Skenario 1
“Nyeri Perut”
Oleh :
Mochamad Dava Wardana
NPM : 17700157
Kelompok 10
Dosen Pembimbing Tutor:
Eva Diah Setijowati, dr., MSi.Med
PENDAHULUAN...................................................................................................3
Latar Belakang.........................................................................................................3
BAB I Skenario........................................................................................................4
BAB II Kata Kunci..................................................................................................5
BAB III Problem......................................................................................................6
Rumusan Masalah........................................................................................6
Tujuan..........................................................................................................6
BAB IV Pembahasan...............................................................................................7
Anatomi Fisiologi........................................................................................7
Etiologi.........................................................................................................9
BAB V Hipotesis Awal..........................................................................................13
BAB VI Analisis Diferential Diagnosa..................................................................14
BAB VII Hipotesis Akhir......................................................................................17
BAB VIII Mekanisme Diagnosis...........................................................................18
BAB IX Strategy Menyelesaikan Masalah............................................................19
BAB X Prognosis dan Komplikasi........................................................................21
BAB XI Daftar Pustaka.........................................................................................22
PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
Pada scenario SGD ini, kami mendapatkan suatu kasus yaitu Pak Adi, 45 tahun
mengeluh nyeri perut kanan bawah sejak 3 hari yang lalu, nyeri awalnya dirasakan di ulu hati
semakin lama semakin hebat.
BAB I
Scenario
Pak Adi, 45 tahun mengeluh nyeri perut kanan bawah sejak 3 hari yang lalu, nyeri awalnya
dirasakan di ulu hati semakin lama semakin hebat.
BAB II
Kata Kunci
1. Vehopobia/Amaxophobia
2. Ombrophobia
3. PTSD ( Post Traumatic Stress Disorder )
BAB VI
ANALISIS DIFFERENTIAL DIAGNOSA
Phobia
Phobia adalah suatu bentuk dari gangguan kecemasan. Sebagai bagian dari gangguan
kecemasan, akar berkembangnya gejala ini yaitu pengelolaan yang kurang adaptif
terhadap pengalaman-pengalaman rasa takut yang menimbulkan rasa cemas, yang
pernah dialami seseorang sepanjang kehidupan, terhadap sesuatu hal atau objek
tertentu. Pada kasus ini beberapa phobia yang berhubungan yaitu:
Amaxophobia
Merupakan salah satu jenis ketakutan atau phobia yang ada di dunia.
Namun, Amaxophobia ini unik dikarenakan para penderitanya akan memiliki
ketakutan tersendiri ketika menaiki suatu kendaraan mobil
Ombrophobia
Ombrophobia adalah adalah phobia terhadap hujan, orange yang menderita phobia ini
biasanya akan berdiam diri di dalam rumah.
Gejala Klinis:
- Panic
- Merasa takut
- Badan bergemetar
- Frustasi (dalam bentuk tangisan)
- Jantung bedebar – debar
- Tubuh bergemetar dan berkeringat
Post Traumatic Stress Disorder
Post Traumatic Stress Disorder (PTSD) adalah sindrom yang muncul setelah seseorang
melihat, mendengar atau terlibat dalam stresor traumatis yang ekstrem. PTSD terjadi
karena paparan peristiwa traumatis dan didefinisikan berdasarkan cluster gejala yang
berbeda antara lain kembali merasakan sedang dalam peristiwa trauma atau flashback,
menghindar, emosi tumpul/numbing dan gejala tersebut tetap bertahan selama lebih
dari 1 bulan. (Sadock, B.J .& Sadock, V.A., 2007)
Gejala pemunculan stressor, terjadi pada :
1. Orang yang mengalami, menyaksikan, atau mempelajari peristiwa yang
melibatkan kematian yang tragis, kecelakaan serius atau kekejaman pada
diri sendiri dan orang lain.
2. Orang yang mengalami ketakutan, ketidakberdayaan atau ketakutan hebat
(pada anak-anak, respon tersebut mengakibatkan perilaku kacau atau
memprovokasi).
Gejala dari peristiwa yang dialami lagi, ditunjukan oleh :
1. Perilaku mengungkit kembali peristiwa mengganggu. 3 Makalah, GSPT,
Sunardi, PLB FIP UPI, 2007
2. Mengingat kembali mimpi buruk suatu peristiwa
3. Berperilaku atau seolah-olah trauma tersebut muncul kembali (ilusi,
halusinasi, dan kembali ke masa lalu yang bersifat disosiatif)
4. Distress psikologis yang hebat atas munculnya tanda-tanda internal atau
eksternal yang mensimbolkan dengan suatu aspek dari trauma tersebut.
5. Reaksi psikologis yang muncul berulang-ulang seperti pada gejala diatas.
Gejala gangguan kehidupan. Yaitu gangguan yang menyebabkan distress dalam fungsi
sosial atau bidang penting lainnya. Sedangkan menurut Hasanuddin (2004), dalam
Ilmu Psikiatri gejala-gejala GSPT dapat dikelompokkan menjadi 4 kriteria, yaitu :
a) Kriteria A : Trauma Meliputi pengalaman langsung dan menyaksikan
kejadian yang mengancam kematian serta respon terhadap kejadian berupa
rasa takut yang sangat kuat dan rasa tidak berdaya.
b) Kriteria B : re-experiencing/re-koleksi kilas balik ingatan berulang Meliputi
rekoleksi ingatan kejadian berupa bayangan, pikiran dan persepsi. Seperti
mimpi yang menakutkan dan berulang, merasa kejadian itu terjadi kembali,
serta reaksi fisik dan psikis yang sama berulang pada saat terjadi, jika
teringat trauma tsb. 4 Makalah, GSPT, Sunardi, PLB FIP UPI, 2007
c) Kriteria C : penghindaran dan penumpulan emosi Meliputi meliputi usaha
menghindari pikiran, perasaan dan percakapan yang berhubungan dengan
trauma, menghindari aktivitas dan lokasi yang mengingatkan dengan trauma,
tidak mampu mengingat trauma, hilang minat dalam aktivitas, perasaan
lepas dan asing pada lingkungan tempat trauma terjadi, kehilangan emosi
dan perasaan menumpul, serta merasa kehilangan masa depan.
d) Kriteria D : hipersensitif dan iritabilitas meninggi terhadap rangsang
Meliputi sulit tidur, ledakan kemarahan, sulit konsentrasi, waspada
berlebihan, dan respon terkejut yang berlebihan.
BAB VII
HIPOTESIS AKHIR ( DIAGNOSIS )
Berdasarkan analisa kelompok, pada akhirnya mendapat diagnosis yang paling logis yaitu
PTSD ( Post Traumatic Stress Disorder )
BAB VIII
MEKANISME DIAGNOSIS
Diffential Diagnosis
amaxophobia
Pemeriksaan Fisik :
Keadaan Umum: komposmentis (sadar baik),
kulit tampak basah berkeringat, tidak ada luka,
lebam
Vital Sign:
Tensi: 135/90
Pemeriksaan Penunjang Rr: 30
Laboratorium Nadi: 115
Hematologi rutin: dbn Suhu: 37
Gula darah acak: 103 mg/dl Kepala leher:
Kolesterol: dbn a/I/c/d : -/-/-/-
As. Urat: dbn Pupil isorkor/ reflek cahaya: +/+
Pembesaran KGB (-)
T3, T4, TSH: dbn
Pembesaran tiroid (-)
Urin: toksikologi test (-) Thorax
Radiologi:
P= vesikuler, wheezing-/-/, ronki -/-
Abdomen
Bising usus +
Hepar, lien tak teraba
Ekstremitas
Edema (-)
Ekspirasi Memanjang
Ext :
akral : +/+, +/+ (pucat, dingin)
Diagnosis Akhir:
Post traumatic stress
disorder (PTSD)
BAB IX
STRATEGI MENYELESAIKAN MASALAH
Penatalaksanaan
Pengobatan gejala PTSD umumnya terdiri dari terapi obat-obatan dan juga dilakukan
psikoterapi.
Psikoterapi
Terapi kognitif: Membantu pengidap untuk mengenali cara pikir (pola kognitif) yang
menyebabkan terhambatnya pengidap dalam proses melalui peristiwa traumatis
tersebut.
Terapi paparan: Terapi paparan bertujuan untuk membantu pengidap agar bisa
menghadapi situasi dan memori yang dianggap menakutkan sehingga pengidap dapat
menghadapinya dengan efektif. Terapi ini efisien terutama pada kasus dimana
pengidap mengalami kilas balik atau mimpi buruk.
Eye movement desensitization and reprocessing (EMDR): EMDR menggabungkan
terapi paparan dan sebuah serial pergerakkan mata terarah untuk membantu pengidap
memproses sebuah peristiwa traumatis dan dokter akan mengamati reaksi pengidap.
Obat-Obatan
o Antidepresan: Obat ini membantu meringankan gejala depresi,
cemas, gangguan tidur dan gangguan konsentrasi.
o Antikecemasan: Obat ini membantu meredakan gangguan cemas yang berat.
o Prazosin: Efektivitas prazosin dalam meringankan gejala dan menekan
terjadinya mimpi buruk masih dalam perdebatan.
Selain itu, farmakoterapi juga dapat dilakukan sebagai pendukung psikoterapi. Terapi
ini bertujuan untuk meminimalisir gejala-gejala dari PTSD dengan penstabilan zat-zat
pada otak yang menyebabkan kecemasan, kekhawatiran, dan depresi. Adapun
beberapa contoh farmakoterapi yang sering digunakan dalam kasus PTSD, antara
lain: 8
1) Golonganbenzodiazepin:Chlordiazepoxide,Diazepam,Lorazepam.
2) Golongannon-benzodiazepin:Buspirone,Sulpiride,Hydroxyzine.
3) Golonganantidepresan:Trisiklik,Amitriptyline,Imipramine.
4) GolonganMonoamin Oksidase Inhibitor(MAOI):Moclobemide
5) Golongan Selective Serotonin Reuptake Inhibitor (SSRI): Sertraline,
Paroxetine, Fluvoxamine, Fluoxetine.
BAB X
PROGNOSIS DAN KOMPLIKASI
Komplikasi PTSD
PTSD bisa mengganggu kehidupan penderitanya, baik di lingkup keluarga atau
pekerjaan. Selain itu, penderita PTSD juga berisiko menderita gangguan mental lain,
seperti:
o Depresi
o Gangguan makan
o Gangguan kecemasan
o Ketergantungan alkohol
o Penyalahgunaan NAPZA
Penderita PTSD juga lebih berkemungkinan memiliki keinginan untuk melukai diri
sendiri bahkan bunuh diri.
Prognosis
pada penyakit PTSD berbeda-beda tergantung pada pasien. Prognosis yang baik
ditentukan dengan onset gejala yang cepat, durasi gejala yang singkat, fungsi
pramorbid yang baik, dukungan sosial yang kuat, tidak adanya gangguan psikiatri,
kondisi medis, dan penggunaan zat berbahaya lainnya. Prognosis yang buruk pada
umumnya dialami oleh pasien yang berusia sangat muda dan lanjut usia. Sedangkan
pasien pada usia pertengahan, dapat ditoleransi lebih baik.
BAB XI
DAFTAR PUSTAKA