Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PRAKTIKUM GENETIKA

“SIMULASI PERSILANGAN MONOHIBRIDA”

Dosen Pengampu :
Dr. Yustinus Ulung Anggraito, M. Si.
Dr. Dewi Mustikaningtyas, S. Si., M. Si. Med.

Disusun Oleh :
1. Yulina Sekar Arum (4401419023)
2. Listyani Putri Azzahro (4401419041)
3. Yasyinta Zalza Nabila (4401419044)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2021
A. TUJUAN
1. Membuktikan adanya prinsip segregasi secara bebas,
2. Membuktikan perbandingan Mendel pada F2 persilangan monohibrida, yaitu
perbandinagn genotip 1 : 2 : 1 dan perbandingan fenotip 3 : 1
3. Dapat menggunakan uji Chi-Square (khi-kuadrat) dalam analisis genetika Mendel.
B. LANDASAN TEORI
Pada tahun 1856, Mendel melakukan serangkaian percobaan hibridasi pertamanya
dengan menggunakan kacang ercis. Ia memilih organisme yang mudah tumbuh dan
hibridasi secara artifisial. Tanaman kacang ercis adalah tanaman yang mampu melakukan
pemupukkan sendiri di alam dan mudah berkembang biak secara eksperimental. Di
samping itu, kacang polong juga bereproduksi dengan baik dan tumbuh hingga jatuh
tempo dalam satu musim. Mendel mengikuti tujuh karakter yang terlihat, masing-masing
diwakili oleh dua bentuk kontras, atau ciri-ciri. Untuk karakter batang tinggi, misalnya, ia
bereksperimen dengan kacang polong dengan ciri-ciri tinggi dan kerdil. Dia memilih
enam pasang sifat kontras lainnya yang melibatkan bentuk dan warna biji, bentuk dan
warna polong, serta warna dan posisi bunga. (Nusantari, 2015)
Mendel memulai eksperimennya dengan mempertimbangkan satu sifat pada suatu
waktu atau persilangan Monohybrid, yaitu, persilangan antara garis-garis murni yang
berbeda dengan satu karakter. Saat melakukannya, ia secara bersamaan memeriksa
persilangan timbal balik untuk memeriksa apakah seks memiliki pengaruh pada
pewarisan atau tidak. Mendel melakukan 60 percobaan tersebut, tetapi dalam semua
persilangan timbal balik, ia tidak pernah menemukan perbedaan dalam generasi F1
(karena semua gen / ciri-cirinya adalah autosomal untungnya). Tidak hanya itu, ia juga
mengamati bahwa keturunan F1 dari semua persilangan monohybrid berkembang biak
secara murni hanya menunjukkan salah satu fenotipe orang tua. Semua ciri yang tampak
pada F1 itu oleh Mendel disebut sebagai ciri dominan, sedangkan yang tidak tampak
disebut sebagai ciri resesif. (Gautam, 2020)
Mendel melanjutkan percobaan persilangannya (Percobaan Biji) hingga
munculnya turunan kedua (F2). Hasil percobaan persilangan F1, diteruskan percobaan
persilangannya hingga munculnya F2. Seluruh turunan pertama (F1) yang telah tumbuh
dari biji, ditumbuhkan terus dan dibiarkan melakukan pembuahan sendiri. Biji yang
dihasilkan ternyata bulat dan keriput, dan letaknya pada tiap polong berhadap-hadapan.
Jumlah biji bulat adalah sebanyak 5.474 buah, sedangkan yang keriput sebanyak 1.850
buah. Rasio biji bulat dan yang keriput adalah 2,96:1, suatu perbandingan yang sangat
mendekati 3:1. (Effendi, 2020)

Gambar 1. Ilustrasi Persilangan Monohibrida Mendel P – F2


Sumber : Pierce, 2016
Dari kenyataan adanya ciri yang menang (dominan) terhadap yang lainnya, J.G.
Mendel menyimpulkan bahwa pada individu-individu (atau pada ciri-ciri heterozygot,
satu alela dominan sedangkan yang lainnya resesif). Dari kenyataannya bahwa ciri-ciri
induk muncul kembali pada turunan tanaman ercis yang tumbuh dari biji heterozygote,
J.G. Mendel menyimpulkan bahwa kedua faktor untuk kedua ciri tidak bergabung (tidak
bercampur) dalam cara apapun kedua faktor itu tetap berdiri sendiri selama hidupnya
individu dan memisah pada waktu pembentukan gamet-gamet. Dalam hubungan ini
separuh gamet membawahi satu faktor, sedangkan separuhnya yang lain membawahi
faktor lainnya. Kesimpulan terakhir inilah yangdikenal dengan hukum pemisahan
Mendel. (Firdauzi, 2014)
Hukum Segregasi (pemisahan) atau Hukum Pertama Mendel
Sebelum melakukan suatu persilangan, setiap individu menghasilkan gamet-gamet yang
kandungan gennya separuh dari kandungan gen pada individu. Sebagai contoh, individu
DD akan membentuk gamet D, dan individu dd akan membentuk gamet d. Pada individu
Dd, yang menghasilkan gamet D dan gamet d, akan terlihat bahwa gen D dan gen d akan
dipisahkan (disegregasi) ke dalam gamet-gamet yang terbentuk tersebut. Prinsip inilah
yang kemudian dikenal sebagai hukum segregasi atau hukum Mendel I. (Ismail, 2018)

Hukum Segregasi :
Pada waktu berlangsung pembentukan gamet, tiap pasang gen akan
disegregasi ke dalam masing-masing gamet yang terbentuk.

C. ALAT DAN BAHAN


Kancing genetika (bisa menggunakan kertas) dua macam warna, masing-masing
berjumlah 40 buah.
D. CARA KERJA

40 kancing warna merah 40 kancing warna putih

Dipisah menjadi 2 bagian Dipisah menjadi 2 bagian

20 kancing warna merah Gamet ♂ 20 kancing warna putih

20 kancing warna merah Gamet ♀ 20 kancing warna putih

Gamet ♂ dan gamet ♀ dimasukkan ke dalam kantong yang terpisah

Diambil secara acak masing-masing 1 kancing pada masing-masing


kantong dan ditemukan di tabulasi, dilakukan sampai kancing habis

Dihitung perbandingan yang diperoleh (genotip dan fenotip)

Perbandingan diuji dengan Khi-kuadrat


E. HASIL
Frekuensi
Kombinasi Kancing Yulina Listiyani Yasyinta
1 2 1 2 1 2
Merah-Merah 9 11 9 10 10 10
Merah-Putih 22 18 22 20 20 20
Putih-Putih 9 11 9 10 10 10

F. ANALISIS DATA
Diagram Persilangan
P : AA >< aa
A a
A a
F1 : Aa
P2 : Aa >< Aa
A A
a a
F2
Gamet A a
A AA Aa
a Aa Aa

1. Data Kelompok
a. Frekuensi Genotip
Frekuensi
Kombinasi Kancing Genotip Yulina Listiyani Yasyinta Rerata
1 2 1 2 1 2
Merah-Merah AA 9 11 9 10 10 10 9,83
Merah-Putih Aa 22 18 22 20 20 20 20,33
Putih-Putih aa 9 11 9 10 10 10 9,83
Analisis
|𝑓𝑜−𝑓ℎ|2
Genotip fo fh |fo-fh| |fo-fh|2 X2 =
𝑓ℎ
AA 9,83 10 0,17 0,0289 0,00289
Aa 20,33 20 0,33 0,1089 0,005445
aa 9,83 10 0,17 0,0289 0,00289
x = 0,011225
2

df = n – 1 = 3 – 1 = 2, α = 0,05
x2 tabel = 0,05
x2 hitung = 0,011225

b. Frekuensi Fenotip
Frekuensi
Kombinasi Kancing Genotip Yulina Listiyani Yasyinta Rerata
1 2 1 2 1 2
Merah-Merah
Buah tebal 31 29 31 30 30 30 30,16
Merah-Putih
Buah tipis
Putih-Putih 9 11 9 10 10 10 9,83

Analisis
|𝑓𝑜−𝑓ℎ|2
Genotip fo fh |fo-fh| |fo-fh|2 X2 =
𝑓ℎ
Buah tebal 30,16 30 0,16 0,0256 0,000853
Buah tipis 9,83 10 0,17 0,0298 0,00289
x2 = 0,003743
df = n-1 = 3-1 = 2, α = 0,05
x2 tabel = 0,05
x2 hitung = 0,003743
2. Data Kelas
a. Frekuensi Genotip Percobaan 1
Kombinasi Kancing Frekuensi Rerata
9 8
9 11
11 11
11 9
9 8
9 10
10 10
Dominan-Dominan 11 10 9,33
9 11
9 8
10 10
9 10
13 9
10 11
6 18
22 24
22 18
18 18
18 22
21 23
22 20
20 20
Dominan-Resesif 18 20 20,165
22 18
19 19
20 19
22 20
14 22
20 18
28 18
9 8
9 11
11 11
11 9
10 9
9 10
10 10
Resesif-Resesif 11 10 10,095
9 11
12 13
10 11
9 10
13 9
10 11
6 11
Analisis
|𝑓𝑜−𝑓ℎ|2
Genotip fo fh |fo-fh| |fo-fh|2 X2 =
𝑓ℎ
AA 9,33 10 0,67 0,4489 0,04489
Aa 20,165 20 0,165 0,027225 0,00136125
aa 10,095 10 0,095 0,009025 0,0009025
x = 0,04715375
2

df = n – 1 = 3 – 1 = 2, α = 0,05
x2 tabel = 0,05
x2 hitung = 0,04715375

b. Frekuensi Fenotip
Kombinasi Kancing Frekuensi Rerata
31 32
31 29
29 29
29 31
30 31
31 30
30 30
Dominan-Dominan
29 30 29,895
Dominan-Resesif
31 29
28 27
30 29
31 30
27 31
30 29
34 29
9 8
9 11
11 11
11 9
10 9
9 10
10 10
Resesif-Resesif 11 10 10,095
9 11
12 13
10 11
9 10
13 9
10 11
6 11
Analisis
|𝑓𝑜−𝑓ℎ|2
Genotip fo fh |fo-fh| |fo-fh|2 X2 =
𝑓ℎ
Buah tebal 29,895 30 0,105 0,011025 0,0003675
Buah tipis 10,095 10 0,095 0,009025 0,0009025
x2 = 0,00127
df = n-1 = 3-1 = 2, α = 0,05
x2 tabel = 0,05
x2 hitung = 0,00127

G. PEMBAHASAN
Praktikum ini bertujuan untuk membuktikan Hukum Mendel 1, diantaranya
membuktikan adanya prinsip segregasi secara bebas, membuktikan perbandingan Mendel
pada F2 persilangan monohibrida yaitu perbandingan genotipe 1:2:1 dan perbandingan
fenotipe 3:1, serta dapat menggunakan uji Chi Square ( Khi – Kuadrat ) dalam analisis
genetika mendel.
Percobaan ini menggunakan masing-masing 40 kancing genetika yang berwarna
merah dan putih sebagai model gen. Kancing berwarna merah dengan genotip MM dan
putih dengan genotip mm disilangkan. Dari 40 kancing merah dan 40 kancing putih,
masing-masing dibagi menjadi 2, kemudian 20 kancing warna merah dan 20 kancing
warna putih dimasukkan kedalam kantong sebagai gamet ♀, serta 20 kancing warna
merah dan 25 kancing warna putih dimasukkan kedalam kantong yang lain sebagai gamet
♂. Gamet jantan dan betina dipertemukan secara acak.
Pengambilan secara acak dan mempertemukannya membuktikan adanya prinsip
dari segregasi (Hukum Mendel 1) yang menyatakan bahwa dua alel untuk suatu sifat
terwariskan bersegregasi (memisah) selama pembentukan gamet dan akhirnya berada
dalam gamet gamet yang berbeda. Setiap individu bersifat haploid, yakni ditandai dengan
memiliki sepasang alel untuk satu sifat. Percobaan ini diulang sebanyak 2 kali agar hasil
yang diperoleh lebih akurat.
Percobaan persilangan monohibrid adalah perkawinan yang menghasilkan
pewarisan satu karakter dengan satu sifat beda. Perbandingan fenotip yang ditemukan
dalam persilangan monohibrid tidak sepenuhnya merupakan perbandingan yang pasti.
Dalam kejadian nyata terdapat penyimpangan atau deviasi. Perbandingan hasil
persilangan di dalam kenyataan berbeda atau memiliki selisih dengan perhitungan. Maka
dari itu perlu diadakan evaluasi. Cara evaluasi tersebut adalah dengan mengadakan chi-
square test(χ2).

Persilangan monohibrid kelompok


Rasio genotip yang diperoleh pada percobaan kelompok kami dari 80 sampel dan
2 kali pengulangan, yaitu rasio (MM:Mm:mm) sebesar 9,83 : 20,33 : 9,83 sedangkan
rasio fenotipnya yaitu 30,16 : 9,83 sedangkan menurut Hukum Mendel 1 diperoleh rasio
genotip 1:2:1 dan rasio fenotip 3: 1. Maka kami melakukan uji Chi-Square untuk
mengetahui kevalidan data yang kami peroleh.
Dari uji Chi-Square untuk genotip kami mendapatkan kesimpulan bahwa
percobaan yang dilakukan sesuai dengan Hukum Mendel 1. x2 hitung yang kami dapatkan
sebesar 0,011225 sedangkan tabel dengan α = 0,05 dan d = 2 adalah 0,05 . Karena x2
hitung lebih kecil dari tabel maka H0 diterima. Jadi kami menarik kesimpulan bahwa
persilangan yang kami lakukan sesuai dengan hukum Mendel. Kami juga melakukan uji
Chi-square untuk fenotip sehingga mendapatkan kesimpulan yang sama yaitu persilangan
sesuai dengan hukum Mendel 1. x2 hitung yang kami dapatkan sebesar 0,003743
sedangkan tabel dengan α= 0,05 dan d = 2 adalah 0,05. Karena x2 hitung lebih kecil dari
tabel maka H0 diterima. Perbandingan yang kami dapatkan memang tidak sama persis
dengan perbandingan Mendel disebabkan oleh berbagai hal, salah satunya kurang
homogennya kancing dalam kantong saat melakukan persilangan.
Genotipe (MM) ini merupakan hasil interaksi dari dua faktor dominan yang
berdiri sendiri-sendiri, sedangkan genotipe (mm) merupakan hasil dari interaksi dua
faktor resesif. Hukum segregasi Mendel mengikuti proses meiosis. Individu heterozigot
untuk alel Merah(M) dan alel putih (m).Setelah kromosom mengganda, melalui meiosis I
dan II menghasilkan sel-sel haploid. Tiap-tiap sel memiliki alel tunggal untuk gen warna
merah, baik M atau m, maka alel M dan m bersegregasi bebas satu sama lain. Selama
fertilisasi, alel bergabung secara acak. Keturunan memiliki rasio genotipe: 1 MM : 2 Mm
: 1 mm dan rasio fenotipe 3 Merah : 1 putih.

Persilangan monohibrid kelas


Pada percobaan kelas dari 1200 sampel , diperoleh rasio genotip dengan
perbandingan MM:Mm:mm yaitu 9,33 : 20,165 : 10,095. Sedangkan rasio fenotipnya
yaitu 29,895 : 10,095 sedangkan menurut Hukum Mendel 1 diperoleh rasio genotip 1:2:1
dan rasio fenotip 3: 1. Maka kami melakukan uji Chi-Square untuk mengetahui kevalidan
data yang kami peroleh.
Dari uji Chi-Square untuk genotip kami mendapatkan kesimpulan bahwa
percobaan yang dilakukan sesuai dengan Hukum Mendel 1. x2 hitung yang kami
dapatkan sebesar 0,04715375 sedangkan tabel dengan α 0,05 dan d = 2 adalah 0,05.
Karena x2 hitung lebih kecil dari tabel maka H0 diterima. Jadi kami menarik kesimpulan
bahwa persilangan yang kami lakukan sesuai dengan hukum Mendel 1. Kami juga
melakukan uji Chi-square untuk fenotip sehingga mendapatkan kesimpulan yang sama
yaitu persilangan sesuai dengan hukum Mendel 1. x2 hitung yang kami dapatkan sebesar
0,00127 sedangkan tabel dengan α 0,05 dan d = 1 adalah 0,05. Karena x2 hitung lebih
kecil dari tabel maka H0 diterima. Perbandingan yang kami dapatkan memang tidak
persis sama dengan perbandingan Mendel disebabkan oleh berbagai hal, salah satunya
kurang homogennya kancing dalam kantong saat melakukan persilangan.

H. KESIMPULAN
Kesimpulan dalam simulasi persilangan monohibrid yaitu:
1. Pengambilan dan mempertemukannya secara acak membuktikan adanya prinsip dari
segregasi bebas atau hukum pemisahan alel-alel dari satu gen yang berpasangan.
(Hukum Mendel 1).
2. Perbandingan mendel pada F2 persilangan monohibrid yaitu perbandingan genotip
1:2:1 dan perbandingan fenotip 3:1.
3. Analisis genetika mendel menggunakan uji Chi-Square ( Khi – Kuadrat ) untuk
membandingkan data percobaan yang diperoleh dari persilangan dengan hasil yang
diharapkan dapat meningkatkan kevalidan data.
DAFTAR PUSTAKA

Effendi, Y. (2020). Buku Ajar Genetika Dasar. In Genetika.


Firdauzi, N. F. (2014). Rasio Perbandingan F1 dan F2 pada Persilangan Starin N x b, dan Strain
N x tx serta Resiproknya. Jurnal Biologi, 3(2), 197–204.
Gautam, A. (2020). Encyclopedia of Animal Cognition and Behavior. Encyclopedia of Animal
Cognition and Behavior, March. https://doi.org/10.1007/978-3-319-47829-6
Ismail, A. S. Bin. (2018). Genetika. Universitas Udayana.
Nusantari, E. (2015). GENETIKA Belajar Genetika dengan Mudah & Komprehensif.
Pardal.S.J,dkk.2014. Insertion Patern of Partenocarpy, DefH9-iaaM on Transgenic Tomato
Lines. Berita Biologi. 13(2)
LAMPIRAN-LAMPIRAN

1. Dokumentasi Yulina

2. Dokumentasi Listiyani

3. Dokumentasi Yasyinta

Anda mungkin juga menyukai