7653 21582 1 SM
7653 21582 1 SM
Abstract
The presidential appointment is obligatory. This is because a president can
lead the fate of the life of Muslim in the future. The concept of president has
no standard regulation of governing, so it can be adapted to the situation
and condition surround the people as long as it does not contradict with
the principle from Qur’an and Hadith. The power of president in Islamic
constitution is the power that comes from people and Allah SWT.
Keywords: appointment, presidential, hadith
Abstrak
Pengangkatan kepala negara hukumnya wajib. Hal ini karena seorang
kepala negara dapat membuat terarahnya nasib kehidupan umat Islam
dalam menghadapi tantangan di masa depan. Konsep mengenai kepala
negara tidak ada ketentuan baku yang mengatur, sehingga dapat disesuaikan
dengan situasi dan kondisi yang melingkupi umat dengan syarat tidak
bertentangan dengan prinsip-prinsip yang terkandung dalam Al-Qur’an
dan hadis. Kekuasaan yang dipegang kepala negara atau khailifah dalam
ketatanegaraan Islam adalah kekuasaan yang berasal dari rakyat dan dari
Allah SWT.
Kata Kunci: pengangkatan, kepala negara, hadis
A. PENDAHULUAN
Persoalan yang paling asasi dalam sebuah komunitas, entitas sosial,
bahkan negara adalah kepemimpinan. Persoalan ini menjadi bagian dari
hukum alam (sunnatullah) pada setiap makhluk hidup ciptaan Tuhan.1
Manusia sebagai makhluk Tuhan paling sempurna dalam penciptaannya
dilengkapi berbagai perangkat hidup guna menjalankan misinya sebagai
pemakmur bumi. Menjadi pemakmur bumi tidak dapat dilakukan sendiri.
B. PEMBAHASAN
1. Kepemimpinan dalam Islam
Dunia pemimpin dan kepemimpinan, baik yang bersifat profan
maupun sakral, sangat dekat dengan persoalan politik. Sementara
itu, politik bernuansa profan. Menjadi pemimpin sebuah negara,
kemahiran, ketangkasan, kelihaian, keluwesan, keluasan, ketegasan,
dan sikap positif dapat dengan mudah berubah sesuai kepentingan
yang menghadangnya. Nilai-nilai kepemimpinan lahir dari proses
perubahan karakter atau transformasi internal dalam diri seseorang.
Ini menunjukkan bahwa kepemimpinan lahir dari proses panjang
dalam diri seseorang.
Istilah pemimpin dalam Lisanul Arab, memakai kata alqaudu
”memimpin atau menuntun” lawan dari kata as-sauqu ”menggiring”
seperti perkataan menuntun binatang dari depan dan menggiring
binatang dari belakang.6
Para ahli manajemen memberikan pengertian pemimpin.
Pemimpin dalam pengertian ini diupayakan untuk dapat dipahami
oleh mereka yang sedang belajar menjadi pemimpin dan memiliki
keterampilan memimpin. Menurut Ermaya Suradinata,7 pemimpin
adalah orang yang memimpin kelompok dua orang atau lebih, baik
organisasi maupun keluarga. Adapun Winardi8 merinci pengertian
pemimpin dalam dua model pemimpin yaitu pemimpin formal
(formal leader) dan pemimpin informal (informal leader). Pemimpin
formal adalah seorang (pria atau wanita) yang oleh organisasi tertentu
(swasta atau pemerintah) ditunjuk (berdasarkan surat-surat keputusan
pengangkatan dari organisasi yang bersangkutan) untuk memangku
sesuatu jabatan dalam struktur organisasi yang ada dengan segala hak
dan kewajiban yang berkaitan dengannya untuk mencapai sasaran-
sasaran organisasi tersebut yang ditetapkan sejak semula. Kepala
negara termasuk dalam kategori pemimpin formal, karena dipilih
dan ditetapkan dengan prosedur serta mendapatkan surat ketetapan
sebagai pemimpin negara oleh lembaga yang berwenang.
Kepemimpinan memiliki kata dasar yang sama dengan
pemimpin, yakni pimpin. Kepemimpinan mendapatkan awalan ‘ke’
dan akhiran’an’ yang menjadikannya berubah menjadi kata sifat dari
6 Thariq Muhammad As-Suwaidan dan Faisahl Umar Basyrathil, Melahirkan Pemimpin
Masa Depan (Jakarta: Gema Insani Press, 2005), h.9
7 Ermaya Suradinata, Manajemen Kepemimpinan (Surabaya: Pustaka Yamani, 2009),
h.11
8 Winardi, Pokok-Pokok Manajemen Organisasi (Jakarta: Pustaka Amani, 2000), h.32
Jurnal
Studi Hadis Nusantara
Vol 2, No 2, Desember 2020
221
Am’mar Abdullah Arfan Pengangkatan Kepala Negara Perspektif Hadis Hukum Tata Negara
Jurnal
Studi Hadis Nusantara
Vol 2, No 2, Desember 2020
223
Am’mar Abdullah Arfan Pengangkatan Kepala Negara Perspektif Hadis Hukum Tata Negara
Jurnal
Studi Hadis Nusantara
Vol 2, No 2, Desember 2020
225
Am’mar Abdullah Arfan Pengangkatan Kepala Negara Perspektif Hadis Hukum Tata Negara
para Nabi dan orang-orang pilihan-Nya. Oleh sebab itu, setiap kepala
negara harus benar-benar mematuhi apa-apa yang diperintahkan oleh
Allah SWT.
Nabi Muhammad saw di samping sebagai Nabi dan Rasul,
juga sebagai imam (pemimpin).17 Setelah beliau wafat, umat Islam
mengangkat Abu Bakar sebagai imam mereka. Oleh karena itu, logis
bahwa masyarakat yang telah terbentuk dalam suatu komunitas sosial
keagamaan yang sedemikian baik, telah memenuhi unsur kenegaraan,
mengangkat pemimpin yang mengurus dan mengatur berbagai
kepentingan administrasi dan kenegaraan. Namun, secara tegas tidak
ada nash yang menunjukan tentang pengangkatan dan penggantian
imam (kepala negara). Al-Qur’an hanya secara umum memberikan
isyarat mengenai prinsip musyawarah dalam setiap urusan atau hal,
termasuk masalah pemilihan kepala negara ini.18
Ada beberapa pendapat mengenai mekanisme pemilihan atau
pengangkatan kepala negara. Taqiyuddin An-Nahbani, menjelaskan
ada lima cara pemilihan khalifah atau kepala negara, yaitu:19
a. Setelah atau sebelum meninggalnya khalifah, sebelum
diberhentikan, atau setelah pengunduran dirinya, hendaknya
perlu berkumpul untuk mencalonkan satu atau beberapa orang
yang telah ditentukan sebagai kandidat untuk menduduki jabatan
kekhalifahan. Mereka yang berkumpul seperti sekelompok warga
yang tinggal di wilayah pusat ibu kota, ahlul halli wal aqdi yang
ada di sana, orang-orang yang mewakili suara mayoritas kaum
muslimin, gerakan yang terpandang, atau yang pantas untuk
mengurusi khilafah. Kemudian, mereka mencoba untuk memilih
salah satu diantara mereka dengan cara apapun yang dianggap
representatif.
b. Apabila seorang khalifah ajalnya telah dekat, maka khalifah
melakukan musyawarah dengan ahlul halli wal aqdi atau tokoh
masyarakat lainya untuk dijadikan khalifah penggantinya. Baiat
atas khalifah tersebut harus dilaksankaan. Cara ini seperti yang
pernah ditempuh oleh khalifah Abu Bakar. Hal ini dilakukan oleh
Abu Bakar karena trauma umat atas peristiwa di Saqifah Bani
17 Muntoha, “Kriteria Kepala Negara Dalam Sistem Politik Islam (Telaah Sosio-Historis
Terhadap Hadits Politik)” (Yogyakarta, 1996), h.1
18 Yusuf Musa, Politik Negara Dan Negara Dalam Islam (Surabaya: Al-Ikhlas, 1996),
h.114
19 Taqiyuddin An-Nahbani, Sistem Pemerintahan Islam (Jakarta: AL-Izzah, 1997), h.135-
139
Jurnal
Studi Hadis Nusantara
Vol 2, No 2, Desember 2020
229
Am’mar Abdullah Arfan Pengangkatan Kepala Negara Perspektif Hadis Hukum Tata Negara
Jurnal
230 Studi Hadis Nusantara
Vol 2, No 2, Desember 2020
Am’mar Abdullah Arfan Pengangkatan Kepala Negara Perspektif Hadis Hukum Tata Negara
C. SIMPULAN
Kekuasaan kepala negara mencakup bidang agama dan bidang
keduniaan (sebagai kepala pemerintahan dan sebagai kepala negara),
khususnya ketatanegaraan umat Islam pada masa Nabi Muhmamd SAW
dan khulafaurrosyidin. Istilah khalifah adalah pimpinan yang bertanggung
20 Al-Mawardi, Op cit, h. 19
Jurnal
Studi Hadis Nusantara
Vol 2, No 2, Desember 2020
231
Am’mar Abdullah Arfan Pengangkatan Kepala Negara Perspektif Hadis Hukum Tata Negara
D. DAFTAR PUSTAKA
Al-Mawardi, Imam. Hukum Tata Negara Dan Kepemimpinan Dalam
Takaran Islam. Jakarta: Gema Insani Press, 2000.
An-Nahbani, Taqiyuddin. Sistem Pemerintahan Islam. Jakarta: AL-Izzah,
1997.
Bahrevi, Husein. Himpunan Hadits Shahih Muslim. Surabaya: Usaha
Offset Printing, 1987.
Basyrathil, Thariq Muhammad As-Suwaidan dan Faisahl Umar. Melahirkan
Pemimpin Masa Depan. Jakarta: Gema Insani Press, 2005.
Djaelani, Abdul Qadir. Negara Ideal Menurut Konsepsi Islam. Surabaya:
Bina Ilmu, 1995.
Djazuli, A. Fiqh Siyasah: Implementasi Kemaslahatan Umat Dalam
Jurnal
232 Studi Hadis Nusantara
Vol 2, No 2, Desember 2020
Am’mar Abdullah Arfan Pengangkatan Kepala Negara Perspektif Hadis Hukum Tata Negara
Jurnal
Studi Hadis Nusantara
Vol 2, No 2, Desember 2020
233