Anda di halaman 1dari 26

KOAGULASI – FLOKULASI

PRESIPITASI KIMIA

Unit Proses

Riza MK
KOLOID
• Koloid: apabila dalam suatu sistem terdapat partikel yang ukurannya kecil
(dalam fase dispersi) yang terdispersi dalam suatu media.

• Koloid: partikel dengan ukuran kecil dan terdispersi secara homogen di


dalam badan air sehingga cukup kecil untuk lolos saringan pasir: berukuran
antara 10-6 mm – 10-3 mm (lebih besar dari atom). Namun partikel yang
berukran lebih besar juga benyak yang berperilaku seperti koloid

• Koloid terbagi 2 berdasarkan afinitasnya terhadap air:


– Hydrophylic: koloid organik akibat adanya gugus polar (OH, COOH, NH2) di
permukaan koloid. Karakteristik: water soluble dan memiliki bound-water
(water envelope).
– Hydrophobic: koloid anorganik. Tidak memliki afinitas terhadap air sehingga
tidak memiliki bound-water
Jenis Koloid
Medium Materi Nama Contoh

Liquid Solid Sol Clay turbidity

Liquid Liquid Emulsi Minyak

Liquid Gas Foam Foam/Cream

Gas Solid Aerosol Dust, smoke

Gas Liquid Aerosol Mist, fog

Solid Liquid Gel Jelly


Kestabilan Partikel
• Koloid merupakan partikel yang tidak dapat mengendap secara alami karena adanya stabilitas
suspensi koloid. Stabilitas koloid terjadi karena gaya tarik van der Waal's dan gaya tolak/repulsive
elektrostatik serta gerak brown.

• Gaya Van der Waals. Gaya ini merupakan gaya tarik-menarik antara dua massa, yang besarnya
tergantung pada jarak antar keduanya. Pada kimia koloid, ikatan Van der Waals adalah lawan dari
gaya elektrostatik.

• Gaya Elektrostatik. Gaya elektrostatik adalah gaya utama menjaga suspensi koloid pada
keadaan yang stabil. Sebagian besar koloid mempunyai muatan listrik. Sifatnya berbeda tergantung
sifat dasar koloidnya. Oksida metalik umumnya bermuatan positif, sedangkan oksida nonmetalik
dan sulfida metalik umumnya bermuatan negatif. Kestabilan koloid terjadi karena adanya gaya tolak
antar koloid yang mempunyai muatan yang sama.

• Gerak Brown. Gerak ini adalah gerak acak dari suatu partikel koloid yang disebabkan oleh
kecilnya massa partikel.
Proses Koagulasi-Flokulasi
• Kestabilan koloid dapat dikurangi dengan proses
koagulasi (proses destabilisasi) melalui penambahan
bahan kimia dengan muatan berlawanan. Terjadinya
muatan pada partikel menyebabkan antar partikel
yang berlawanan cenderung bergabung membentuk
inti flok. Proses koagulasi selalui diikuti oleh proses
flokulasi, yaitu penggabungan inti flok atau flok
kecil menjadi flok yang berukuran besar.
Zeta Potensial
• Stabilitas suatu koloid sangat dipengaruhi oleh “ionic charge” yang
bekerja di permukaan koloid
• Koloid hydrophylic: electric charge disebabkan oleh disosiasi polar
group. Contoh: COO-
COO-
COOH
OH- OH-
R R R
+
H+ H+
NH3 NH3+ NH3OH
Isoelectric point

pH

• Koloid hydrophobic: adsorpsi ion dari larutan. Muatan hydrophobic


sama halnya dgn hydrophylic dapat dirubah oleh perubahan pH,
sehingga diduga ion yang diadsorpsi berasal dari ion hydrogen atau
hydroxyl yang ada dalam larutan pendispersi
• Koloid dalam medium akan
menarik ion-ion yang memiliki
muatan berlawanan, sehingga akan
membentuk double layer:
– Fixed atau Stern layer
– Diffuse atau Gouy layer
• Shear of plane: batas antara
pelarut/solution yang terbawa
sebagai bagian dari partikel dan
yang bergerak bebas

• Zeta potensial: gaya elektrostatik yang bekerja pada permukaan “shear


of plane” (lihat gambar)
• Zeta potensial: besaran yang menunjukkan antara gaya tarik
(attraction, van der Waals) dan gaya tolak (repulsion)
Stabilitas koloid
• ditunjukkan oleh besarnya zeta potensial. Semakin besar zeta potensial,
maka semakin stabil koloid tersebut. Sehingga pada dasarnya zeta potensial
menunjukkan besarnya mutan dari koloid tersebut.
• Alat ukur: zeta meter
• Perhitungan matematis:
•  = 4qd/D
• Dimana:
• q = charge per unit area
• d = ketebalan lapisan yang mengelilingi “shear surface” D =
konstanta dielektrik
• Stabilitas dari koloid hydrophobic hanya dipengaruhi oleh zeta potensial,
sedangkan hydrophylic juga dipengaruhi oleh bound water yang
berperilaku sebagai elastic barrier
Prinsip Koagulasi
Koagulasi
• Koagulasi : destabilisasi partikel koloid
• Terjadi 3 mekanisme dasar:
– Reduksi nilai zeta potensial (elektrokinetik)
– Ikatan antar partikel (orthokinetik)
– Pembentukan flok
• Tahapan (elektrokinetik):
Penambahan koagulan

Muatan larutan akan sangat positif atau negatif

Reduksi zeta potensial

Destabilisasi parftikel koloid


Reaksi Koagulasi
1. Koagulan Alum (Al2(SO4)3xH2O):
– Terdapat alkalinitas secara alamiah:
-
Al2(SO4)3xH2O + 6HCO 3- 2Al(OH)3 + 3SO4 + 6CO2 + xH2O

sebagai akibat berkurangnya bicarbonat dan terbentuknya CO2, pH akan


turun
– Apabila tdk terdapat bicarbonat di dalam larutan, maka harus ditambahkan
alkalinitas:
-
Al2(SO4)3xH2O + 6OH- 2Al(OH)3 + 3SO4 + xH2O

– Al(OH)3 bersifat amphoter dan insoluble pada pH antara 5 – 7. Pada pH


kurang dari 5 akan mengalami disosiasi membentuk ion aluminium dan
pada pH di atas 7 akan mengalami disosiasi membentuk ion AlO2
Reaksi Koagulasi
• Koagulan Ferro Sulfat (FeSO47H2O) :
-2
– FeSO47H2O + 2OH- Fe(OH)2 + SO4 + 7H2O

Pembentukan ferro hidroksida akan terjadi pada pH tinggi (diatas 9,5),


sehingga untuk meningkatkan pH biasanya ditambahkan Ca(OH)2

– Jika tersedia O2, maka ferro hidroksida akan mengalami oksidasi menjadi
ferri hidroksida:
4Fe(OH)2 + O2 + 2H2O Fe(OH)3

Pada pH normal, ferri hidroksida lebih insoluble daripada ferro


hidroksida, sehingga koagulan ini umumnya digunakan ketika oksigen
tersedia dalam larutan. Jenis oksidator lain yg biasanya digunakan untuk
oksidasi ferro menjadi ferri adalah gas Chlor
• Untuk menentukan tipe dan dosis koagulan yang dibutuhkan
sangat tergantung dari karakteristik air yang akan diolah

• Penentuan tipe dan dosis koagulkan harus dilakukan di


laboratorium:
– metode jar-test
– pengukuran zeta potensial
• Untuk menambah gaya tarik antar partikel (gaya van der Waals)
dilakukan pengadukan:
– Koagulasi : rapid mixing (pengadukan cepat, 100 – 150 rpm, lihat UO)
– Flokulasi : slow mixing (pengadukan lambat, 25 – 75 rpm)

• Pengadukan merupakan mekanisme orthokinetik

• Cara-cara pengadukan:
– Mekanis : blade
– Hidrolis : hydraulic jump
– Pneumatis: aliran udara
Mekanis : blade
Pengadukan mekanis adalah metoda pengadukan menggunakan alat pengaduk berupa impeller
yang digerakkan dengan motor bertenaga listrik. Umumnya pengadukan mekanis terdiri dari
motor, poros pengaduk, dan gayung pengaduk (impeller), lihat Gambar 5.3. Pengadukan
lambat secara mekanis umumnya memerlukan tiga kompartemen dengan ketentuan G di
kompartemen I lebih besar daripada G di kompartemen II dan G di kompartemen III adalah
yang paling kecil

Gambar Pengadukan cepat dengan alat pengaduk


Hidrolis : hydraulic jump

Pengadukan hidrolis adalah pengadukan yang memanfaatkan gerakan air sebagai


tenaga pengadukan. Sistem pengadukan ini menggunakan energi hidrolik yang
dihasilkan dari suatu aliran hidrolik. Energi hidrolik dapat berupa energi gesek, energi
potensial (jatuhan) atau adanya lompatan hidrolik dalam suatu aliran. Beberapa contoh
pengadukan hidrolis adalah terjunan (Gambar ), loncatan hidrolis, parshall, flume,
baffle basin (baffle channel, Gambar 5.6), perforated wall, gravel bed dan sebagainya.

Gambar Pengadukan cepat dengan terjunan

Gambar Denah pengadukan lambat dengan baffle channel


Pneumatis: aliran udara

koagulan

outlet
inlet

udara

gelembung udara

Gambar Pengadukan cepat secara pneumatis

Pengadukan pneumatis adalah pengadukan yang menggunakan udara (gas)


berbentuk gelembung yang dimasukkan ke dalam air sehingga menimbulkan gerakan
pengadukan pada air (Gambar ). Injeksi udara bertekanan ke dalam suatu badan air akan
menimbulkan turbulensi, akibat lepasnya gelembung udara ke permukaan air. Makin besar
tekanan udara, kecepatan gelembung udara yang dihasilkan makin besar dan diperoleh
turbulensi yang makin besar pula.
JENIS KOAGULAN
Jenis Dosis pH Catatan
mg/L
Kapur 150 - 9 - 11 untuk proses koagulasi partikel koloid Reaksi
500 yang terjadi :
Ca(OH)3 + Ca(HCO)3  2CaCO3 + 2H2O
MgCO3 + Ca(OH)2  Mg(OH)2 + CaCO3
Alum 75 – 250 4 – 7 untuk proses koagulasi partikel koloid

FeCl3 35 – 150 4 – 7 untuk proses koagulasi partikel koloid

FeSO4.7H2O 70 – 200 4 – 7 Air Buangan dengan alkalinitas tinggi


dibolehkannya terjadi leaching besi
mempunyai nilai ekonomis (3R)

Polymer cation 2 – 5 - untuk proses koagulasi partikel koloid dan


membantu proses koagulasi

Polimer anion 0,25 – 1 - untuk mempercepat proses flokulasi dan


memperkeras flok

Penambah 3 – 20 - digunakan untuk penyisihan kekeruhan


kekeruhan (clay) sangat rendah

PRESIPITASI KIMIA

Presipitasi kimiawi dalam pengolahan air minum adalah pengendapan bahan-


bahan terlarut dan tersuspensi dalam air dengan penambahan bahan kimia
untuk membentuk presipitat
Pengendapan Terjadi jika hasil kali konsentrasi molar ion melebihi nilai Ksp-nya

Untuk meramalkan terjadi endapan digunakan hasil kali konsentrasi ion (Q).
Harga Q kita bandingkan dengan Ksp, Jika:
Q > Ksp : lewat jenuh, terjadi endapan
Q = Ksp : larutan tepat jenuh, siap mengendap
Q < Ksp : larutan belum jenuh, tidak terjadi endapan

Prinsip presipitasi kimia adalah reaksi oksidasi-reduksi yang membutuhkan


kondisi lingkungan (pH, waktu, temperatur, konsentrasi) tertentu.
Alur proses presipitasi
Contoh menghitung Ksp
• Dalam 100 cm3 air dapat larut 1,16 mg Mg(OH)2 (Mr = 58). Harga Ksp dari
Mg(OH)2 adalah....
Pembahasan
Data:
V = 100 cm3 = 0,1 L
massa = 1,16 mg = 1,16 × 10−3 gram
Mr = 58
Ksp = ....
mol Mg(OH)2 = gram / Mr
mol Mg(OH)2 = 1,16 × 10−3 / 58 = 0,02 × 10−3 mol
s = mol / liter
s = 0,02 × 10−3 / 0,1 = 0,2 × 10−3 mol/L
Mg(OH)2 ↔ Mg2+ + 2OH−
s s 2s
Ksp = (s)(2s)2 = 4s3
Ksp = 4(0,2 × 10−3)3 = 3,2 × 10−11
• 50 mL larutan CaCl2 0,1 M dicampur dengan 50 mL larutan larutan NaOH 0,01 M.
Tentukan apakah terjadi endapan jika diketahui Ksp Ca(OH)2 adalah 8 x 10−6
Pembahasan
Jika terjadi endapan maka endapan yang terjadi adalah Ca(OH)2. Karena itu
tentukan dulu konsentrasi Ca2+ dan OH− dalam campuran.
Untuk Ca2+

Untuk OH− nya

Tentukan harga Qsp, caranya seperti menentukan Ksp juga


Ada dua macam kesadahan, yaitu kesadahan sementara
(kesadahan bikarbonat) dan kesadahan tetap (kesadahan non-
bikarbonat). Kesadahan sementara disebabkan oleh kandungan
anion HCO3- yang berikatan dengan kalsium dan/atau magnesium.
Kesadahan tetap disebabkan oleh kandungan anion SO42- dan/atau
• Penurunan Kesadahan
Cl- yang berikatan dengan kalsium dan/atau magnesium. Jumlah
Kesadahan adalah kondisi air dari kesadahan sementara dan kesadahan tetap disebut
yang mengandung ion kalsium kesadahan total.
dan magnesium yang
Ada dua metoda penurunan kesadahan, yaitu:
bereaksi dengan bikarbonat,
sulfat, atau klorida. Dalam  Pemanasan (khusus untuk kesadahan sementara)
standar kualitas air minum  Presipitasi (untuk kesadahan sementara maupun
(Depkes), kesadahan kesadahan tetap), yaitu dengan penambahan
maksimum yang kapur-soda atau dengan soda kaustik
diperbolehkan adalah 500
mg/l (sebagai CaCO3). Dalam pelunakan air dengan soda-kapur, Ca2+ diendapkan sebagai
CaCO3 dan Mg2+ sebagai Mg(OH)2. Pengendapan akan terjadi
apabila kelarutan CaCO3 dan Mg(OH)2 cukup rendah. Kelarutan
senyawa-senyawa ini sangat tergantung pada pH
Pengaruh pH terhadap kesetimbangan sistem karbonat (diambil dari Fair et al, 1981)
• Selanjutnya cara menghilangkan kesadahan
liat PDF...
INGAT- Kebutuhan Kimia dlm Excess lime
Diskripsi Kapur Soda Abu
CO2 1x -
Ca-Karbonat 1x -
Ca-Non Karbonat - 1x
Mg-Karbonat 2x -
Mg-Non Karbonat 1x 1x
Contoh soal
• Jika diketahui air tanah mengadung sbb:
CO2= 11 mg/l
Ca2+ =30 mg/l
Mg2+ = 12 mg/l
Na+= 11,5 mg/l
HCO3- = 61 mg/l
SO42- = 48 mg/l
Cl- = 70 mg/l

1. Buatlah diagram bar dan komponen


kimia apa saja
2. Hitunglah kebutuhan Bahan kimia
dlm metode excess lime

Anda mungkin juga menyukai