Anda di halaman 1dari 12

BAB II

PEMBAHASAN

Bab ini menguraikan (1) Definisi, (2) Tujuan, (3) Manfaat, (4) Jenis PONED, (5) Kriteria
Peningkatan Fungsi Puskesmas Rawat Inap Menjadi Puskesmas Mampu PONED, dan (6)
Langkah-Langkah Persiapan Peningkatan Fungsi Puskesmas Rawat Inap Menjadi Puskesmas
Mampu Poned. Berikut penjelasan masing-masing subbahasan tersebut :

2.1 Definisi PONED


Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Dasar (PONED) adalah pelayanan untuk
menanggulangi kasus – kasus kegawat daruratan obstetri dan neonatal (bayi baru lahir).
Pelayanan ini dilaksanakan di Puskesmas rawat inap yang mampu menyelenggarakan
pelayanan obstetri dan neonatal emergensi tingkat dasar dalam 24 jam sehari dan 7 hari
seminggu yang menerima rujukan dari tenaga kesehatan atau fasilitas pelayanan kesehatan di
tingkat desa atau masyarakat (Yuniningsih, Marom, & Maesaroh, 2019).
Selain itu juga memberikan pelayanan kesehatan terhadap bayi yang baru lahir dengan
komplikasi, baik yang datang sendiri atau karena rujukan kader/ masyarakat/ bidan di desa,
puskesmas dan PONED melakukan rujukan ke Rumah Sakit PONEK pada kasus yang tidak
mampu ditangani (Brahmana, Wahyudi, & Hilfi, 2018).
Regionalisasi sistem rujukan PONED adalah pembagian wilayah sistem rujukan dari satu
wilayah kabupaten dan daerah sekitar yang berbatasan, Puskesmas mampu PONED
difungsikan sebagai rujukan-antara yang akan mendukung berfungsinya Rumah Sakit
PONEK (RI, 2013). Bentuk kerjasama antara Pelayanan PONED dan PONEK ini disebut
dengan Collaborative Improvement PONED-PONEK.
Sebuah Puskesmas PONED harus memenuhi standar yang meliputi standar administrasi
dan manajemen, fasilitas bangunan atau ruangan, peralatan dan obat-obatan, tenaga kesehatan
dan fasilitas penunjang lain. Selain itu, Puskesmas PONED juga harus mampu memberikan
pelayanan yang meliputi penanganan kasus obstetri yakni preeklampsi, eklampsi, perdarahan,
sepsis, dan kasus neonatal seperti sepsis neonatorum, asfiksia, kejang, ikterus, hipoglikemia,
hipotermi, tetanus neonatorum, trauma lahir, Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR), sindroma
gangguan pernapasan dan kelainan kongenital (Isterina F. Fai, 2017).
2.2 Tujuan PONED
Dalam Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 75 tahun 2014 tentang Pusat
Kesehatan Maysyarakat dijelaskan bahwa Puskesmas mempunyai tujuan melaksanakan
kebijakan kesehatan untuk mencapai tujuan pembangunan kesehatan di wilayah kerjanya
dalam rangka mendukung terwujudnya kecamatan sehat.Berdasarkan Keputusan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia tahun 2013 tentang Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan
Obstetri Neonatal Emergensi Dasar (PONED) menerangkan bahwa Puskesmas dengan
Pelayanan Obstetri dan Neonatal Emergensi Dasar yaitu Puskesmas rawat inap yang
memiliki kemampuan fasilitas PONED siap 24 jam untuk memberikan pelayanan kesehatan
dengan kasus-kasus kegawatdaruratan obstetri dan neonatal tingkat dasar. Hal ini merupakan
suatu langkah untuk menurunkan AKI dan AKB di Indonesia. Berikut adalah tujuan dari
dilaksanakannya PONED di Puskesmas :
1. Untuk menanggulangi kasus kegawatdaruratan obstetri dan neonatal tingkat dasar
sehingga dapat menurunkan AKI dan AKB
2. Diharapkan dapat menurunkan derajat kesakitan dan meminimalkan jumlah kematian
ibu dan bayi di Indonesia. Hal ini terkait pula dengan fakta bahwa AKI dan AKB di
Indonesia yang menempati urutan atas di ASEAN
3. PONED dan PONEK diadakan juga bertujuan untuk menghindari rujukan yang lebih
dari dua jam dan untuk memutuskan rantai rujukan itu sendiri.

2.3 Manfaat PONED


Adapun manfaat dari PONED diantaranya yaitu :
1. Meningkatkan status kesehatan masyarakat.

2. Membantu menurunkan AKI dan AKB yang disebabkan oleh kasus kegawatdaruratan
obstetric dan neonatal.

3. Menurunnya AKB menjadi 24 per 1.000 kelahiran hidup

4. Menurunnya AKI menjadi 118 per 100.000 kelahiran hidup

5. Menurunnya prevalensi gizi kurang pada anak balita menjadi setinggi-tingginya 15 %.

6. Tersedianya tenaga kerja yang kompeten dan handal

7. Tersedianya pelayanan bagi ibu dan bayi baru lahir secara terpadu.

8. Tersedianya rumah sakit rujukan yang memberikan pelayanan 24 jam untuk


kegawatdaruratan ibu dan bayi.
9. PONEK bermanfaat sebagai rujukan kasus yang tidak mampu dilakukan oleh petugas
kesehatan di tingkat layanan primer.

10. PONED bermanfaat sebagai rujukan untuk kasus-kasus rujukan masyarakat,


pelayanan perorangan tingkat pertama, dan rujukan dari puskesmas sekitar.

2.4 Jenis PONED


Menurut (Dewiyana, 2010) diperlukan tenaga kesehatan sejumla satu dokter dan 2
paramedis yang sebelumnya menerima pelatihan khusus PONED untuk ditempatkan di
Puskesmas PONED. Selain itu, pelayanan yang diberikan pada Puskesmas PONED
adalah penanganan kegawatdaruratan bayi dan ibu diantaranya:
a. Pertolongan ekstraksi vakum dan distosia bahu pada pertolongan persalinan
b. Bayi dengan asfiksia

c. infeksi nifas
d. Infeksi neonatal

e. Kejang pada bayi neonatus

f. Gangguan nafas bayi

g. Persiapan umum sebelum tindakan kedaruratan Obstetri – Neonatal

h. Hipertensi (preeklampsia, eklampsia)


i. Perdarahan pasca partum
j. BBLR dan hipotermi, hiperbilirubinemia, hipoglekimia, masalah pemberian
minum pada bayi, ikterus,

2.5 Kriteria Peningkatan Fungsi Puskesmas Rawat Inap Menjadi Puskesmas Mampu
PONED
Dalam bukunya (Kuswenda, et al., 2013) menjelaskan apa saja criteria peningkatan
sebuah puskesmas rawat inap menjadi puskesmas mampu PONED adalah:
1. Kriteria Puskesmas yang siap untuk ditingkatkan menjadi Puskesmas mampu PONED
a. Puskesmas memiliki fasilitas persalinan, bed disesuaikan dengan kebutuhan
pelayanana obstetri, dan neonatal emergensi
b. Letak puskesmas strategis dan mudah dijangkau oleh tempat layanan medis lain
disekitas puskesmas.
c. Puskesmas sudah bisa berfungsi dalam penyelenggaraan upaya kesehatan
perorangan dan tindakan kegawat daruratan sesuai dengan kompetensi dan
kewenangan dan dilengkapi dengan sarana prasarana yang memadai
d. Puskesmas sudah dimanfaatkan masyarakat sebagai tempat pertama memperoleh
pelayanan kesehatan baik sebagai rawat inap, rawat jalan maupun persalinan
normal
e. Dapat menyelenggarakan UKM
f. Jarak dari lokasi masyarakat, pelayanan kesehatan dasar dan Puskesmas PONED
paling lama ialah satu jam menggunakan kendaraan umum. Hal ini dikarenakan
waktu paling lama mengatasi perdarahan ialah 2 jam dan jarak tempuh dari
Puskesmas PONED menuju rumah sakit minimal 2 jam.

2. Kriteria Puskesmas mampu PONED


a. Criteria butir pertama terpenuhi
b. Memiliki tim khusus yang terdiri atas dokter, bidan dan perawat yang sebelumnya
telah menerima pelatihan PONED, memiliki sertifikat PONED dan tindakan
mengatasi kegawatdaruratan medis khususnya dalam mengondisikan pasien
gawatdarurat siap rujuk dalam keadaan stabil.
c. Memiliki kecukupan tenaga dokter, bidan maupun perawat yang mendukung
fyngsi PONED di faskes dasar
d. Digunakan sebagai pusat rujukan kasus obstetric ataupun neonatal emergensi di
satu wilayah rujukan kabupaten
e. Puskesmas sudah memiliki peralatan medis dan non medis, obat obatan, rawat
inap, dan fasilitas tindakan medis untuk mendukung penyelenggaraan PONED.
f. Penanggungjawabnya adalah kepala Puskesmas mampu PONED
g. Puskesmas berkomitmen akan menerima rujukan emergensi obstetric dan neonatal
dari faskes disekitar
h. Adanya komitmen dari stakeholder yang memiliki hubungan dengan upaya
menfungsikan Puskesmam mampu PONED dengan baik diantaranya adalah
 Rumah sakit PONEK terdekat (swasta/milik pemerintah) bersedia menjadi
pengampu pelaksanaan puskesmas mampu PONED di Puskesmas.
 Kepala Dinkes kota maupun kabupaten bersama RS kota/kabupaten dalam
membangun sistem rujukan dan pembinaan medic yang efektif dan efisien
 Terdapat komitmen dari BPJS untuk mendukung kelancaran pembiayaan UKP
dalam rangka JKN
 Dukungan Biro Keuangan Pemda dan Bappeda dalam mengintegritaskan
perencanaan pembiayaan puskesmas PONED.
 Badan Kepegawaian Daerah mendukung dalam kesinambungan keberadaan
tim PONED
 Dukungan dengan pemerinta daerah dan polisi dalam regulasi untuk
mempersiapkan sumber daya dan operasional untuk dibukanya puskesmas
mampu PONED secara efektif dan efisien
 Semua petugas Puskesmas mampu Poned mampu memberikan pelayanan
berdasarkan budaya.

2.6 Langkah-Langkah Persiapan Peningkatan Fungsi Puskesmas Rawat Inap Menjadi


Puskesmas Mampu PONED
Ada enam langkah yang harus dipersiapkan untuk meningkatkan fungsi puskesmas yang
awalnya rawat inap menjadi puskesmas mampu dalam melaksanakan PONED (Pelayanan
Obstetri-Neonatal Emergensi Dasar). Enam langkah tersebut adalah :
1. Pengumpulan dan analisis data umum
Hal hal yang harus dilakukan Dinas Kesehatan kabupaten dalam lingkup
Pengumpulan dan analisis data umum Apabila dinilai bahwa belum semua
Puskesmas yang ditetapkan sebagai Puskesmas mampu PONED berfungsi dengan
baik, atau bila di Kabupaten bersangkutan belum tercapai minimal 4 Puskesmas rawat
inap yang sudah difungsikan dengan baik sebagai Puskesmas mampu PONED, yaitu :
(1) Memetakan wilayah kerja Dinas Kesehatan kabupaten/kota, sekaligus
memberi gambaran tentang :
a) Kondisi geografis, lingkungan wilayah, batas wilayah kerja
Puskesmas
b) Sarana, prasarana dan jalur transportasi dalam wilayah
c) Keberadaan fasilitas kesehatan dalam peta fasyankes di wilayah
kabupaten, SDM, kemampuan pelayanan, dari masing-masing
fasyankes
d) Puskesmas yang letaknya strategis terhadap Puskesmas di sekitarnya,
yang dapat dikembangkan menjadi pusat rujukan
e) Regionalisasi sistem rujukan medik wilayah kabupaten dan Data
Puskesmas yang letaknya terpencil dan sulit untuk mengakses RS
PONEK atau PONED terdekat
(2) Data Jumlah Penduduk di setiap wilayah Puskesmas dirinci menurut:
a) Kelompok umur, berdasarkan kepentingan sasaran program
b) Jenis kelamin
c) Jumlah rumah tangga yang ada
d) Jumlah WUS (Wanita Usia Subur) dan PUS (Pria Usia Subur)

(3) Data keberadaan Mitra


Mitra yang keberadaannya di data adalah mitra yang dapat diperankan
sebagai penggerak demand target sasaran dan keluarga, untuk memanfaatkan
pelayanan PONED yang tersedia menurut kebutuhannya, antara lain:
a) Lintas Sektor ditingkat kabupaten/kota dan kecamatan/
Puskesmas
b) LSM, Organisasi Profesi Kesehatan
c) Media massa (cetak, elektronik)
d) Masyarakat dalam wadah UKBM yang dapat berperan dalam
Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi
(P4K)
e) Swasta, Badan Usaha, Penyandang dana lainnya (donor
agency)
(4) Data tentang dukungan kebijakan dan sumberdaya dari PEMDA dan DPRD

2. Pengumpulan dan analisia data khusus


a) Data sumberdaya, per unit Fasilitas Pelayanan Tingkat Dasar/ Puskesmas
meliputi :
 Fisik gedung tempat pelayanan,
 Fasilitas untuk pelayanan rawat jalan
 Fasilitas untuk pelayanan rawat inap serta tindakan medis dalam
PONED
 Peralatan medis, non medis dan penunjang untuk PONED
 Sarana transportasi rujukan (Ambulan rujukan)
 Sarana komunikasi rujukan seperti Telephon, HP, Perangkat sistem
rujukan Radio medik, e- Rujukan, dan lainnya
 Keberadaan Tim Teknis Pelaksana PONED yang sudah terlatih dan
kompeten dalam PONED
 Dana operasional penyelenggaraan PONED dan sumber dananya
b) Data cakupan pelayanan program KIA-Gizi pada sasaran maternal dan
neonatal
c) Data perhitungan/prediksi jumlah kasus obstetri dan neonatal
emergensi/komplikasi
d) Data tentang kesenjangan pemenuhan kebutuhan PONED
e) Jumlah kasus kematian obstetri dan neonatal di kabupaten/kota
f) Hasil surveillance masalah yang berkaitan dengan kesehatan maternal dan
neonatal
3. Pengumpulan data Puskesmas mampu PONED/ Calon Puskesmas mampu PONED
(1) Data Lokasi
 Letaknya: Strategis terhadap Puskesmas non PONED di sekitarnya.
 Merupakan jejaring sistem rujukan dalam fungsinya sebagai pusat
rujukan antara/regional dan RS
 Waktu tempuh/ jam dari masing-masing Puskesmas non perawatan
dalam jejaringnya ke Puskesmas mampu PONED
 Waktu tempuh menuju RS rujukan PONEK terdekat sekitar 2 jam
 Merupakan Puskesmas terpencil dari semua fasilitas kesehatan yang
ada (khusus daerah terpencil)
(2) Data Fasilitas
 Puskesmas mempunyai fasilitas rawat inap atau terbatas hanya fasilitas
rawat inap untuk persalinan
 Kemampuan menyelenggarakan pelayanan rawat inap (umum dan
persalinan)
 Ketersediaan alat kesehatan PONED set
 Ketersediaan sarana/ prasarana penunjang berkaitan dengan PONED
 Ketersediaan obat dan bahan habis pakai berkaitan dengan PONED
(3) Data Administrasi, berupa :
 SK Bupati / Walikota tentang penetapan Puskesmas mampu PONED
 SK Dinas Kesehatan, tentang Penetapan Tim Teknis dan Tim
Pendukung Puskesmas mampu PONED
 MoU pelaksanaan rujukan, antara Puskesmas dengan Fasyankes
Rujukan atau RS mampu PONEK terdekat, tentang rujukan dan
pembinaan teknis
 MoU/ kontrak penyelenggaraan PONED antara Puskesmas dengan
BPJS, Asuransi Kesehatan lainnya, untuk Puskesmas dengan
persyaratan tertentu
4. Penyusunan rencana peningkatan fungsi Puskesmas mampu PONED atau calon
Puskesmas mampu PONED
Dalam upaya merencanakan perbaikan, peningkatan, pemantapan dan
pengembangan fungsi Puskesmas mampu PONED/ Calon Puskesmas mampu
PONED, Dinas Kesehatan perlu membahas kembali bersama :
(1) Kepala Puskesmas dan Bidan Koordinator Puskesmas untuk mendiskusikan:
a) Masalah dan hambatan dalam pelaksanaan program yang berkaitan
dengan kesehatan Ibu dan Anak dari berbagai aspek
b) Kebutuhan dukungan dalam upaya perbaikan dan peningkatan fungsi
penyelenggaraan:
 Pelayanan KIA umumnya
 PONED dan Rujukan PONED
 Rujukan ke RS PONEK dan aspek pelayanannya
c) Usulan/rencana pengembangan PONED dan pemantapan fungsi sistem
rujukannya, untuk :
 Lingkup regional dalam kabupaten, dengan pusat rujukannya
adalah Puskesmas mampu PONED (Area sistem rujukan
dalam cluster PONED)
 Lingkup wilayah Kabupaten, dengan pusat rujukannya Rumah
Sakit PONEK.
(2) Bersama Mitra kerja terkait dan pihak-pihak berkepenƟ ngan lainnya
malakukan pembahasan masalah dan menyusun rencana
perbaikan/peningkatannya melalui forum District Team Problem Solving
(DTPS)
(3) Bersama Penentu Kebijakan dan Pengambil Keputusan serta Para Pemangku
Kepentingan :
 Mendapatkan dukungan kebijakan dan sumberdaya, dari Bupati dan
DPRD
 Melibatkan para pemangku kepentingan, untuk realisasi operasional
meliputi Bappeda Kabupaten, Rumah Sakit rujukan spesialistik,
Organisasi Profesi (IBI, PPNI, IDI, POGI, IDAI, IAKMI) serta
BKKBN atau sektor yang membidangi program KB dan
kependudukan.
5. Penyusunan Implementasi pengembangan fungsi Puskesmas mampu PONED/calon
Puskesmas mampu PONED
a) Persiapan Pengembangan Fungsi Puskesmas mampu PONED :
1) Menyusun rencana pemantapan fungsi Puskesmas mampu PONED yang
ada seperti :
 Menetapkan Puskesmas sebagai calon Puskesmas mampu PONED
yang akan dikembangkan
 Menyusun rencana pengembangan Puskesmas Calon Puskesmas
mampu PONED dengan tahapannya
2) Mempersiapkan pemantapan fungsi Puskesmas mampu PONED yang
sudah ada dan realisasi pengembangan fungsi Puskesmas menjadi
Puskesmas mampu PONED, sesuai dengan tahapannya :
 Melengkapi kebutuhan sumberdaya (SDM, alat medis dan non
medis, obat dan bahan habis pakai, ruangan, ambulan, biaya
operasional dan pemeliharaan, dll) sesuai kebutuhan
 Melatih ulang SDM yang ada dan melatih baru SDM yang
diperlukan
 Melakukan pembinaan teknis, administrasi dan manajemen, serta
keuangan
b) Menetapkan realisasi sesuai dengan rencana dan tahapannya :
1) Memantapkan fungsi Puskesmas mampu PONED yang sudah ada
2) Mengembangkan Puskesmas yang dipilih untuk menjadi Puskesmas
mampu PONED.
6. Penyusunan Indikator Kinerja Penyelenggaraan PONED
Keberhasilan penyelenggaran Puskesmas mampu PONED diukur berdasarkan
rencana dan indikator kinerja yang telah ditetapkan.
a) Indikator Persiapan Puskesmas mampu PONED :
 Adanya Tim Terlatih PONED bersertifikat dan kompeten
 Adanya Tim Pendukung PONED
 Tersedianya sarana, prasarana dan peralatan sesuai standar4)
Tersedianya ruangan untuk: penerimaan pasien, pemeriksaaan,
pelayanan/tindakan dan perawatan di fasilitas rawat inap untuk ibu
dan bayinya
 Tersedianya sarana transportasi rujukan dengan kelengkapannya
 Tersedianya alat komunikasi dan informasi
 Tersusunnya rencana kegiatan yang disusun melalui pertemuan LP
dan LS, dalam forum DTPS, yang disertai indikator pencapaiannya
 Tersedianya biaya operasional dalam jumlah yang memadai
 Adanya SPO yang disusun Tim PONED dan ditandatangani oleh
Kepala Puskesmas, dan sudah dikonsultasikan kepada POGI dan
IDAI setempat.
 Adanya MoU antara RS PONEK/RSSIB dengan Dinas Kesehatan
Kabupaten, tentang Pembinaan Teknis PONED oleh RS PONEK,
secara berkala dan teratur.

b) Indikator untuk mengukur Kinerja Puskesmas mampu PONED :


 Cakupan pasien yang dirujuk dari masing-masing wilayah kerja
Puskesmas yang tercakup dalam kluster regional sistem rujukan
 Cakupan pasien yang dapat ditangani di Puskesmas mampu
PONED sesuai kewenangannya
 Cakupan pasien yang dirujuk ke Rumah Sakit PONEK, melalui
Puskesmas mampu PONED
 Jumlah Rujukan Balik pasien emergensi/komplikasi dari RS
PONEK ke Puskesmas (Puskesmas mampu PONED dan atau
Puskesmas jejaring)
 Jumlah kasus yang dirujuk balik dari Puskesmas mampu PONED
BAB III
PENUTUP
Bab ini menguraikan (1) Kesimpulan, (2) Saran.
3.1 KESIMPULAN
Dari makalah ini dapat diambil kesimpulan bawah Pelayanan obstetric neonatal
Emergensi dasar (PONED) merupakan suatu pelayanan untuk menanggulangi kasus-kasus
kegawat daruratan obstetri dan neonatal dengan sasaran yaitu ibu hamil dan bayi baru lahir.
PONED dan PONEK sendiri diadakan karena memiliki suatu tujuan yaitu untuk menghindari
rujukan yang lebih dari dua jam dan untuk memutuskan rantai rujukan itu sendiri. Serta dapat
juga bermanfaat untuk menanggulangi kasus dalam kegawatdaruratan obsetri dan neonatal
pada tingkat dasar sehingga dapat mempercepat penurunan AKI dan AKB. Diharapkan juga
dapat menurunkan derajat kesakitan serta dapat meningkatkan status kesehatan dalam
masyarakat.

3.2 SARAN
Dengan di buatnya makalah ini di harapkan nantinya dapat memeberikan manfaat
bagi para pembaca terutama pemahaman yang berrhubungan dengan pelayanan obstreti
neonatal emergensi dasar (PONED). Namun penulis juga menyadari bahwa makalah ini jauh
dari sempurna, oleh karena itu kritik maupun saran yang bersifat membangun sangat kami
harapkan, dengan demikian penulisan makalah ini bisa bermanfaat bagi penulis atau pihak
yang membutuhkan.
Daftar Pustaka

Anita, N., Puspitasari, T.D., Aisyabillah, C.P. 2016. Aplikasi Pengolahan Dan Pelayanan
Obstetri Neonatal Emergensi Dasar (PONED) Berbasis Desktop. Seminar Hasil
Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Dana BOPTN ISBN : 978-602-14917-3-7.
Brahmana, R. P., Wahyudi, K., & Hilfi, L. (2018). Perspektif Tenaga Kesehatan: Budaya
Keselamatan Pasien. Jurnal Sistem Kesehatan, 3(3).

Departemen Kesehatan RI, 2008, Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan Obstetri Neonatal


Emergensi Komprehensif (PONEK) 24 jam di Rumah Sakit, Indonesia.
Dewiyana. (2010). PONED sebagai Strategi untuk Persalinan yang Aman. Retrieved April 5,
2021, from dinkes.jatimprov:
http://dinkes.jatimprov.go.id/userimage/subdin/PONED%20sebagai
%20Strategi%20untuk%20Persalinan%20yang%20Aman%20print.pdf
Isterina F. Fai, D. B. (2017). Manajemen Sumber Daya Terhadap Mutu Pelayanan Neonatus
di Puskesmas PONED Oesao Kupang. Unnes Journal of Public Health, 6(2), 85-91.

Kanal Pengetahuan. Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat dan Keperawatan UGM


https://kanalpengetahuan.fk.ugm.ac.id/. (Diakses pada 5 April 2021).
Kemenkes RI, 2013, Pedoman Penyelenggaraan Puskesmas Mampu PONED, Indonesia.
Kemenkes RI, 2014, Rencana Aksi Dirjen Bina Upaya Kesehatan 2015-2019, Indonesia.
Kuswenda, D., Taufiq, K., Nainggolan, S. H., Partogi, G. R., Simamora, T., Merthawati, I.
A., et al. (2013). PEDOMAN PENYELENGGARAAN PUSKESMAS MAMPU
PONED. Jakarta: Kementrian Kesehatab Republik Indonesia.
RI, K. K. (2013). Pedoman Penyelenggaraan Puskesmas Mampu PONED. Dalam K. K. RI,
Pedoman Penyelenggaraan Puskesmas Mampu PONED (hal. 1-130). Jakarta:
Kementerian Kesehatan RI.

Yuniningsih, T., Marom, A., & Maesaroh. (2019). Program Puskesmas Mampu PONED
(Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi. Public Administration Journal, 1 (4), 349-
365.

Anda mungkin juga menyukai