Lapsus CKD + Anemia
Lapsus CKD + Anemia
Oleh:
Nur Fahimmatur Rizqiyah
22710010
Pembimbing
dr. H. Rudyanto, Sp.PD, FINASIM
1
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN KASUS
Oleh:
Hari :
Tanggal :
Mengetahui
Dokter Pembimbing
2
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat
dan hidayah-Nya lah penulis dapat menyelesaikan pembuatan laporan kasus yang
berjudul, “Chronic Kidney Disease”
Ucapan terima kasih tak lupa penulis ucapkan kepada dr.Rudyanto, Sp.PD
FINASIM selaku pembimbing dibagian Penyakit Dalam RSUD Dr. Wahidin
Mojokerto dan rekan-rekan yang telah membantu penulis dalam pembuatan
laporan kasus ini.
Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan laporan kasus ini masih banyak
terdapat kesalahan. Untuk itu, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat
penulis harapkan guna perbaikan dalam pembuatan laporan kasus selanjutnya.
Semoga tinjauan pustaka ini dapat berguna bagi kita semua, khususnya bagi
para pembaca dan rekan-rekan sejawat.
Penulis
3
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL............................................................................................. i
LEMBAR PENGESAHAN .................................................................................. ii
KATA PENGANTAR .......................................................................................... iii
DAFTAR ISI......................................................................................................... iv
BAB I LAPORAN KASUS ............................................................................. 1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA........................................................................ 17
BAB III KESIMPULAN....................................................................................... 29
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 30
4
BAB I
LAPORAN KASUS
1. Identitas Pasien
• Nama : Tn. SAS
• Umur : 63 tahun (01-03-1960)
• Alamat : Gamping, Rowa
• Pekerjaan : Wiraswasta
• Agama : Islam
• Status Marital : Menikah
• Tanggal MRS : 4 April 2023
5
6. Riwayat Sosial dan Kebiasaan :
• Sering mengkonsumsi makanan yang asin-asin
7. Riwayat Pengobatan :
Pasien rutin minum obat:
• Nifedipin 1x3 mg
• Metildopa 2x500 mg
8. Pemeriksaan Fisik
• Kesadaran : Compos Mentis
• GCS : 456
• Keadaan umum : Lemah
• Vital Sign : Tekanan Darah : 180/100 mmHg
Nadi : 112 x/menit
Suhu : 36 °C
RR : 24 x/menit
SpO2 : 94% on NRBM
• Kepala Leher : a/i/c/d : +/-/-/-
6
Vesikuler +/+
Ronki +/+
Whezing -/-
Cor: Inspeksi: Jejas (-), Iktus cordis : tak tampak, Pulsasi :
tak tampak
Palpasi: Iktus cordis: tak teraba, Heave : tak teraba,
Getaran (thrill): teraba merambat sampai
bagian axilaris anterior sisnitra
Perkusi: Batas Jantung:
Kanan : ICS V Parasternal Dextra
Kiri : ICS VI Axillaris Anterior Sinistra
Atas : ICS III Parasternal Dextra
Auskultasi: S1 S2 Tunggal Reguler
Suara jantung tambahan : Murmur (-)
Gallop (-)
Abdomen : Inspeksi :
9. Pemeriksaan Penunjang
• EKG
• Pemeriksaan Laboratorium
04 April 2023
Hematologi
Pemeriksaan Hasil Nilai Normal
Leukosit 8.83 x 10^3/µL 3,80-10,60
Hb 6.6 g/dL (L) 13,2-17,3
Eritrosit 2.30 x 10^6/µL (L) 4,40-5,90
Hematokrit 18.6 %(L) 40-52
8
Trombosit 280 x 10^3/µL 150-400
MPV 7.9 Fl 6,1 (L) 9-13
MCV 81 fL 80-100
MCH 28.6 pg 26-34
MCHC 35.3 g/L 32-36
RDW-CV 18.2 % (L) 11,5-14,5
RDW-SD 46.6 fL 37-54
Eosinofil 2.0 0-0,4
Basofil 0.4 0-1
Neutrofil 78.9 (H) 50-70
Limfosit 7.4 (L) 25-40
Monosit 11.4 (H) 0-0,7
Kimia Darah
Glukosa Sewaktu 113 mg/dL <200
BUN 92.7 mg/dL (H) 7.0-18.0
Kreatinin Darah 13.14 mg/dL (H) 0.50-1.30
eGFR 4 ml/min/1.73 m2 (L) >90
Kalsium 6.32 mg/dL (L) 8,40-10-20
Natrium 129.6 mmol/L (L) 136-145
Kalium 4.14 mmol/L 3,5-5,1
Chorida darah 101.7 mmol/L 98-107
9
8. SPO2 94%
9. HB turun
2. Diagnosa Awal
CKD stage V + Anemia + Hiponatremia + Hipokalsemia
Non Medikamentosa
• Konsumsi cairan tidak lebih dari 600cc/hari
11
Follow UP
05/04/2023 Pasien mengatakan badan KU: lemas CKD stage V + Anemia Planning Diagnosis:
+ Hiponatremia + DL, SE, HBsAg, Anti
terasa lemes, nafas masih GCS: 456 Hipokalsemia HCV. USG Abdomen
total
terasa ngongsrong, badan TTV:
Planning Terapi:
terasa sakit semua, muntah TD: 160/100 mmHg
Terapi lanjut
2 x sedikit berisi cairan HR: 84x/menit
Infus PZ 500 cc/24 jam
dan makanan, nafsu makan RR: 22 x/menit 14 tpm
Inj. Furosemide 3x1
menurun, sulit keluar air Suhu: 36 C ampul
Injeksi Antrain 3x1
kencing. spO2 : 99% dengan nasal kanul ampul
Injeksi Ranitidin 2x1
ampul
pemeriksaan fisik: Asam folat 1x1 tab PO
Calcium carbonate 3x1
K/L : a+/i-/c-/d- tab PO
12
pitting bilateral +/+ Batasi cairan <600cc
perhari
06/04/2023 Pasien mengatakan badan KU: Lemah CKD stage V + Anemia Planning Diagnosis:
terasa lemes, sesak + Hiponatremia +
berkurang, hari ini muntah GCS: 456 Hipokalsemia Planning Terapi:
1x tapi yang keluar hanya
TTV: Infus PZ 500 cc/14 tpm
sedikit berupa air dan
Injeksi Antrain 3x1
sedikit makanan , nafsu TD 150/90 mmHg ampul
makan menurun, tidak bisa
Injeksi Ranitidin 2x1
keluar air kencing. HR 82 x/menit
ampul
Suhu 36C Asam folat 1x1 tab PO
Calcium carbonate 3x1
RR 20 x/menit tab PO
Keluhan
Pemeriksaan Fisik:
Input dan output
TTV
K/L : a+/i-/c-/d-
13
Tho : ves+/ves+ Planning Edukasi:
14
06 April 2023
Hematologi Lengkap
Pemeriksaan Hasil Nilai Normal
Leukosit 9.29 x 10^3/µL 3,80-10,60
Hb 9.2 g/dL (L) 13,2-17,3
Eritrosit 3.40 x 10^6/µL (L) 4,40-5,90
Hematokrit 27.4 %(L) 40-52
Trombosit 342 10^3/µL 150-400
PDW 10.8 fl 9.0-17.0
MPV 10.1 fl 9.0-13.0
P-LCR 25.3 % 13.0-43.0
MCV 80.6 fl 80.0-100.0
MCH 27.1 pg 26.0-34.0
MCHC 33.6 g/L 32.0-36.0
RDW-CV 15.9 % 11.5-14.5
RDW-SD 46.1 fl 37.0-54.0
Hitung Jenis Leukosit
Eosinophil 2.8 % 2.0-4.0
Basophil 0.1 % 0-1
Neutrofil 83.8 % 50.0-70.0
Limfosit 7.1 % 25.0-40.0
Monosit 6.2 % 2.0-8.0
Jumlah Eosinofil 0.26 10^3/µL 0.00-0.40
Jumlah Basofil 0.01 10^3/µL 0.00-0.10
Jumlah Neutrofil 7.78 10^3/µL 1.50-7.00
Jumlah Limfosit 0.66 10^3/µL 1.00-3.70
Jumlah Monosit 0.58 10^3/µL 0-0.7
KIMIA DARAH
Glukosa sewaktu 113 mg/dl <200
BUN 92.7 mg/dl (H) 7.0-18.0
Kreatinin darah 13.14 mg/dl (H) 0.50-1.30
eGFR 4 >90
ml/min/1.73m
2 (LL)
15
SERUM ELEKTROLIT
Kalsium 6.32 mg/dl (L) 8.40-10.20
Natrium 129.6 mg/dl (L) 136.0-145.0
Kalium 4.14 mg/dl 3.5-5.1
Chloride Darah 101.7 mg/dl 98.0-107.0
IMUNOSEROLOGI
Antigen SARS- Negatif Negatif
CoV-2
16
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
2.2 Epidemiologi
17
saluran kencing bawah, keganasan, riwayat keluarga CKD,
penurunan massa ginjal, paparan banyak obat, serta berat lahir
rendah.
a. Gangguan kardiovaskuler
Pada pasien ini terjadi hipertensi,dan sesak nafas akibat gagal jantung
dan edema pulmonal. Hipertensi dapat berdampak pada penurunan
sirkulasi pada ginjal sehingga ginjal akan mengaktivasi renin-
angiotensin-aldosteron system (RAAS) untuk meningkatkan tekanan
darah secara sistemik dengan meretensikan natrium dan berakibat terjadi
kerusakan pada ginjal. Dan hipertensi yang berlangsung selama kronik
juga berakibat pada kemampuan jantung untuk memompa lebih besar
pasokan darah sehingga terjadi gagal jantung kongestiv disertai edem
18
pulmonal oleh karena penumpukan cairan.
b. Gangguan Pulmoner
Edem pulmonal, batuk dengan sputum kental dan riak, suara crackles.
Manifestasi dari edem pulmonal
c. Gangguan gastrointestinal
d. Gangguan muskuloskeletal
e. Gangguan cairan
f. Sistem hematologi
2.5 Klasifikasi
Klasifikasi penyakit ginjal kronis menurut KDIGO pada tahun 2012
meliputi kriteria penurunan GFR dan peningkatan rasio albuminuria dan serum
kreatinin. Klasifikasi penyakit ginjal kronis menurut KDIGO bertujuan untuk
19
menentukan penanganan pasien, dan urgensi penanganan dari penyakit ginjal
kronis tersebut.
Kriteria yang digunakan KDIGO untuk menentukan urgensi penyakit ginjal
kronis adalah Glomerulus Filtration Rate (GFR), GFR merupakan kemampuan
glomerulus ginjal untuk memfiltrasi darah. GFR dapat dihitung dengan
menggunakan jumlah serum creatinine dengan rumus formula Cockcroft Gault
sebagai berikut:
(140−𝑢𝑠𝑖𝑎)𝑥 𝐵𝐵 𝑥(0,85 𝑗𝑖𝑘𝑎 𝑝𝑒𝑟𝑒𝑚𝑝𝑢𝑎𝑛 𝑎𝑡𝑎𝑢 1 𝑗𝑖𝑘𝑎 𝑙𝑎𝑘𝑖−𝑙𝑎𝑘𝑖)
GFR = 72 𝑥 𝑠𝑒𝑟𝑢𝑚 𝑐𝑟𝑒𝑎𝑡𝑖𝑛𝑖𝑛
Pada hasil perhitungan formula Cockcroft Gault pada kasus ini didapatkan
angka 4 ml/min/1.73/m2 sehingga dapat dikatakan sebagai end stage renal
disese.sehingga dalam penanganannya pasien ini memerlukan dialysis.
2.6 Patofisiologi
Hipertensi
Aktivasi
RAAS
Injury
Glomerulosclerosis
CKD
Eritropoietin
Na retensi Retensi
tidak dapat di Kalium Penumpumkan urea dalam darah
Aktivasi vit. D
eksresikan
terhambat 1. TD meningkat
dan Hyperkalemia Azotemia
2. edema
Anemia Tidak dapat
Pencernaan System saraf pusat
mengabsorbsi Ca
dalam usus Akibat aktivasi RAAS
1.Nausea Ensefalopati
2.Nafsu makan uremikum
mengaktivasi parathyroid menurun
untuk merangsang tulang
mengeluarkan calsium tulang
menuju ke dalam darah
Renal osteodistorfi
22
2.7 Pendekatan Diagnosis
2.8 Tatalaksana
24
3. Memperlambat pemburukan fungsi ginjal
a. Retriksi protein
25
dislipidemia, anemia, hiperfosfatemia, dan terapi terhadap kelebihan
cairan dan gangguan keseimbangan elektrolit.
• Diabetes melitus: Pada pasien DM, kontrol gula darah, hindari
pemakaian metformin dan obat-obat sulfonilurea dengan masa
kerja panjang. Target HbA1C untuk DM tipe 1 0,2 diatas nilai
normal tertinggi, untuk DM tipe 2 adalah 6%.
• Hipertensi: Penghambat perubahan enzim angiotensin
(Angiotensin Converting Enzyme/ ACE inhibitor) atau antagonis
reseptor Angiotensin II kemudian dilakukan evaluasi kreatinin
dan kalium serum, bila terdapat peningkatan kreatinin > 35% atau
timbul hiperkalemia harus dihentikan dan dapat diganti dengan
calcium channel bloker, seperti verapamil dan diltiazem. Dalam
tatalaksanan hipertensi pada pasien ini diberikan obat
antihipertensi golongan CCB yaitu amlodipine dan metildopa.
• Dislipidemia: Kontrol dislipidemia dengan target LDL,100 mg/dl
dianjurkan golongan statin
• Anemia: Koreksi anemia dengan target Hb 10-12 g/dl. Anemia
pada CKD terutama disebabkan oleh defisiensi eritropoetin.
Evaluasi terhadap anemia dimulai saat kada Hb ≤ 10 g% atau Hct
≤ 30%, meliputi evaluasi terhadap status besi, mencari sumber
perdarahan, morfologi eritrosit, kemungkinan adanya hemolisis.
Pemberian transfuse pada CKD harus dilakukan secara hati-hati,
berdasarkan indikasi yang tepat dan pemantauan yang cermat.
• Hiperfosfatemia: Pemberian diet rendah fosfat sejalan dengan diet
pada pasien CKD secara umum, yaitu tinggi kalori, rendah
protein, dan rendah garam, karena fosfat sebagian besar
terkandung dalam daging dan produk hewan, seperti susu dan
telor. Asupan fosfat dibatasi 600-800 mg hari. Pembatasan
asupan fosfat yang terlalu ketat tidak dianjurkan, untuk mencegah
terjadinya malnutrisi.
• Kelebihan cairan: Pembatasan cairan dan elektrolit bertujuan
mencegah terjadinya edema dan komplikasi kardiovaskular. Air
yang masuk ke dalam tubuh dibuat seimbang dengan air yang
keluar dengan asumsi bahwa air keluar melalui insensible water
26
loss antara 500- 800 ml/hari, maka air yang dianjurkan masuk
500-800 ml ditambah jumlah urin. Elektrolit yang harus diawasi
adalah Na dan K sebab hiperkalemia dapat mengakibatkan
aritmia jantung yang fatal dan hipernatremia dapat
mengakibatkan hipertensi dan edema.
4. Pencegahan dan terapi terhadap komplikasi
a. Anemia
Pemberian eritropoetin (EPO) merupakan hal yang dianjurkan dan
status besi harus diperhatikan karena EPO memerlukan besi dalam
mekanisme kerjanya. Tujuan pemberian EPO adalah untuk
mengoreksi anemia renal sampai target Hb= 10g/dL.
Target pencapaian Hb dengan transfusi darah adalah 7-9g/dL.
Pemberian transfusi darah pada pasien CKD harus hati-hati dan
hanya diberikan pada keadaan khusus yaitu:
• Perdarahan akut dengan gejala gangguan hemodinamik
• Hb < 7g/dL dan tidak memungkinkan menggunakan EPO
• Hb < 8g/dL dengan gangguan hemodinamik
b. Osteodistrofi renal
Osteofdistrofi adalah istilah yang menggambarkan secara umum
semua kelainan tulang akibat gangguan metabolisme Kalsium
karena terjadinya penurunan fungsi ginjal. Penatalaksanaannya
dilakukan dengan cara mengatasi hiperfosfatemia dan pemberian
hormon kalsitriol. Hiperfosfatemia diatasi dengan pembatasan
asupan fosfat 600-800mg/hari, pemberian pengikat fosfat seperti
kalsium karbonat (CaCO3) dan kalsium asetat serta pemberian
bahan kalsium mimetik yang dapat menghambat reseptor Ca pada
kelenjar paratiroid dengan nama sevelamer hidroklorida.
5. Terapi pengganti ginjal berupa dialisis atau transplantasi ginjal
Dilakukan pada CKD stadium 5, yaitu pada LFG kurang dari 15 ml/mnt. Terapi
tersebut dapat berupa hemodialisis, peritoneal dialisis atau transplantasi ginjal.
27
2.9 Komplikasi
2.10 Prognosis
Secara umum, penderita CKD memiliki 5-years-survival-rate sekitar 35%
dan 25% pada penderita CKD dengan diabetes mellitus. Penderita CKD yang
menderita hypoalbuminemia juga memiliki prognosis yang kurang baik. Hal
tersebut dikarenakan rendahnya kadar bicarbonate yang merupakan salah satu
element kidney protector. Pada pasien ini berdasarkan pada kadar albuminuria
(92.7 mg/dl) dan pengukuran GFR didapatkan 4 ml/min/7.13m2 maka pada
kategori very high risk.
28
Gambar 5. Prognosis CKD berdasarkan jumlah albumin (KDIGO, 2012)
29
BAB III
KESIMPULAN
1. Gagal ginjal kronik merupakan suatu penyakit yang berjalan progresif dan lambat
(berlangsung dalam beberapa tahun), dimulai dengan: penurunan cadangan ginjal,
insufisiensi ginjal, gagal ginjal, penyakit ginjal tingkat akhir yang disertai dengan
komplikasi-komplikasi target organ, dan akhirnya menyebabkan kematian.
2. Diagnosa dini meliputi gambaran klinis, laboratorium sederhana, dan segera
memperbaiki keadaan komplikasi yang terjadi. Jika sudah terjadi gagal ginjal
terminal, pengobatan yang sebaiknya dilakukan adalah: dialisis dan transplantasi
ginjal. Pengobatan ini dilakukan untuk mencegah atau memperlambat tejadinya
kematian.
30
DAFTAR PUSTAKA
Ariani, S. 2016. Stop Gagal Ginjal dan Gangguan-Gangguan Ginjal Lainnya: Seputar
Ginjal dan Ragam Jenis Lainnya. Jogjakarta: Wirogunan.
Diyono & Mulyani 2019. Keperawatan Medikal Bedah. Penerbit Andi. Yogyakarta
Elain Ku et al. 2019. Hypertension in CKD: Core Curriculum 2019. Am J Kidney Dis.
74(1): 120-131. Published online March 19, 2019. doi: 10.1053/ j.ajkd.2018.12.044
Kyneissia Vika Gliselda. 2021. Diagnosis dan Manajemen Penyakit Ginjal Kronis
(PGK). Jurnal Medika Hutama Vol 02 No 04, Juli 2021.
Ni Luh Inten et al. 2021. hubungan kadar kalsium dan fosfor penderita gagal ginjal
kronik dengan hemodialisa di laboratirium klinik prodia denpasar. Volume 12
Nomor 01 Maret 2021
NKF-KDIGO. KDIGO 2012 clinical practice guideline for the evaluation and
management of chronic kidney disease. ISN. 2013; 3(1):1–163.
Setiati S. Alwi I, Sudoyo A W, Stiyohadi B, Syam A F. 2017. Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam Jilid II. Edisi-VI. Jakarta: Interna Publishing
Suwitra Ketut. Penyakit Ginjal Kronik. Dalam : Sehati S, Alwi I, Sudoyo AW, dkk,
Editor. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II. Edisi IV. Jakarta Pusat : Interna
Publishing : 2014 ; 2159-2165
31