Anda di halaman 1dari 3

Menanti Senja Menjelang

Senja semakin putih di beranda rumah kita


sampai habis masih kita rupa
berita dibawa sepasang burung geraja
melalui kawat di samping jendela

Duduk Rubiyah di kursi dendang


sambil menyulam benang dengan benang
menyatukan perca-perca terbuang
menjadi kain usang untuk dikenang

“Nak, apakah negara kita akan menang?”

Ia terus menanti Bujang Selamat pulang perang


telah hitam sirih di tangan bergelimang gambir serupa arang
namun, setelah malam datang tanpa diundang
membawa duka tentang kisah terlarang

Bujang yang dinanti tidak kunjung datang


memang susah berharap berkah menjelang

“Nak, apakah orang pinggiran seperti kita akan


selalu berjodoh dengan malang?”

Padang, 2021

Ombak Hantaran

Ia menyatukan angin yang menghidupi pantai


menjelma ombak yang meliuk-liuk di bibir laut mati
menjadi hantaran menuju selatan di ujung sunyi
diiringi dendang bunian kembang di kaki marapi

Aroma garam menyengat di bawah sinar mentari tengah hari


tertegun di tepi muara menatap riak menari-nari
disimpul kabut dicampur lumut dengan batu di pintu muara
menjadi penanda telah dipecah gelombang datang tiada terkira

Ditautkan sauh, diikat tali ke batang ketapang


beralih langkah baranjak duduk
penanda musim malang tiada kepalang
alamat kereta kencana serupa beruk

Pincalang lalu kiambang bertaut


terapung di tengah laut tidak basah
hujan turun menuju lembah berkabut
dipancang suar penunjuk arah

Padang, 2021
Disiram Kabut Petang

Disiram kabut petang menuju pintu muara


membawa tangkapan dari seberang lautan
berbiduk selodang sebatang kara
terombang ambing riak di ombak tepian

Bila angin berkisar


musim berganti
nasib malang dirundung malang
nasib mujur hendak dituju

Niat baik hendak dikata


nasib buruk selalu merupa

Tak aku bila aku


tak tuan bila tuan
pangkal segala jampi
rupa segala mantra

Bila tidur tolong bangunkan


bila berdiri tolong jalankan
bila iya tolong pertemukan
bila ditolak, tolong hantarkan
ia si gadis manis itu
ke ujung laut mati

Padang, 2021
Biodata Penulis

Safri Dani; lahir di Koto Tabang, 02 Desember 1995. Menulis essai dan puisi. Bergiat di Lapak Baca
Pojok Harapan. Sebuah komunitas literasi di Kota Padang dan Kalera Sastra Padang.

Anda mungkin juga menyukai