semarang. Jurnal
Kedokteran. Universitas Diponegoro Semarang.
 Dinkes Pacitan2016. Data Pasien Asam Urat di Pacitan. Pacitan: Dinas Kesehatan
Pacitan.
 Elisabeth H, Hyon KC. 2008. Menopouse, postmenopausal hormone use and
serum uric acid levels in US women the third national health and nutrition
examination survey. US. Arthritis Research and Therapy. 10 : R116.
 Festy, P. 2009. Hubungan Antara Pola Makan dengan Kadar Asam Urat Darah
pada Wanita menopause di Posyandu Lansia Wilayah Kerja Puskesmas Dr.
Soetomo Surabaya. Jurnal Keperawatan. Surabaya: Universitas Muhammadiyah
Surabaya.
 Gibson, 1990. Principles of Nutritional Assessment. Oxford University Press.
New York
 Hervani. 2004, Perbedaan Proporsi Total Asupan Energi, Karbohidrat, Lemak,
serta Aktifitas Fisik dan Faktor lain dalam Menentukan Kejadian Obesitas
Menurut IMT pada Pegawai Negeri Sipil (PNS) Puskesmas di Kec. Rancaekek.
Kabupaten Bandung. Skripsi, FKM.UI
 Ismayadi, 2006. Penelitian Keperawatan Gerontik, Program Studi Ilmu
Keperawatan Fakultas Kedokteran, Universitas Sumatera Utara,
http://asperbk.blogspot.com/06/08/penelitian-keperawatan-gerontik.html.
 Ismayadi. 2004. Asuhan keperawatan dengan rematik (arthritis rheumatoid)
lansia. Jakarta: Penebar plus.
 Jilly, PL. 2015.Hubungan Umur, Jenis Kelamin Dan Indeks Massa Tubuh Dengan
Kadar Asam Urat Darah Pada Masyarakat Yang Datang Berkunjung ke
Puskesmas Paniki Bawah Kota Manado. Jurnal Kesmas. Manado: Fakultas
Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi.
 Kemenkes RI. 2013. Riset Kesehatan Dasar Tahun 2012. Jakarta: Kementrian
Kesehatan RI.
 Krisnatuti, 2006. Perencanaan Menu Untuk Penderita Gangguan Asam Urat, edisi
12.Jakarta: Penebar swadaya.
 Krisnatuti. 2007. Perencanaan Menu untuk Penderita Gangguan Asam Urat.
Jakarta: Penebar swadaya.
 Lyu Li-Ching, Chi-Yin Hsu, Ching-Ying Yeh, Meei-Shyuan Lee, Su Hua Huang,
Ching-Lan Chen. 2003. A case-control study of the association of diet and obesity
with gout in Taiwan. American Journal of Clinical Nutrition, Vol 78 No. 4, Hal
690-701.
 Lyuet. 2003.Obesitas dan Penanggulangannya. Jakarta: Buletin Kesehatan.
 Maria PH. 2000. Faktor Gizi Sebagai Determinan Hiperurisemia. (Thesis).
Depok: FKM UI.

Anda mungkin juga menyukai