Anda di halaman 1dari 3

RESUME III

Nama : Wira Rahma Liza

NIM : 19035124

Mata Kuliah : MKU Bimbingan dan Konseling

Jadwal/ Seksi : Kamis 08.50-10.30 WIB / 202111270106

Dosen Pengampu : Drs. Taufik, M. Pd., Kons

………………………………………………………………………………………………………………………………………..

Prinsip-prinsip Bimbingan dan Konseling


1. Definisi
Prinsip merupakan paduan hasil kajian teoretik dan telaah lapangan yang digunakan
sebagai pedoman pelaksanaan sesuatu yang dimaksudkan. Dalam pelayanan
bimbingan dan konseling prinsip-prinsip yang digunakannya bersumber dari kajian
filosofis, hasil-hasil penelitian dan pengalaman praktis tentang hakikat manusia,
perkembangan dan kehidupan manusia dalam konteks sosial budayanya, pengertian,
tujuan, fungsi dan proses penyelenggaraan bimbingan dan konseling. (Prayitno,
2013:218)

2. Prinsip Umum Bimbingan dan Konseling

Van Hoose (1969) (dalam Prayitno dan Amti, 2004: 218) mengemukakan bahwa prinsip-
prinsip umum bimbingan dan konseling, yaitu:

a) Bimbingan didasarkan pada keyakinan bahwa dalam diri tiap anak terkandung
kebaikan-kebaikan; setiap pribadi mempunyai potensi dan pendidikan hendaklah
mampu membantu anak memanfaatkan potensinya itu.

b) Bimbingan didasarkan pada ide bahwa setiap anak adalah unik; seseorang anak
berbeda dari yang lain.

c) Bimbingan merupakan bantuan kepada anak-anak dan pemuda dalam pertumbuhan


dan perkembangan mereka menjadi pribadi-pribadi yang sehat.
d) Bimbingan merupakan usaha membantu mereka yang memerlukannya untuk
mencapai apa yang menjadi apa yang menjadi idaman masyarakat dan kehidupan
umumnya.

e) Bimbingan adalah pelayanan, unik yang dilaksanakan tenaga ahli dengan latihan-
latihan khusus, dan untuk melaksanakan pelayanan bimbingan diperlukan minat
pribadi khusus pula.

3. Prinsip Khusus Bimbingan dan Konseling

Menurut Prayitno (2007: 27-30) terdapat empat prinsip khusus bimbingan dan konseling,
yaitu:

 Berkaitan dengan Peserta Didik

a) Bimbingan dan konseling melayani semua peserta didik tanpa memandang umur,
jenis kelamin, suku, agama, dan status sosial ekonomi.

b) Bimbingan dan konseling berurusan dengan pribadi dan tingkah laku individu yang
unik dan dinamis.

c) Bimbingan dan konseling memperhatikan sepenuhnya tahap dan berbagai aspek


perkembangan individu.

d) Bimbingan dan konseling memberikan perhatian utama kepada perbedaan


individual yang menjadikan orientasi pokok alasannya.

 Tujuan Pendidikan

a) Bimbingan dan konseling harus diarahkan untuk pengembangan individu yang


akhirnya mampu membimbing diri sendiri dalam menghadapi permasalahannya.

b) Dalam proses bimbingan dan konseling keputusan yang diambil dan akan dilakukan
oleh individu hendaknya atas kemauan individu itu sendiri, bukan karena kemauan
atau desakan dari pembimbing atau pihak lain.

c) Permasalahan individu harus ditangani oleh tenaga ahli dalam bidang yang relevan
dengan permasalahan yang dihadapi.

d) Kerja sama antara Guru Pembimbing, guru-guru lain, dan orang tua amat
menentukan hasil pelayanan bimbingan.
e) Pengembangan program pelayanan bimbingan dan konseling ditempuh melalui
pemanfaatan yang maksimal dari hasil pengukuran dan penilaian terhadap individu
yang terlibat dalam proses pelayanan dan program bimbingan dan konseling itu
sendiri.

 Permasalahan

Menurut Dewa Ketut Sukardi (2004: 24) (dalam Khofifah, Sano, dan Syukur, 2017:
47) terdapat 2 permasalahan, yaitu:

a) Bimbingan dan konseling berurusan dengan hal-hal yang menyangkut pengaruh


kondisi mental/fisik individu terhadap penyesuaian dirinya di rumah, di sekolah,
serta dalam kaitannya dengan kontak sosial dan pekerjaan, dan sebaliknya
pengaruh lingkungan terhadap kondisi mental dan fisik individu.

b) Kesenjangan sosial, ekonomi, dan kebudayaan merupakan faktor timbulnya masalah


pada individu yang kesemuanya menjadi perhatian utama pelayanan bimbingan dan
konseling.

 Pengorganisasian

a) Pengorganisasian bimbingan dan konselng dapat dijadikan sebagai salah satu cara
mengatasi masalah-masalah pendidikan di sekolah melalui kegiatan bimbingan
yang terorganisir dan melibatkan banyak elemen-elemen pendidikan di sekolah.

b) Organisasi harus mempunyai tujuan yang jelas. Organisasi dibentuk atas dasar
adanya tujuan yang dicapai, sehingga tidak mungkin suatu organisasi tanpa adanya
tujuan.

Referensi:

Prayitno, E. A., & Amti, E. 2004. Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling. Jakarta: PT. Rineka
Cipta.

_____________________________. 2007. Buku III: Pelayanan Bimbimngan dan Konseling Sekolah


Menengah Umum (SMU). Jakarta: Panebar Aksara.

_____________________________. 2013. Dasar-dasar Bimbingan Konseling. Reneka Cipta: Jakarta

Sukardi dan Kusmawati. 2008. Proses Bimbingan dan Konseling di Sekolah. Jakarta: PT. Asdi
Mahasatya.

Anda mungkin juga menyukai