Anda di halaman 1dari 11

KISI-KISI TES WAWASAN KEBANGSAAN (TWK)

Berdasarkan Permenpan nomor 27 Tahun 2021, Tes Wawasan


Kebangsaan (TWK) merupakan tes yang bertujuan untuk menilai
penguasaaan pengetahuan dan kemampuan mengimplementasikan:

a) Nasionalisme, dengan tujuan mampu mewujudkan kepentingan


nasional melalui cita-cita dan tujuan yang sama dengan tetap
mempertahankan identitas nasional;

b) Integritas, dengan tujuan mampu menjunjung tinggi kejujuran,


ketangguhan, komitmen dan konsistensi sebagai satu kesatuan
sikap untuk mencapai tujuan nasional;

c) Bela Negara, dengan tujuan mampu berperan aktif dalam


mempertahankan eksistensi bangsa dan negara; dan

d) Pilar negara, dengan tujuan mampu membentuk karakter positif


melalui pemahaman dan pengamalan nilai-nilai dalam Pancasila,
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, dan
Bhinneka Tunggal Ika;
INTEGRITAS

PENGERTIAN INTEGRITAS

Integritas yaitu konsistensi atau keteguhan yang tidak bisa tergoyahkan


dalam menjunjung nilai-nilai keyakinan dan prinsip. Pengertian lain dari
integritas adalah konsep yang menunjukkan konsistensi atau keteguhan
perbuatan dengan nilai-nilai dan prinsip. Pada etika integritas bisa
diartikan sebagai kebenaran dan kejujuran perbuatan yang dilakukan
seseorang.

FUNGSI DARI INTEGRITAS

• Cognitive functions of integrity

Yang mencakup kecerdasan moral dan self insight. Sedangkan self


insight itu sendiri mencakup self knowledge dan self reflection. Artinya,
integritas fungsinya memelihara moral dan akhlak seseosran yang
selanjutnya mendorong dia untuk mempunyai pengetahuan yang luas.

• Affective functions of integrity

Yang mencakup conscience dan self regard. Dalam konteks ini


integritas fungsinya memelihara nurani seseorang supaya tetap hanif
sebagai seorang hamba agar jelas perbedaan diantara dirinya
dengan hewan. Seba secara biologis manusian dan hewan, sama-
sama memiliki hepar “hati”, tetapi hewan tidak mempunyai qalb,
sesuatu yang ada di diri setiap manusia.
TUJUAN DARI INTEGRITAS

• Integritas adalah salah satu kunci untuk meraih keberhasilan atau


kesuksesan
• Integritas menjadikan manusia bisa memimpin dan dipimpin
• Integritas membuat lahirnya kepercayaan
• Integritas bisa melahirkan prestasi

MANFAAT DARI INTEGRITAS

• Manfaat Secara Fisik


Diri kita akan merasa fit, sehat dan bugar. Kita setiap saat merasa siap
melaksanaan kegiatan atau pekerjaan sehari-hari
• Manfaat Secara Intelektual
Dengan mental dan pengetahuan kita bisa memaksimalkan
kemampuan otak kita
• Manfaat Secara Emosional
Diri menjadi lebih penuh motivasi, sadar diri, empati, simpati, solidaritas
tinggi, dan penuh kehangatan emosional dalam interaksi kerja
• Manfaat Secara Spiritual
Membuat diri seseorang menjadi lebih bijaksana dalam menilai segala
sesuatu termasuk pengalaman-pengalaman hidup, baik yang
menyenangkan atau yang tidak membuat senang seperti
keberhasilan, kegagalan, dan penderitaan.
• Manfaat Secara Sosial
Kita akan mampu membuat berkembang suatu hubungan baik satu
sama lainya dalam lingkungan masyarakat, bisa bekerja sama untuk
menyelesaikan tugas atau kegiatan yang menuntut kekompakan dan
kerja sama yang baik, mempunyai kepekaan hati dan perasaan untuk
selalu memberi tempat untuk orang lain di dalam hati kita.
BENTUK KORUPSI

Korupsi memiliki 7 bentuk, yaitu:

1. Kerugian keuangan negara

2. Suap-menyuap

3. Penggelapan dalam jabatan

4. Pemerasan

5. Perbuatan curang

6. Benturan kepentingan dalam pengadaan

7. Gratifikasi

UNDANG - UNDANG TIPIKOR

Peraturan pemerintah untuk pemberantasan korupsi yang berlaku di


Indonesia adalah Undang-undang No. 20 Tahun 2001 yang sering disebut
UU Tipikor. UU Tipikor tersebut ditetapkan oleh pemerintah pusat pada 21
November 2001 dan berlaku sejak tanggal penetapan tersebut.

Dengan ditetapkannya UU No. 20 Tahun 2001, pemerintah mencabut UU.


73 Tahun 1958 tentang Menyatakan Berlakunya UU No. 1 Tahun 1946
Republik Indonesia tentang Peraturan Hukum Pidana untuk Seluruh Wilayah
Republik Indonesia dan Mengubah Kitab Undang-undang Hukum Pidana.

UU No. 20 Tahun 2001 juga memuat perubahan atas UU No. 31 Tahun 1999
tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.
UU ini menegaskan, tindak pidana korupsi tidak hanya merugikan
keuangan negara, tetapi juga merupakan pelanggaran terhadap hak-
hak sosial dan ekonomi masyarakat secara luas. Sehingga tindak pidana
korupsi perlu digolongkan sebagai kejahatan yang pemberantasannya
harus dilakukan secara luar biasa.

UPAYA PREVENTIF PEMBERANTASAN KORUPSI

Strategi preventif adalah usaha pencegahan korupsi yang diarahkan


untuk menghilangkan atau meminimalkan faktor-faktor penyebab atau
peluang terjadinya korupsi. Upaya preventif dilakukan dengan cara :

1. Pemberlakuan berbagai undang-undang yang mempersempit peluang


korupsi,

2. Pembentukan berbagai lembaga yang diperlukan untuk mencegah


korupsi, misalnya Komisi Pemeriksa Kekayaan Penyelenggaraan Negara
(KPKPN),

3. Pelaksanaan sistem rekrutmen aparat secara adil dan terbuka,

4. Peningkatan kualitas kerja berbagai lembaga independen masyarakat


untuk memantau kinerja para penyelenggara negara,

5. Kampanye untuk menciptakan nilai anti korupsi secara nasional.

UPAYA DEFEKTIF PEMBERANTASAN KORUPSI

Strategi detektif adalah usaha yang diarahkan untuk mendeteksi dan


mengidentifikasi terjadinya kasus-kasus korupsi dengan cepat, tepat dan
biaya murah sehingga dapat ditindaklanjuti. Upaya detektif dilakukan
dengan cara :

1. Perbaikan sistem dan tindak lanjut atas pengaduan masyarakat,

2. Pemberlakuan kewajiban pelaporan transaksi keuangan tertentu,

3. Pelaporan kekayaan pribadi pemegang jabatan dan fungsi publik,

4. Partisipasi Indonesia pada gerakan anti korupsi dan anti pencucian uang
di masyarakat internasional,

5. Peningkatan kemampuan Aparat Pengawasan Fungsional Pemerintah


(APFP) atau Satuan Pengawas Intern (SPI) dalam mendeteksi tindak
pidana korupsi.

UPAYA REPRESIF PEMBERANTASAN KORUPSI

Strategi represif adalah usaha yang diarahkan agar setiap perbuatan


korupsi yang telah diidentifikasi dapat diproses secara cepat, tepat
dengan biaya murah sehingga kepada para pelakunya dapat segera
diberikan sanksi sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Upaya represif dapat dilakukan dengan cara :

1. Pembentukan Badan atau Komisi Anti Korupsi. Pemerintah pada 2003


dengan membentuk Komisi Pemberantasan Korupsi ( KPK),

2. Penyidikan, penuntutan, peradilan dan penghukuman koruptor besar,

3. Penentuan jenis-jenis atau kelompok-kelompok korupsi yang


diprioritaskan untuk diberantas,

4. Meneliti dan mengevaluasi proses penanganan perkara korupsi dalam


sistem peradilan pidana secara terus menerus,
5. Pemberlakuan sistem pemantauan proses penanganan tindak pidana
korupsi secara terpadu,

6. Publikasi kasus-kasus tindak pidana korupsi beserta analisisnya.

Contoh soal :

Soal 1:

Terdapat beberapa pengertian korupsi yang disampaikan oleh para ahli.


Misalnya oleh WJS Poerwadarminta, Muhammad Ali, Subekti dan
Tjitrosoedibio,dll. Menurut Baharudin Lopa sendiri, mengutip dari pendapat
David M. Chalmers, korupsi yaitu...

A. busuk, suka menerima uang suap/sogok, memakai kekuasaan untuk


kepentingan sendiri dan sebagainya.

B. perbuatan busuk seperti penggelapan uang, penerimaan uang sogok,


dan sebagainya.

C. yang menyangkut masalah penyuapan, yang berhubungan dengan


manipulasi di bidang ekonomi, dan yang menyangkut bidang
kepentingan umum.

D. perbuatan curang, tindak pidana yang merugikan keuangan negara.

E. perbuatan yang buruk seperti penggelapan uang, penerimaan uang


sogok, dan sebagainya.

Jawaban : C. yang menyangkut masalah penyuapan, yang berhubungan


dengan manipulasi di bidang ekonomi, dan yang menyangkut bidang
kepentingan umum.
Pengertian korupsi menurut Subekti dan Tjitrosoedibio dalam kamus hukum,
yang dimaksud “corruptie” adalah korupsi, perbuatan curang, perbuatan
curang, tindak pidana yang merugikan keuangan negara.

Pengertian korupsi menurut WJS Poerwadarminta yaitu perbuatan yang


buruk seperti penggelapan uang, penerimaan uang sogok, dan
sebagainya.

Beberapa istilah korupsi menurut Muhammad Ali:

1. Korup artinya busuk, suka menerima uang suap/sogok, memakai


kekuasaan untuk kepentingan sendiri dan sebagainya;

2. Korupsi artinya perbuatan busuk seperti penggelapan uang,


penerimaan uang sogok, dan sebagainya; dan

3. Koruptor artinya orang yang melakukan korupsi.

Sumber: Buku Pendidikan Anti-Korupsi untuk Perguruan Tinggi, diterbitkan


oleh Kemdikbud RI, Cetakan 1, Desember 2011 (halaman 24).

Soal 2:

Korupsi memiliki berbagai bentuk yang berbeda-beda. KPK sendiri


membagi korupsi menjadi 7 bentuk. Berikut ini yang bukan termasuk 7
bentuk korupsi menurut KPK yaitu...

A. Perbuatan curang.

B. Pemerasan.

C. Benturan kepentingan negara dan pribadi.

D. Penggelapan dalam jabatan.


E. Kerugian keuangan negara.

Jawaban : C. Benturan kepentingan negara dan pribadi.

Berbagai bentuk korupsi yang diambil dari Buku Saku yang dikeluarkan
oleh KPK atau Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK : 2006) yaitu kerugian
keuangan negara, suap menyuap, penggelapan dalam jabatan,
pemerasan, perbuatan curang, benturan kepentingan dalam
pengadaan, gratifikasi.

Sumber: Buku Pendidikan Anti-Korupsi untuk Perguruan Tinggi, diterbitkan


oleh Kemdikbud RI, Cetakan 1, Desember 2011 (halaman 25-27).

Soal 3:

Lembaga Negara yang mempunyai kewenangan mengawasi


Penyelenggaraan Pelayanan Publik baik yang diselenggarakan oleh
penyelenggara Negara dan pemerintahan termasuk yang
diselenggarakan oleh Badan Usaha Milik Negara, Badan Usaha Milik
Daerah, dan Badan Hukum milik Negara serta Badan Swasta atau
perseorangan yang diberi tugas menyelenggarakan pelayanan publik
tertentu yang sebagian atau seluruh dananya bersumber dari anggaran
pendapatan dan belanja Negara dan/atau anggaran pendapatan dan
belanja daerah yaitu...

A. Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan.

B. Ombudsman.

C. Komisi Kebenaran dan Rekonsiliasi.

D. Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah.


E. Lembaga Pemerhati Pelayanan Publik.

Jawaban : B. Ombudsman.

1. Perhatikan bahwa soal menanyakan Lembaga Negara. Lembaga


Pemerhati Pelayanan Publik bukanlah Lembaga Negara, melainkan
“Lembaga Swadaya Masyarakat” yang memiliki visi Mewujudkan Program
Revolusi Mental di bidang Pelayanan Publik dalam rangka Pencegahan
Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (KKN).

2. Komisi Kebenaran atau Komisi Kebenaran dan Rekonsiliasi adalah


sebuah komisi yang ditugasi untuk menemukan dan mengungkapkan
pelanggaran-pelanggaran yang dilakukan pada masa lampau oleh suatu
pemerintahan, dengan harapan menyelesaikan konflik yang tertinggal
dari masa lalu.

3. Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah adalah


Lembaga Pemerintah Nonkementerian (LPNK) yang berada di bawah dan
bertanggungjawab kepada Presiden Republik Indonesia yang bertugas
melaksanakan pengembangan, perumusan, dan penetapan kebijakan
Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah.

4. Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan, atau yang disingkat


BPKP, adalah Lembaga pemerintah nonkementerian Indonesia yang
melaksanakan tugas pemerintahan di bidang pengawasan keuangan
dan pembangunan yang berupa Audit, Konsultasi, Asistensi, Evaluasi,
Pemberantasan KKN serta Pendidikan dan Pelatihan Pengawasan sesuai
dengan peraturan yang berlaku.

Anda mungkin juga menyukai