NadiaNurulita 1810211083 A3 MakalahCase7
NadiaNurulita 1810211083 A3 MakalahCase7
LEIOMYOMA
FAKULTAS KEDOKTERAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL VETERAN JAKARTA
2020/2021
OVERVIEW CASE
BASIC SCIENCE
EMBRIOLOGI
1. Pada mulanya, mudigah pria dan wanita memiliki dua pasang duktus genitalis; duktus
mesonefrikus (wolffii) dan duktus paramesonefrikus (müller).
2. Duktus paramesonefrikus muncul sebagai suatu invaginasi longitudinal epitel pada
permukaan anterolateral urogenital ridge.
3. Duktus paramesonefrikus berkembang
4. menjadi duktus genitalis utama wanita.
5. Mula-mula, dapat dikenali tiga bagian di setiap duktus: (1) bagian vertikal kranial
yang membuka ke rongga abdomen, (2) bagian horizontal yang menyilang duktus
mesonefrikus, dan (3) bagian vertikal kaudal yang menyatu dengan pasangannya dari
sisi yang berlawanan.
6. Dengan turunnya ovarium, dua bagian pertama berkembang menjadi tuba uterine
dan bagian kaudal menyatu untuk membentuk kanalis uteri.
• Keduanya dilapisi oleh satu lapisan mesenkim yang membentuk selubung otot pada
uterus, miometrium, dan lapisan peritoneumnya, perimetrium.
ANATOMI
1. Genitalia Eksterna
Genitalia eksterna disebut juga Vulva terdiri dari:
a. Mons pubis
b. Labia majora pudendi
c. Labia minora pudendi
d. Clitoris
e. Vestibulum (Vestibulum vaginae)
f. Glandulae vestibulares majores (kelenjar Bartholin)
g. Labia majora terdiri dari Corpus cavernosum vestibulum (Bulbus
vestibuli)
h. Labia minora pudendi mengelilingi Vestibulum (Vestibulum vaginae) dan
berlanjut ke anterior sebagai Frenulum clitoridis menuju Glans clitoridis.
i. Kelenjar vestibular (Glandulae vestibulares majores [kelenjar
BARTHOLIN] dan minores) masuk ke dalam Vestibulum dari sisi lateral.
j. Clitoris adalah organ sensorik untuk membangkitkan gairah seks. Corpora
cavernosa clitoridis membentuk Corpus clitoridis dengan Glans clitoridis
pada ujung inferiornya.
k. Crura clitoridis melekat pada Rami ischiopubica inferior dan ditutupi oleh
M. ischiocavernosus pada kedua sisi.
l. Musculus bulbospongiosus berfungsi menstabilkan Bulbus vestibuli.
m. Organisasi Penis dan Clitoris berdasarkan perkembangannya adalah sama,
termasuk adanya Preputium (Preputium clitoridis). Mekanisme pengisian
Corpus cavernosum dan proses ereksi juga sama pada kedua jenis kelamin
2. Genitalia Interna
Organa Genitalia interna terdiri dari:
1. Ovarium
2. Tuba uterina
3. Uterus
4. Vagina
A. Vagina
a. Sebuah tabung fibromusculorum yang dapat melebar (memanjang dari
perineum cavitas pelvis)
b. Panjang rata-rata: 7,5 – 9 cm
c. Terletak di depan rectum dan dibelakang kandung kemih
d. Menghubungkan vulva uterus
e. Dinding vagina: terdapat lipatan melintang (rugae vaginales)
C. Uterus
Ligamentum Uterus
D. Tuba Uterina
Ovarium
Perdarahan
HISTOLOGI
A. Ovarium
Permukaan ovarium dilapisi oleh satu lapisan sel epitel germinativum→ epitel
selapis kuboid; dibawahnya terdapat jaringan ikat fibrosa (padat tidak teratur)
sebagai tunika albuginea.
a) Folikel Primordial
b) Folikel Berkembang (primer, sekunder, dan tersier)
c) Folikel de Graaf
d) Folikel Atretis (sudah berdegenerasi)
B. Ovarium
C. Tuba Uterina
Tunika Mukosa
Tunika Muskularis
Terdiri dari lapisan otot polos sirkular dibagian dalam dan longitudinal
dibagian luar.
Tunika Adventisia
F. Uterus
Perimetrium
Miometrium
Endometrium
Dilapisi oleh epitel selapis yang turun ke dalam lamina propria untuk
membentuk banyak kelenjar uterus (gld. uterinae).
Terdapat 2 lapis:
• Stratum Basale
• Stratum Fungsionale
G. Vagina
NEOPLASMA
A. DEFINISI
Kata “neoplasma” berasal dari kata Yunani “neo”, yang berarti baru, dan
“plasma”, yang berarti “pembentukan atau penciptaan”, dengan demikian
berkaitan dengan pertumbuhan abnormal jaringan baru.
Neoplasma adalah massa jaringan yang abnormal, tumbuh berlebihan, tidak
terkoordinasi dengan jaringan normal, dan tumbuh terus-menerus walau
stimulusnya hilang
Suatu sel disebut neoplastic apabila dapat melakukan replikasi tanpa adanya faktor
pengendali pertumbuhan sel yang normal, mempunyai kemampuan yang otonom
dan cenderung menjadi besar tanpa pengaruh lingkungan.
PARENKIM
STROMA
B. NOMENKLATUR
JINAK
• GANAS
C. KARAKTERISTIK UMUM
Parasit
Autonom
Klonal
Imortal
Menghindari kematian sel & SISTEM IMUN
D. ETIOLOGI
AGEN KIMIA
Langsung : tidak perlu mengalami metabolisme untuk menjadi karsinogen
Tak Langsung : perlu perubahan metabolisme untuk menjadi karsinogen aktif
AGEN BIOLOGIS
Bakteri : Helicobacter pylori
Virus : EBV, HPV, Hepatitis Virus, HTLV
AGEN FISIK
Radiasi, Sinar UV, Sinar X, Nuklir
E. FAKTOR PREDISPOSISI
INSIDENS KANKER
Insidens kanker bervariasi antara ras, genetik, usia, jenis kelamin dan letak
geografis. Data insidens kanker dapat ditemukan di data nasional yang hasilnya
akan berbeda-beda di tiap tempat dan setiap rentang waktu.
Penyebab dominan pada kasus kanker yang dilihat dari faktor geografi dan
lingkungannya.
VARIABEL USIA
FAKTOR PREDISPOSISI
KETURUNAN
F. INSIDENS KANKER
G. KLASIFIKASI
H. KLASIFIKASI
Berdasarkan Tipe Sel Induk :
SIMPLE
– 1 jenis sel
– fibroma
– adenoma
MIX
– 1 jenis sel dari 1 lapisan germinal
– Fibroadenoma Mammae (FAM)
I. KLASIFIKASI
Berdasarkan sifat biologisnya
JINAK (BENIGN)
• Ciri: lambat, berkapsul, mudah digerakkan, batas jelas, anak sebar (-),
tidak infiltrative
GANAS (MALIGNANT)
INTERMEDIET
Well differentiated
Moderately differentiated
Poorly differentiated
Undifferentiated
Anaplasia -> menunjukkan pertumbuhan ke arah tingkatan lebih rendah atau
hilangnya differensiasi struktural & fungsional suatu sel normal.
• Rasio inti : sitoplasma = 1:1 (normalnya N/C ratio 1:4 atau 1:6)
K. KECEPATAN PERTUMBUHAN
TUMOR JINAK
TUMBUH LAMBAT
TUMOR GANAS
TUMBUH CEPAT
INVASI LOKAL
TUMOR JINAK
TUMOR GANAS
Dapat juga terjadi pada carcinoma co: Renal cell ca --- vena renalis
Penetrasi ke vena > arteri, karena arteri memiliki dinding > tebal – lebih tahan.
Invasi pada vena - sel tumor mengikuti aliran vena - metastasis sering
terjadi pada paru & hepar.
M. KLASIFIKASI
GRADING
O. STAGING
Staging adalah metode untuk menentukan penyebaran dari tumor (seberapa
jauh proses kanker). Didasarkan pada besarnya lesi primer, penyebaran ke
KGB, ada atau tidaknya metastasis.
– TUMOR (T)
T0 : Tumor masih in situ.
T1 : Tumor berdiameter max 2 cm.
T2 : Tumor berdiameter sekitar 2-5 cm.
T3 : Tumor berdiameter lebih dari 5 cm.
T4 : Terjadi invasi ke organ lain.
– NODUL (N)
N0 : Belum terjadi metastasis ke KGB.
N1 : Baru terjadi metastasis.
N2 : Metastasis ke KGB yang berada di sekitar tumor.
N3 : Metastasis sangat luas ke KGB lainnya (KGB jauh dari tumor).
– METASTASIS
M0 : Tidak ada metastasis.
M1 : Telah terjadi metastasis.
M2 : Metastasis ke jaringan dan organ sekitarnya
M3 : Metastasis sangat luas ke jaringan dan organ lain.
P. DIAGNOSIS KANKER
Metode Morfologik
Aspirasi jarum halus dari tumor yang nanti akan diambil cairannya.
Dipergunakan untuk lesi yang mudah teraba (payudara, tiroid, KGB)
• Imunositokimia
• Flow Cytometry
Q. DIAGNOSIS KANKER
Pemeriksaan Biokimiawi
Uji biokimia untuk enzim berkaitan dengan tumor, hormon untuk menyaring
dan menentukan kualitas reaksi pengobatan atau mendeteksi kekambuhan.
R. DIAGNOSIS KANKER
Diagnosis Molekuler
Diagnosis keganasan
CLINICAL SCIENCE
LEIOMIOMA
A. DEFINISI
Tumor jinak yang struktur utamanya adalah otot polos rahim, berasal dari
miometrium
B. EPIDEMIOLOGI
Mioma uteri terjadi pada 20% - 25% perempuan di usia reproduktif
Angka kejadiannya sekitar 20% pada usia sekitar 40 tahun
Tidak pernah terjadi pada masa sebelum menarche karena sangat dipengaruhi oleh
hormon reproduksi, dan hanya bermanifestasi selama usia reproduktif.
Selama 5 dekade terakhir, ditemukan 50% kasus mioma uteri terjadi pada ras kulit
berwarna.
Ukuran rerata tumor ini adalah 15 cm,
C. ETIOLOGI
D. FAKTOR RISIKO
Genetik & Ras
2,5x lebih tinggi pada ras afrika dengan kasus terbanyak mioma multiple dan gejala
lebih berat serta lebih progresif
Usia
>30 tahun resiko lbh meningkat
Gaya Hidup
Obesitas bersiko terhadap pengaruh disregulasi hormonal
Menarche premature & menopause terlambat
Menarche dini pada usia <10 tahun dan menopause terlambat akan meningkatkan
risiko mioma uteri akibat sel Rahim terus terpapar estrogen
Nulipara
Wanita yang belum pernah hamil dikaitkan dengan pengaruh sel Rahim yang terpapar
hormone seks, estogen, dan progesteron
Kontrasepsi hormonal
faktor risiko pada penggunaan kontrasepsi estrogen baik murni atau kombinasi
Infeksi/ iritasi
Infeksi, iritasi, atau cedera rahim akan meningkatkan risiko mioma uteri melalui
induksi growth factor
Stress
terjadi pelepasan kortisol dan perangsangan hypothalamo-pituitaryadrenal gland axis
yang akan menyebabkan peningkatan estrogen dan progesteron
E. KLASIFIKASI
Klasifikasi (lokasi)
• Mioma subserosa adalah miomayang tumbuh di bawah lapisan serosa uterus dan
dapat bertumbuh ke arah luar dan juga bertangkai. Mioma ini dapat menjadi mioma
parasit omentum atau usus untuk vaskularisasi tambahan
Klasifikasi FIGO
Bila terjadi perubahan pasokan darah selama pertumbuhannya, maka mioma dapat
mengalami perubahan sekunder atau degeneratif sebagai berikut :
a. Degenerasi jinak
b. Atrofi: ditandai dengan pengecilan tumor yang umumnya terjadi setelah persalinan
atau menopause.
c. Hialin: mioma yang telah matang atau "tua“ di mana bagian yang semula aktif
tumbuh kemudian terhenti akibat kehilangan pasokan nutrisi dan berubah warnanya
menjadi kekuningan, melunak atau melebur menjadi cairan gelatin sebagai
tanda terjadinya degenerasi hialin.
d. Kistik : jar hialin rusak, suplai darah kurang, hialin menjadi cair cairnya gelatin
sehingga mioma konsistensinya menjadi kistik. Adanya kompresi keluarnya
cairan kista ke kavum uteri, kavum peritoneum, atau retroperitoneum.
F. GEJALA KLINIS
Seringkali asimtomatik
Gejala yang mungkin ditimbulkan sangat bervariasi
PUA endometrium lebih luas, kontraksi miometrium
Menorrhagia : jumlah darah yang keluar saat haid berlebihan atau haid
berlangsung memanjang
Nyeri striktura kanalis serviks, submukosm dikeluarkan.
Tanda penekanan : gangguan BAK dan BAB
Infertilitas : endometrium dalam keadaan tidak mampu untuk menerima nidasi yg
baik.
G. DIAGNOSIS
Anamnesis
Pemeriksaan fisik
o Abdominal, speculum, vaginal, bimanual, uterine sonde test: enlarged
uterus that is often irregular in shape
Pemeriksaan penunjang
o Lab darah
o Ultrasound
H. PATOFISIOLOGI
I. TATA LAKSANA
Terapi Bedah
Histerektomi
Uterine Artery Embolization
Myomectomy
Histerektomi
Tatalaksana definitif pada fibroid atau leiomioma
Histerektomi adalah prosedur bedah yang melibatkan pengangkatan uterus dan
serviks, dan kadang tuba fallopi dan ovarium
Most common non-pregnancy-related major surgery performed on women in the
US
Komplikasi: excessive bleeding, infeksi dan cedera pada organ yang berdekatan
Macam-macam prosedur yang tersedia:
- Total: pengangkatan uterus dan serviks melalui insisi abdomen
- Subtotal / supracervical: pengangkatan uterus melalui insisi abdomen
- Radical: bedah ekstensif, selain uterus dan serviks, juga mengangkat KGB,
omentum, dan vagina bagian atas
- Oophorectomy dan salpingo-oophorectomy: pengangkatan ovarium atau
ovarium dan tuba fallopi
- Vaginal: pengangkatan uterus dan serviks melalui vagina
- Laparascopy-assisted vaginal: sama seperti vaginal hysterectomy tapi dengan
bantuan laparoskopi
- Total laparoscopic hysterectomy
Uterine Artery Embolization
Pendekatan yang minimal invasif bagi mereka yang ingin menjaga fertilitas
Teknik ini bekerja dengan mengurangi suplai darah total ke rahim, sehingga
mengurangi aliran ke fibroid dan meminimalkan gejala perdarahan. Prosedur ini
telah terbukti efektif dalam mengendalikan menoragia.
Namun, menurut De La Cruz et al., hanya studi yang terbatas yang menunjukkan
efek menjaga fertilitas dengan teknik ini
Miomektomi
Pilihan bedah invasif bagi mereka yang menginginkan menjaga fertilitas.
Tidak ada uji coba terkontrol secara acak yang menunjukkan bahwa miomektomi
dapat meningkatkan kesuburan bagi pasien. Selanjutnya, hasilnya sangat
tergantung pada lokasi dan ukuran fibroid.
Namun demikian, ini bisa menjadi pilihan pengobatan yang efektif bagi mereka
yang ingin menghindari histerektomi
Miomektomi adalah prosedur bedah yang mengangkat mioma dengan
rekonstruksi dan preservasi uterus
Preparat progesteron
Aromatase Inhibitor
Aromatase inhibitor terbagi dua jenis, yaitu aromatase inhibitor kompetitif yakni
anastrazole dan letrozole, dan senyawa inaktivator yakni exemestane.
Kerja keduanya hampir sama yakni menghambat proses aromatisasi yang
merupakan dasar patogenesis mioma. Kelebihan obat ini adalah tidak ada efek
tromboemboli yang dapat menjadi kausa mortalitas
Asam Traneksamat.
NSAID
J. PENCEGAHAN
Diet
Rekomendasi paling penting adalah diet menjaga berat badan ideal untuk
mengurangi faktor risiko obesitas. Hal ini karena kejadian tumor sering dikaitkan
dengan terlalu banyak konsumsi daging merah dan rendahnya konsumsi sayuran
hijau atau buah.
Fungsi proteksi juga dari vitamin A dan D. Konsumsi susu akan menurunkan risiko
tumor, Zat aktif lain seperti lycopene, isoflavone, dan gallactocatechin gallate
(EGCG) dari teh hijau membantu menurunkan risiko tumor melalui induksi
apoptosis dan menghambat proliferasi sel
Olahraga
Olahraga teratur dengan intensitas sedang membantu menjaga keseimbangan
hormonal dan menjaga agar berat badan tetap stabil.
Menyusui
Menyusui terutama ASI eksklusif akan menghentikan siklus haid dan mengurangi
paparan hormon seks pada sel/jaringan rahim.
Multipara
Saat hamil akan terjadi perubahan matriks ekstraseluler, growth factor, dan hormon
seks yang akan menurunkan insidens mioma uteri. Makin sering hamil, risiko
mioma uteri juga akan menurun karena setelah kehamilan jumlah reseptor estrogen
dalam endometrium berkurang
K. KOMPLIKASI
Nyeri panggul kronis
Anemia
Konstipasi
Gangguan berkemih akibat penekanan tumor
Torsio
L. PROGNOSIS
Potensi keganasan mioma uteri sangat rendah tetapi dapat kambuh walau telah
dilakukan miomektomi.
Mioma dapat menyebabkan infertilitas dan jika terjadi bersaman dengan
kehamilan umumnya meningkatkan risiko abortus dan persalinan sectio casesaria
Prognosis mioma asimptomatis umumnya baik karena tumor akan mengecil dalam
6 bulan sampai 3 tahun, terutama saat menopause. Mioma simptomatis sebagian
besar berhasil ditangani dengan pembedahan tetapi rekurensi dapat terjadi pada
15- 33% pasca-tindakan miomektomi.
Setelah 5-10 tahun, 10% pasien akhirnya menjalani histerektomi. Pasca-
embolisasi, tingkat kekambuhan mencapai 15-33% kasus dalam 18 bulan sampai
5 tahun setelah tindakan
Mioma uteri bersifat jinak, risiko menjadi keganasan sangat rendah, hanya sekitar
10-20% mioma berkembang menjadi leiomyosarcoma.
Keganasan umumnya dipicu oleh riwayat radiasi pelvis, riwayat penggunaan
tamoksifen, usia lebih dari 45 tahun, perdarahan intratumor, penebalan
endometrium, dan gambaran heterogen pada gambaran radiologis MRI
ABNORMAL UTERINE BLEEDING
Perdarahan uterus abnormal meliputi semua kelainan haid baik dalam hal jumlah maupun
lamanya. Manifestasi klinis dapat berupa perdarahan banyak, sedikit, siklus haid yang
memanjang atau tidak beraturan.
KLASIFIKASI
POLIP (PUA-P) pertumbuhan endometrium berlebih terdiri dari kelenjar, stroma, dan PD
endometrium. ADENOMIOSIS (PUA-A) invasi endometrium ke dalam lapisan
38ocal38olog, menyebabkan uterus mebesar, difus, dan secara mikroskopik tampak sebagai
endometrium ektopik, non 38ocal38olog, kelenjar endometrium, dan stroma yang dikelilingi
oleh jaringan 38ocal38olog yang mengalami hipertrofi dan 38ocal38ology. LEIOMIOMA
UTERI (PUA-L) tumor jinak fibromuscular pada permukaan myometrium. Lokasi:
submukosum, intramural, subserosum.
ENDOMETRIAL (PUA-E) PUA yang terjadi pada perempuan dengan siklus haid teratur
akibat gangguan hemostasis 38ocal endometrium. IATROGENIK (PUA-I) Pendarahan uterus
abnormal yang berhubungan dengan penggunaan obat-obatan hormonal (estrogen, progestin)
ataupun non hormonal (obat-obat antikoagulan) atau AKDR NOT YET CLASSIFIED (PUA-
N) Kategori ini dibuat untuk penyebab lain yang jarang atau sulit dimasukkan dalam
klasifikasi (misalnya adalah endometritis kronik atau malformasi arterivena)
TERMINOLOGI PUA
DIAGNOSIS
ANAMNESIS
PEMERIKSAAN FISIK
PEMERIKSAAN PENUNJANG
PEMERIKSAAN FISIK
PEMERIKSAAN PENUNJANG
A. Laboratorium
B. USG
C. Histeroskopi
D. Saline infusion sonography
E. Biopsi endometrium
REFERENSI
• https://emedicine.medscape.com/article/267273/
• https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK546680/
• William’s Obstetrics 25th Edition (2018)
• http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/article/000914.htm
• http://www.cdkjournal.com/index.php/CDK/article/view/371/169